DOSEN PEMBIMBING
VERY KUSNADI, SH, MH
DISUSUN OLEH :
BRAMUDIA SAKRA PUTRA
190602029
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Penulis
menyadari dalam bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang mendukung sangat penulis harapkan demi
perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN
D. MANFAAT
Agar para intelektual khusus nya para mahasiswa bisa lebih memahami lagi
tentang sistem Negara hukum di Indonesia dan prinsip-prinsip Negara hukum dan
juga mengerti tentang paradigma hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-
Undang Dasar 1945.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Bukti yuridis atas keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti material
tersebut harus dimaknai bahwa negara Indonesia adalah negara hukum dinamis, atau
negara kesejahteraan (welfare state), yang membawa implikasi bagi para
penyelenggara negara untuk menjalankan tugas dan wewenangnya secara luas dan
komprehensif dilandasi ide-ide kreatif dan inovatif.
Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada
Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah
Negara Hukum”. Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945
menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa
negara Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum. Sebelumnya, landasan
negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian Penjelasan Umum UUD 1945
tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai berikut :
a. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechsstaat). Negara Indonesia
berdasar atas Hukum (Rechsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka
(Machtsstaat).
2
b. Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar),
tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa negara Indonesia adalah
negara hukum yakni pada Bab XIV tentang Perekonomian Negara dan Kesejahteraan
Sosial Pasal 33 dan 34 UUD 1945, yang menegaskan bahwa negara turut aktif dan
bertanggung jawab atas perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat.
Negara dalam pandangan teori klasik diartikan sebagai suatu masyarakat yang
sempurna (a perfect society). Negara pada hakikatnya adalah suatu masyarakat
sempurna yang para anggotanya mentaati aturan yang sudah berlaku.
3
Suatu masyarakat dikatakan sempurna jika memiliki sejumlah kelengkapan
yakni internal dan eksternal.
Dalam perkembangannya, teori klasik tentang negara ini tampil dalam ragam
formulasinya, misalnya menurut tokoh; Socrates, Plato dan Aristoteles. Munculnya
keragam konsep teori tentang negara hanya karena perbedaan cara-cara pendekatan
saja. Pada dasarnya negara harus merepresentasikan suatu bentuk masyarakat yang
sempurnya. Teori klasik menginspirasikan lahirnya teori modern tentang negara,
kemudian dikenal istilah negara hukum. Istilah negara hukum secara terminologis
terjemahan dari kata Rechtsstaat atau Rule of law. Para ahli hukum di daratan Eropa
Barat lazim menggunakan istilah Rechtsstaat, sementara tradisi Anglo–Saxon
menggunakan istilah Rule of Law. Di Indonesia, istilah Rechtsstaat dan Rule of law
biasa diterjemahkan dengan istilah “Negara Hukum” (Winarno, 2007). Gagasan
negara hukum di Indonesia yang demokratis telah dikemukakan oleh para pendiri
negara Republik Indonesia (Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan kawan-kawan) sejak
hampir satu abad yang lalu.
4
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) adalah tidak memiliki dasar
historis dan bisa menyesatkan.
Para pendiri negara waktu itu terus memperjuangkan gagasan negara hukum.
Ketika para pendiri negara bersidang dalam BPUPKI tanggal 28 Mei –1 Juni 1945
dan tanggal 10-17 Juli 1945 gagasan dan konsep Konstitusi Indonesia dibicarakan
oleh para anggota BPUPKI. Melalui sidang-sidang tersebut dikemukakan istilah
rechsstaat (Negara Hukum) oleh Mr. Muhammad Yamin (Abdul Hakim G Nusant ara,
2010:2). Dalam sidang–sidang tersebut muncul berbagai gagasan dan konsep
alternatif tentang ketatanegaraan sepert i: negara sosialis, negara serikat dikemukakan
oleh para pendiri negara.
Perdebatan pun dalam sidang terjadi, namun karena dilandasi tekad bersama
untuk merdeka, jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi (nasionalisme) dari para
pendiri negara, menjunjung tinggi azas kepentingan bangsa, secara umum menerima
konsep negara hukum dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).Semangat cita negara hukum para pendiri negara secara formal
dapatditemukan dalam setiap penyusunan konstitusi, yaitu Konstitusi RIS 1949
danUUDS 1950. Dalam konstitusi – konstitusi tersebut dimasukkan Pasal-pasalyang
termuat dalam Deklarasi Umum HAM PBB tahun 1948. Hal itumenunjukkan bahwa
ketentuan-ketentuan tentang penghormatan, danperlindungan HAM perlu dan penting
unt uk dimasukkan ke dalam konstitusinegara (Abdul Hakim G Nusantara, 2010:2)
Pengertian negara hukum selalu menggambarkan adanyapenyelenggaraan kekuasaan
pemerintahan negara yang didasarkan atas hukum. Pemerintah dan unsur unsur
lembaga di dalamnya dalam menjalankan tugas dan wewenangnya terikat oleh hukum
yang berlaku. Menurut Mustafa Kamal (2003), dalam negara hukum, kekuasaan
menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supremasihukum) dan
bertujuan untuk menyelenggarakan ketert iban hukum. Dasar yuridis bagi negara
Indonesia sebagai negara hukum tertera pada Pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI 1945
(amandemen ketiga), “Negara Indonesia adalah Negara Hukum” Konsep negara
hukum mengarah pada tujuan terciptanya kehidupan demokratis, dan terlindungi hak
azasi manusia, serta kesejahteraan yang berkeadilan.
5
Menurut Winarno (2010), konsepsi negara hukum Indonesia dapat di
masukkan dalam konsep negara hukum dalam arti material atau negara hukum dalam
arti luas.
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia
sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat
siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak
azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain
sebagainya. Apabila melanggar HAM maka seseorang akan bertentangan dengan
hukum yang berlaku di Indonesia. Hak asasi manusia memiliki wadah organisasi yang
mengurus permasalahan seputar hak asasi manusia yaitu Komnas HAM.
7
b. Jenis-Jenis HAM
Isi UUD 1945 sebelum dilakukan perubahan (amandemen) mengatur hak asasi
manusia dalam 7 pasal antara lain adalah pasal 27, 28, 29, 30, 31, 33 dan 34. Namun
setelah UUD 1945 dilakukan perubahan (amandemen) maka ada bagian khusus
tentang hak asasi manusia yaitu dengan rincian sebagai berikut:
1. Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
2. Pasal 28 B
1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
3. Pasal 28 C
1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan dasarnya,
berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
4. Pasal 28 D
1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja.
3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
8
5. Pasal 28 E
1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
3) Setiap orang berhak atas kebebasab berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.
6. Pasal 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
7. Pasal 28 G
1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atas perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik
dari negara lain.
8. Pasal 28 H
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan
dan keadilan.
3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat
4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
9
9. Pasal 28 I
1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum
yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apa pun.
2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu.
3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
4) Perlindungan, kemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak-hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin,
diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
10. Pasal 28 J
1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang dijalankan.
Dimana pun suatu negara hukum tujuan pokoknya adalah melindungi hak
azasi manusia dan menciptakan kehidupan bagi warga yang demokratis. Keberadaan
suatu negara hukum menjadi prasyarat bagi terselenggaranya hak azasi manusia dan
kehidupan demokratis. Dasar filosofi perlunya perlindungan hukum terhadap hak
azasi manusia adalah bahwa hak azasi manusia adalah hak dasar kodrati setiap orang
yang keberadaannya sejak berada dalam kandungan, dan ada sebagai pemberian
Tuhan, negara wajib melindunginya. Perlindungan hak azasi manusia di Indonesia
secara yuridis didasarkan pada UUD Negara RI 1945.
10
D. PRINSIP NEGARA HUKUM DALAM KEHIDUPAN SEBAGAI WARGA
NEGARA
Upaya penegakan HAM dapat dilakukan melalui jalur hukum dan politik.
Maksudnya terhadap berbagai pelanggaran HAM maka upaya menindak para pelaku
pelanggaran diselesaikan melalui Pengadilan HAM bagi pelanggaran HAM berat dan
melalui KKR (Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi).
Beberapa contoh kegiatan yang dapat dimasukan menghargai upaya penegakan HAM,
antara lain :
12
Sebagai negara hukum, maka dalam upaya menegakan HAM diatur pelaksanaannya
an perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:
1. UUD 1945
UUD 1945 Pasal 31, menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak mendapat
pengajaran. Maka untuk mencapainya Pemerintah membangun gedung-gedung
sekolah, mengangkat guru, memberikan bea siswa pada anak berprestasi tetapi dari
segi ekonomi kurang mampu, dan lain-lain.
2. Ketetapan MPR
TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998, menugaskan Presiden dan DPR untuk
membentuk lembaga yang melakukan penyuluhan, pengkajian, pemantauan,
penelitian, dan mediasi tentang HAM. Maka dibentuklah KOMNAS HAM melalu
Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993.
