Anda di halaman 1dari 15

TUGAS HUKUM PIDANA LANJUTAN

PENYERTAAN (DELNEMING)

DISUSUN OLEH :

I.A INDIRA WAHYU PRAMESWARI P.G

1704551117

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah tentang “PENYERTAAN” dalam mata kuliah Hukum Pidana Lanjutan ini
dapat terselesaikan.

Dengan harapan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya yakin masih banyak


kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 26 Oktober 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................…………………………………………….2

Daftar Isi…………..…………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN …..………………………………………………4

1.1 Rumusan Masalah …………………………………………………….4

1.2 Tujuan Masalah ……………………………………………………….4

BAB II PEMBAHASAN ………………………………...………………….5

2.1 Pengertian Penyertaan ………………………………………...…..…..5

2.2 Penyertaan Menurut KUHP …………………………………..……….7

2.3 Analisa Kasus………………………………………………………….11

BAB III PENUTUP………………………………………………………….15

3.1 Kesimpulan……………………..……………………………………..15

3.2 Daftar Pustaka…………………………………………………………16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan penyertaan ?


2. Bagaimana penyertaan dalam KUHP?
3. Apa contoh kasus dalam penyertaan?

1.2 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian penyertaan


2. Untuk mengetahui penyertaan dalam KUHP
3. Memahami contoh kasus terkait penyertaan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENYERTAAN

PENYERTAAN (DEELNEMING)

Penyertaan adalah apabila dalam suatu peristiwa pidana terdapat lebih dari 1
orang, sehingga harus dicari pertanggung jawaban dan peranan masing-masing peserta
dalam persitiwa tersebut.

Hubungan antar peserta dalam menyelesaikan tindak pidana tersebut, adalah:

1. bersama-sama melakukan kejahatan

2. seorang mempunyai kehendak dan merencanakan suatu kejahatan sedangkan ia


mempergunakan orang lain untuk melaksanakan tindak pidana tersebut.

3. seorang saja yang melaksanakan tindak pidana, sedangkan orang lain membantu
melaksanakan tindak pidana tersebut

Penyertaan dapat dibagi menurut sifatnya:

1. Bentuk penyertaan berdiri sendiri: mereka yang melakukan dan yang turut serta
melakukan tindak pidana. Pertanggung jawaban masing2 peserta dinilai senidiri-
sendiri atas segala perbuatan yang dilakukan.

2. Bentuk penyertaan yang tidak berdiri sendiri: pembujuk, pembantu, dan yang
menyuruh untuk melakukan tindak pidana. Pertanggungjawaban dari peserta yang
satu digantungkan pada perbuatan peserta lain. Apabila peserta satu dihukum yang
lain juga.

Di dalam KUHP terdapat 2 bentuk penyertaan:

1. Para Pembuat (mededader) pasal 55 KUHP, yaitu:

a. yang melakukan (plegen)

b. yang menyuruh melakukan (doen plegen)

5
c. yang turut serta melakukan (mede plegen)

d. yang sengaja menganjurkan (uitlokken)

2. Pembuat Pembantu (madeplichtigheid) pasal 56 KUHP

Pasal 56 KUHP menyebutkan pembantu kejahatan:

a. mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu/saat kejahatan


dilakukan

b. mereka yang memberi kesempatan sarana atau keterangan untuk melakukan


kejahatan (sebelum kejahatan dilakukan)

2.2 PENYERTAAN MENURUT KUHP INDONESIA

1. Pembagian penyertaan menurut KUHP Indonesia ialah:

a. Pembuat/dader (pasal 55) yang terdiri dari:

- Pelaku (pleger)

- Yang menyuruh-melakukan (doenpleger)

- Yang turut serta (medepleger)

- Penganjur (uitlokker)

b. Pembantu/mendeplichtige (pasal 56) yang terdiri dari:

- Pembantu pada saat kejahatan dilakukan.

- Pembantu sebelum, kejahatan dilakukan.

2. Pleger (orang yang melakukan)

Pelaku ialah orang yang melakukan sendiri perbuatan yang memenuhi rumusan
delik.

3. Doenpleger (orang yang menyuruh melakukan)

Yang dimaksud dengan orang yang menyuruh melakukan adalah seseorang yang
berkehendak untuk melakukan suatu delik tetapi tidak melakukan sendiri dan
menyuruh orang lain untuk melakukannya. Persyaratan yang penting ini adalah

6
bahwa orang yang disuruh haruslah orang yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan menurut KUHP.

4. Medepleger (orang yang turut serta)

Medepleger ialah orang yang dengan sengaja turut berbuat atau turut mengerjakan
terjadinya sesuatu. Syarat adanya medepleger :

1. Ada kerjasama secara sadar (bewuste samenwerking).

2. Adanya pelaksanaan bersama secara fisik (gezamenlijke uitvoering/ physieke


samenwerking).

5. Uitlokker (penganjur) Penganjur ialah orang yang menggerakan orang lain untuk
melakukan suatu tindak pidana dengan menggunakan sarana-sarana yang
ditentukan oleh undang-undang.

a. Sarana menggerakannya tidak ditentukan (tidak liminatif)

b. Pembuat materil tidak dapat dipertanggung jawabkan (merupakan manus


ministra)

Berdasarkan pengertian diatas, maka syarat penganjuran yang dapat dipidana ialah:

1. Ada kesengajaan untuk menggerakkan orang lain melakukan perbuatan yang


terlarang.

2. Menggerakannya dengan menggunakan upaya-upaya (sarana-sarana) seperti


tersebut dalam undang-undang (besifat liminatif).

3. Putusan kehendak dari si pembuat materil ditimbulkan karena hal-hal


tersebut pada a dan b (jadi ada psychische causaliteit).

4. Si pembuat materil tersebut melakukan tindak pidana yang di anjurkan atau


melakukan tindak pidana.

5. Pembuat materil tersebut harus dapat dipertanggung jawabkan dalam hukum


pidana.

Pertanggungan jawab si penganjur

7
Dalam pasal 55 ayat 2, dinyatakan bahwa penganjur dipertanggung jawabkan
terhadap perbuatan yang sengaja dianjurkannya beserta akibatnya.

6. Pembantu (medeplichtige)

Pembantu adalah orang yang sengaja memberi bantuan berupa saran, informasi atau
kesempatan kepada orang lain yang melakukan tindak pidana.

Sebagaimana disebutkan dalam pasal 56 KUHP, pembantuan ada dua jenis;

1. Pembantuan pada saat kejahatan dilakukan. Cara bagaimana pembantunya tidak


disebutkan dalam KUHP. ini mirip dengan medeplegen (turut serta), namun
perbedaannya terletak pada:

a) Pembantu perbuatannya hanya bersifat membantu/menunjang, sedang pada turut


serta merupakan perbuatan pelaksanaan;

b) Pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa disyaratkan harus


kerjasama dan tidak bertujuan/berkepentingan sendiri, sedangkan dalam turut
serta,orang yang turut serta sengaja melakukan tindak pidana, dengan cara
bekerjasama dan mempunyai tujuan sendiri;

c) Pembantuan dalam pelanggaran tidak dipidana (pasal 60 KUHP), sedangkan


dalam turut serta dalam pelanggaran tetap dipidana;

d) Maksimum pidana pembantu adalah maksimum pidana yang bersangkutan


dikurangi sepertiga, sedangkan turut serta dipidana sama.

2. Pembantuan sebelum kejahatan dilakukan, yang dilakukan dengan cara memberi


kesempatan, sarana atau keterangan. Ini mirip dengan penganjuran (uitlokking).

Perbedaan pada niat/kehendak, pada pembantu kehendak jahat materiil sudah ada
sejak semula/ tidak ditimbulkan oleh pembantu, sedangkan dalam penganjuran,
kehendak melakukan kejahatan pada pembuat meteriil ditimbulkan oleh si
penganjur.

8
3.3 ANALISA KASUS

CONTOH KASUS 1:

Suatu ketika Rohim berjalan-jalan di mall bersama temannya Rina. Saat jalan2 dia
tertarik pada sepatu New Era keluaran terbaru dan melihatnya, sepatu itu Rp. 300 ribu.
Disaat bersamaan ada pembeli lain yang akan membeli sepatu tersebut. Karena sakit
perut, Pembeli pergi ke toilet dan menitipkan barang tersebut di toko. Karena uang yang
dimilki Rohim tidak ckup, maka dia ingin mengambil sepatu yang sudah dibayar pembeli
lain itu dengan menyuruh Rina temannya. Dia menyuruh mengambil sepatu yang sudah
dibelinya, padahal yang membeli adalah orang lain. Karena Rina tidak tahu dia langsung
mengambil saja sepatu itu dikasir. Karena pengamanan yang tidak begitu ketat, kasih
begitu percaya saja dan memberikan sepatunya kepada RinaTidak lama kemudian
pembeli yang sudah membayar datang dan mengambil sepatu. Sekita itu Rina sudah
sampai di depan toko dan kasir berusaha mengejar dan memberhentikan Rina. Rina
ditangkap dan dimintai keterangan oleh satpam mall. Dan tidak lama kemudian Rohim
juga ditangkap saat mau keluar mall.

Dari contoh kasus diatas, maka Kejahatan tersebut dapat dikenakan kasus pidana
penyertaan yang diatur KUHP pasal 55 dan pasal 56 yaitu hanya pada Rohim saja. Untuk
Rina tidak dihukum berdasarkan pasal 66 KUHP :
Dipidana sebagai pembantu kejahatan:
1. mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan;
2. mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau ke- terangan untuk melakukan
kejahatan.
Hal di atas karena Rina hanya orang yang disuruh dan tidak tahu kalau dibohongi jika
sepatu tersebut adalah milik Rohim.
Rohim dikenai hukuman sebagaimana pelanggaran yang dilakukan Rina. Hal ini
dikarenakan pelaku atau otak kejahatan adalah Rohim, sehingga Rohim dihukum sesuai
pasal 55 :
(1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:
1. mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan
perbuatan;
2. mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan menyalahgunakan
kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan
memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya
melakukan perbuatan.

9
(2) Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang
diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.

Analisis Kasus:

Dari contoh kasus diatas, maka Kejahatan tersebut dapat dikenakan kasus pidana
penyertaan yang diatur KUHP pasal 55 dan pasal 56 yaitu hanya pada Rohim saja. Untuk
Rina tidak dihukum berdasarkan pasal 66 KUHP :
Dipidana sebagai pembantu kejahatan:
1. mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan;
2. mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau ke- terangan untuk melakukan
kejahatan.
Hal di atas karena Rina hanya orang yang disuruh dan tidak tahu kalau dibohongi jika
sepatu tersebut adalah milik Rohim.
Rohim dikenai hukuman sebagaimana pelanggaran yang dilakukan Rina. Hal ini
dikarenakan pelaku atau otak kejahatan adalah Rohim, sehingga Rohim dihukum sesuai
pasal 55 :
(1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:
a. mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta
melakukan perbuatan;
b. mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan,
atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang
lain supaya melakukan perbuatan.
(2) Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang
diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.

Kesimpulan
Kasus yang melibatkan lebih dari satu orang pelaku disebut penyertaan, dan biasanya
terdapat dalam kasus perampokan.
Perampokan adalah pencurian yang diketahui oleh orang lain dan mengancam orang
tersebut dengan kekerasan. Pada kasus di atas, pelaku terdiri lebih dari satu orang, dan si
pelaku utama mencuri dengan menggunakan kekerasan.
Penyertaan diatur dalam pasal 55 dan 56 KUHP, sedangkan pembantuan diatur dalam
pasal 56,57 dan 60 KUHP . Menurut pasal 55 KUHP terdapat 4 yang dapat dikategorikan
sebagai pelaku dalam tindakan penyertaan yaitu:
10
1. Orang yang melakukan (dader)
2. Orang yang menyuruh melakukan (doenpleger)
3. Orang yang turut melakukan (mededader)
4. Orang yang sengaja membujuk (uitlokker)
Untuk setiap orang yang melakukan, menyuruh melakukan, turut melakukan dan sengaja
membujuk memperoleh hukuman yang sama. Turut serta memiliki hal yang berbeda
dengan pembantuan. Dalam perbuatan turut serta mengikat siapapun yang terlibat dalam
tindak pidana tersebut.
Jadi yang dimaksud dengan Penyertaan adalah seseorang yang melakukan, yang
menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan kejahatan yang telah
direncanakan sebelumnya oleh pelaku kejahatan.

CONTOH KASUS 2:

"IBRAHIM JUAL EMAS TANPA DITIMBANG"

TRIBUN-MEDAN.com, JAMBI - Ibrahim (29), satu dari dua orang pencuri emas di
Toko Emas Mulia, Pasar Muara Tembesi, Kabupaten Batanghari, pada 18 Juni 2011 lalu,
berhasil ditangkap jajaran Buser Polresta Jambi. Dia mengakhiri kebahagiaannya pada
Minggu (3/7) pukul 20.30 WIB di perumahan yang baru ia sewa di kawasan Pinang
Merah, Simpang Rimbo.

Namun, emas satu peti yang diperkirakan seberat 1,5 kilogram hasil curian sudah tidak
ada lagi padanya. Ibrahim mengatakan, pencurian emas tersebut dia lakukan di toko emas
yang sering ia datangi.

Ia sering membeli emas di toko milik Kiong itu. Namun dia ternyata punya misi lain,
bukan hanya membeli logam mulia, dia juga me-maping suasana atau gambaran isi toko
emas tersebut. Bahkan sebelum beraksi, Ibrahim memantau toko emas yang berada di
samping SPBU Muara Tembesi itu sejak pagi.

"Malamnya, sekitar jam dua, saya masuk melalui jendela belakang toko emas itu.
Sedangkan K (temannya) menunggu di luar memantau situasi. Saya tidak tahu berapa
banyak, yang jelas emas itu di dalam kotak di dalam lemari. Hasilnya saya bagi dua
dengan K," ucap Ibrahim, Senin (4/7). Selain emas satu kotak, ia juga berhasil membawa
uang tunai Rp 130 juta.

Kedua pencuri tersebut kemudian berpisah setelah membagi barang curian. Ibrahim
kemudian menjual emas tersebut di Kota Jambi. Menurutnya, ia tidak menimbang lagi

11
berapa berat emas yang ia jual itu, tetapi oleh pihak pembeli langsung membayar Rp 75
juta.

Uang hasil penjualan emas dan uang lainnya dibelikannya satu unit mobil Escudo, motor
Vixion, serta peralatan rumah tangga lainnya. "Baru pertamakalilah saya mencuri. Istri
saya tidak tahu karena selama saya lari setelah beraksi, istri saya menyangka kalau saya
berada di kebun," jelas Ibrahim.

Bukan hanya membelikan mobil untuk bersenang-senang dan barang lainnya, dia juga
menghabiskan sebagian uangnya di lokalisasi Payosigadung bersama teman-temannya.
Dia juga mengontrak rumah di kawasan Simpang Rimbo, selama tinggal di Kota Jambi.

"Tersangka ditangkap di rumah kontrakannya di kawasan Simpang Rimbo, Minggu


malam. Berdasarkan laporan yang ada di Polsek Tembesi, kerugian korban uang tunai
senilai Rp 153 juta dan emas 1,5 kilogram," sebut Kasat Reskrim.

Selain mengamankan tersangka, kata Agung, pihaknya juga mengamankan barang bukti
yang ada dengan tersangka seperti mobil Escudo, sepeda motor Vixion, televisi 21 inci,
VCD, dan beberapa suku emas yang masih disimpan tersangka.

"Tersangka masih kita periksa. Barang buktinya ada uang tunai sebesar Rp 4,5 juta, dan
juga ada buku tabungan dengan nilai Rp 27 juta," jelas mantan Kapolsekta
Kotabaru.(tribunjambi.com / deni satria budi)

ANALISIS KASUS PENYERTAAN ( DEELNEMING)

Perbuatan-perbuatan pelaku yang memenuhi unsur-unsur yang ada dipasal 55 jo


pasal 363 Dua orang pelaku pencuri emas 1,5 kg tertangkap di jambi oleh tim jajaran
buser polresta jambi pada tanggal 3/7 2011 pada pukul 20:30 WIB diperumahan yang
baru di sewa di kawasan pinang merah Simpang Rimbo. Pelaku-pelakunya adalah adalah
Ibrahim (29) dan K (Teman Ibrahim) .

Sejumlah alat bukti yang ditemukan adalah uang tunai sebesar Rp4,5 juta juga ada buku
tabungan dengan nilai Rp 27 juta .

Para pelaku melancarkan aksinya dengan cara masuk melalui jendela belakang ruko emas
itu pada malam hari sekitar jam 2 dan mengambil kotak emas itu.

12
BENTUK PENYERTAAN

Bentuk penyertaan dari kedua pelaku ini merupakan bentuk MEDEPLEGEN (orang yang
turut serta melakukan, orang yang dengan sengaja turut berbuat / turut magengerjakan
terjadinya suatu tindak pidana) dikatakan sebagai bentuk penyertaan MEDEPLEGEN
karena mereka berdua melakukan aksinya dengan cara bagi tugas. Otak kejahatan ini
adalah Ibrahim.

SYARAT-SYARAT MEDEPLEGEN

- Adanya kerja sama secara sadar

Adanya kerja sama secara sadar dari kedua pelaku ini dan ada kesengajaan yang disadari
kalau tindakan mereka melanggar hukum.

- Adanya pelaksanaan bersama secara fisik

Kedua pelaku pencurian ini melaksanakan aksinya secara bersama

- Sama saling membantu satu sama lain saat menjalankan aksinya .

Dimana Ibrahim bertugas untuk memantau took emas yang akan dia curi, sedangkan
temannya K bertugas menunggu diluar memeantau situasi.

MAKSIMAL ANCAMAN PIDANA OLEH PELAKU (pasal 55 jo 363)

Pasal 55 (1)= dipidana sebagai pelaku tindak pidana, mereka yang menyuruh, melakukan
dan yang turut serta melakukan tindak pidana itu.

Pasal 363 = diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun, masing-masing pelaku
mendapat ancaman hukum selama 7 tahun

13
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Apabila dalam suatu delik dilaksanakan oleh lebih dari satu orang maka hal tersebut
dapat dikategorikan “penyertaan” sesuai dalam ps 55 KUHPid

Penyertaan dalam KUHP:

Pembagian penyertaan menurut KUHP Indonesia ialah:

a. Pembuat/dader (pasal 55) yang terdiri dari:

- Pelaku (pleger)

- Yang menyuruh-melakukan (doenpleger)

- Yang turut serta (medepleger)

- Penganjur (uitlokker)

b. Pembantu/mendeplichtige (pasal 56) yang terdiri dari:

- Pembantu pada saat kejahatan dilakukan.

- Pembantu sebelum, kejahatan dilakukan.

2. Pleger (pelaku)

Pelaku ialah orang yang melakukan sendiri perbuatan yang memenuhi rumusan delik.

3. Doenpleger (orang yang menyuruh melakukan).

Doenpleger ialah orang yang melakukan perbuatan dengan melalui perantara orang lain,
sedang perantara ini hanya diumpamakan sebagai alat.

4. Medepleger (orang yang turut serta) Medepleger ialah orang yang dengan sengaja
turut berbuat atau turut mengerjakan terjadinya sesuatu.

5. Uitlokker (penganjur)Penganjur ialah orang yang menggerakan orang lain untuk


melakukan suatu tindak pidana

14
3.2 DAFTAR PUSTAKA

http://scarmakalah.blogspot.co.id/2014/02/perbuatan-penyertaan-hk-pidana.html

http://belajarhukumindonesia.blogspot.co.id/2010/12/penyertaan-dalam-hukum-
pidana.html

http://pinginpitar.blogspot.sg/2014/02/aliran-qodariyah-dan-jabariyah.html?m=1

15

Anda mungkin juga menyukai