Anda di halaman 1dari 80

I.

KETENTUAN DAN MEKANISME PENGENDALIAN PROSES


PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ketentuan Pelaksanaan Kegiatan


1. Pelaksanaan Kontrak
Ruang lingkup Pengendalian proses pelaksanaan kegiatan meliputi
pengendalian proses penetapan SPPBJ sampai dengan serah
terima pekerjaan dari Penyedia Jasa kepada Pengguna Jasa.
Secara umum kegiatan pelaksanaan kontrak meliputi:
a) Penetapan SPPBJ;
b) Penandatanganan Kontrak;
c) Penyerahan Lokasi Kerja;
d) Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)/Surat Perintah Pengiriman
(SPP);
e) Pemberian Uang Muka;
f) Penyusunan Program Mutu;
g) Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
h) Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak;
i) Pemeriksaan Bersama;
j) Mobilisasi;
k) Pengajuan Memulai Pekerjaan (Request for Works) untuk setiap
jenis pekerjaan; dan
l) Pelaksanaan Fisik.

TTD
Kontrak
Pelaksanaan Fisik/Konstruksi
Serah Terima Lokasi Pekerjaan

Pengajuan Memulai
Surat Perintah Mulai Kerja Pekerjaan (Request for
(SPMK) Works)

Mobilisasi (Tenaga Kerja,


Rencana Mutu Kontrak (RMK)
Material dan Peralatan)
dan Rencana K3K

Pengukuran / Pemeriksaan
Pre Construction Meeting
Bersama (Mutual Check 0/MC 0)
(PCM)

Gambar 1. Skema Tahap Pelaksanaan Kontrak

1
a. Penetapan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ)
Pejabat Penandatangan Kontrak sebelum menetapkan SPPBJ
melakukan reviu atas laporan hasil pemilihan Penyedia dari
Pokja Pemilihan untuk memastikan:
1) Bahwa proses pemilihan Penyedia sudah dilaksanakan
berdasarkan prosedur yang ditetapkan; dan
2) Bahwa pemenang pemilihan/calon Penyedia memiliki
kemampuan untuk melaksanakan Kontrak.
Berdasarkan hasil reviu, Pejabat Penandatangan Kontrak
memutuskan untuk menerima atau menolak hasil pemilihan
Penyedia tersebut.

PPK, Pokja Pemilihan, dan pemenang dapat melaksanakan rapat


persiapan penunjukan Penyedia sebelum menerbitkan surat
penunjukan Penyedia barang/jasa paling lambat 3 (tiga) hari
kerja setelah berita acara hasil pemilihan diterima oleh PPK.
Rapat persiapan penunjukan Penyedia dilaksanakan untuk
memastikan Penyedia memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Keberlakuan data isian kualifikasi;
b. Bukti sertifikat kompetensi:
1. Personel manajerial pada Pekerjaan Konstruksi; atau
2. Personel inti pada jasa Konsultansi Konstruksi;
c. Perubahan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dikarenakan
jadwal pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan sebelumnya
akan melewati batas tahun anggaran;
d. Kewajiban melakukan sertifikasi bagi operator, teknisi, atau
analis yang belum bersertifikat pada saat pelaksanaan
pekerjaan; dan
e. Pelaksanaan alih pengalaman/keahlian bidang konstruksi
melalui sistem kerja praktik/magang, membahas paling
sedikit terkait jumlah peserta, durasi pelaksanaan, dan jenis
keahlian.

b. Penandatanganan Kontrak
PPK dan Penyedia wajib melaksanakan rapat persiapan
penandatanganan Kontrak setelah ditetapkan surat
penunjukan Penyedia barang/jasa.

2
Dalam rapat persiapan penandatanganan Kontrak, paling
sedikit membahas hal sebagai berikut:
a. Dokumen Kontrak dan kelengkapan;
b. Kelengkapan RKK;
c. Rencana penandatanganan Kontrak;
d. Jaminan uang muka yang paling sedikit terdiri atas
ketentuan, bentuk, isi, dan waktu penyerahan;
e. Jaminan pelaksanaan yang paling sedikit terdiri atas
ketentuan, bentuk, isi, dan waktu penyerahan;
f. Asuransi;
g. Hal yang telah diklarifikasi dan dikonfirmasi pada saat
evaluasi penawaran; dan/atau
h. Hal yang telah diklarifikasi dan dikonfirmasi pada saat
rapat persiapan penunjukan Penyedia.
Hasil pembahasan dan kesepakatan saat rapat persiapan
penandatanganan Kontrak dituangkan dalam berita acara.
Dalam rapat persiapan penandatanganan Kontrak Pekerjaan
Konstruksi, PPK dibantu oleh pengawas pekerjaan, konsultan
pengawas, atau konsultan manajemen penyelenggaraan
konstruksi.

Penandatanganan Kontrak Jasa Konstruksi yang kompleks


dilakukan setelah memperoleh pendapat ahli Kontrak Kerja
Konstruksi. Dalam hal tidak diperoleh ahli Kontrak Kerja
Konstruksi, pendapat tersebut dapat diperoleh dari tim yang
dibentuk oleh kementerian/lembaga yang bersangkutan.
Pemberian pendapat dapat dilakukan pada saat penyusunan
rancangan Kontrak.

Penandatanganan Kontrak dapat dilakukan setelah DPA


disahkan. Dalam hal penandatangan kontrak dilakukan
sebelum tahun anggaran, maka Kontrak mulai berlaku dan
dilaksanakan setelah DPA berlaku efektif.

Sebelum penandatanganan Kontrak dilakukan rapat persiapan


penandatanganan Kontrak antara Pejabat Penandatangan
Kontrak dengan Penyedia yang membahas hal-hal sebagai
berikut:

3
a) Finalisasi rancangan Kontrak;
b) Kelengkapan dokumen pendukung Kontrak, seperti Jaminan
Pelaksanaan telah diterima sebelum penandatanganan
Kontrak, asuransi, dsb;
c) Rencana penandatanganan Kontrak; dan/atau
d) Hal-hal yang telah diklarifikasi dan/atau dikonfirmasi pada
saat evaluasi penawaran.

Nilai Jaminan Pelaksanaan (apabila ada), dengan ketentuan:


a) Untuk nilai penawaran antara 80% (delapan puluh persen)
sampai dengan 100% (seratus persen) dari nilai HPS atau
Pagu Anggaran, Jaminan Pelaksanaan adalah sebesar 5%
(lima persen) dari nilai kontrak; atau
b) Untuk nilai penawaran di bawah 80% (delapan puluh
persen) dari nilai HPS atau Pagu Anggaran, besarnya
Jaminan Pelaksanaan 5% (lima persen) dari nilai HPS atau
Pagu Anggaran.

Pejabat Penandatangan Kontrak melakukan verifikasi secara


tertulis kepada penerbit jaminan sebelum penandatanganan
Kontrak. Setelah Jaminan Pelaksanaan dinyatakan sah dan
diterima.

Pejabat Penandatangan Kontrak dan Penyedia tidak


diperkenankan mengubah substansi hasil pemilihan Penyedia
sampai dengan penandatanganan Kontrak, kecuali
mempersingkat waktu pelaksanaan pekerjaan.

Dalam hal penetapan SPPBJ dilakukan sebelum DPA disahkan,


dan ternyata alokasi anggaran dalam DPA tidak disetujui atau
kurang dari rencana nilai Kontrak, maka penandatanganan
Kontrak dapat dilakukan setelah Pagu Anggaran cukup tersedia
melalui revisi DPA. Jika penambahan Pagu Anggaran melalui
revisi DPA tidak tercapai maka penetapan pemenang dibatalkan
dan kepada calon Penyedia Barang/Jasa tidak diberikan ganti
rugi.

4
Kontrak dibuat sesuai dengan kebutuhan yang terdiri dari :
1. Sekurang-kurangnya 2 (dua) Kontrak asli, terdiri dari:
 Kontrak asli pertama untuk Pejabat Penandatangan
Kontrak dibubuhi materai pada bagian yang
ditandatangani oleh Penyedia; dan
 Kontrak asli kedua untuk Penyedia dibubuhi materai
pada bagian yang ditandatangani oleh Pejabat
Penandatangan Kontrak;
2. Rangkap/salinan Kontrak tanpa dibubuhi materai apabila
diperlukan.
Kontrak mulai berlaku pada tanggal penandatanganan Kontrak
oleh Para Pihak atau pada tanggal yang ditetapkan dalam
Kontrak.

c. Penyerahan Lokasi Kerja


Sebelum SPMK diterbitkan, PPK berkewajiban untuk
menyerahkan lokasi kerja sesuai dengan kebutuhan penyedia
yang tercantum dalam rencana kerja yang telah disepakati oleh
para pihak untuk melaksanakan pekerjaan tanpa ada
hambatan kepada penyedia. Penyerahan dilakukan setelah
sebelumnya dilakukan peninjauan lapangan bersama. Hasil
peninjauan dan penyerahan dituangkan dalam berita acara
penyerahan lokasi kerja.

