Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“Konsepsi Negara Hukum Dan Negara Hukum


Di Indonesia”
Dosen Pengampu Bapak Moh.Fajar Noorrahman, M. Psi

Disusun oleh :
Kelompok 2 (2D Reguler)
1. Ahmad Royani (2022171)
2. Fatimah (2022179)
3. Karlinawati (2022187)
4. Melda Yanti (2022192)
5. Novi (2022206)
6. Rina Elvania (2022212)
7. Siti Rabiah (2022219)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI AMUNTAI (STIA)

2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Makalah ini
kami buat untuk memenuhi tugas mata pelajaran kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan dengan Pembahasan Konsepsi Negara Hukum Dan Negara
Hukum Di Indonesia. Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari Kesempurnaan dikarenakan


keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, maka kritik dan saran dari pembaca
yang yang budiman adalah hal yang sangat kami harapkan khususnya kepada
Bapak Moh Fajar Noorrahman, M. Psi. Selaku dosen pengampuh.

Amuntai, 4 April 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................4

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

A. Definisi Negara Hukum................................................................................5

B. Tujuan Hukum..............................................................................................7

C. Konsep Negara Hukum.................................................................................8

E. Hubungan Indonesia Sebagai Negara Hukum dengan UUD 1945.............14

BAB III PENUTUP...............................................................................................17

A. Kesimpulan.................................................................................................17

B. Saran............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sejak masa Yunani Purba, pemikiran tentang negara hukum sudah
berlangsung hingga muncul beberapa doktrin negara hukum dalam konsepsi
“rechsstaats” di Jerman, “etat de droit” di Perancis, “rule of law” baik di
Inggris dan di Amerika, “estado de derecho” di Spanyol, dan “stato di diritto”
di Italia (P. Costa and d. Zolo dalam Nanik Prasetyoningsih, 2020).
Pemaknaan istilah “rule of law” tidak terlepas dari sejarahnya yang panjang
karena sangat dipengaruhi oleh kekhususan historis dan konseptual dari
tradisi nasional yang mendasarinya (D. Zolo dalam Nanik Prasetyoningsih,
2020). Dengan kata lain, gagasan “rule of law” telah menandai keseluruhan
rentang sejarah sebuah gagasan (historical span of a notion) yang tidak dapat
dipisahkan dari budaya nasional (national culture) dimana gagasan tersebut
berada dan benar-benar dipergunakan (actually used). Gagasan ini
berhubungan dengan hukum dan politik, dan membawa pluralitas makna
intrinsik, sehingga bernilai penting dan ideologis (P. Costa dalam Nanik
Prasetyoningsih, 2020). Bila dilacak akarnya, gagasan tentang negara hukum
adalah kelanjutan dari pemikiran tentang pembatasan kekuasaan sebagai
salah satu prinsip dari konstitusionalisme-demokrasi. Inti dari pemikiran
tentang negara hukum adalah adanya pembatasan terhadap kekuasaan,
melalui sebuah aturan yuridis-undang-undang. Seperti diungkapkan Andrew
Heywood, menurutnya bahwa dalam ruang lingkup yang sempit,
konstitusionalisme dapat ditafsirkan sebatas penyelenggaraan negara yang
dibatasi oleh undang-undang dasar-inti negara hukum. Artinya, suatu negara
dapat dikatakan menganut paham konstitusionalisme jikalau lembaga-
lembaga negara dan proses politik dalam negara tersebut secara efektif
dibatasasi oleh konstitusi. Sedangkan dalam pengertian yang luas,
konstitusionalisme adalah perangkat nilai dan manifestasi dari aspirasi politik

1
warganegara yang merupakan cerminan dari keinginan untuk melindungi
kebebasan, melalui sebuah mekanisme pengawasan, baik internal maupun
eksternal terhadap kekuasaan pemerintahan (Wahyudi Djafar, 2010).
Negara hukum indonesia sudah berdiri sejak di proklamirkan
kemerdekaannya sejak tanggal 17 agustus 1945, yang sudah terjadi selama
enam puluh tahun silam. Indonesia dikatakan sebagai negara hukum telah
tertuang dalam penjelasan Undang – Undang Dasar 1945. Dalam penjelasan
mengenai sistem pemerintahan negara, dikatakan bahwa, “ Indonesia adalah
negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat), tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka (Machtsstaat)”. Kemudian dipertegas lagi dalam pasal 1
ayat (3) yang menyatakan, “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Negara
hukum sudah merupakan tipe negara yang umum dimiliki oleh bangsa –
bangsa di dunia saat ini. Karena adanya hukum ini adalah untuk membatasi
sikap penguasa agar tidak bertindak sewenang – wenang dalam menjalankan
negaranya.
Sebagai negara hukum, segala tindakan penyelenggara negara dan
warga negara harus sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Hukum dalam
hal ini adalah hierarki tatanan norma yang berpuncak pada konstitusi, yaitu
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Di samping
itu, hukum yang diterapkan dan ditegakkan harus mencerminkan kehendak
rakyat, sehingga harus menjamin adanya peran serta warga negara dalam
proses pengambilan keputusan kenegaraan. Hukum tidak dibuat untuk
menjamin kepentingan beberapa orang yang berkuasa, melainkan untuk
menjamin kepentingan segenap warga negara (Bobi Aswandi dan Kholis
Roisah, 2019).
Sebagai negara hukum, segala tindakan penyelenggara negara dan
warga negara harus sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Hukum dalam
hal ini adalah hierarki tatanan norma yang berpuncak pada konstitusi, yaitu
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Di samping
itu, hukum yang diterapkan dan ditegakkan harus mencerminkan kehendak
rakyat, sehingga harus menjamin adanya peran serta warga negara dalam

2
proses pengambilan keputusan kenegaraan. Hukum tidak dibuat untuk
menjamin kepentingan beberapa orang yang berkuasa, melainkan untuk
menjamin kepentingan segenap warga negara (Bobi Aswandi dan Kholis
Roisah, 2019).
Rahardjo (dalam Bobi Aswandi dan Kholis Roisah, 2019), berpendapat
bahwa negara bukan hanya merupakan bangunan hukum, politik dan sosial,
melainkan juga kultural. Oleh sebab itu, kita boleh mengamati watak-watak
kultural suatu negara. Di sisi lain, suatu negara hukum juga “dituntut” untuk
menampilkan wajah kulturalnya. Indonesia memiliki sebuah pandangan
sebagai negara hukum dengan karakteristik yang khas, yaitu negara hukum
Pancasila. Menurut Didi (dalam Putera Astomo, 2018), bahwa negara hukum
adalah negara berlandaskan atas hukum dan keadilan bagi warganya.
Maksudnya adalah segala kewenangan dan tindakan alat-alat perlengkapan
negara atau penguasa semata-mata berdasarkan hukum atau dengan kata lain
diatur oleh hukum. Hal yang demikian akan mencerminkan keadilan bagi
pergaulan hidup warganya. Gagasan negara hukum itu dibangun dengan
mengembangkan perangkat hukum itu sendiri sebagai suatu sistem yang
fungsional dan berkeadilan, dikembangkan dengan menata supra struktur dan
infra struktur kelembagaan politik, ekonomi dan social yang tertib dan
teratur, serta dibina dengan membangun budaya dan kesadaran hukum yang
rasional dan impersonal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Untuk itu, sistem hukum itu perlu dibangun (law making) dan
ditegakkan (law enforcing) sebagaimana mestinya, dimulai dengan konstitusi
sebagai hukum yang paling tinggi kedudukannya. Dalam menjamin tegaknya
konstitusi itu sebagai hukum dasar yang berkedudukan tertinggi (the supreme
law of the land), dibentuk pula sebuah Mahkamah Konstitusi yang berfungsi
sebagai ‘the guardian’ dan sekaligus ‘the ultimate interpreter of the
constitution’ (Jimly Asshidiqie, 2011).
Dalam konsep Negara Hukum itu, diidealkan bahwa yang harus
dijadikan panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum,
bukan politik ataupun ekonomi. Sesuai prinsip Negara Hukum adalah ‘the

3
rule of law, not of man’. Yang disebut pemerintahan pada pokoknya
adalah hukum sebagai sistem, bukan orang per orang yang hanya bertindak
sebagai ‘wayang’ dari skenario sistem yang mengaturnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud negara hukum?
2. Apa tujuan dari hukum?
3. Bagaimana konsep dari negara hukum?
4. Bagaimana hubungan Indonesia sebagai negara hukum dengan UUD
1945?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari negara hukum.
2. Untuk mengetahui tentang tujuan hukum.
3. Untuk mengetahui konsep dari negara hukum.
4. Untuk mengetahui hubungan Indonesia sebagai Negara Hukum dengan
UUD 1945.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Negara Hukum


Pemikiran mengenai negara hukum sebenarnya sudah sangat tua, jauh
lebih tua dari usia ilmu negara itu sendiri, gagasan itu merupakan gagasan
modern yang multi perspektif dan selalu aktual. Apabila melihat sejarah,
perkembangan pemikiran filsafat mengenai negara hukum dimulai sejak
tahun 1800 S.M.10 Perkembangannya terjadi sekitar abad ke-19sampai
dengan abad ke-20. Menurut Jimly Ashiddiqie, gagasan pemikiran mengenai
negara hukum berkembang dari tradisi Yunani Kuno.

Aristoteles, merumuskan negara hukum adalah Negara yang berdiri di


atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan
tersebut memiliki arti bahwa setiap tindak tanduk negara serta penguasa baik
dalam rangka melakukan fungsi-fungsi kenegaraan ataupun menciptakan
produk-produk hukum haruslah selalu memperhatikan kondisi masyrakat
sekitar serta tidak boleh melenceng dari dimensi keadilan itu sendiri.
Pengertian lain negara hukum secara umum ialah bahwasanya kekuasaan
negara dibatasi oleh hukum yang berarti segala sikap, tingkah laku dan
perbuatan baik dilakukan oleh penguasa atau aparatur negara maupun
dilakukan oleh para warga negara harus berdasarkan atas hukum.

Negara hukum adalah negara yang berdiri di atas hukum yang


menjamin keadilan kepada warga negaranya. Gagasan negara hukum ini
sesungguhnya terlahir sebagai reaksi dari negara polisi (polizei staar) yang
merupakan tipe negara yang dianut Pada saat itu.' Negara polisi adalah suatu
tipe negara yang memberlakukan asas alles voor het volle, maar niet door het
volk (tajalah yang menentukan segala-galanya untuk rakyatnya, tetapi tidak
oleh rakyatnya sendiri), dan asas legibus salutus est, salus publica suprema
lex (kepentingan umum mengatasi semua undang-undang). Jadi, dalam

5
negara polisi rakyat tidak mempunyai hak terhadap raja dan segala
sesuatunya ditentukan oleh raja.

Oleh karena itu, untuk membendung adanya kesewenang-wenangan


dari kekuasaan yang mempraktikkan sistem yang absolut dan mengabaikan.
hak-hak rakyat muncullah ide dilahirkannya negara hukum. Revolusi
Perancis merupakan bukti nyata adanya sistem absolut yang telah
dipraktikkan oleh Raja Louis XIV di Perancis, semboyannya yang sangat
terkenal diantaranya letat C'est moi (negara adalah saya), yang berarti bahwa
sabda raja adalah undang-undang yang harus dilaksanakan. Sikap
absoluitsme raja itu telah menyebabkan bangkitnya gerakan-gerakan
penentang raja yang dipelopori oleh golongan masyarakat kota yang
terkemuka, golongan cendekiawan yang berfikiran maju, seperti Montesquieu
(1689 1755) seorang ahli hukum Perancis yang merasa tidak puas melihat
keadaan negaranya, terutama karena sistem absolut yang menindas rakyat.
Kemudian Jean Jacques Rouss (1712-1778) selain sebagai sastrawan yang
berpengaruh pada masa ito juga seorang ahli pikir Perancis yang terkenal
dengan bukunya du Con Social (Perjanjian Masyarakat), Voltaire (1694-
1778), seorang ahli pikir yang terkemuka pada masanya. Secara terbuka ia
mencela dan mengkriti keburukan-keburukan yang terjadi dalam
pemerintahan.

Negara adalah suatu badan yang merupakan alat dari masyarakat


untuk mengatur hubungan antar manusia dalam suatu wilayah tertentu diman
didalamnya terdapat pemerintah yang berdaulat untuk mewujudkan tujuan
negara yang memiliki, (1) sifat memaksa ketertiban, menghilangjkan
anarkisme,(2) sifat monopoli, tujuan bersama dimonopoli oleh negara, (3)
sifat mencakup semua, peraturan per-UU-an yang berlaku untuk semua.
Melihar sifat negara yang memaksa, maka dibutuhkanlah sebuah
hukum dalam suatu negara untuk menjalankannya. Hukum ini dipakai
sebagai alat untuk kontrol sosial, yaitu suatu proses mempengaruhi orang –
orang untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan masyarakat. Pengontrolan

6
hukum ini dilakukan dengan berbagai cara dan melalui badan – badan resmi
yang didirikan oleh negara.
Negara hukum adalah negara yang berdasarkan atas hukum
(Rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat), dan
pemerintahannya berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar), dan tidak
bersifat absolutisme (kekuasaan tak terbatas). Adapun ciri – ciri negara
hukum :
a. Adanya Undang Undang Dasar atau Konstitusi yang memuat
ketentuan tertulis tentang hubungan antara penguasa dan rakyat.
b. Adanya pembagian kekuasaan negara.
c. Diakui dan dilindungi hak – hak kebebasan rakyat.
Dari ciri – ciri diatas menunjukkan bahwa ide pokok negara hukum
adalah pengakuan terhadap hak asasi manusia yang bertumpu atas prinsip
kebebasan dan persamaan. Adanya Undang – Undang Dasar akan
memberikan jaminan konstutional terhadap asas kebebasan dan persamaan.
Paham negara hukum tidak dapat dipisahkan dari paham kerakyatan,
sebab pada akhirnya, hukum yang mengatur dan membatasi kekuasaan
negara atau pemerintah diartikan sebagai hukum yang dibuat atas dasar
kekuasaan atau kedaulatan rakyat.

B. Tujuan Hukum
Di dalam ilmu hukum disebutkan bahwa tujuan hukum adalah
menciptakan ketertiban dan keadilan. Dalam membahas masalah tujuan
hukum, banyak pendapat dikemukakan oleh para sarjana. Namun demikian
secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan hukum adalah sesuatu yang
ingin dicapai oleh hukum. Menurut L.J. Van Apeldoorn, tujuan hukum
adalah untuk memepertahankan ketertiban masyarakat. Dalam
mempertahankan ketertiban tersebut hukum harus secara seimbang
melindungi kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat. Mengenai
kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat ini, Roscoe Pond
membedakan antara kepentingan pribadi, kepentingan publik, dan

7
kepentingan sosial. Apabila pandangan Van Apeldoorn dikaitkan dengan
pandangan Roscoe Pond tersebut, berarti dalam mempertahankan ketertiban
masyarakat, hukum harus mampu menyeimbangkan kepentingan-
kepentingan pribadi, publik, dan sosial. Pengaturan yang didalamnya terdapat
keseimbangan antara kepentingan-kepentingan tersebut oleh Van Apeldoorn
dikatakan sebagai pengaturan yang adil.
Keadilan menurut Ulpianus adalah Justitia est perpetua et constans
voluntas jus suum cuique tribuendi yang kalau diterjemahkan secara bebas
keadilan adalah suatu keinginan yang terus menerus dan tetap untuk
memberikan kepada orang apa yang menjadi haknya. Ini berarti keadilan
bahwa keadilan harus senantiasa mempertimbangkan kepentingan yang
terlibat di dalamnya

C. Konsep Negara Hukum


Dalam bernegara, umat manusia memang tidak mengenal adanya
konsep Negara Ekonomi atau pun Negara Politik. Yang ada adalah doktrin
mengenai Negara Hukum. Negara kita diimpikan oleh ‘the founding leaders’
sebagai Negara Hukum atau ‘Rechtsstaat’ menurut tradisi Eropa Kontinental
atau pun ‘The Rule of Law’, menurut tradisi Anglo-Amerika. Negara
Indonesia ialah ‘rechtsstaat’, bukan ‘machtsstaat’ (negara kekuasaan) atau
pun korporatokrasi.
Konsep negara hukum (rechtstaats) di Indonesia harus sesuai dengan nilai-
nilai yang tercermin dalam Pancasila. Pemahaman utuh terhadap konsep
Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila dapat dilihat dari proses dan latar
belakang lahirnya rumusan Pembukaan UUD 1945 yang merupakan
pernyataan kehendak lahirnya negara Indonesia, serta sebagai dasar filosofis
dan tujuan negara. Unsur-unsur negara hukum Indonesia merupakan nilai
yang dipetik dari seluruh proses lahirnya negara Indonesia, dasar falsafah
serta cita hukum negara Indonesia.

Konsep negara hukum adalah hierarki tatanan norma yang bermuara


kepada UUD 1945 yang menjadi sumber dari segala sumber hukum dan

8
norma kemasyarakatan sebagai acuan konstusi. Begitu juga terhadap
pelaksanaan dari negara hukum yang demokratis harus bersumber dari UUD
1945, sehingga dapat diterapkan dengan prinsip keseimbangan antarlembaga
negara (check and balance system). Curson mengemukakan bahwa negara
merupakan sebuah ikhtiar yang akan membawa orang pada suatu tujuan,
yakni menuju pada keadilan. Keadilan akan berada pada puncak pencapaian
secara substantif jika peran dan fungsi masyarakat diaplikasikan secara
rasional dan bersama-sama mengendalikan proses kehidupan dengan kontrol-
kontrol yang memuat eksistensi keadilan ke dalam jiwa setiap individu, yang
di dalamnya terdapat aset-aset yang dimiliki oleh mereka sendiri.
Menurut Huda (2005:73-74), persaman antara konsep rechtsstaat
dengan konsep rule of law, yaitu: pada dasarnya kedua konsep itu
mengarahkan dirinya pada satu sasaran yang utama, yakni pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Sedangkan perbedaan antara
konsep rechsstaat dengan konsep rule of law, yaitu: 
a. Konsep rechsstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme
sehingga sifatnya revolusioner, sebaliknya konsep rule of law
berkembang secara evolusioner.
b. Konsep rechsstaat bertumpu atas sistem hukum kontinental yang
disebut civil law, sedangkan konsep rule of law bertumpu atas sistem
hukum yang disebut common law. Karakteristik civil law adalah
administratif, sedangkan karakteristik common law adalah judicial.
Menurut Mahfud MD (dalam Imamuddin, 2011), perbedaan konsepsi
antara rechtsstaat dengan rule of law sebenarnya lebih terletak pada
operasionalisasi atas substansi yang sama yaitu perlindungan atas hak-hak
asasi manusia.
Menurut Kampar (2008), perbedaan yang menonjol antara konsep
rechtsstaat dan rule of law ialah pada konsep rechtsstat peradilan administrasi
negara merupakan suatu sarana yang sangat penting dan sekaligus pula ciri
yang menonjol pada rechtsstaat itu sendiri. Sebaliknya pada rule of law,
peradilan administrasi tidak diterapkan, karena kepercayaan masyarakat yang

9
demikian besar kepada peradilan umum. Ciri yang menonjol pada konsep
rule of law ialah ditegakkannya hukum yang adil dan tepat (just law).
Prinsip pokok negara hukum menurut Jimly Asshiddiqie adalah sebagai
berikut :
1. Supremasi Hukum (supremacy of law)
Adanya pengakuan normatif dan empirik akan prinsip supremasi
hukum, yaitu bahwa semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai
pedoman tertinggi. Dalam perspektif supremasi hukum (supremacy of
law), pada hakikatnya pemimpin tertinggi negara yang sesungguhnya,
bukanlah manusia, tetapi konstitusi yang mencerminkan hukum yang
tertinggi. Pengakuan normative mengenai supremasi hukum adalah
pengakuan yang tercermin dalam perumusan hukum dan/atau konstitusi,
sedangkan pengakuan empirik adalah pengakuan yang tercermin dalam
perilaku sebagian terbesar masyarakatnya bahwa hukum itu memang
‘supreme’.
2. Persamaan dalam Hukum (equality before the law)
Adanya persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan
pemerintahan, yang diakui secara normative dan dilaksanakan secara
empirik. Dalam rangka prinsip persamaan ini, segala sikap dan tindakan
diskriminatif dalam segala bentuk dan manifestasinya diakui sebagai
sikap dan tindakan yang terlarang, kecuali tindakan-tindakan yang
bersifat khusus dan sementara yang dinamakan ‘affirmative actions’
guna mendorong dan mempercepat kelompok masyarakat tertentu atau
kelompok warga masyarakat tertentu untuk mengejar kemajuan sehingga
mencapai tingkat perkembangan yang sama dan setara dengan kelompok
masyarakat kebanyakan yang sudah jauh lebih maju. Kelompok
masyarakat tertentu yang dapat diberikan perlakuan khusus melalui
‘affirmative actions’ yang tidak termasuk pengertian diskriminasi itu
misalnya adalah kelompok masyarakat suku terasing atau kelompok
masyarakat hukum adapt tertentu yang kondisinya terbelakang.
Sedangkan kelompok warga masyarakat tertentu yang dapat diberi

10
perlakuan khusus yang bukan bersifat diskriminatif, misalnya, adalah
kaum wanita ataupun anak-anak terlantar.
3. Asas legalitas
Dalam setiap Negara Hukum, dipersyaratkan berlakunya asas
legalitas dalam segala bentuknya (due process of law), yaitu bahwa
segala tindakan pemerintahan harus didasarkan atas peraturan
perundang-undangan yang sah dan tertulis. Peraturan perundang-
undangan tertulis tersebut harus ada dan berlaku lebih dulu atau
mendahului tindakan atau perbuatan administrasi yang dilakukan.
Dengan demikian, setiap perbuatan atau tindakan administrasi harus
didasarkan atas aturan atau ‘rules and procedures’ (regels). Prinsip
normatif demikian nampaknya seperti sangat kaku dan dapat
menyebabkan birokrasi menjadi lamban. Oleh karena itu, untuk
menjamin ruang gerak bagi para pejabat administrasi negara dalam
menjalankan tugasnya, maka sebagai pengimbang, diakui pula adanya
prinsip ‘Freies Ermessen’ yang memungkinkan para pejabat administrasi
negara mengembangkan dan menetapkan sendiri ‘beleid-regels’ atau
‘policy rules’ yang berlaku internal secara bebas dan mandiri dalam
rangka menjalankan tugas jabatan yang dibebankan oleh peraturan yang
sah.
4. Pembatasan kekuasaan
Adanya pembatasan kekuasaan Negara dan organ-organ Negara
dengan cara menerapkan prinsip pembagian kekuasaan secara vertikal
atau pemisahan kekuasaan secara horizontal. Sesuai dengan hukum besi
kekuasaan, setiap kekuasaan pasti memiliki kecenderungan untuk
berkembang menjadi sewenang-wenang, seperti dikemukakan oleh Lord
Acton: “Power tends to corrupt, and absolute power corrupts
absolutely”. Karena itu, kekuasaan selalu harus dibatasi dengan cara
memisah-misahkan kekuasaan ke dalam cabang-cabang yang bersifat
‘checks and balances’ dalam kedudukan yang sederajat dan saling
mengimbangi dan mengendalikan satu sama lain. Pembatasan kekuasaan

11
juga dilakukan dengan membagi-bagi kekuasaan ke dalam beberapa
organ yang tersusun secara vertical. Dengan begitu, kekuasaan tidak
tersentralisasi dan terkonsentrasi dalam satu organ atau satu tangan yang
memungkinkan terjadinya kesewenang-wenangan.
Idealitas negara berdasarkan hukum ini pada dataran implementasi
memiliki karakteristik yang beragam, sesuai dengan muatan lokal, falsafah
bangsa, ideologi negara, dan latar belakang historis masing-masing negara.
Oleh karena itu, secara historis dan praktis, konsep negara hukum muncul
dalam berbagai model seperti negara hukum menurut Qur’an dan Sunnah
atau nomokrasi Islam, negara hukum menurut konsep Eropa Kontinental
yang dinamakan rechtsstaat, negara hukum menurut konsep Anglo-Saxon
(rule of law), konsep socialist legality, dan konsep negara hukum Pancasila.
Menurut Philipus M. Hadjon, karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia, yaitu sebagai
berikut :
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan
asas kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-
kekuasaan negara;
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana ter-akhir;
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Berdasarkan penelitian Tahir Azhary, negara hukum Indonesia
memiliki ciri-ciri sebagai berkut :
1) Ada hubungan yang erat antara agama dan negara;
2) Bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa;
3) Kebebasan beragama dalam arti positip;
4) Ateisme tidak dibenarkan dan komunisme dilarang;
5) Asas kekeluargaan dan kerukunan.
Meskipun antara hasil penelitian Hadjon dan Tahir Azhary terdapat
perbedaan, karena terdapat titik pandang yang berbeda. Tahir Azhary

12
melihatnya dari titik pandang hubungan antara agama dengan negara,
sedangkan Philipus memandangnya dari aspek perlindungan hukum bagi
rakyat. Namun sesungguhnya unsur-unsur yang dikemukakan oleh kedua
pakar hukum ini terdapat dalam negara hukum Indonesia. Artinya unsur-
unsur yang dikemukakan ini saling melengkapi.
D. Indonesia sebagai Negara Hukum
Menurut Utrecht, prinsip-prinsip negara hukum berkembang sering dengan
perkembangan masyarakat dan negara. Utrecht membedakan dua macam
negara hukum, yaitu negara hukum formil atau negara hukum klasik dan
negara hukum materiil atau negara hukum yang bersifat modern. Perbedaan
kedua model negara hukum tersebut terletak pada tugas negara. Dalam negara
hukum formil, tugas negara adalah melaksanakan peraturan perundang-
undangan untuk melaksanakan ketertiban atau leih dikenal sebagai negara
penjaga malam ( nactwackerstaats). Sementara dalam negara hukum materiil,
tugas negara tidak hanya sekedar menjaga ketertiban saja, melainkan juga
untuk mencapai kesejahteraan rakyat untuk mencapai keadilan
( welfarestate ). Konsep negara hukum materiil menjadikan tugas utama
Negara sebagai pelayan bagi masyarakat (public service), dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut.
Konsep negara hukum kesejahteraan menjadi landasan kedudukan dan
fungsi pemerintah (bestuurfunctie) dalam negara-negara modern. Negara
kesejahteraan merupakan antitesis dari konsep negara hukum klasik, yang
didasari oleh pemikiran untuk melakukan pengawasan yang ketat terhadap
penyelenggara kekuasaan negara.
Anthony Giddens mengatakan20, konsep fungsi negara yang demikian
tersebut menjadikan negara mempunyai sifat intervensionis, artinya bahwa
negara selalu akan ambil bagian dalam setiap gerak dan langkah masyarakat
dengan alasan untuk meningkatkan kesejahteraan umum. Oleh karenanya
dalam Negara kesejahteraan tidak jarang tugas negara menjadi sangat luas
dan menjangkau setiap aspek kehidupan masyarakat (warga negara) dalam
segala bidang. bahkan di beberapa negara tertentu negara juga masuk dalam

13
kehidupan privat warga negaranya (missal : perkawinan, agama, dan lain
sebagainya).
Indonesia sebagai negara yang lahir pada era modern, tentu tidak lepas
dari pengaruh model-model negara hukum yang telah ada sebelumnya.
Namun, Maria Farida berpendapat21 bahwa prinsip negara hukum Indonesia
adalah negara pengurus (Verzonginstaat). Apabila dicermati secara sungguh-
sungguh konsep negara hukum ini hampir sama dengan konsep negara hukum
kesejahteraan. Hal tersebut juga ditegaskan melalui pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, khususnya pada alinea IV. Hal yang menjadikan prinsip
negara hukum Indonesia mirip dengan kesejahteraan adalah frasa
“kesejahteraan” yang dipertegas dalam aline IV, pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 tersebut. Penegasan tersebut
menimbulkan konsekuensi bahwa negara Indonesia tidak hanya harus
menjadikan hukum sebagai panglima dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara (Pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945). Namun, juga
menjadikan kesejahteraan rakyatnya sebagai prioritas dalam tujuan
dibentuknya negara.

E. Hubungan Indonesia Sebagai Negara Hukum dengan UUD 1945


Bentuk pemerintahan Indonesia adalah ‘Republik’. Disebut republik,
dan bukan kerajaan (monarchi), karena pengalaman bangsa indonesia dimasa
sebelum kemerdekaan, penuh diliputi oleh sejarah kerajaan – kerajaan besar
dan kecila diseluruh wilayah nusantara. Namun, sejak bangsa Indonesia
merdeka dan membentuk negara modern yang diproklamasikan
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Bentuk pemerintahan yang
dipilih adalah ‘Republik’. Karena itu, falsafah dan kultur politik yang bersifat
‘kerajaan’ yang didasarkan atas sistem feodalisme dan paternalisme, tidaklah
dikehendaki oleh bangsa Indonesia modern. Bangsa Indonesia menghendaki
negara modern dalam pemerintahan ‘res publica’.
Dalam konstitusi ditegaskan bahwa negara Indonesia adalaha negara
hukum (rechtsstaat), bukan negara kekuasaan (machtsstaat). Didalamnya

14
terkandung pengertian adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi hukum
dan konstitusi dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan
menurut sistem konstitusional yang diatur dalam Undang Undang Dasar.
Adanya prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak yang menjamin
persamaan setiap warga dalam hukum, serta menjamin keadilan yang setiap
orang termasuk terhadap penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang
berkuasa. Dalam paham negara hukum itu, hukumlah yang memegang
komando tertinggi dalam penyelenggaraan negara. Dengan demikian, harus
diadakan jaminan bahwa hukum itu sendiri dibangun dan ditegakkan menurut
prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat (democratische rechtsstaat). Prinsip
– prinsip itu tidak boleh mengabaikan demokrasi yang diatur dalam Undang
Undang Dasar.
Oleh sebab itu, kedudukan Pembukaan UUD 1945 yang juga memuat
rumusan Pancasila menjadi sumber hukum tertinggi bagi negara hukum
Indonesia. Pembukaan UUD 1945 merupakan nilai abstraksi tertinggi dan
nilai yang terkandung dalam pembukaan merupakan kaedah penuntun
penyusunan pasal-pasal dalam UUD 1945 agar tidak menyimpang dari nilai-
nilai yang menjadi dasar falsafah dan cita negara (Tengku Erwinsyahbana
dan Tengku Rizq Frisky Syahbana, 2018). Indonesia sebagai negara hukum
yang demokratis, menganut kedaulatan rakyat sekaligus kedaulatan hukum.
Segala bentuk tindakan warga negara yang di dalamnya juga terdapat
penyelenggara negara mempunyai ketentuan yang sama didalam hukum
negara, dengan tidak membedakan status dan sosialnya, sehingga keadilan
dan kedaulatan hukum dapat dirasakan secara bersama serta kedaulatan
rakyat tercipta dengan baik yang mengarah kepada kesejajaran di hadapan
hukum.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia sebagai jantung
dan jiwa Negara. Undang-undang dasar suatu Negara memberi tahu kepada
kita tentang apa maksud membentuk Negara, bagaimana cita-citanya dengan
bernegara itu , apa yang ingin dilakukannya ,serta asas-asas kehidupan yang
terdapat di dalamnya. Dengan undang-undang dasar itu suatu Negara sebagai

15
komunitas memiliiki tujuan yang jelas dan akan memandu menuju apa yang
dicita-citakan.Undang-undang dasar juga sangat penting bagi
penyelenggaraan hukum suatu Negara ,oleh karena pada saat-saat tertentu
hukum perlu melihat kepada panduan yang diberikan oleh undang-undang
dasarnya. Hal tersebut terjadi, Misalnya ,pada saat hukum mengalami
kebuntuan dan tidak tahu ke mana harus melangkah.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam paham negara hukum itu, hukumlah yang memegang komando
tertinggi dalam penyelenggaraan negara. Dengan demikian, harus diadakan
jaminan bahwa hukum itu sendiri dibangun dan ditegakkan menurut prinsip
demokrasi atau kedaulatan rakyat (democratische rechtsstaat). Prinsip –
prinsip itu tidak boleh mengabaikan demokrasi yang diatur dalam Undang
Undang Dasar. Dengan undang-undang dasar itu suatu Negara sebagai
komunitas memiliiki tujuan yang jelas dan akan memandu menuju apa yang
dicita-citakan.Undang-undang dasar juga sangat penting bagi
penyelenggaraan hukum suatu Negara. Karena didalam Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia telah tertuang cita-cita luhur bangsa
Indonesia dan merupakan jantung bagi bangsa Indonesia.
Sejatinya, hukum itu diciptakan dan hadir dalam kehidupan masyarakat
untuk dilaksanakan oleh negara dan masyarakat dengan maksud untuk
mencapai tujuan hukum dalam rangka menciptakan ketertiban dan keamanan
masyarakat. Pada titik ini, penegakan hukum dalam implemnetasinya tidak
terjadi ketimpangan antara das sollen (kaidah hukum yang menerangkan
kondisi yang diharapkan) dan das sein (sebagai keadaan yang nyata).

B. Saran
Adapun yang ingin dimintakan perhatian di sini yaitu, hendaknya kita juga
meninjau perkembangan hukum di Indonesia semenjak penjajahan sebagai
pembelajaran untuk masa sekarang dan yang akan datang. Terutama untuk
menghadapi masalah yang sudah pernah terselesaikan di masa lampau,
seperti korupsi. Banyak hal yang harus dilakukan untuk mencapai Tujuan dan
cita-cita Indonesia sebagai Negara hukum agar ‘negara hukum’ tidak sekedar
menjadi slogan kaku yang tidak bisa di realisasikan.

17
DAFTAR PUSTAKA

DR. Drs. Muntoha, S. M. (2013). NEGARA HUKUM INDONESIA PASKA PERUBAHAN UUD
1945. In r. D. Munawir Haris, NEGARA HUKUM INDONESIA PASKA PERUBAHAN
UUD 1945 (pp. 1-125). Yogyakarta: Kaukaba Dipantara.

Rais, M. T. (2022). NEGARA HUKUN INDONESIA : GAGASAN DAN PENERAPANNYA.


ojs.unsulbar.ac.id, 1-20.

Saktika, G. (2023, Mei 2). 16 Contoh Kata Pengantar Makalah Beserta Strukturnya
Lengkap. Retrieved Mei 14, 2023, from /berita.99.co:
https://berita.99.co/contoh-kata-pengantar-makalah/

Syahrudin, R. (n.d.). Konsep Negara Hukum Indonesia. Retrieved April 4, 2023, from
www.academia.edu:
https://www.academia.edu/9543539/konsep_negara_Hukum_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai