Anda di halaman 1dari 13

UTS HUKUM KETENAGAKERJAAN

MARIA GORETI KABA ( 211 14 098)

1. Apa keuntungan dan kerugian dari kariawan kontrak dan kariawan tetap
JAWABAN
Definisi dan ketentuan yang berlaku untuk karyawan kontrak adalah sbb:

1. Karyawan kontrak dipekerjakan oleh perusahaan untuk jangka waktu tertentu


saja, waktunya terbatas maksimal hanya 3 tahun.
2. Hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan kontrak dituangkan dalam
Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu
3. Perusahaan tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan
4. Status karyawan kontrak hanya dapat diterapkan untuk pekerjaan tertentu
yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam
waktu tertentu, yaitu :
Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya ;
Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu
lama dan paling lama 3 (tiga) tahun ;
Pekerjaan yang bersifat musiman; atau
Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
Untuk pekerjaan yang bersifat tetap, tidak dapat diberlakukan status karyawan
kontrak.
5. Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya
jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu, atau
berakhirnya hubungan kerja bukan karena terjadinya pelanggaran terhadap
ketentuan yang telah disepakati bersama, maka pihak yang mengakhiri
hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar
gaji karyawan sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja
6. Jika setelah kontrak kemudian perusahaan menetapkan ybs menjadi karyawan
tetap, maka masa kontrak tidak dihitung sebagai masa kerja.

Definisi dan ketentuan yang berlaku untuk karyawan tetap adalah sbb:
1. Tak ada batasan jangka waktu lamanya bekerja
2. Hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan kontrak dituangkan dalam
Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu
3. Perusahaan dapat mensyaratkan masa percobaan maksimal 3 bulan.
4. Masa kerja dihitung sejak masa percobaan.
5. Jika terjadi pemutusan hubungan kerja bukan karena pelanggaran berat atau
karyawan mengundurkan diri maka karyawan tetap mendapatkan uang
pesangon, uang penghargaan masa kerja (bagi karyawan yang bekerja minimal
3 tahun) dan uang penggantian hak sesuai UU yang berlaku.

2. Jelaskan perbedaan hubungan kontraktor dengan pemilik proyek


JAWABAN

Kontraktor bertanggung jawab secara langsung pada pemilik proyek (owner) dan
dalam melaksanakan pekerjaannya diawasi oleh tim pengawas dari owner serta
dapat berkonsultasi secara langsung dengan tim pengawas terhadap masalah
yang terjadi dalam pelaksanaan. Perubahan desain harus segera dikonsultasikan
sebelum pekerjaan dilaksanakan.
Kontraktor sebagai pelaksana proyek tentunya mempunyai tugas dan tanggung
jawab dalam menjalankan fungsinya, antara lain adalah sebagai berikut.
1. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan dan
spesifikasi yang telah direncanakan dan ditetapkan didalam kontrak perjanjian
pemborongan.
2. Memberikan laporan kemajuan proyek (progress) yang meliputi laporan
harian, mingguan, serta bulanan kepada pemilik proyek yang memuat antara
lain:
Pelaksanaan pekerjaan.
Prestasi kerja yang dicapai.
Jumlah tenaga kerja yang digunakan.
Jumlah bahan yang masuk.
Keadaan cuaca dan lain-lain.
1. Menyediakan tenaga kerja, bahan material, tempat kerja, peralatan, dan
alat pendukung lain yang digunakan mengacu dari spesifikasi dan gambar
yang telah ditentukan dengan memperhatikan waktu, biaya, kualitas dan
keamanan pekerjaan.
2. Bertanggungjawab sepenuhnya atas kegiatan konstruksi dan metode
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
3. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadual (time schedule) yang telah
disepakati.
4. Melindungi semua perlengkapan, bahan, dan pekerjaan terhadap
kehilangan dan kerusakan sampai pada penyerahan pekerjaan.
5. Memelihara dan memperbaiki dengan biaya sendiri terhadap kerusakan
jalan yang diakibatkan oleh kendaraan proyek yang mengangkut peralatan
dan material ke tempat pekerjaan.
6. Kontraktor mempunyai hak untuk meminta kepada pemilik proyek
sehubungan dengan pengunduran waktu penyelesaian pembangunan
dengan memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan kenyataan di
lapangan yang memerlukan tambahan waktu.
7. Mengganti semua ganti rugi yang diakibatkan oleh kecelakaan sewaktu
pelaksanaan pekerjaan, serta wajib menyediakan perlengkapan pertolongan
pertama pada kecelakaan.
3. Jelaskan perbedaan pemilik proyek dengan kontraktor
JAWABAN