Apabila Pejabat Penandatangan Kontrak tidak dapat


menyerahkan seluruh lokasi kerja sesuai kebutuhan Penyedia
yang tercantum dalam rencana kerja untuk melaksanakan
pekerjaan sesuai Kontrak, maka Pejabat Penandatangan
Kontrak menetapkan kondisi ini sebagai Peristiwa Kompensasi
dan dibuat Berita Acara.

d. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)


PPK menerbitkan SPMK selambat-lambatnya 14 (empat belas)
hari kalender sejak tanggal penanda-tanganan kontrak. Dalam
SPMK dicantumkan saat paling lambat dimulainya pelaksanaan
kontrak oleh penyedia.

e. Pemberian Uang Muka


Penyedia dapat mengajukan permohonan uang muka secara
tertulis kepada Pejabat Penandatangan Kontrak disertai dengan

5
rencana penggunaan uang muka untuk melaksanakan
pekerjaan sesuai Kontrak dan rencana pengembaliannya.

Nilai besaran uang muka paling tinggi sesuai dengan yang


ditetapkan dalam Kontrak. Uang Muka dibayar setelah Penyedia
menyerahkan Jaminan Uang Muka senilai uang muka yang
diterima. Besarnya Jaminan Uang Muka adalah senilai uang
muka yang diterima Penyedia.

Pengembalian uang muka dapat dilakukan dengan


diperhitungkan berangsur-angsur secara proporsional pada
setiap pembayaran prestasi pekerjaan atau sesuai kesepakatan
yang diatur dalam Kontrak dan paling lambat harus lunas pada
saat pekerjaan mencapai prestasi 100% (seratus persen).

f. Program Mutu
Program mutu disusun oleh Penyedia sebelum rapat persiapan
pelaksanaan Kontrak, yang paling sedikit berisi:
1) Informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;
2) Organisasi kerja Penyedia;
3) Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
4) Prosedur pelaksanaan pekerjaan;
5) Prosedur instruksi kerja; dan/atau
6) Pelaksana kerja.

Program mutu disesuaikan dengan jenis barang/jasa,


karakteristik, kompleksitas pekerjaan dan dapat direvisi sesuai
dengan kondisi lokasi pekerjaan. Terkait program mutu
mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 10/M/2021 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi.

g. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Penyedia jasa konstruksi berkewajiban menyusun dokumen
Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (RK3). Daftar Isi
Dokumen RK3 paling sedikit memuat :
1) Kebijakan K3 Proyek
Kebijakan K3 Proyek merupakan kerangka untuk menyusun
sasaran K3, berupa kebijakan tertulis yang berisi komitmen

6
untuk menerapkan K3 berdasarkan skala risiko dan
peraturan perundang-undangan K3 yang dilaksanakan
secara konsisten menerapkan K3 berdasarkan skala risiko
dan peraturan perundang-undangan K3 yang dilaksanakan
secara konsisten yang mencakup penetapan komitmen
untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
serta peningkatan berkelanjutan SMK3; dan penetapan
komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan
dan persyaratan lain yang terkait dengan K3.
2) Organisasi K3
Penyedia membuat usulan organisasi yang bertanggung
jawab dalam penerapan K3. Contoh struktur organisasi
penanggung jawab K3 adalah sebagai berikut :
a) Penanggung Jawab K3;
b) Penanggung Jawab Pelaksanaan K3;
c) Penanggung Jawab Perlengkapan K3.
3) Perencanaan K3
a) Identifikasi Bahaya, Sasaran K3 Proyek, Pengendalian
Risiko K3, dan Program K3
Perencanaan K3 dibuat pada saat awal penawaran,
penyedia harus menyampaikan pengendalian risiko pada
saat penawaran berdasarkan hasil identifikasi awal.
(1) Menentukan Identifikasi Bahaya
Penyedia mengidentifikasi potensi-potensi bahaya
dalam setiap tahapan pekerjaan.
(2) Sasaran K3
Kondisi yang diharapkan dengan diterapkannya K3.
(a) Sasaran Umum: nihil kecelakaan kerja yang fatal
(zero fatal accidents) pada pekerjaan konstruksi.
(b) Sasaran Khusus: sasaran rinci dari setiap
pengendalian risiko yang disusun guna
tercapainya Sasaran Umum.
(3) Pengendalian Risiko K3
Penyedia harus melakukan pengendalian resiko dari
setiap bahaya yang diidentifikasi dalam masing-
masing tahapan pekerjaan.

