Anda di halaman 1dari 28

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL

Peranan Hukum Dalam Praktek


Ketatanegaraan di Indonesia
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Teori Hukum
Dosen : Dr. Sigit Irianto, S.H., M.Hum

Nama : Fitri Kartika

NPM : 201003741011045

MAGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945


SEMARANG

2021

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................

I. PENDAHULUAN..............................................................................................................

LATAR BELAKANG............................................................................................................

II. PERMASALAHAN............................................................................................................

III. PEMBAHASAN.............................................................................................................

IV. PENUTUP.....................................................................................................................

Kesimpulan...........................................................................................................................

Saran.....................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................

2
I. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Ditinjau dari sudut hukum tatanegara, negara adalah suatu organisasi

kekuasaan, dan organisasi kekuasaan, dan organisasi itu merupakan tata kerja dari

pada alat-alat kelengkapan negara yang merupakan suatu keutuhan, tata kerja

dimana melukiskan hubungan serta pembagian tugas dan kewajiban antara

masing-masing alat perlengkapan negara itu untuk mencapai suatu tujuan yang

tertentu.1

Menurut Woodrow Wilson, Negara adalah orang-orang yang diatur menurut

hukum dalam suatu batas wilayah teritorial tertentu. 2 Sedangkan apabila kita

tinjau dari sudut Hakekat Negara, negara adalah suatu wadah daripada suatu

bangsa yang diciptakan oleh negara untuk batas wilayah dalam suatu mencapai

cita-cita atau tujuan bangsanya atau dapat juga dikatakan bahwa tujuan negara

berhubungan dengan hakekat suatu negara.3 Demikian pula pendapat Aristoteles

bahwa negara dibentuk dan dipertahankan karena negara bertujuan

menyelenggarakan hidup yang baik bagi semua warganya.4

Tujuan suatu negara sesungguhnya adalah cita-cita idiil suatu negara yang

ingin di wujudkan negara tersebut melalui tata cara ataupun sistematika instrumen

hukum yang ada di negara tersebut. Menurut Roger Soltau tujuan negara ialah

memungkinkan rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya cipta nya

1
Soehino, Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta, 1980, hlm. 140
2
C.F. Strong, Modern Political Constitutions Konstitusi-Konstitusi Politik Modern Studi
Perbandingan tentang Sejarah dan Bentuk, Nusa Media, Bandung, 2010, hlm. 6
3
Ibid Op.Cit, Soehino, hlm. 146
4
Ni’matul Huda, Ilmu Negara, Rajawali Press, Jakarta, 2013, hlm. 54

3
sebebas mungkin.5 Adapun menurut Harold J.Laski tujuan negara adalah

menciptakan keadaan dimana rakyat dapat mencapai terkabulnya

keinginankeinginan secara maksimal.6

Setiap negara terdapat teori hukum yang perannya sebagai kebijakan dasar

bagi penyelenggara negara untuk menentukan arah, bentuk maupun isi hukum

yang akan dibentuk. Sebagaimana pengertian teori hukum menurut Padmo

Wahjono dengan mengatakan bahwa teori hukum adalah kebijakan penyelenggara

negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di

dalamnya mencakup pembentukan, penerapan, dan penegakan hukum.7

Persoalannya adalah bagaimana penyelenggara negara mengelolaannya. Ada

negara yang menyusun secara berencana dan sistematis teori hukumnya, dan

berkehendak menyusun kembali secara menyeluruh tatanan hukum baik karena

alasan idiologis atau karena perubahan sistem politik. Misalnya dari negara

jajahan menjadi negara merdeka atau dari negara kerajaan menjadi negara

republik. Akan berbeda halnya dengan negara yang sudah memiliki sistem hukum

yang sudah mapan. Teori hukumnya dilakukan dengan lebih sederhana yaitu lebih

dikaitkan pada kebutuhan yang bersifat khusus daripada yang pokok atau asas-

asanya. Indonesia nampaknya berada pada posisi negara yang menyusun teori

hukumnya secara sistematis dan terprogram, baik karena alasan dari negara

jajahan menjadi merdeka maupun alasan idiologis amanat rechtsidea yaitu cita

hukum yang termuat dalam konstitusi dan pembukaan UUD 1945. Ada kehendak
5
Ibid.
6
Harold J.Laski, The State in Theory and Practice,The Viking Press, New York , 1947, hlm. 253
7
Padmo Wahjono, Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum,Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986,
hal. 160

4
bahkan kebutuhan untuk terus memperbaiki, mengganti atau menyempurnakan

hukum-hukum peninggalan kolonial dengan hukum yang baru. Ditengah

perdebatan mengenai penggantian hukum kolonial itu muncul berbagai tuntutan

dan perdebatan tentang hukum apakah yang mewarnai dalam pembangunan

hukum nasional Indonesia modern. Sebagian kalangan memandang bahwa hukum

barat peninggalan kolonial itu perlu dipertahankan dengan hanya

memperbaharuinya dengan berbagai perkembangan baru dalam masyarakat. Pada

sisi lain kelompok pelopor hukum adat menghendaki diberlakukan dan

diangkatnya hukum adat menjadi hukum nasional Indonesia dan kelompok lain

mengusulkan agar syari’at Islam perlu diintrodusir sebagai hukum nasional

Indonesia. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan membahas alur perkembangan

teori hukum dan perannya dalam pembangunahan hukum di Indonesia semenjak

kemerdekaan hingga pasca reformasi.

Indonesia menegaskan tujuan negara atas tujuan didirikannya Negara

Kesatuan Republik Indonesia dalam Kontstitusinya, tepatnya pada Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945). Di

dalam Pembukaan UUD 1945 yang mana merupakan Staatfundamentanorm

disebutkan bahwa tujuan dibentuknya Negara Kesatuan Republik adalah :

1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

indonesia,

2) memajukan kesejahteraan umum,

3) mencerdaskan kehidupan bangsa,

5
4) ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial.8

Dalam praktek empiris masih banyak terdapat peraturan perundangundangan

yang terjadi kekacauan dalam tata urutannya, banyak materi yang seharusya diatur

dalam undang-undang tapi diatur dalam Penetapan Presiden atau Peraturan

Presiden ataupun Peraturan Pemerintah. Bahkan diatas itu semua, banyak

peraturan perundang-undangan setingkat undang-undang ataupun di bawah

undangundang yang bertentangan dengan UUD 1945.

Penyimpangan-penyimpangan ini hendaknya segera disikapi dengan responsif

sehingga tidak berdampak kepada tidak berjalannya sistem hukum serta

mekanisme yang ditetapkan dalam UUD 1945. Presiden dan Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) adalah pembentuk peraturan perundang-undangan sebagaimana

diamanatkan dalam UUD 1945. Presiden sebagai perwakilan pemerintah yang

menjalankan roda pemerintahan (eksekutif) dan DPR sebagai wakil rakyat yang

membidangi Legislasi pasti mempunyai kepentingan-kepentingan politis yang

pada titik-titik tertentu kepentingan-kepentingan politik tersebut dapat

terkonkritisasi dalam peraturan perundang-undangan. Apabila aroma politis

sangat kuat tercium dalam peraturan perundang-undangan maka yang sangat

dikhawatirkn adalah timbulnya pengkaburan terhadap tujuan dibentuknya hukum

itu sendiri yaitu untuk keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum rakyat.

Apabilapengkaburan tujuan hukum ini terjadi terus-menerus dan berulang – ulang,

8
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Alinea Ke Empat.

6
maka tujuan negara tidak akan dapat terwujud sebagaimana yang diharapkan oleh

rakyat.

Sebagaimana kita ketahui bahwa produk-produk hukum di Indonesia

merupakan produk politik. Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan

membentuk undang-undang dan setiap rancangan undang-undang dibahas oleh

Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. 9

Begitu pula Presiden, berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada

Dewan Perwakilan Rakyat.10 Sehingga pengesahan seuatu Rancangan Peraturan

Perundang-Undangan menjadi Undang-undangan adalah suatu bentuk

kesepakatan bersama antara Presiden (Eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat

(Legislatif).

Suatu mekanisme penciptaan peraturan perundang-undangan salah satunya

dibentuk melalui Teori hukum yang dikendaki para penguasa pada masa tersebut.

Sehingga mekanisme penciptaan hukum yang ada di Indonesia saat ini adalah

berdasarkan kehendak dan kewenangan pemegang tampuk kekuasaan. Teori

hukum dapat dijabarkan sebagai kemauan atau kehendak negara terhadap hukum.

Artinya, untuk apa hukum itudiciptakan, apa tujuan penciptaannya dan kemana

arah yang hendak dituju. Teori hukum adalah kebijakan pemerintah mengenai

hukum mana yang akan dipertahankan, hukum mana yang akan diganti, hukum

mana yang akan direvisi dan hukum mana yang akan dihilangkan. Dengan

demikian melalui teori hukum negara membuat suatu rancangan dan rencana

pembangunan hukum nasional di Indonesia. Pencapaian pembangunan hukum


9
Pasal 20 ayat (1) dan (2) Batang Tubuh UUD 1945
10
Pasal 5 ayat (1)

7
akan mendorong pencapaian tujuan hukum yang selanjutnya mengarah pada

terciptanya tujuan negara. Tujuan hukum untuk menciptakan suatu keadilan,

kemanfaatan, ketertiban dan kepastian hukum tidaklah dengan mudah dapat

dipenuhi apabila di dalam setiap hukum yang ada terkandung tujuan negara.

II. PERMASALAHAN

Bagaimanakah peranan hukum dalam praktek ketatanegaraan di Indonesia?

III. PEMBAHASAN

Secara etimologis, istilah teori hukum merupakan terjamahan bahasa

Indonesia dari istilah hukum Belanda rechtspolitiek, yang merupakan bentukan

dari dua kata rech dan politik. 11 Dalam bahasa Indonesia kata recht berarti hukum.

Kata hukum sendiri berasal dari bahasa Arab hukm (kata jamaknya ahkam), yang

berarti putusan, ketetapan, perintah, kekuasaan, hukuman dan lain-lain. Berkaitan

dengan istilah ini, belum ada kesatuan pendapat di kalangan para teoretisi hukum

tentang apa batasan dan arti hukum yang sebenarnya. Perbedaan pendapat terjadi

karena sifatnya yang abstrak dan cakupannya yang luas serta perbedaan sudut

pandang para ahli dalam memandang dan memahami apa yang disebut dengan

hukum itu. Namun, sebagai pedoman, secara sederhana kita dapat mengatakan

bahwa hukum adalah seperangakat aturan tingkah laku yang berlaku dalam

masyarakat. Penjelasan etimologis di atas tentu tidak memuaskan karena masih

begitu sederhana, sehingga dalam banyak hal dapat membingungkan dan

merancukan pemahaman tetang apa itu teori hukum. Guna melengkapi uraian di

11
Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, Dasar-dasar Politik Hukum, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 1999, hal. 19

8
atas penulis menyajikan definisi-definisi teori hukum yang dirumuskan oleh

beberapa ahli hukum yang selama ini cukup concern mengamati perkembangan

disiplin ilmu ini, yaitu :

a) LJ. van Appeldoorn dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum menyebut

dengan istilah politik perundang-undangan.12 Teori hukum berarti

menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan. Pengertian

ini terbatas hanya pada hukum tertulis saja.13

b) Teuku Muhammad Radhie mengkonsepsi teori hukum sebagai

pernyataan kehendak penguasa negara mengenai hukum yang berlaku

di wilayah suatu negara dan mengenai arah kemana hukum hendak

dikembangkan.14

c) Abdul Hakim Garuda Nusantara yang menyatakan bahwa teori hukum

sama dengan politik pembangunan hukum yang hendak diterapkan

atau dilaksanakan oleh suatu pemerintah negara tertentu.15

d) Sunaryati Hartono tidak mendefinisikan teori hukum secara eksplisif,

namun ia melihat bahwa teori hukum sebagai sebuah alat (tool) atau

sarana dan langkah yang dapat digunakan pemerintah untuk

menciptakan sistem hukum nasional yang dikehendaki dan dengan

12
LJ. van Appeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. Ke-18, PradnyaParamitha, Jakarta, 1981, hal.
390.
13
A.S.S. Tambunan, Politik Hukum Berdasarkan UUD 1945, Puporis Publishers, Jakarta 2002,
hal. 9
14
Teuku Muhammad Radhie dalam majalah PRISMA, no. 6 tahun keI-II, Desember 1973, hal. 4.
15
Abdul Hakim Garuda Nusantara, PolitikHukum Indonesia, YLBHI, Jakarta, 1988, hal. 2

9
sistem hukum nasional itu akan diwujudkan cita-cita bangsa

Indonesia.16

e) Moh. Mahfud MD menyebutkan bahwa teori hukum adalah legal

policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum yang akan

diberlakukan baik dengan hukum baru maupun dengan penggantian

hukum lama, dalam rangka mencapai tujuan negara.17

Dari pengertian teori hukum menurut para ahli hukum di atas maka dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksudkan dengan teori hukum adalah serangkaian

konsep, asas, kebijakan dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang

mengandung politik pembentukan hukum, politik penentuan hukum dan politik

penerapan serta penegakan hukum, menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan

para penegak hukum untuk menentukan arah, bentuk maupun isi hukum yang

akan dibentuk, hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah

perkembangan hukum yang dibangun serta untuk mencapai tujuan negara.

Setiap negara tentu memiliki tujuannya masing-masing. Berbagai kendala

tentu akan timbul selama pencapaian tujuan negara tersebut, baik kendala internal

maupun kendala eksternal. Masalah sosiologis dan yuridis suatu negara pun angat

mempengaruhi dalam perwujudan tujuan negara tersebut.Tujuan negara pada

umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara.Setiap negara pasti

mempunyai tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan Undang–Undang

Dasarnya. Tujuan masing–masing negara sangat dipengaruhi oleh tata nilai sosial,

16
Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Alumni, Bandung,
1991, hal. 1
17
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal. 2

10
kondisi geografis, sejarah pembentukannya serta pengaruh politik dari penguasa

negara.

Secara umum negara mempunyai tujuan antara lain sebagai berikut :18

1) Memperluas kekuasaan semata

2) Menyelenggarakan ketertiban umum

3) Mencapai kesejahteraan umum

UUD 1945 merupakan sumber dari keseluruhan teori hukum nasional

Indonesia. Tetapi dalam prakteknya, hukum seringkali menjadi cermin dari

kehendak pemegang kekuasaan politik sehingga tidak sedikit orang memandang

bahwa hukum sama dengan kekuasaan. UUD 1945 mengakui hak-hak (termasuk

hak milik) dan kebebasan individu sebagai hak asasi, tetapi sekaligus meletakkan

kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi.

Sedangkan teori hukum adalah legal policy yang telah atau akan dilaksanakan

secara nasional oleh pemerintah Indonesia yang meliputi:19

1) Pembangunan hukum yang berintikan pembuatan dan pembaruan

terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan kebutuhan

2) Pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk penegasan

fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum.

Teori hukum adalah kebijakkan sebagai dasar untuk menyelenggarakan negara

khususnya dalam bidang hukum mengenai hukum yang akan berjalan , sedang
18
Pengertian Fungsi dan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam
http://dieks2010.wordpress.com/2010/08/27/pengertian-fungsi-dan-tujuan-negara-kesatuan-
republikindonesia/, pada tanggal 23 april 2012 pukul 06.54, di unduh pada 10 Oktober 2014
19
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia, PT. Pustaka LP3ES, Jakarta, 1998, hlm. 9

11
berjalan dan telah berlaku yang diambil dari nilai-nilai yang tumbuh dan hidup

serta berlaku dalam masyarakat untuk mencapai tujuan negara sebagaimana

tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4. Alinea Keempat, menyebutkan

”kemerdekaan dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara

Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan

bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan

Indonesia itu dalam susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan

rakyat dan berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang

adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawatan/perwakilan, serta dengan mewujudkan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Alinea itu mempunyai makna

mempertegas cita-cita yang harus dicapai oleh bangsa Indonesia melalui wadah

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa

Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial. Lembaga-lembaga yang berada dalam satu

sistem pemerintahan Indonesia bekerja secara bersama dan saling menunjang

untuk terwujudnya tujuan dari pemerintahan di negara Indonesia.20

20
Chandra Yudiana E, Sistem Pemerintahan Indonesia, dalam
http://41707011.blog.unikom.ac.id /sistem-pemerintahan.1ay, pada tanggal 23 april 2012 pukul
07.08, di akses pada tanggal 10 Oktober 2014

12
Kaitan antara Teori hukum dan Tujuan negara sebenarnya dapat kita lihat

RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) dan RPJM (Rencana

Pembangunan Jangka Menengah). RPJP atau RPJM ini merupakan arah kebijakan

(politik) penguasa dan badan-badan administrasi lainnya untuk mencapai

tujuannegara.Karena secara tertulis, maka RPJP dan RPJM menjadi standar

keberhasilan pemerintah dalam mengelola sumberdaya yang ada guna tercapainya

tujuan negara.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Teori hukum Nasional adalah

kebijakkan dasar penyelenggara negara (Republik Indonesia) dalam bidang

hukum yang akan, sedang dan telah berlaku, yang bersumber dari nilai-nilai yang

berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara yang di cita-citakan. Tujuan

negara sebagai arah pembangunan nasional sejalan dan berkaitan erat dengan teori

hukum yang berlaku dan berubah-ubah.Sebagai contoh dalam beberapa

amandemen UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 telah

merubah beberapa unsur penting dari kekuasaan eksekutif (penguasa) yang

dianggap terlalu luas sehingga terkesan pemimpin yang otoriter sehingga

penguasa tidak lagi sewenang-wenang melanggar hak-hak warga negara hanya

dengan alasan demi kepentingan umum yang klise dan tidak dapat

dipertanggungjawabkan secara yuridis.

Adapun hal-hal yang berpengaruh dalam mewujudkan tujuan negara adalah

Hukum Nasional. Hukum nasional adalah hukum atau peraturan

perundangundangan yang didasarkan kepada landasan ideologi dan konstitusional

negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945 atau hukum yang dibangun diatas

13
kreativitas atau aktifitas yang didasarkan atas cita rasa dan rekayasa bangsa

sendiri.21 Atau dapat dikatakan pula bahwa, hukum nasional adalah semua hukum

yang berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia baik berupa hukum

tertulis maupun tidak tertulis.

Salah satu tujuan negara yang dapat kita tangkap dari Pembukaan

UndangUndang dasar 1945 adalah untuk mensejahterakan rakyat. Untuk

mendukung kelancaran tersebut maka negara dalam hal ini pemerintah berwenang

membuat suatu peraturan dalam hal ini hukum nasional sebagai alat untuk

mengontrol masyarakat. Teori hukum nasional dibentuk dalam rangka

mewujudkan tujuan cita-cita ideal Negara Republik Indonesia. Tujuan teori

hukum nasional meliputi :22

a) Sebagai suatu alat (tool) atau sarana dan langkah yang dapat digunakan

oleh pemerintah untuk menciptakan suatu sistem hukum nasional yang

dikehendaki,

b) Dengan sistem hukum nasional itu akan diwujudkan cita-cita bangsa

indonesia yang lebih besar.

Indonesia belum memiliki sistem hukum yang representatif, sehingga

munculah usulan dari hasil seminar tentang hukum nasional di Fakultas Hukum

21
Imam Syaukani & A.Ahsin Thohari, Dasar-Dasar Politik Hukum, PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2004, hlm. 62
22
Ali Serizawa , Pengertian Politik Hukum Nasional dan
Tujuannya,http://www.hukumsumberhukum.com/2014/09/pengertian-politik-hukum-nasional-
dan.html 03 September 2014 | 12:08 AM, Di unduh 20 Juli 2021

14
Universitas Indonesia, merekomendasikan bahwa hukum nasional yang sedang

dibangun haruslah :23

a) Berlandaskan Pancasila (filosofis) dan UUD 1945 (konstitusional);

b) Berfungsi mengayomi, menciptakan ketertiban sosial, mendukung

pelaksanaan pembangunan dan mengamankan hasil-hasil dari

pembangunan.

Rumusan Teori hukum Nasional di Indonesia dapat ditemukan dalam berbagai

dokumen perencanaan yang telah ditetapkan. Pada masa awal kemerdekan hal itu

dirumuskan dalam UUD 1945 Pasal II Aturan Peralihan, masa Orde Lama

dirumuskan dalam Manifesto Politik Orde Lama sebagai GBHN pada waktu itu,

masa Orde Baru dalam Ketetapan MPR tentang GBHN, masa reformasi

ditemukan dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas) Ketetapan MPR

No. IV tahun 1999 jo UU Nomor 25 tahun 2000. Teori hukum nasional Indonesia

yang berlaku saat ini dapat dilihat dalam UU no. 25/2004 yang mengatur tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang menyatakan bahwa penjabaran

dari tujuan dibentuknya Republik Indonesia seperti dimuat dalam Pembukaan

UUD 1945, dituangkan dalam bentuk RPJP (Rencana Pembangunan Jangka

Panjang). Skala waktu RPJP adalah 20 tahun, yang kemudian dijabarkan dalam

RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), yaitu perencanaan dengan

skala waktu 5 tahun, yang memuat visi, misi dan program pembangunan dari

presiden terpilih, dengan berpedoman pada RPJP. Di tingkat daerah, Pemda harus

23
Artidjo Alkosar, Menelusuri Akar dan Merancang Hukum Nasional dalam Artidjo Alkosar (ed.),
Identitas Hukum Nasional, Fakultas Hukum UII, Yogyakarta, 1997, hlm. 287-296

15
menyusun sendiri RPJP dan RPJM Daerah, dengan merujuk kepada RPJP

Nasional.

Perlu di jelas disini bahwa peran teori hukum terhadap pembangunan hukum

nasional di indonesia tidak bisa dilepas dari kontek sejarah. Sebagaimana

diketahui, setelah Indonesia merdeka hingga pasca reformasi bangsa Indonesia

telah berupaya untuk membenahi sistem hukum nasional sesuai dengan

perkembangan negara Indonesia saat ini.

Dalam sepanjang sejarah Negara Republik Indonesia telah terjadi perubahan-

perubahan politik secara bergantian (bedasarkan periode sistem politik) antara

politik yang demokratis dan politik otoriter. Sejalan dengan perubahan-perubahan

politik itu, karakter produk hukum juga berubah. Terjadinya perubahan itu karena

hukum merupakan produk politik, maka karakter produk hukum berubah jika

politik yang melahirkannya berubah.

a) Perubahan Berbagai UU Tampak jelas dan terbukti secara gamlang bahwa

”hukum sebagai produk politik” sangat ditentukan oleh perubahan-

perubahan politik. Begitu rezim Orde Baru di bawah kekuasaan Suharto

jatuh, maka hukum-hukum juga lansung diubah, terutama hukum-hukum

publik yang berkaitan dengan distribusi kekuasaan yakni hukum tata

negara. Berikut ini beberapa contohnya.24

1) UU tentang Partai Politik dan Gelongan Karya diganti dengan UU

tentang Kepartaian. Jika semula rakyat dipaksa untuk hanya

menerima dan memilih tiga organisasi sosial politik tanpak boleh


24
Moh. Mahfud MD, Op.Cit., hal. 374

16
mengajukan alternatif, maka sekarang rakyat diperbolehkan

membentuk partai politik yang eksistensinya di parlemen bisa

dibatasi oleh rakyat melalui pemilu dengan memberlakukan

electoral theshold dan/atau parliamentary threshold.25

2) UU tentang Pemilu dibongkar dengan menghapus porsi anggota

DPR dan MPR yang diangkat oleh presiden. Penyelenggara pemilu

juga dilepaskan dari hubungan struktural dengan pemerintah, dari

yang semula diselenggarakan oleh Lembaga Pemilihan Umum

(LPU) yang diketuai oleh Menteri Dalam Negeri dialihkan ke

Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang bersifat mendiri.

3) UU tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD

dirombak sejalan dengan perubahan UU tentang Pemilu.

Perubahan atas UU ini sampai tahun 2004 berisi pengurangan

terhadap jumlah anggota DPR yang diangakat serta pengangkatan

anggota MPR secara lebih terbuka, namun sejak pemilu 2004

perubahan atas UU sudah meniadakan pengangkatan sama sekali

dan memasukkan Dewan Perwakilan Daerah sebagai lembaga

negara yang baru sejalan dengan amandemen atas UUD 1945 yang

menentukan bahwa MPR terdiri dari anggota DPR dan anggota

Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

4) UU tentang Pemerintah Daerah juga diganti, dari yang semula

berasas otonomi nyata dan bertanggung jawab menjadi berasas

25
Parliamentary threshold merupakan pengganti dari upaya penyaringan atau upaya
penyederhanaan parpol dengan electoral threshold.

17
otonomi luas, dari yang secara politik sentralistik menjadi

desentralistik.

Selain contoh-contoh di atas, masih banyak UU lain yang di ubah sejalan

dengan perubahan politik dari Orde Baru ke Reformasi. Seperti tentang ketentuan

Surat Isin Penerbitan Pers (SIUPP) di cabut, Dwifungsi ABRI dihapus, TNI pisah

dari POLRI, Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (PA) dihapus,

Kekuasaan kehakiman disatuatapkan, dan masih banyak contoh lainnya.

b) Penghapusan Tap MPR

Pasca reformasi 1998 perubahan hukum bukan hanya mengantarkan

perubahan berbagai UU seperti yang dikumukan di atas, melainkan

menyentuh juga peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yakni

Ketetapan Majelis Pemusyawaratan rakyat (Tap MPR) dan UndangUndang

Dasar (UUD) 1945. untuk tingkat Tap MPR yang mula-mula ditiadakan

adalah Tap MPR No. II/MPR/1978 tetang Pedoman Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila (P4) dan Tap MPR No. IV/MPR/1983 tentang

Referendum, tetapi akhirnya Tap MPR sendiri dinyatakan dihapus dari

peraturan perundang-undangan sejalan dengan perubahan atau amandemen

atas UUD 1945.26

Amandemen UUD 1945 mengubah hubungan antarlembaga negara dari

yang vertikalstruktural menjadi horizontal-fungsional sehingga ada lagi

lembaga tertinggi negara. MPR yang semula merupakan lembaga tertinggi

26
Moh. Mahfud MD, Op.Cit., hal. 375

18
negara diturunkan derajatnya menjadi lembaga negara biasa yang sejajar

dengan lembaga negara dlainnya yaitu DPR, DPD, Presiden, BPK, MA,

Mahkamah Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial.

Dengan posisi yang tidak lagi sebagai lembaga tertinggi negara, maka

peraturan perundang-undangan di dalam tata hukum tidak lagi mengenal Tap

MPR sebagai peraturan. Adapun tap MPR yang sudah terlanjur ada yang

jumlahnya mencapai 139 Tap sejak tahun 1960 hingga tahun 2003 tetap

berlaku sesuai dengan perintah pasal I Aturan Tambahan UUD 1945 hasil

amandemen, MPR mengeluarkan Tap No. I/MPR/2003 merupakan Tap

Terakhir yang menutup semua Tap MPR yang bersifat mengatur dalam arti

tidak boleh ada lagi setelah itu Tap MPR yang bersifat mengatur.

c) Perubahan Undang-Undang Dasar

Penghapusan Tap MPR seperti yang telah disinggung di atas sebagai salah

satu bentuk peraturan perundang-undangan merupakan akibat dari perubahan

atau amandemen atas UUD 1945. Perubahan UUD 1945 itu sendiri

merupakan produk teori hukum di Indonesia pasca reformasi.

Pada masa reformasi ada arus pemikiran kuat yang dimotori oleh berbagai

kampus dan para pegiat demokrasi bahwa reformasi konstitusi merupakan

kaharusan jika ingin melakukan reformasi. Karena krisis multi dimensi yang

menimpa Indonesia disebabkan sistem politik yang otoriter sehingga untuk

memperbaikinya harus dimulai dari perubahan sistem politik agar menjasi

demokratis. Untuk membangan sistem politik yang demokratis haruslah

19
dilakukan amandemen terhadap UUD 1945 karena sistem politik otoriter yang

dibangun selalu masuk dari celah-celah yang ada pada UUD 1945 tersebut.

Ada hal lain yang memperkuat alasa dilakukannya amandemen atau

perubahan UUD 1945 yakni alasan konstitusi sebagai resultante atau produk

kesepakatan politik sebagaimana dikemukankan oleh KC Whese. Sebagai

resultante, kontitusi merupakan kesepakatan pembuatannya sesuai dengan

keadaan politik, ekonomi, sosial, dan budaya pada saat dibuat.27

Meskipun dapat diubah melalui resultante baru sesuai dengan tuntutan

waktu, tempat dan poleksosbud Undang-Undang Dasar itu dirancang dengan

muatan isi dan prosedur yang tidak mudah diubah. Perubahan hanya dapat

dilakukan dengan alasan-alasan yang sangat penting dan dengan prosedur

yang tidak mudah.

IV. PENUTUP

Kesimpulan

Teori hukum adalah suatu disiplin ilmu hukum yang mengatur tentang

cara bagaimana merubah iusconstitutum menjadi ius constituendum, atau

menciptakan hukum baru untuk mencapai tujuan mereka. Selanjutnya kegiatan

teori hukum meliputi mengganti hukum dan menciptakan hukum baru karena

adanya kepentingan yang mendasar untuk dilakukan perubahan sosial dengan

membuat suatu regeling (peraturan) bukan beschiking (penetapan).Teori

hukum berperan dalam berbagai lini pembentukan Peraturan perundang-

27
K.C. Wheare, the Modern Contitutions, Oxford University Press, 3rd Impression, London-New
Yorkteronto, 1975, hal. 67.

20
undangan, yang secara konkrit dapat dilihat di dalam UU nomor 12 tahun

2011 tentang pembentukan Peraturan PerundangUndangan di Indonesia. Hal

ini terlihat dari proses perencanaan, pembentukan bahkan pengesahan hingga

pengundangan.Peraturan perundang-undangandan proses pembentukannya

memerankan fungsi signifikan dalam pembangunan hukum nasional. Hal ini

dikarenakan, di Indonesia, peraturan perundang-undangan merupakan cara

utama penciptaan hukum, peraturan perundang-undangan. Selain itu,

Peraturan perundang-undangan merupakan instrumen yang sangat efektif

dalam pembaharuan hukum (law reform) karena kekuatan hukumnya yang

mengikat dan memaksa. Peraturan perundang-undangan juga memberikan

kepastian hukum yang lebih tinggi dari pada hukum kebiasan, hukum adat,

atau hukum yurisprudensi. Teori hukum Nasional adalah kebijakkan dasar

penyelenggara negara (Republik Indonesia) dalam bidang hukum yang akan,

sedang dan telah berlaku, yang bersumber dari nilai-nilai yang berlaku di

masyarakat untuk mencapai tujuan negara yang di cita-citakan. Tujuan negara

sebagai arah pembangunan nasional sejalan dan berkaitan erat dengan teori

hukum yang berlaku dan berubah-ubah. Peranan Teori hukum nasional

sangatlah penting dalam mencapai tujuan negara. Hal ini dikarenakan hukum

nasional yang akan, sedang dan telah diberlakukan di wilayah yurisdiksi

Republik Indonesia dijadikan sebagai pedoman dasar dalam proses penentuan

nilai-nilai, penetapan, pembentukan dan pengembangan hukum nasional di

Indonesia. Sehingga penyelenggara negara harus menjadikan teori hukum

nasional yang terkonkritisasi didalam RPJP dan RPJM sebagai acuan pertama

21
dan utama dalam membentuk hukum nasional sebagai sarana mencapai tujuan

negara.

Saran

Berdasarkan pembahasan di atas tentang Teori hukum dan Perannya dalam

praktek ketatanegaraan di Indonesia, maka penulis mencoba memberi saran

sebagai berikut :

a) Teori hukum adalah serangkaian konsep, asas, kebijakan dasar dan

pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik

pembentukan hukum, politik penentuan hukum dan politik penerapan serta

penegakan hukum.

b) Upaya pembangunan hukum di Indonesia hingga saat ini senantiasa

dilakukan dengan cara memperbaiki, mengganti atau menyempurnakan

peraturan-peraturan warisan kolonial dengan peraturan-peraturan

berdasarkan nilai-nilai sosial budaya bangsa Indoneisa sediri sesuai

dengan perkembangan zaman Indonesia.

c) Proses pembangunan hukum nasional pada masa reformasi terjadi

perubahan pada berbagai undang-undang, seperti undang-undang tentang

partai politik, pemilu dan Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD

dan lain-lain. Selain itu perubahan juga terjadi peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi yakni penghapusan Ketetapan Majelis

Pemusyawaratan rakyat (Tap MPR) dan perubahan Undang-Undang Dasar

(UUD) 1945.

22
d) Pembangunan hukum nasional hendaknya dapat menciptakan rasa

keadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia, tanpa membedakan ras,

golongan, suku, partai, agama, dan bukan untuk kempentingan kelompok

tertentu atau individu.

23
DAFTAR PUSTAKA

A.S.S. Tambunan, Teori hukum Berdasarkan UUD 1945, Puporis

Publishers, Jakarta 2002

Abdul Hakim Garuda Nusantara, PolitikHukum Indonesia, YLBHI,

Jakarta, 1988

Artidjo Alkosar, Menelusuri Akar dan Merancang Hukum Nasional dalam

Artidjo Alkosar (ed.), Identitas Hukum Nasional, Fakultas Hukum UII,

Yogyakarta, 1997

Asshiddiqie,Jimly, 1995, Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia,

Bandung, Angkasa

Attamimi, A.Hamid S, 1990, Peranan Keputusan Presiden RI dalam

Penyelenggaraan Pemerintah Negara, Disertasi, Jakarta, Fakultas Hukum

Pascasarjana Universitas Indonesia.

Budiarjo, Miriam, 1991, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia

Persada.

Buku Alkosar, Artidjo, 1997, Identitas Hukum Nasional,

Yogyakarta,Fakultas Hukum UII

C.F. Strong, Modern Political Constitutions Konstitusi-Konstitusi Politik

Modern Studi Perbandingan tentang Sejarah dan Bentuk, Nusa Media,

Bandung, 2010

24
Harold J.Laski, The State in Theory and Practice,The Viking Press, New

York , 1947

Hartono,C.F.G. Sunaryati, 1991,Teori hukum Menuju Satu sistem Hukum

Nasional ,Bandung, Alumni.

Huda, Ni’Matul, 2005, Hukum Tata Negara Indonesia Edisi Revisi,

Jakarta, RajaGrafindo

Huda, Ni’matul, 2013, Ilmu Negara, Jakarta, Rajawali Press.

Imam Syaukani & A.Ahsin Thohari, Dasar-Dasar Teori hukum, PT.

RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004

J.Laski, Harold, 1947, The State in Theory and Practice, New York, The

Viking Press.

K.C. Wheare, the Modern Contitutions, Oxford University Press, 3rd

Impression, London-New Yorkteronto, 1975

Kusumaatmadja, Mochtar , tanpa tahun, Fungsi dan perkembangan hukum

dalam pembangunan nasional, Bandung, Bina Cipta.

LJ. van Appeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. Ke-18,

PradnyaParamitha, Jakarta, 1981

Mahfud MD,Moh., 1998, Teori hukum Di Indonesia, Jakarta, PT. Pustaka

LP3ES

25
Manan, Bagir, 1995, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu

Negara, Bandung, Mandar Maju

Moh. Mahfud MD, Teori hukum di Indonesia, PT RajaGrafindo Persada,

Jakarta, 2009

Moh. Mahfud MD, Teori hukum Di Indonesia, PT. Pustaka LP3ES,

Jakarta, 1998

Ni’matul Huda, Ilmu Negara, Rajawali Press, Jakarta, 2013

Padmo Wahjono, Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum,Ghalia

Indonesia, Jakarta, 1986

Pandoyo, S.Toto, 1992, Ulasan Terhadap Beberapa Ketentuan Undang-

Undang Dasar 1945 – Sistem Politik dan Perkembangan Kehidupan

Demokrasi, Yogyakarat, Liberty.

Purbacaraka, Purnadi & Soekanto ,Soerjono, 1978, Perihal Kaedah

Hukum,Bandung, Alumni.

Rahardjo, Satjipto 1991, Ilmu HukumCet. III, Bandung: Citra Aditya

Bakti.

Ranggawidjaja, Rosjidi , 1998, Pengantar Ilmu Perundang-undangan di

Indonesia, Bandung, Mandar Maju.

Sidharta, Bernard Arif, 1999, Refleksi tentang Struktur Ilmu Hukum:

Sebuah Penelitian tenang Fundasi Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan Ilmu

26
Hukum sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Hukum Nasional Indonesia,

Bandung, Mandar Maju.

Soehino, 2008, Hukum Tata Negara Teknik Perundang-Undangan,

Yogyakarta, Liberty.

Soekanto, Soerjono,1999, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta, Raja

Grafindo Persada

Soeprapto,Maria Farida Indrati, 1998, Ilmu Perundang-undangan; Dasar-

Dasar dan Pembentukannya, Jakarta, Kanisius

Strong,C.F, 2010, Modern Political Constitutions Konstitusi-Konstitusi

Politik Modern Studi Perbandingan tentang Sejarah dan Bentuk,Bandung,

Nusa Media.

Sunaryati Hartono, Teori hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional,

Alumni, Bandung, 1991

Suseno, Frans Magnis , 1994, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Dasar

Kenegaraan Modern, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

Syamsuddin, Aziz, 2011, Proses & Teknik Penyusunan Undang-Undang,

Jakarta, Sinar Grafika.

Syaukani, Imam & A.Ahsin Thohari, 2004, Dasar-Dasar Teori hukum,

Jakarta , PT. Raja Grafindo Persada

Teuku Muhammad Radhie dalam majalah PRISMA, no. 6 tahun keI-II,

Desember 1973

27
Van Apeldoorn, 1954, Inleiding tot de studie van het Nederlandse recht,

WEJ Tjeenk Willink, Zwolle.

Wahyono, Padmo, 1986, Indonesia Negara Berdasatkan atas hukum Cet.

II, Jakarta, Ghalia Jurnal & Penelitian Jurnal PrismaNomor 6 Tahun II

Desember 1973.

Ali Serizawa , Pengertian Teori hukum Nasional dan

Tujuannya,http://www.hukumsumberhukum.com/2014/09/pengertian-

politikhukum-nasional-dan.html 03 September 2014 | 12:08 AM, Di unduh

pada tanggal 20 Juli 2021

Chandra Yudiana E, Sistem Pemerintahan Indonesia, dalam

http://41707011.blog.unikom.ac.id /sistem-pemerintahan.1ay, pada tanggal 23

april 2012 pukul 07.08, di akses pada tanggal 20 Juli 2021

28

Anda mungkin juga menyukai