Anda di halaman 1dari 3

STUDI KASUS:

Pemutusan Kontrak Dan Pembayaran Pekerjaan

Uraian Kasus
Pemutusan kontrak dapat dilakukan oleh PPK atau Penyedia. Beberapa
alasan pemutusan kontrak yang dilakukan oleh PPK antara lain penyedia gagal
menyelesaikan pekerjaan seperti yang disepakati walaupun telah diberikan surat
peringatan sebanyak tiga kali. Umumnya pemutusan kontrak dilakukan oleh pejabat
penanda tangan kontrak dan sangat jarang oleh penyedia.
Ketika pemutusan kontrak yang dilakukan PPK maka pembayaran atas
pekerjaan yang telah diselesaikan oleh penyedia diperkirakan baru selesai
tujuhpuluh persen, yang selanjutnya harus dibayarkan oleh PPK melelaui PPSPM.

Pertanyaan Kasus
Dari gambaran diatas di atas timbul pertanyaan sebagai berikut:
”Bagaimanakah pembayaran atas pekerjaan yang telah diselesaikan oleh penyedia
ketika kontrak diputuskan oleh PPK? Dibayarkan keseluruhan pekerjaan atau sesuai
dengan pemeriksaan bersama?

Pembahasan
Peraturan Preseiden Nomor 16 tahun 2018 dan Peraturan LKPP Nomor 9
tahun 2018 memberikan kesempatan kepada PPK atau Penyedia untuk dapat
memutuskan kontrak. Hal ini juga diatur dengan jelas dalam KUHPerdata yang
menyatakan bahwa Kreditur dan Debitur memiliki hak dan kewenangan untuk
memutus kontrak.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk Pejabat Penandatangan
Kontrak melakukan pemutusan Kontrak antara lain:
a. Penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam
proses pengadaan yang diputuskan oleh Instansi yang berwenang.
b. Pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau
pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
dinyatakan benar oleh Instansi yang berwenang;
c. Penyedia berada dalam keadaan pailit;
d. Penyedia terbukti dikenakan Sanksi Daftar Hitam sebelum penandatangan
Kontrak;
e. Penyedia gagal memperbaiki kinerja setelah mendapat Surat Peringatan
sebanyak 3 (tiga) kali;
f. Penyedia tidak mempertahankan berlakunya Jaminan Pelaksanaan;
g. Penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak
memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;
h. berdasarkan penelitian Pejabat Penandatangan Kontrak, Penyedia tidak
akan mampu menyelesaikan keseluruhan pekerjaan walaupun diberikan
kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa
berakhirnya pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan;
i. setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50
(lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan,
Penyedia Barang/Jasa tidak dapat menyelesaikan pekerjaan; atau
j. Penyedia menghentikan pekerjaan selama waktu yang ditentukan dalam
Kontrak dan penghentian ini tidak tercantum dalam program mutu serta tanpa
persetujuan pengawas pekerjaan.
Dengan adanya pemutusan kontrak yang dilakukan oleh PPK, maka PPK
harus melakukan beberapa antara lain: PPK harus melanjutkan pekerjaan yang
belum selesai dengan melakukan penunjukkan langsung baik oleh Pokja Pemilihan
atau Pejabat Pengadaan. Hal inipun dapat dilakukan jika masih ada pelaku usaha
yang mau melanjutkannya atau masih cukupkah anggaran yang tersedia. Pekerjaan
yang selanjutnya harus dikerjakan oleh PPK setelah pemutusan kontrak adalah PPK
harus membayar pekerjaan yang telah dilakukan oleh pernyedia. Hanya saja
pembayaran pekerjaan ini dibutuhkan penelitian yang lebih lanjut untuk mensepakati
pekerjaan yang telah diselesaikan. Hal terakhir yang dilakukan oleh PPK setelah
pemutusan kontrak adalah mencairkan jaminan pelaksanaan pekerjaan (apabila
ada) dan menyetorkan ke kas negara serta PPK juga mengajukan penetapan daftar
hitam bagi penyedia yang diputus kontrak karena kesalahannya kepada KPA.
Dalam hal pembayaran pekerjaan yang telah diselesaikan oleh Penyedia
untuk dibayarkan oleh PPK memiliki beberapa acuan antara lain:
a. Melakukan perhitungan bersama untuk menentukan besaran prestasi
pekerjaan yang telah dilakukan.
b. Khusus untuk pekerjaan konstruksi, maka prestasi penyelesaian pekerjaan
yang dapat dibayarkan adalah pekerjaan yang terpasang. Pekerjaan yang
terpasang tersebut harus sudah mendapat persetujuan dari konsultan
pengawas. Sedangkan untuk barang atau jasa lainnya yang merupakan
bagian dari pekerjaan konstruksi yang akan diserah terimakan maka dapat
dibayarkan senilai biaya barang atau jasa lainnya tidak termasuk biaya
pemasangan dan uji coba.
c. Menjadi Perhatian ketika membayar diperhatikan jenis kontrak yang
digunakan termasuk pelakukan khusus dan dokumen pembayaran yang
disepakati dalam syarat-syarat khusus kontrak.
d. Diperhatikan juga bentuk pekerjaan yang dilakukan contohnya apabila
pengadaan pekerjaan merupakan satu kesatuan fungsi dan tidak
dimungkinan akan dikerjakan oleh penyedia lain maka ketika putus kontrak
tidak dapat dibayarkan karena pekerjaan tersebut tidak dapat digunakan
seperti pengadaan aplikasi tertentu dan lain-lain.
e. Ketika pembayaran pekerjaan kepada penyedia akibat pemutusan kontrak
agar diperhitungkan denda, ganti rugi, pajak dan pelunasan uang muka
(apabila ada).

Referensi:
1. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2007 tentang jasa konstruksi;
2. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Nomor 9
tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan barang/jasa pemerintah melalui
penyedia.
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat nomor
07/PRT/M/2019 Tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi
Melalui Penyedia

Penulis :
Heryanto Sijabat
NIP 197009251996031001
Widyaiswara Ahli Madya

Anda mungkin juga menyukai