7
(4) Program Sumber Daya
Perencanaan sumber daya yang dilibatkan dalam
pengendalian resiko, berupa sumber daya manusia,
bahan maupun peralatan.
Contoh tabel hasil identifikasi awal Identifikasi Bahaya,
Sasaran K3 Proyek, Pengendalian Risiko K3, dan
Program K3 tertera pada Tabel 5.
b) Pemenuhan Peraturan Perundang-undangan dan
Persyaratan Lainnya
Daftar Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan
K3 yang digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan
SMK3 Konstruksi Bidang PUPR antara lain sebagai
berikut:
(1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun
2017 tentang Jasa Konstruksi;
(2) Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
(3) Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang
Penerapan SMK3;
(4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan perumahan
rakyat Nomor: 10/M/2021 Tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi.
c) Sasaran dan Program K3
(1) Sasaran
(a) Sasaran Umum:
Nihil Kecelakaan Kerja yang fatal (Zero Fatal
Accidents) pada pekerjaan konstruksi.
(b) Sasaran Khusus:
Sasaran khusus adalah sasaran rinci dari setiap
pengendalian risiko yang disusun guna
tercapainya Sasaran Umum, contoh sebagaimana
Tabel 2.2 Penyusunan Sasaran dan Program K3.
(2) Program K3
Program K3 meliputi sumber daya, jangka waktu,
indikator pencapaian, monitoring, dan penanggung

8
jawab, contoh sebagaimana Tabel 2.2 Penyusunan
Sasaran dan Program K3.
4) Pengendalian Operasional K3
Pengendalian operasional berupa prosedur kerja/petunjuk
kerja, yang harus mencakup seluruh upaya pengendalian
pada Tabel 2.2 kolom (5), diantaranya:
a) Upaya pengendalian berdasarkan lingkup pekerjaan
sesuai Tabel 2.2 kolom (5);
b) Rencana penunjukan personil yang akan ditugaskan
menjadi Penanggung Jawab Kegiatan SMK3;
c) Prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan
darurat tempat kerja;
d) Rencana prosedur/petunjuk kerja yang perlu
disiapkan;
e) Rencana program pelatihan/sosialisasi sesuai
pengendalian risiko pada Tabel 2.2 kolom (5);
f) Sistem pertolongan pertama pada kecelakaan.
5) Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3
a) Kegiatan pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3
dilakukan mengacu pada kegiatan yang dilaksanakan
pada angka 4) (Pengendalian Operasional) berdasarkan
upaya pengendalian pada angka 3) (Perencanaan K3)
sesuai dengan uraian Tabel 6 (sasaran dan program
K3);
b) Tinjauan Ulang K3;
c) Hasil pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3
diklasifikasikan dengan kategori sesuai dan tidak
sesuai tolok ukur sebagaimana ditetapkan pada Tabel 6
(sasaran dan program K3).
Hal-hal yang tidak sesuai, termasuk bilamana terjadi
kecelakaan kerja dilakukan peninjauan ulang untuk
diambil tindakan perbaikan.

9
Tabel 3. Contoh Identifikasi Awal : Identifikasi Bahaya, Sasaran K3 Proyek, Penilaian Resiko, Pengendalian Risiko K3, dan Program K3
Nama Perusahaan : PT. Untung Terus Tidak Mau Rugi
Kegiatan : Pembangunan IPLT Kota XXX
Lokasi : Kota XXX
Tanggal dibuat : dd-mm-yyyy halaman : ….. / …..
Penilaian Risiko Penanggung
Uraian Identifikasi Skala Pengendalian Jawab
No Sasaran Tingkat Program Sumber Daya
Pekerjaan Bahaya Kekerapan Keparahan Prioritas Risiko K3 (Nama
Risiko
Petugas)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Pekerjaan Tertimbun Nihil 3 3 9 1 1.1. Penggunaan turap 1. Bahan (Turap, peralatan Pengawas
galian pada Kecelaka-an (Tinggi) kerja, dll) lapangan/
bangunan Fatal 2. SDM (diisi dengan jumlah quality
dengan kondisi SDM yang diperlukan dan engineer
tanah labil kualifikasi sesuai dengan
yang dibutuhkan)
1.2. Mengguna-kan 1. SDM menyusun instruksi
metode pemanca-ngan kerja
2. Sosialisasi instruksi kerja (…
kali)
1.3. Menyusun Pengadaan rambu dan
instruksi kerja barikade
pekerjaan galian
1.4. Mengguna-kan Instruktur
rambu peringatan dan Materi/ modul
barikade
1.5. Melakukan SDM
pelatihan kepada
pekerja
1.6 Pengunaan APD SDM dan Peralatan
yang sesuai

