Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIK PERADILAN TUN

Dosen Pengampu:
Prandy Arthayoga Louk Fanggi, S.H., M.H

Disusun Oleh,
Muhammad Taufan
(2004010008)

S1 HUKUM

FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS BUMIGORA

MATARAM

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Dengan judul makalah “Praktik Peradilan TUN” dapat terselesaikan
dengan baik dan lancar.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dan sebaik-baiknya untuk


menyelesaikan makalah ini yang bertujuan untuk memenuhi tanggung jawab yang
ditugaskan oleh dosen mata kuliah Praktik Peradilan TUN. Dan tidak lupa makalah
ini bertujuan agar para pembaca dapat lebih memahami lebih dalam lagi tentang
Praktik Peradilan TUN.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa suatu karya manusia tidaklah


sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
penulis dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga
makalah ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan para
pembaca sekalian.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 2
1. Pengertian Negara Hukum, unsur, dan model .......................... 2
2. Kompetensi Relatif, dan Absolut pengadilan TUN .................. 4
3. Pembatasan langsung dan tidak langsung kompetensi absolut
pengadilan TUN ....................................................................... 4
4. Instrumen pemerintahan di sektor hukum publik ..................... 5
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 7
C. Kesimpulan ............................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah Negara Hukum baru dikenal pada Abad XIX tetapi konsep Negara
Hukum telah lama ada dan berkembang sesuai dengan tuntutan keadaan.
Dimulai dari zaman Plato hingga kini, konsepsi Negara Hukum telah banyak
mengalami perubahan yang mengilhami para filsuf dan para pakar hukum untuk
merumuskan apa yang dimaksud dengan Negara Hukum dan hal-hal apa saja
yang harus ada dalam konsep Negara Hukum.
Pemerintahan berdasarkan hukum adalah suatu prinsip yang menyatakan
bahwa hukum adalah suatu prinsip yang menyatakan bahwa hukum adalah
otoritas tertinggi dan bahwa semua warga negara termasuk para pejabat dan
pemerintah tunduk pada hukum dansama-sama berhak atas perlindungannya.
Dalam tradisi negara liberal dikatakan bahwa) kebebasan sipil dan hak-hak sipil
(yang mencakup kebebasan berpikir dan berpendapat, kebebasan berkumpul
dan berserikat, kebebasan beragama serta kebebasan pers) akan sulit
diwujudkan jika hukum disebuah negara tidak diberlakukan secara tegas dan
pada semua orang, termasuk pejabat pemerintah. Dengan kata lain, supremasi
hukum dalam rule of law merupakan unsur utama yang mendasari terciptanya
masyarakat yang demokratis dan adil. Secara sederhana, supremasi hukum bisa
dikatakan bahwa kekuasaan pihakyang kuat diganti dengan kekuasaan
berdasarkan keadilan dan rasional.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Negara Hukum (unsur dan model) ?


2. Apa pengertian dari kompetensi relatif, dan absolut pengadilan TUN ?
3. Bagaimana pembatasan langsung & tidak langsung kompetensi absolut
pengadilan TUN ?
4. Apa saja instrumen pemerintahan di sektor hukum publik ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Negara Hukum, unsur, dan model

a. Negara Hukum
Negara hukum adalah negara yang berdasarkan hukum, tidak berdasarkan
kekuasaan, dan pemerintahannya berdasarkan sistem konstitusi (hukum dasar)
bukan absolute (kekuasaan yang tidak terbatas).
Indonesia yang merupakan negara Hukum sebagaimana yang di gagas oleh
founding father yang dirumuskan dalam penjelasan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945 (disingkat UUD 1945) bahwa Indonesia
adalah negara Hukum (Rechtstaat)1. Bukan negara yang berdasarkan atas
kekuasaan (matchstaat) semata2. dan Indonesia adalah Negara hukum yang
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta menjamin kesejahteraan
tiap-tiap warga negaranya.
Seiring dengan berjalannya waktu dan dinamika perkembangan
ketatanegaraan di Indonesia, Rumusan Negara Hukum dipertegas pasca
Undang-undang Dasar 1945 diamandemen sebanyak 4 (empat) kali dalam
kurun waktu tahun 1999-2002 , sebagai salah satu dari tuntutan reformasi 1998
yang merupakan kehendak rakyat yang menghendaki adanya perubahan total,
fundamental, menyeluruh, dan sinergis dalam semua aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara3 dan adanya pengaturan mengenai

1
Istilah rechtstaat pertama kali digunakan oleh Rudolf van Gnes (1816-1895), seorang
guru besar di Berlin-Jerman pada awal abad ke 19 sebagai konsepsi baru dari ide rule of law. Istilah
ini terdapat dalam bukunya yang berjudul “Englishce verwaltunngerechte” pada tahun 1857 dimana
ia menggunakan istilah Rechtstaat untuk pemerintah negara Ingris.
2
dalam konsepsi Negara Hukum (rechtstaat) utuh yang established penulis lebih memilih
sepakat dengan pernyataan mantan hakim konstitusi kita yaitu prof. A.Mukhtie fadjar, SH, MSI)
yang mengutip pendapat dari Satjipto Rahardjo bahwa Indonesia memang belum secara utuh
menjadi negara hukum yang artinya adalah negara Hukum Indonesia merupkan suatu bangunan
yang belum selesai dan masih dalam proses pembentukan yang intensif. Lihat tulisan beliau dalam
tipe negara hukum. Bayu Media, malang 2004 dan Reformasi Konstitusi dalam masa transisi
paradigmatik, In-TRANS, Malang 2003. Hal .56.
3
A.Mukhtie Fadjar, 2003, Reformasi Konstitusi dalam masa transisi paradigmatik, In-
TRANS, Malang,hal.33.

2
3

hak-hak asasi manusia (HAM) dan beberapa perjanjian internasional mengenai


hak asasi manusia yang telah diratifikasi serta adanya undang-undang yang
mengatur tentang HAM. Sebagaimana di dalam rumusan UUD 1945 pasal 1
ayat (3) yang menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum”4.
Penegasan ini sekaligus memberikan sebuah bentuk komitmen negara
bahwa dalam segala proses pengambilan kebijakan dan pengelolaan negara di
seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara harus berlandaskan hukum.
Sebagaimana satjipto Raharjo yang menyatakan bahwa bangunan yang
kemudian bernama “Negara Hukum” merupakan salah satu prestasi peradaban
manusia yang pantas untuk dicatat. Secara subtantif beliau mengemukakan
esensinya terletak pada memanusiakan proses-proses penyelesaian persoalan
dalam masyarakat5.
b. Unsur-unsur Negara Hukum
Negara hukum memiliki tiga unsur negara hukum, antara lain:
1) Supremacy of law, maksudnya tidak boleh ada kesewenang-wenangan
sehingga seorang warga harus dihukum jika melanggar hukum
2) Equality before law, setiap orang sama di depan hukum tanpa melihat
status dan kedudukannya
3) Human rights, diakui dan dijamin hak-hak asasi manusia dalam undang-
undang atau keputusan pengadilan.

Ketiga unsur negara hukum tersebut rupanya telah dimiliki Indonesia. Hal
ini sesuai dengan penerapan isi dari Pasal 1 ayat 3 yang berbunyi “Indonesia
adalah negara hukum.” Berikut ini adalah sederet contoh penerapan negara
hukum yang berlaku di Indonesia:

1) Adanya kesetaraan semua warga negara di mata hukum


2) Penyelenggaraan pemerintahan didasarkan oleh peraturan yang berlaku
3) Jaminan perlindungan Hak Asasi Manusia
4) Pembagian kekuasaan sesuai dengan aturan

4
Amandemen UUD 1945 ketiga pada tahun 2001
5
Lihat tulisan satjipto raharjo dalam tulisan lain negara hukum,lain Negara Peraturan, di
www.indoNews.com/suara pembaruan daily.
4

5) Menindak pelaku kejahatan sesuai dengan Undang-Undang yang


berlaku
c. Model Negara Hukum
Konsep negara hukum Indonesia berbeda dengan konsep negara
hukum eropa kontinental, konsep negara hukum anglo saxon, maupun
konsep negara hukum sosialis, ketiga konsep negara hukum tersebut
didasarkan pada paham liberal individualistis dan sosialis, sedangkan
konsep negara hukum Indonesia didasarkan pada pandangan hidup bangsa,
yaitu pancasila.

2. Kompetensi Relatif, dan Absolut pengadilan TUN

a. Kompetensi Relatif
Kompetensi relatif suatu badan pengadilan ditentukan oleh batas
daerah hukum yang menjadi kewenangannya. Suatu badan pengadilan
dinyatakan berwenang untuk memeriksa suatu sengketa apabila salah satu
pihak sedang bersengketa (Penggugat/Tergugat) berkediaman disalah satu
daerah hukum yang menjadi wilayah hukum pengadilan itu.
b. Kompetensi Absolut
Kompetensi absolut berkaitan dengan kewenangan Peradilan Tata
Usaha Negara untuk mengadili suatu perkara menurut obyek, materi atau
pokok sengketa. Adapun yang menjadi obyek sengketa Tata Usaha Negara
adalah Keputusan tata usaha negara sebagaimana diatur dalam Pasal 1
angka 3 UU No. 5 Tahun 1986 UU No. 9 Tahun 2004.

3. Pembatasan langsung dan tidak langsung kompetensi absolut pengadilan


TUN

a. Pembatasan langsung
Pembatasan langsung adalah pembatasan yang tidak memungkinkan
sama sekali bagi PTUN untuk memeriksa dan memutus sengketa tersebut.
Pembatasan langsung ini terdapat dalam Penjelasan Umum, Pasal 2 dan
Pasal 49 UU No. 5 Tahun 1986. Berdasarkan Pasal 2 UU No. 5 Tahun 1986
UU No. 9 Tahun 2004 menentukan, bahwa tidak termasuk Keputusan
tata usaha negara menurut UU ini :
5

1. Keputusan tata usaha negara yang merupakan perbuatan hukum perdata.


2. Keputusan tata usaha negara yang merupakan pengaturan yang bersifat
umum.
3. Keputusan tata usaha negara yang masih memerlukan persetujuan.
4. Keputusan tata usaha negara yang dikeluarkan berdasarkan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana atau Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana atau peraturan perundang-undangan lain yang bersifat
hukum pidana.
5. Keputusan tata usaha negara yang dikeluarkan atas dasar hasil
pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
6. Keputusan tata usaha negara mengenai tata usaha Tentara Nasional
Indonesia.
7. Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di pusat maupun di daerah,
mengenai hasil pemilihan umum.
b. Pembatasan tidak langsung
Pembatasan tidak langsung adalah pembatasan atas kompetensi absolut
yang masih membuka kemungkinan bagi PT.TUN untuk memeriksa dan
memutus sengketa administrasi, dengan ketentuan bahwa seluruh upaya
administratif yang tersedia untuk itu telah ditempuh.

4. Instrumen pemerintahan di sektor hukum publik

a. Peraturan (Regeling)
Regeiling merupakan tindakan pemerintah dalam hukum publik
berupa suatu pengaturan yang bersifat umum, atau abstrak. Pengaturan yang
dimaksud dapat berbentuk undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan
menteri, dan sebagainya. Sehingga melalui regeling tersebut dapat
mewujudkan kehendak pemerintah bersama lembaga legislatif, ataupun
pemerintah sendiri. Tindakan pemerintah yang dilakukan dalam bentuk
mengeluarkan peraturan atau regeling ini dimaksudkan dengan tugas hukum
yang diemban pemerintah dengan menerbitkan peraturan-peraturan yang
bersifat umum. Yang dimaksud dengan umum adalah pemerintah atau
6

pejabat tata usaha Negara melakukan upaya untuk mengatur semua warga
negaranya terkecuali dan bukan bersifat khusus.
b. Ketetapan (Beschiking)
Beschikking adalah keputusan tertulis dari administrasi Negara yang
mempunyai akibat hukum. Beschikking juga berarti perbuatan hukum
public bersegi satu (yang dilakukan oleh alat-alat pemerintahan
berdasarkan suatu kekuasaan istimewa) Beschikking merupakan tindakan
hukum yang bersifat sepihak dalam bidang pemerintahan yang dilakukan
oleh suatu badan pemerintah berdasarkan wewenang yang luar biasa.
c. Peraturan Kebijaksanaan (Beleidsregel)
Menurut Philipus M Hadjon peraturan kebijaksanaan pada kekatnya
merupakan produk dari perbuatan tata usaha negara yang bertujuan
menampakkan keluar suatu kebijakan tertulis atau “naar buiten gebracht
schricftelijk beleid",
d. Izin Pemerintah (Vergunning)
Perizinan adalah hukum yang mengatur hubungan masyarakat dan
negara/pemerintah yang dimana adanya permohonan dari masyarakat atau
dapat dikatakan masyarakat/orang yang memohon izin. Perizinan ini sangat
berkaitan dengan hukum publik, dikarenakan berkaitan dengan perundang-
undangan yang pengecualiannya apabila terdapat aspek-aspek perdata
berupa persetujuan.
e. Rencana pemerintahan (Bestuurs Plan)
Rencana merupakan instrumen pemerintahan yang menjadi alat
implementasi dan memuat proses pemikiran serta penentuan secara matang
dari berbagai hal yang akan dikerjakan sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
BAB III
PENUTUP

C. Kesimpulan

1. Negara hukum adalah negara yang berdasarkan hukum, tidak berdasarkan


kekuasaan, dan pemerintahannya berdasarkan sistem konstitusi (hukum
dasar) bukan absolute (kekuasaan yang tidak terbatas).
2. Unsur – Unsur Negara Hukum Ada 3 antara lain:
1) Supremacy of law, maksudnya tidak boleh ada kesewenang-wenangan
sehingga seorang warga harus dihukum jika melanggar hukum
2) Equality before law, setiap orang sama di depan hukum tanpa melihat
status dan kedudukannya
3) Human rights, diakui dan dijamin hak-hak asasi manusia dalam undang-
undang atau keputusan pengadilan.
3. Pembatasan langsung, pembatasan yang tidak memungkinkan sama sekali
bagi PTUN untuk memeriksa dan memutus sengketa tersebut. Pembatasan
langsung ini terdapat dalam Penjelasan Umum, Pasal 2 dan Pasal 49 UU No
5 Tahun 1986. Pembtasan Tidak Langsung, pembatasan atas kompetensi
absolut yang masih membuka kemungkinan bagi PT.TUN untuk memeriksa
dan memutus sengketa administrasi, dengan ketentuan bahwa seluruh upaya
administratif yang tersedia untuk itu telah ditempuh.
4. Instrumen pemerintahan di sektor hukum publik
a. Praturan (Regeling)
b. Ketetapan (Beschiking)
c. Peraturan Kebijaksanaan (Beleidsregel)
d. Izin Pemerintah (Vergunning)
e. Rencana pemerintahan (Bestuurs Plan)

7
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, A. A. (2011). Negara Hukum dan Demokrasi. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar.
Harahap, K. (2009). Konstitusi Republik Indonesia Menuju Perubahan ke–5.
Bandung: Grafiti.
Marbun, S. (n.d.). Negara Hukum dan Kekuasaan Kehakiman. Jurnal Hukum Ius
Quia Iustum.
von Schmid, J. (1988). Pemikiran tentang Negara dan Hukum. Jakarta:
Pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai