PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini banyak sekali terdapat kasus dimana pelakunya lebih dari satu orang,
yang terjadi di masyarakat kita. Dalam beracara, hakim menjatuhkan pidana atas
suatu perkara. Hakim mendasarkan putusannya selain pada undang – undang juga
KUHP dan diluar kodefikasi yang tersear luas dalam berbagai peraturan
perundang-undangan.
dilakukan bersama oeleh beberapa orang,jika hanya satu orang yang melakukan
peraturan dalam KUHP yang mengatur tentang hal tersebut serta bentuk , sifat dan
B. Rumusan Masalah
Hukum Pidana | 1
1. Apa pengertian delneming secara umum ?
C. Tujuan Penulisan
4. Untuk mengetahui contoh contoh kasus dalam kehidupan sehari hari yang
termasuk delneming .
Hukum Pidana | 2
BAB II
PEMBAHASAN
dari satu orang yang saling terkait dan secara sadar menegetahuai apa yang
dalam pasal 55 dan pasal 56 KUHp yang berarti bahwa ada dua orang atau lebih
yang melakukan suatu tindak pidana atau dengan perkataan ada dua orang atau
lebih mengambil bagian untuk mewujudkan suatu tindak pidana dapat di sebutkan
bahwa seseorang tersebut turut serta dalam hubungannya dengan orang lain1
tersangkut beberapa orang atau lebih dari satu orang. Menurut doktrin,
dari peserta yang satu digantunggkan dari perbuatan peserta yang lain.
1Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia, Refika Aditama Bandung 2011, hlm 174
2 Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah bagian satu, Balai Lektur Mahasiswa ,
hlm. 497 - 498
Hukum Pidana | 3
B. Deelneming ( penyertaan ) di atur dalam pasal 55 dan 56 KUHP
dengan sengaja telah mereka gerakkan untuk dilakukan oleh orang lain, berikut
akibat-akibatnya.
kejahatan tersebut.
3 Moeljatno, Kitab Undang Undang Hukum Pidana Jakarta: Bumi Aksara, 2003, ketentuan pasal
55 dan 56
Hukum Pidana | 4
C. Bentuk-bentuk DEELNEMING
5. Medeplichtigheidatau pembantu
diketahui dari jenis delik yakni delik formil dan delik materil.
Di dalam ilmu hukum pidana, orang yang menyuruh orang lain melakukan
suatu tindak pidana itu biasanya disebut sebagai orang middellijk dader atau
dader atau seorang pelaku tidak langsung itu dapat dijatuhi hukuman yang
Hukum Pidana | 5
sama beratnya dengan hukuman yang dapat dijatuhkan kepada pelakunya
sendiri, dan dalam hal ini yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan kepada
Oleh karena dalam bentuk deelneming doen plegen ini selalu terdapat
seorang middelijke dader, maka bentuk deelneming ini juga sering disebut
Untuk adanya suatu doen plegen seperti yang dimaksudkan di dalam pasal
55 ayat 1 angka 1 KUHP itu, orang yang disuruh melakukan itu haruslah
1. Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu adalah
diatas
Hukum Pidana | 6
5. Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu telah
7. Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu tidak
tindak pidana, maka biasanya ia disebut sebagai seorang dader atau seorang
tindak pidana, maka setiap peserra didalam tindak pidana itu dipandang
dengan bersepeda secara berjejer diatas jalan umum, yang oleh pembentuk
Hukum Pidana | 7
Menurut Prof. Lamintang, hakim tidak perlu menyebutkan secara tegas
oleh karena pencantuman dari peristiwa yang sebenarnya telah terjadi itu
oleh masing-masing peserta didalam suatu tindak pidana yang telah mereka
lakukan.4
Menurut van Hamel, suatu medeplegen itu hanya dapat dianggap sebagai
ada, yaitu apabila tindakan tiap-tiap peserta didalam suatu tindak pidana
sempurna.
kesengajaan untuk turut melakukan suatu tindak pidana yang dilakukan oleh
orang lain.
Ini berarti bahwa suatu kesengajaan untuk turut melakukan suatu culpoos
melakukan sesuatu opzetettelijk atau suatu culpos delict itu menjadi tidak
dapat dihukum.
Ini berarti bahwa menurut Prof. Van Hattum opzet seorang medeplegen itu
4 Drs. P.A.F.Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, 1997, PT.Citra Aditya Bakti,
Bandung, hlm. 615-633
Hukum Pidana | 8
b. Dipenuhinya semua unsur dari tindak pidana tersebut yang diliputi
oleh unsur opzet yang harus dipenuhi oleh pelakunya sendiri, yakni
bersangkutan.
oranglain.
plegen.
Menurut Prof. Van Hattum, untuk adanya suatu medeplegen itu tidak
kejahatan.
disebutkan pertama itu secara langsung telah ikut mengambil bagian dalam
pelaksanaan suatu tindak pidana yang telah diancam dengan suatu hukuman
Hukum Pidana | 9
pidana yang bersangkutan; sedang orang yang disebutkan terakhir itu
dengan jenis delik yang dapat menjadi objek dari kedua bentuk deelneming
tersebut. Pada medeplegen yang dapat dihukum adalah turut melakukan baik
Dewasa ini sudah tidak lagi menjadi persoalan, apakah orang yang tidak
dapat turut melakukan suatu Kwaliteitsdelict atau tidak, oleh karena menurut
paham yang terbaru, seseorang yang tidak mempunyai kualitas tertentu yang
dapat saja turut melakukan apa yang disebut kwaliteits delicten, hanya saja
dengan satu syarat, yaitu bahwa mereka itu mengetahui bahwa rekan
seperti itu.
tegas.
Hukum Pidana | 10
Uitlokking atau mereka yang menggerakkan untuk melakukan suatu tindakan
inisiatif berada pada penggerak. Dengan perkataan lain, suatu tindak pidana
tidak akan terjadi bila inisiatif tidak ada pada penggerak. Karenanya
apakah pelaku yang digerakkan itu sudah atau belum mempunyai kesediaan
Tujuan penggerakan itu adalah terwujudnya suatu tindak pidana tertentu. Ini
berarti apabila yang dilakukan oleh pelaku yang digerakkan adalah tindak
kesengajaan yang ada pada penggerak, selama orang yang digerakkan tidak
melalui pasal 163 bis hanya dalam hal tindakan yang digerakkan merupakan
5 E.Y. Kanter, S.H., dan S.R. Sianturi, S.H., Asas – Asas Hukum Pidana di Indonesia dan
Penerapannya, Storia Grafika, Jakarta, 2002. hlm 350-359
Hukum Pidana | 11
2. Daya upaya untuk menggerakkan adalah tertentu sebagaimana
atau benda, bahkan di luar bentuk uang atau benda seperti misalnya
jabatan, kedudukan atau lebih luas lagi yaitu suatu janji yang akan
Hukum Pidana | 12
c) Penyalahgunaan martabat, merupakan suatu kekhususan di Indonesia
Hukum Pidana | 13
tindakan sebagaimana yang digerakkan oleh penggerak. Unsur
hati orang lain yang dapat berupa iri hati, pembangkitan dendam
pidana tertentu sudah ada sejak pertama kali, sedangkan pada B baru ada
dan lalu b melakukan tindak pidana, maka kita berbicara mengenai bentuk
penyertaan penggerak (pasal 55). Dalam hal ini A adalah penggerak dan B
Hukum Pidana | 14
yang digerakkan. Tetapi jika pada B sejak semula sudah ada kehendak
sebagai petindak (dader), tetapi bagi A tidak demikian, karena dalam hal
sepertiganya.
Dalam penyertaan pergerakan harus selalu ada orang yang digerakkan baik
lain itu tidak harus selalu langsung. Misalnya begini, A menggerakkan B dan
Hukum Pidana | 15
4. pelaku yang digerakkan harus telah melakukan tindak pidana
Hubungan kausal antara daya-upaya yang digunakan dan tindak pidana yang
dilakukan harus ada. Artinya justru si tergerak itu tergerak hatinya untuk
melakukan tindak pidana adalah karena daya – upaya dari penggerak. Tindak
yang dapat dihukum saja dari tindak pidana yang dikehendaki penggerak,
5. Medeplichtigheidatau pembantu
jenis, yaitu :
tidak disebutkan dalam KUHP. Pembantuan pada saat kejahatan dilakukan ini
pelaksanaan.
serta sengaja melakukan tindak pidana, dengan cara bekerja sama dan
Hukum Pidana | 16
3. Pembantuan dalam pelanggaran tidak dipidana (Pasal 60 KUHP),
dipidana sama.
yang dilakukan (Pasal 57 ayat (1) KUHP). Jika kejahatan diancam dengan
Hukum Pidana | 17
Membantu merampas kemerdekaan (Pasal 333 ayat (4) KUHP) dengan
Membantu menggelapkan uang atau surat oleh pejabat (Pasal 415 KUHP),
KUHP).
Perlu diketahui bahwa disamping bentuk keturutsertaan diatas itu, KUHP kita
b. Deelneming aan eene vereniging die tot oogmerk heft het plegen van
Hukum Pidana | 18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
dari satu orang yang saling terkait dan secara sadar menegetahuai apa yang
dalam pasal 55 dan pasal 56 KUHp yang berarti bahwa ada dua orang atau lebih
yang melakukan suatu tindak pidana atau dengan perkataan ada dua orang atau
lebih mengambil bagian untuk mewujudkan suatu tindak pidana dapat di sebutkan
bahwa seseorang tersebut turut serta dalam hubungannya dengan orang lain
tersangkut beberapa orang atau lebih dari satu orang. Menurut doktrin,
dari peserta yang satu digantunggkan dari perbuatan peserta yang lain.
B. Saran
Oleh karena itu penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan
arahan serta saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah
berikutnya.
Hukum Pidana | 19
DAFTAR PUSTAKA
Persada.
H.A. Zainal Abidin Farid. 2007. Hukum Pidana 1. Jakarta: Sinar Grafika.
Arief Barda Nawawi, 1990, Hukum Pidana II, yayasan sudarto fakultas hukum
Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia, Refika Aditama Bandung 2011, hlm
174
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah bagian satu, Balai Lektur
https://www.academia.edu/33262025/Penyertaan_tindak_pidana.docx
Hukum Pidana | 20