3. Undang-Undang
UU Nomor 39 tahun 1999 Pasal 9, menegaskan tentang hak untuk hidup. Maka
manakala terjadi pelanggaran terhadap hak ini, maka pemerintah menggelar peradilan
HAM.
Marsinah adalah salah seorang karyawati PT. Catur Putera Surya yang aktif
dalam aksi unjuk rasa buruh. Keterlibatan Marsinah dalam aksi unjuk rasa tersebut
antara lain terlibat dalam rapat yang membahas rencana unjuk rasa pada tanggal 2
Mei 1993 di Tanggulangin,
13
Sidoarjo.3 Mei 1993, para buruh mencegah teman-temannya bekerja.
Komando Rayon Militer (Koramil) setempat turun tangan mencegah aksi buruh. 4
Mei 1993, para buruh mogok total mereka mengajukan 12 tuntutan, termasuk
perusahaan harus menaikkan upah pokok dari Rp1.700 per hari menjadi Rp2.250.
Tunjangan tetap Rp550 per hari mereka perjuangkan dan bisa diterima, termasuk oleh
buruh yang absen.
Marsinah adalah salah satu korban pelanggaran HAM di negeri ini. Marsinah
memperjuangkan haknya sebagai buruh untuk meningkatkan kesejahteraan seperti
tertera dalam surat edaran gubernur. Namun demikian perusahaan kiranya memiliki
pandangan berseberangan dengan kaum buruh tersebut. Perusahaan cenderung untuk
tetap tidak memberikan hak buruh berupa kenaikan gaji. Atas keadaan tersebut buruh
bereaksi dengan berdemonstrasi beberapa kali. Demonstrasi buruh tersebut direaksi
dengan aksi represif oleh pihak perusahaan. Dengan menggandeng pihak militer
mereka memaksa kaum buruh untuk menghentikan aksinya. Tekanan-tekanan dari
pihak perusahaan kiranya tidak menyurutkan langkah mereka, hingga akhirnya
perusahaan memutuskan untuk membunuh para pimpinan yang dianggap sebagai
penggerak demonstrasi tersebut.
14
Sepertinya kasus ini adalah suatu hasil konspirasi tingkat tinggi, karena
penyelidikan polisi seolah membentur tembok. Hingga saat ini, kasus pembunuhan
Marsinah menjadi satu kasus misterius tak terpecahkan. Padahal sebenarnya boleh
jadi cukup mudah untuk mengungkap kebenaran kasus ini, akan tetapi adanya pihak-
pihak yang tidak menginginkan kasus ini terungkap berusaha serapat mungkin
menutupi kasus ini.
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengertian Negara hukum yang berbeda beda memiliki makna yang sama
yaitu Negara yang menjamin keamanan warga Negara nya dan Negara yang
menjadikan hukum sebagai kekuasaan tertinggi. Hukum itu ada yang di sebut dengan
hukum Formil dan hukum Materil,hukum formil dapat di sebut juga dengan hukum
dasar tertulis (UUD) yang diartikan sebagai hukum yang mengatur tentang brita cara
mengajukan perkara baik gugatan maupun permohonan,memeriksa perkara dan
memberikan putusan dengan tujuan untuk mempertahankan hukum materil sedangkan
hukum Materil dan di sebut juga dengan hukum dasar yang tidak terulis (Convensi)
memiliki arti aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan Negara meskipun sifatnya tidak tertulis.Negara hukum memiliki
ciri-ciri yaitu percaya akan adanya tuhan dan pengakuan dari perlindungan hak-hak
asasi manusia yang mengandung persamaan di bidang politik,sosial,ekonomi dan
kebudayaan serta peradilan yang bebas dan tidak memihak dan tidak terpengaruhi
sesuatu kekuasaan apapun.
Negara hukum dan HAM adalah satu kesatuan yang tidah di pisahkan satu
sama lainnya, karena kalau salah satunya tidak ada maka tidak akan berjalan dengan
semestinya sebab itu yang dapat membuat warga Negara Indonesia mendapat suatu
keadialan,perlindungan dan pengakuan secara sah dan sebagai pembentuk suatu
Negara yang adil makmur dan sejahtera.
B. SARAN
Demikinlah makalah yang dapat kami sampaikan , kami sadar kalau dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan oleh sebab itu kami mohon maaf .
atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih
17
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Prof. Dr. Jimly, S.H. Negara Hukum dan HAM. Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia.
Kansil, CST.1983. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: balai Pustaka.
18