Dosen Pengampu:
Prandy Arthayoga Louk Fanggi, S.H., M.H
Disusun Oleh,
Muhammad Taufan
(2004010008)
S1 HUKUM
UNIVERSITAS BUMIGORA
MATARAM
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Dengan judul makalah “Praktik Peradilan TUN” dapat terselesaikan
dengan baik dan lancar.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Negara Hukum baru dikenal pada Abad XIX tetapi konsep Negara
Hukum telah lama ada dan berkembang sesuai dengan tuntutan keadaan.
Dimulai dari zaman Plato hingga kini, konsepsi Negara Hukum telah banyak
mengalami perubahan yang mengilhami para filsuf dan para pakar hukum untuk
merumuskan apa yang dimaksud dengan Negara Hukum dan hal-hal apa saja
yang harus ada dalam konsep Negara Hukum.
Pemerintahan berdasarkan hukum adalah suatu prinsip yang menyatakan
bahwa hukum adalah suatu prinsip yang menyatakan bahwa hukum adalah
otoritas tertinggi dan bahwa semua warga negara termasuk para pejabat dan
pemerintah tunduk pada hukum dansama-sama berhak atas perlindungannya.
Dalam tradisi negara liberal dikatakan bahwa) kebebasan sipil dan hak-hak sipil
(yang mencakup kebebasan berpikir dan berpendapat, kebebasan berkumpul
dan berserikat, kebebasan beragama serta kebebasan pers) akan sulit
diwujudkan jika hukum disebuah negara tidak diberlakukan secara tegas dan
pada semua orang, termasuk pejabat pemerintah. Dengan kata lain, supremasi
hukum dalam rule of law merupakan unsur utama yang mendasari terciptanya
masyarakat yang demokratis dan adil. Secara sederhana, supremasi hukum bisa
dikatakan bahwa kekuasaan pihakyang kuat diganti dengan kekuasaan
berdasarkan keadilan dan rasional.
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
a. Negara Hukum
Negara hukum adalah negara yang berdasarkan hukum, tidak berdasarkan
kekuasaan, dan pemerintahannya berdasarkan sistem konstitusi (hukum dasar)
bukan absolute (kekuasaan yang tidak terbatas).
Indonesia yang merupakan negara Hukum sebagaimana yang di gagas oleh
founding father yang dirumuskan dalam penjelasan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945 (disingkat UUD 1945) bahwa Indonesia
adalah negara Hukum (Rechtstaat)1. Bukan negara yang berdasarkan atas
kekuasaan (matchstaat) semata2. dan Indonesia adalah Negara hukum yang
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta menjamin kesejahteraan
tiap-tiap warga negaranya.
Seiring dengan berjalannya waktu dan dinamika perkembangan
ketatanegaraan di Indonesia, Rumusan Negara Hukum dipertegas pasca
Undang-undang Dasar 1945 diamandemen sebanyak 4 (empat) kali dalam
kurun waktu tahun 1999-2002 , sebagai salah satu dari tuntutan reformasi 1998
yang merupakan kehendak rakyat yang menghendaki adanya perubahan total,
fundamental, menyeluruh, dan sinergis dalam semua aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara3 dan adanya pengaturan mengenai
1
Istilah rechtstaat pertama kali digunakan oleh Rudolf van Gnes (1816-1895), seorang
guru besar di Berlin-Jerman pada awal abad ke 19 sebagai konsepsi baru dari ide rule of law. Istilah
ini terdapat dalam bukunya yang berjudul “Englishce verwaltunngerechte” pada tahun 1857 dimana
ia menggunakan istilah Rechtstaat untuk pemerintah negara Ingris.
2
dalam konsepsi Negara Hukum (rechtstaat) utuh yang established penulis lebih memilih
sepakat dengan pernyataan mantan hakim konstitusi kita yaitu prof. A.Mukhtie fadjar, SH, MSI)
yang mengutip pendapat dari Satjipto Rahardjo bahwa Indonesia memang belum secara utuh
menjadi negara hukum yang artinya adalah negara Hukum Indonesia merupkan suatu bangunan
yang belum selesai dan masih dalam proses pembentukan yang intensif. Lihat tulisan beliau dalam
tipe negara hukum. Bayu Media, malang 2004 dan Reformasi Konstitusi dalam masa transisi
paradigmatik, In-TRANS, Malang 2003. Hal .56.
3
A.Mukhtie Fadjar, 2003, Reformasi Konstitusi dalam masa transisi paradigmatik, In-
TRANS, Malang,hal.33.
2
3
Ketiga unsur negara hukum tersebut rupanya telah dimiliki Indonesia. Hal
ini sesuai dengan penerapan isi dari Pasal 1 ayat 3 yang berbunyi “Indonesia
adalah negara hukum.” Berikut ini adalah sederet contoh penerapan negara
hukum yang berlaku di Indonesia:
4
Amandemen UUD 1945 ketiga pada tahun 2001
5
Lihat tulisan satjipto raharjo dalam tulisan lain negara hukum,lain Negara Peraturan, di
www.indoNews.com/suara pembaruan daily.
4
a. Kompetensi Relatif
Kompetensi relatif suatu badan pengadilan ditentukan oleh batas
daerah hukum yang menjadi kewenangannya. Suatu badan pengadilan
dinyatakan berwenang untuk memeriksa suatu sengketa apabila salah satu
pihak sedang bersengketa (Penggugat/Tergugat) berkediaman disalah satu
daerah hukum yang menjadi wilayah hukum pengadilan itu.
b. Kompetensi Absolut
Kompetensi absolut berkaitan dengan kewenangan Peradilan Tata
Usaha Negara untuk mengadili suatu perkara menurut obyek, materi atau
pokok sengketa. Adapun yang menjadi obyek sengketa Tata Usaha Negara
adalah Keputusan tata usaha negara sebagaimana diatur dalam Pasal 1
angka 3 UU No. 5 Tahun 1986 UU No. 9 Tahun 2004.
a. Pembatasan langsung
Pembatasan langsung adalah pembatasan yang tidak memungkinkan
sama sekali bagi PTUN untuk memeriksa dan memutus sengketa tersebut.
Pembatasan langsung ini terdapat dalam Penjelasan Umum, Pasal 2 dan
Pasal 49 UU No. 5 Tahun 1986. Berdasarkan Pasal 2 UU No. 5 Tahun 1986
UU No. 9 Tahun 2004 menentukan, bahwa tidak termasuk Keputusan
tata usaha negara menurut UU ini :
5
a. Peraturan (Regeling)
Regeiling merupakan tindakan pemerintah dalam hukum publik
berupa suatu pengaturan yang bersifat umum, atau abstrak. Pengaturan yang
dimaksud dapat berbentuk undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan
menteri, dan sebagainya. Sehingga melalui regeling tersebut dapat
mewujudkan kehendak pemerintah bersama lembaga legislatif, ataupun
pemerintah sendiri. Tindakan pemerintah yang dilakukan dalam bentuk
mengeluarkan peraturan atau regeling ini dimaksudkan dengan tugas hukum
yang diemban pemerintah dengan menerbitkan peraturan-peraturan yang
bersifat umum. Yang dimaksud dengan umum adalah pemerintah atau
6
pejabat tata usaha Negara melakukan upaya untuk mengatur semua warga
negaranya terkecuali dan bukan bersifat khusus.
b. Ketetapan (Beschiking)
Beschikking adalah keputusan tertulis dari administrasi Negara yang
mempunyai akibat hukum. Beschikking juga berarti perbuatan hukum
public bersegi satu (yang dilakukan oleh alat-alat pemerintahan
berdasarkan suatu kekuasaan istimewa) Beschikking merupakan tindakan
hukum yang bersifat sepihak dalam bidang pemerintahan yang dilakukan
oleh suatu badan pemerintah berdasarkan wewenang yang luar biasa.
c. Peraturan Kebijaksanaan (Beleidsregel)
Menurut Philipus M Hadjon peraturan kebijaksanaan pada kekatnya
merupakan produk dari perbuatan tata usaha negara yang bertujuan
menampakkan keluar suatu kebijakan tertulis atau “naar buiten gebracht
schricftelijk beleid",
d. Izin Pemerintah (Vergunning)
Perizinan adalah hukum yang mengatur hubungan masyarakat dan
negara/pemerintah yang dimana adanya permohonan dari masyarakat atau
dapat dikatakan masyarakat/orang yang memohon izin. Perizinan ini sangat
berkaitan dengan hukum publik, dikarenakan berkaitan dengan perundang-
undangan yang pengecualiannya apabila terdapat aspek-aspek perdata
berupa persetujuan.
e. Rencana pemerintahan (Bestuurs Plan)
Rencana merupakan instrumen pemerintahan yang menjadi alat
implementasi dan memuat proses pemikiran serta penentuan secara matang
dari berbagai hal yang akan dikerjakan sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
BAB III
PENUTUP
C. Kesimpulan
7
DAFTAR PUSTAKA