Perbedaan Kontraktor dengan Developer/Pengembang (Property)

kontraktor
Dari nama nya saja sudah bisa kita tebak, seorang kontraktor sering juga disebut
dengan kata pemborong, berbeda jauh dengan pengembang atau developer,
kontrak adalah suatu perjanjian kerja dngan pemilik proyek (owner), misalnya
lembaga pemerintahan yang mengontrak , menyewa seseorang atau perusahaan
untuk melaksanakan pekerjaan tertentu, kasarnya kontraktor adalah orang
sewaan yang di tunjuk untuk menjalankan sebuah proyek.
Seorang kontraktor berupaya mendapatkan kontrak kerja dengan cara mengikuti
lelang proyek atau mengikuti tender, katakanlah satu lembaga pemerintah
daerah akan membangun sebuah gedung perkantoran atau jembatan dengan
nilai anggaran 1 miliar, maka para kontraktor berlomba-lomba untuk
mendapatkan pekerjaan tersebut melalui lelang atau tender, mereka berlomba
menawar harga , biasanya calon kontraktor yang menawar harga paling rendah
yang keluar sebagai pemenang meskipun tidak selalu harga rendah yang
menang , bisa saja harga rendah menjadi tidak wajar karena tidak sesuai dengan
perhitungan yang sudah di buat oleh konsultan sebelumnya.
Kontraktor melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan spesifikasi yang sudah
di tentukan tidak boleh kurang atau lebih, begitu selesai barulah mereka mereka
mendapatkan pembayaran lunas dari pemerintah atau owner proyek.
Developer / Pengembang
Berbeda dengan pengembang perumahan, atau Developer, Developer tidak
ubahnya seperti usaha konveksi atau pedagang gorengan, mereka membeli
pisang kemudian mengoalah pisang tersebut menjadi gorengan lalu menjual nya.
Seorang developer juga begitu, mereka mencari lahan, baca cara membeli lahan
perumahan kemudian membangun rumah lalu rumah tersebut di jual lagi, begitu
seterusnya. Developer di tuntut untuk piawai, karena tidak ada jaminan sebuah
rumah akan terjual, berbeda dengan kontraktor, begitu pekerjaan selesai maka
uang bisa diterima, tapi seorang developer selesai membangun mereka masih
harus menunggu untuk terjual dulu, oleh sebab itu seorang developer juga
mempekerjakan seorang marketing perumahan untuk menjual rumah-rumahnya.
Developer harus mempunyai mental tahan banting juga kreatif dalam
melaksanakan bisnis nya, sebab seorang developer akan berhadapan dengan
banyak masalah di lapangan, mulai dari membebaskan sebuah lahan,
pertentangan dari masyarakat setempat, gangguan dari preman yang suka
mintak jatah dengan kedok uang keamanan dan lain sebagainya.

5. Bagaimana prosedur pengembangan jaminan keselamatan dan kesehatan


kerja K 3 J UU NO 40 TAHUN 2004

JAWABAN

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


1. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
yang layak.
2. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan
program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial.
3. Asuransi sosial adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat
wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas risiko
sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya.
4. Tabungan wajib adalah simpanan yang bersifat wajib bagi peserta program
jaminan sosial.
5. Bantuan iuran adalah iuran yang dibayar oleh Pemerintah bagi fakir miskin
dan orang tidak mampu sebagai peserta program jaminan sosial.
6. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah badan hukum yang dibentuk
untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.
7. Dana Jaminan Sosial adalah dana amanat milik seluruh peserta yang
merupakan himpunan iuran beserta hasil pengembangannya yang dikelola
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial untuk pembayaran manfaat
kepada peserta dan pembiayaan operasional penyelenggaraan program
jaminan sosial.
8. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan diIndonesia, yang telah membayar iuran.
9. Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak peserta da
n/atau anggota keluarganya.
10. Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh peserta,
pemberi kerja, dan/atau Pemerintah.
11. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, a
tau imbalan dalam bentuk lain.
12. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum,
atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja atau
penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan
membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.
13. Gaji atau upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada pekerja yang
ditetapkan dan dibayar menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan
keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan
dilakukan.
14. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja,
termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju
tempat kerja atau sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan
kerja.
15. Cacat adalah keadaan berkurang atau hilangnya fungsi tubuh atau
hilangnya anggota badan yang secara langsung atau tidak langsung
mengakibatkan berkurang atau hilangnya kemampuan pekerja untuk
menjalankan pekerjaannya.
16. Cacat total tetap adalah cacat yang mengakibatkan ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan pekerjaan.
Jaminan Kesehatan
Pasal 19
(1) Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial dan prinsip ekuitas.
(2) Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
Pasal 20
(1) Peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
(2) Anggota keluarga peserta berhak menerima manfaat jaminan kesehatan.
(3) Setiap peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain yang
menjadi tanggungannya dengan penambahan iuran.
Pasal 21
(1) Kepesertaan jaminan kesehatan tetap berlaku paling lama 6 (enam) bulan
sejak seorang peserta mengalami pemutusan hubungan kerja.
(2) Dalam hal peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah 6 (enam)
bulan belum memperoleh pekerjaan dan tidak mampu, iurannya dibayar oleh
Pemerintah.
(3) Peserta yang mengalami cacat total tetap dan tidak mampu, iurannya
dibayar oleh Pemerintah.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden..
Pasal 22
(1) Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa
pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan.
(2) Untuk jenis pelayanan yang dapat menimbulkan penyalahgunaan
pelayanan, peserta dikenakan urun biaya.
(3) Ketentuan mengenai pelayanan kesehatan dan urun biaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat 7 / 29 (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Presiden.
Pasal 23
(1) Manfaat jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
diberikan pada fasilitas kesehatan milik Pemerintah atau swasta yang
menjalin kerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
(2) Dalam keadaan darurat, pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dapat diberikan pada fasilitas kesehatan yang tidak menjalin kerja sama
dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
(3) Dalam hal di suatu daerah belum tersedia fasilitas kesehatan yang
memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medik sejumlah peserta, Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial wajib memberikan kompensasi.
(4) Dalam hal peserta membutuhkan rawat inap di rumah sakit, maka kelas
pelayanan di rumah sakit diberikan berdasarkan kelas standar.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur lebih l
anjut dalam Peraturan Presiden.
Pasal 24
(1) Besarnya pembayaran kepada fasilitas kesehatan untuk setiap wilayah
ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial dan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut.
(2) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib membayar fasilitas kesehatan
alas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15 (lima belas)
hari sejak permintaan pembayaran diterima.
(3) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial mengembangkan sistem pelayanan
kesehatan, sistem kendali mutu pelayanan; dan sistem pembayaran
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas jaminan
kesehatan.
Pasal 25
Daftar dan harga tertinggi obat-obatan, serta bahan medis habis pakai yang
dijamin oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 26
Jenis-jenis pelayanan yang tidak dijamin Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Presiden.
Pasal 27
(1) Besarnya iuran jaminan kesehatan untuk peserta penerima upah
ditentukan berdasarkan persentase dari upah sampai batas tertentu, yang
secara bertahap ditanggung bersama oleh pekerja dan pemberi kerja.
(2) Besarnya iuran jaminan kesehatan untuk peserta yang tidak menerima
upah ditentukan berdasarkan nominal yang ditinjau secara berkala.
(3) Besarnya iuran jaminan kesehatan untuk penerima bantuan iuran
ditentukan berdasarkan nominal yang ditetapkan secara berkala. 8 / 29
www .(4) Batas upah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditinjau secara berkala.
(5) Besarnya iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3), serta batas upah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Presiden,
Pasal 28
(1) Pekerja yang memiliki anggota keluarga lebih dari 5 (lima) orang dan ingin
mengikutsertakan anggota keluarga yang lain wajib membayar tambahan
iuran.
(2) Tambahan Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Presiden.
Jaminan Kecelakaan Kerja
Pasal 29
(1) Jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara nasional berdasarkan
prinsip asuransi sosial.
(2) Jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar
peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai
apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit
akibat kerja.
Pasal 30
Peserta jaminan kecelakaan kerja adalah seseorang yang telah membayar
iuran.
Pasal 31
(1) Peserta yang mengalami kecelakaan kerja berhak mendapatkan manfaat
berupa pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya dan
mendapatkan manfaat berupa uang tunai apabila terjadi cacat total tetap atau
meninggal dunia.
(2) Manfaat jaminan kecelakaan kerja yang berupa uang tunai diberikan
sekaligus kepada ahli waris pekerja yang meninggal dunia atau pekerja yang
cacat sesuai dengan tingkat kecacatan.
(3) Untuk jenis-jenis pelayanan tertentu atau kecelakaan tertentu, pemberi
kerja dikenakan urun biaya.
Pasal 32
(1) Manfaat jaminan kecelakaan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal
31 ayat (1) diberikan pada fasilitas kesehatan milik Pemerintah atau swasta
yang memenuhi syarat dan menjalin kerja sama dengan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial.
(2) Dalam keadaan darurat, pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diberikan pada fasilitas kesehatan yang tidak menjalin kerja sama
dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
(3) Dalam hal kecelakaan kerja terjadi di suatu daerah yang belum tersedia
fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat, maka guna memenuhi;kebutuhan
medis bagi peserta, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib memberikan
kompensasi.
(4) Dalam hal peserta membutuhkan rawat inap di rumah sakit, maka kelas
perawatan di rumah sakit 9 / 29 diberikan kelas standar.
Pasal 33
Ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya manfaat uang tunai, hak ahli waris,
kompensasi, dan pelayanan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
dan Pasal 32 diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 34
(1) Besarnya iuran jaminan kecelakaan kerja adalah sebesar persentase
tertentu dari upah atau penghasilan yang ditanggung seluruhnya oleh
pemberi kerja.
(2) Besarnya iuran jaminan kecelakaan kerja untuk peserta yang tidak
menerima upah adalah jumlah nominal yang ditetapkan secara berkala oleh
Pemerintah.
(3) Besarnya iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bervariasi untuk
setiap kelompok pekerja sesuai dengan risiko lingkungan kerja.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

6. sebutkan syarat-syarat yang harus dimulai dalam pelaksanaan pembayaran


menurut ketentuan UU K. NO.13 TAHUN 2003

a. Pasal 90 ayat 1
b. Pasal 93 ayat 2
c. Pasal 93 ayat 3
d. Pasal 93 ayat 4
e. Pasal 94
f. Pasal 95 ayat 1
g. Pasal 95 ayat 2
h. Pasal 95 ayat 3
i. Pasal 95 ayat 4
j. Pasal 96
JAWABAN
a. Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara
pengusaha dan
pekerja/buruh atai serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari
ketentuan pengupahan yang ditetapkan perataran perundang-undangan yang
berlaku.
Dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) lebih rendah
atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan kesepakatan
tersebut batal demi hukum, dan pengusaha wajib membayar upah
pekerja/buruh menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku

b. Pasal 93

(1) Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan.


(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku, dan
pengusaha
wajib membayar upah apabila :
a. pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;
b. pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa
haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;
c. pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena pekerja/buruh menikah,
menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, istri melahirkan dan
keguguran kandungan, suami atau istri atau anak atau menantu atau orang
tua
atau mertua atau anggora keluarga dalam satu rumah meninggal dunia;
d. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang
menjalankan kewajban terhadap agamanya;
e. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalankan
ibadah yang diperintahkan agamanya;
f. pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi
pengusaha tidak memperkerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun
halangan yang seharusnya dapat dihindari pengusaha;
g. pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat;
h. pekerja/buruh melaksanakan tugas serikata pekerja/serikat buruh atas
persetujuan pengusaha; dan
i. pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.
(3) Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang sakit sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) huruf a sebagai berikut :
a. untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus perseratus) dari
upah;
b. untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima perseratus)
dari upah;
c. untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh perseratus) dari
upah; dan
d. untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lim perseratus) dari upah
sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh pengusaha.
(3) Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang tidak masuk bekerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c sebagai berikut :
a. pekerja/buruh menikah, dibayarkan untuk selama 3 (tiga) hari;
b. menikahkan anaknya, dibayarkan untuk selama 2 (dua) hari;
c. mengkhitankan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;
d. membaptiskan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;
e. istri melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar untuk selama 2 (dua)
hari;
f. suami/istri, orang tua/mertua atau anak atau menantu meninggal dunia,
dibayarkan untuk selama 2 (dua); dan
g. anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, dibayar untuk
selama 1 (satu) hari.
(4) Pengaturan pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(5) ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama.

c. Tunjangan tetap adalah pembayaran kepada pekerja yang dilakukan secara


teratur dan tidak dikaitkan dengan kehadiran pekerja atau pencapaian
prestasi kerja tertentu (penjelasan pasal 94 UU No. 13/2003). Tunjangan
tetap tersebut dibayarkan dalam satuan waktu yang sama dengan
pembayaran upah pokok, seperti tunjangan isteri dan/atau tunjangan anak,
tunjangan perumahan, tunjangan daerah tertentu. Pada Pasal 94 Undang-
Undang (UU) no.13 tahun 2003 tentang Tenaga Kerja, komponen Upah
Minimum hanya terdiri dari gaji pokok dan tunjangan tetap. Tunjangan tidak
tetap tidak termasuk dalam komponen Upah Minimum. Besarnya gaji pokok
sekurang-kurangnya harus sebesar 75 % dari jumlah Upah Minimum. Upah
minimum = Gaji pokok (75% dari Upah Minimum) + Tunjangan tetap (25%
dari Upah Minimum) Contoh : Upah Minimum Provinsi Jakarta sebesar Rp.
1.529.150. Apabila Anda bekerja di DKI Jakarta, perusahaan dilarang
membayar pekerja tersebut dengan upah yang lebih rendah dari Rp
1.529.150. Perusahaan juga harus memberikan gaji pokok sekurang-
kurangnya 75% dari Rp. 1.529.150 yakni sebesar Rp. 1.146.862. Jadi apabila
gaji keseluruhan Anda Rp. 1.600.000 (yang notabene lebih besar dari UMP
Jakarta) akan tetapi gaji pokok Anda hanya sebesar Rp. 900.000 (kurang dari
75% UMP Jakarta) maka Anda telah dibayar di bawah Upah Minimum DKI
Jakarta. Pada prakteknya, sering kali jumlah tunjangan menjadi lebih besar
dari gaji pokok yang diterima oleh seorang pekerja. Hal ini tentu saja dapat
menimbulkan salah pengertian di dalam hubungan kerja yang akhirnya akan
dapat mengganggu hubungan antara pengusaha dengan pekerja. Karena
tunjangan yang diberikan besar maka jumlah gaji keseluruhan (take home
pay) dirasa telah melebihi Upah Minimum, padahal Upah Minimum hanya
terdiri dari Gaji pokok + tunjangan tetap saja.
d. Pasal 95

(1) Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesenjangan atau


kelalaiannya dapat dikenakan denda.
(2) Pengusaha yang karena kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan
keterlambatan penbayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan persentase
tertentu dari upah pekerja/buruh.
(3) Pemerintah mengatur pengenaan denda kepada pengusaha dan/atau
pekerja/buruh, dalam pembayaran upah.
(4) Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya
dari pekerja/buruh merupakan utang yang didahulukan pembayarannya.
Ketentuan mengenai penghasilan yang layak, kebijakan pengupahan, kebutuhan
hidup layak, dan perlindungan pengupahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
88, penetapan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89, dan
pengenaan denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1), ayat (2) dan
ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

e. Pasal 96
Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul
dari hubungan kerja menjadi kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu
2(dua) tahun sejak timbulnya hak.

Anda mungkin juga menyukai