10
Penilaian Risiko Penanggung
Uraian Identifikasi Skala Pengendalian Jawab
No Sasaran Tingkat Program Sumber Daya
Pekerjaan Bahaya Kekerapan Keparahan Prioritas Risiko K3 (Nama
Risiko
Petugas)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
2 Pekerjaan Terperosok 1.1 Penggunaan turap SDM dan Perlengkapan Pengawas
pemasang-an 1.2 Menyusun instruksi SDM lapangan/
jaringan kerja quality
distribusi air 1.3 Mengguna-kan SDM dan Peralatan engineer
minum di jalur rambu peringatan dan
jalan raya barikade
1.4 Melakukan SDM dan materi pelatihan
pelatihan kepada
pekerjaan
1.1 Pemasangan rambu SDM dan peralatan
dan barikade
1.2 Menyusun instruksi SDM
kerja
1.3 Melakukan SDM
pelatihan kepada
pekerjaan
3 Dan
seterusnya

11
Ketentuan Pengisian Tabel 5:
Kolom (1) : Nomor urut uraian pekerjaan.
Kolom (2) : Diisi seluruh item pekerjaan yang mempunyai risiko K3 yang tertuang di dalam
dokumen pelelangan.
Kolom (3) : Diisi dengan identifikasi bahaya yang akan timbul dari seluruh item pekerjaan
yang mempunyai risiko K3.
Kolom (4) : Diisi dengan sasaran penerapan K3 (Nihil Kecelakaan Fatal)
Kolom (5) : Diisi dengan nilai (angka) kekerapan terjadinya kecelakaan.
Kolom (6) : Diisi dengan nilai (angka) keparahan.
Kolom (7) : Perhitungan tingkat risiko K3 adalah nilai kekerapan x keparahan.
Kolom (8) : Penetapan skala prioritas ditetapkan berdasarkan item pekerjaan yang
mempunyai tingkat risiko K3 tinggi, sedang dan kecil, dengan penjelasan:
prioritas 1 (risiko tinggi), prioritas 2 (risiko sedang), dan prioritas 3 (risiko kecil).
Apabila tingkat risiko dinyatakan tinggi, maka item pekerjaan tersebut menjadi
prioritas utama (peringkat 1) dalam upaya pengendalian.
Kolom (9) : Diisi bentuk pengendalian risiko K3. Bentuk pengendalian risiko menggunakan
hirarki pengendalian risiko (Eliminasi, Substitusi, Rekayasa, Administrasi, APD),
diisi oleh Penyedia Jasa pada saat penawaran (belum memperhitungkan penilaian
risiko dan skala prioritas.
Keterangan :
1. Eliminasi adalah mendesain ulang pekerjaan atau mengganti material/bahan
sehingga bahaya dapat dihilangkan atau dieliminasi.
Contoh: seorang pekerja harus menghindari bekerja di ketinggian namun
pekerjaan tetap dilakukan dengan menggunakan alat bantu.
2. Substitusi adalah mengganti dengan metode yang lebih aman dan/atau
material yang tingkat bahayanya lebih rendah.
Contoh: penggunaan tangga diganti dengan alat angkat mekanik kecil untuk
bekerja di ketinggian.
3. Rekayasa teknik adalah melakukan modifikasi teknologi atau peralatan guna
menghindari terjadinya kecelakaan.
Contoh: menggunakan perlengkapan kerja atau peralatan lainnya untuk
menghindari terjatuh pada saat bekerja di ketinggian.

4. Administrasi adalah pengendalian melalui pelaksanaan prosedur untuk


bekerja secara aman.
Contoh: pengaturan waktu kerja (rotasi tempat kerja) untuk mengurangi
terpaparnya/tereksposnya pekerja terhadap sumber bahaya, larangan
menggunakan telepon seluler di tempat tertentu, pemasangan rambu-rambu
keselamatan.
5. APD adalah Alat Pelindung Diri yang memenuhi standard dan harus dipakai
oleh pekerja pada semua pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaannya.
Contoh: Pemakaian kacamata las dan sarung tangan kulit pada pekerjaan
pengelasan.
Kolom (10) : Diisi program sumber daya yang dilibatkan/diperlukan
Kolom (11) : Diisi penanggung jawab (nama petugas) pengendali risiko K3.

36
Tabel 4. Contoh Penyusunan Sasaran dan Program K3
Nama Perusahaan : PT. Untung Terus Tidak Mau Rugi
Kegiatan : Pembangunan IPLT Kota XXX
Lokasi : Kota XXX
Tanggal dibuat : dd-mm-yyyy
Sasaran Khusus Program
Uraian Pengendalian
No Indikator Penanggung
Pekerjaan Risiko Uraian Tolak Ukur Sumber Daya Jangka Waktu Monitoring
Pencapaian Jawab
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Pekerjaan 1.1. Seluruh pekerjaan Pengguna-an Bahan (Turap, Sebelum bekerja Turap terpasang Checklist Pengawas
galian pada Penggunaan turap galian dipastikan turap memenuhi peralatan kerja, dll harus sudah sesuai gambar /petugas terkait
dengan kondisi memenuhi prinsip spesifikasi yang terkait) lengkap dan spesifikasi
tanah labil keselamat-an (ditetap-kan SDM sesuai dengan
quality enginering) kebutuh-an
1.2. Tersedia-nya Sesuai dengan Dokumen (manual Sesuai jadwal Tertib Checklist Quality
Menggunakan metode metode yang telah instruction/ petunjuk pelaksana-an melaksana-kan Enginering
metode pemanca- ditetapkan kerja sesuai metode
ngan
1.3. Tersedia-nya Sesuai dengan Dokumen petunjuk Sesuai jadwal Tertib Checklist Quality
Menyusun instruksi kerja instruksi kerja kerja pelaksanaan melaksana-kan Enginering
instruksi kerja petunjuk kerja
pekerjaan galian
1.4. Seluruh lokasi Rambu dan Rambu dan barikade Sebelum bekerja 100% sesuai Checklist Petugas K3
Menggunakan galian diberikan barikade standar SDM sesuai dengan harus sudah standar
rambu peringatan rambu dan NFPA. kebutuh-an lengkap
dan barikade barikade standar
1.5. Seluruh pekerja Lulus tes dan Instruktur, program, Sebelum bekerja 100% lulus dan Evaluasi hasil Petugas K3, unit
Melakukan terkait telah paham mengenai materi/ modul, tes harus sudah paham penyuluhan/ pelatihan/ HRD
pelatihan kepada mengikuti sistem keselamat- pemaham-an, dan terlatih pelatihan
pekerja pelatihan dan an galian peserta.
penyuluh-an
1.6 Seluruh pekerja SNI helm, masker Masker, sepatu Sebelum bekerja 100% sesuai Disediakan Inspektor
Pengunaan APD mengguna-kan AP & sepatu (Dicari) keselamat-an, harus sudah standar petugas yang K3/petugas
yang sesuai standar Jumlah pekerja pelindung kepala lengkap melakukan pengawas
standard pengawasan pelaksanaan
selama pekerjaan
pekerjaan galian
berlangsung

37
Sasaran Khusus Program
Uraian Pengendalian
No Indikator Penanggung
Pekerjaan Risiko Uraian Tolak Ukur Sumber Daya Jangka Waktu Monitoring
Pencapaian Jawab
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
2 Pekerjaan Menggunakan Seluruh lokasi Rambu dan Rambu dan barikade Sebelum bekerja 100% sesuai Checklist Petugas K3
pemasangan rambu peringatan galian diberikan barikade standar SDM sesuai dengan harus sudah standar
jaringan dan barikade rambu dan NFPA. kebutuh-an lengkap
distribusi air barikade standar
minum di jalur
jalan raya

Menyusun Tersedia-nya Sesuai dengan Dokumen petunjuk Sesuai jadwal Tertib Checklist Quality
instruksi kerja instruksi kerja instruksi kerja kerja pelaksanaan melaksana-kan Enginering
pekerjaan galian petunjuk kerja
di jalan raya
Pengunaan APD Seluruh pekerja SNI helm, masker Masker, sepatu Sebelum bekerja 100% sesuai Disediakan Inspektor
yang sesuai mengguna-kan AP & sepatu (Dicari) keselamat-an, harus sudah standar petugas yang K3/petugas
standard standar Jumlah pekerja pelindung kepala lengkap melakukan pengawas
pengawasan pelaksanaan
selama pekerjaan
pekerjaan galian
berlangsung
3 Dan
seterusnya

Ketentuan Pengisian Tabel 6:


Kolom (1) : Nomor urut kegiatan.
Kolom (2) : Diisi seluruh item pekerjaan yang mempunyai risiko K3 yang tertuang di dalam dokumen pelelangan.
Kolom (3) : Diisi pengendalian risiko merujuk pada Tabel 2.1. kolom (8).
Kolom (4) : Diisi uraian dari sasaran khusus yang ingin dicapai terhadap pengendalian risiko pada kolom (3).
Kolom (5) : Tolok ukur merupakan ukuran yang bersifat kualitatif ataupun kuantitatif terhadap pencapaian sasaran pada kolom (4)
Kolom (6) : Diisi sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan program kerja atas sasaran yang hendak dicapai dari kolom (5)
Kolom (7) : Diisi jangka waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan program kerja atas sasaran khusus yang hendak dicapai.
Kolom (8) : Indikator pencapaian adalah ukuran keberhasilan pelaksanaan program.
Kolom (9) : Diisi bentuk-bentuk monitoring yang dilaksanakan dalam rangka memastikan bahwa pencapaian sasaran dipenuhi sepanjang waktu pelaksanaan.
Kolom (10) : Penanggung jawab pelaksana program.

38
h. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak/Pre Construction Meeting
Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender sejak
diterbitkannya SPMK dan sebelum pelaksanaan pekerjaan, PPK
bersama dengan penyedia, unsur perencanaan, dan unsur
pengawasan, harus sudah menyelenggarakan rapat persiapan
pelaksanaan kontrak.
Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat
persiapan pelaksanaan kontrak meliputi:
1) Program mutu;
Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) yang sudah
dibuat oleh penyedia jasa konstruksi dibahas pada saat
Rapat Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan secara detail
sesuai dengan komponen yang sudah ditetapkan dan
sesuai dengan spesifikasi teknis maupun syarat-syarat
yang telah disepakati bersama saat penandatanganan
kontrak.
2) Rencana K3 kontrak;
3) Organisasi kerja;
4) Tata cara pengaturan pelaksanana pekerjaan;
5) Jadwal pelaksanaan pekerjaan, yang diikuti uraian
tentang metode kerja yang memperhatikan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3);
6) Jadwal pengadaan bahan/material, mobilisasi peralatan
dan personil;
7) Tata cara pelaksanaan pekerjaan;
8) Melakukan klarifikasi hal-hal yang masih kurang jelas
dan mendiskusikan prosedur untuk manajemen
perubahan;
9) Melakukan klarifikasi rencana koordinasi antar para
pihak selama pelaksanaan pekerjaan;
10) Penyusunan rencana kerja dan pelaksanaan pemeriksaan
lokasi pekerjaan.

i. Pengukuran/Pemeriksaan Bersama (Mutual Check 0/MC-0)


Pada tahap awal pelaksanaan Kontrak, PPK bersama-sama
dengan penyedia melakukan pemeriksaan lokasi pekerjaan
dengan melakukan pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi
lokasi pekerjaan untuk setiap rencana mata pembayaran
(Mutual Check 0%).

39
Pemeriksaan bersama dilaksanakan dengan cara melakukan
pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi lapangan,
mencakup:
a. Pemeriksaan terhadap desain awal dilakukan untuk menilai
kesesuaian desain dengan kondisi lapangan;
b. Jika diperlukan penyesuaian terhadap desain, maka
dilakukan review desain; dan
c. Penyesuaian terhadap kuantitas (volume) awal berdasarkan
review desain yang dilakukan.
Hasil pemeriksaan bersama dituangkan dalam Berita Acara.
Apabila dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan
perubahan isi Kontrak, maka harus dituangkan dalam
addendum Kontrak.

j. Mobilisasi
Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan
dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterbitkan
SPMK.
Untuk Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya, mobilisasi
dilakukan sesuai dengan lingkup pekerjaan, meliputi:
 Mendatangkan bahan/material dan peralatan terkait yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
 Mempersiapkan fasilitas seperti kantor, rumah, gedung
laboratorium, bengkel, gudang, dan sebagainya; dan/atau
 Mendatangkan personil.

Untuk Jasa Konsultansi, mobilisasi dilakukan sesuai dengan


lingkup pekerjaan, meliputi:
 Mendatangkan tenaga ahli;
 Mendatangkan tenaga pendukung; dan/atau
 Menyiapkan peralatan pendukung.
Mobilisasi bahan/material, peralatan dan personil dapat
dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.

k. Pengajuan Memulai Pekerjaan (Request for Works) untuk Setiap


Jenis Pekerjaan
Pengajuan Memulai Pekerjaan merupakan bagian dan
kelanjutan dari tahapan mobilisasi, dilakukan dalam upaya
pengendalian waktu, mutu dan biaya. Pengajuan memulai

40
pekerjaan sebelum melaksanakan setiap jenis pekerjaan adalah
bukti tertulis yang diajukan oleh Penyedia Pekerjaan
Konstruksi kepada Konsultan Supervisi yang memuat waktu
pengajuan, rencana pelaksanaan, lokasi, jenis pekerjaan,
perkiraan volume, kesiapan pekerjaan sebelumnya, kesiapan
tenaga kerja, kesiapan peralatan, serta kesiapan material,
bahan dan produk terhadap semua jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan.

Substansi penting dalam berkas kelengkapan Pengajuan


Memulai Pekerjaan/Request for Works yang berperan untuk
pengendalian waktu, mutu dan biaya adalah sebagai berikut:
1) Gambar Kerja (shop drawing);
2) Rencana Pelaksanaan Pekerjaan (Method Statement),
mencakup:
a) Metode Kerja;
b) Tenaga Kerja yang dibutuhkan;
c) Peralatan yang dibutuhkan;
d) Material yang dibutuhkan;
e) Aspek Keselamatan Konstruksi (mengacu pada analisis
Keselamatan dan kesehatan Kerja/K3 per pekerjaan);
dan
f) Jadwal mobilisasi tiap-tiap sumber daya.
Dalam metode kerja perlu disampaikan titik-titik tunggu
(hold point) terkait pengendalian mutu pekerjaan. Titik-
titik tunggu ini perlu dipantau dan diawasi (jika diperlukan
dapat pula dilakukan pengujian).
3) Rencana Pemeriksaan dan Pengujian (Inspection and Test
Plan/ITP)
Jadwal pelaksanaan pemeriksaan bahan, material, serta titik
tunggu (hold point) pada metode kerja.
Pemeriksaan Pengajuan Memulai Pekerjaan (Request for Works)
adalah langkah kerja atau tindakan verifikasi yang dilakukan
oleh Direksi Pekerjaan melalui Direksi Teknis atau Konsultan
Supervisi untuk memeriksa kebenaran kesiapan dan
kelengkapan prosedur kerja yang diajukan melalui Request for
Works.

l. Tahap Pelaksanaan Fisik

41
1) Pengendalian Kualitas/Mutu Pekerjaan
Satker/PPK melalui Konsultan Supervisi dan Pengawas
lapangan memastikan setiap standar dan prosedur serta
lingkup pekerjaan dalam pelaksanaan fisik telah
dilaksanakan oleh Penyedia, dengan ketentuan:
a) Pengendalian mutu wajib dilakukan oleh penyedia jasa
selama pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan
dokumen kontrak (spesifikasi teknis). Penjaminan
kualitas pekerjaan dimulai dari penjaminan mutu bahan,
material dan produk yang akan digunakan, dengan
melakukan uji bahan, material dan produk. Bukti
dokumennya merupakan kelengkapan dari prosedur
Request For Works / Pengajuan Memulai Pekerjaan;
b) Penjaminan kualitas konstruksi dilaksanakan dengan
prosedur pengawasan konstruksi yang sesuai dengan
standard dan prosedur yang ditetapkan;
c) Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan pekerjaan
dilakukan oleh konsultan pengawas/direksi teknis dari
PPK.

2) Pengendalian Waktu
a) Waktu Penyelesaian Pekerjaan
 Penyelesaian pekerjaan sesuai dengan jadwal
rencana yang telah ditetapkan;
 Terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan
bukan akibat Keadaan Kahar atau Peristiwa
Kompensasi atau karena kesalahan atau kelalaian
penyedia maka penyedia dikenakan denda;
 Terjadi keterlambatan disebabkan oleh Peristiwa
Kompensasi maka PPK dapat memberikan
tambahan waktu pengerjaan kepada pihak penyedia.
Mekanisme kompensasi secara detail dapat dilihat
pada bab Pengendalian Progres fisik bagian
peristiwa kompensasi;
 Tanggal Penyelesaian yang dimaksud adalah tanggal
penyelesaian seluruh pekerjaan.
b) Rapat Pemantauan

42
Pengawas Pekerjaan atau penyedia dapat
menyelenggarakan rapat pemantauan, dan masing-
masing pihak menghadiri rapat tersebut. Rapat
pemantauan diselenggarakan untuk membahas
perkembangan pekerjaan dan perencanaaan atas sisa
pekerjaan serta untuk menindaklanjuti peringatan dini.
c) Penanganan Keterlambatan Progres Fisik
Pada dasarnya keterlambatan progres fisik disebabkan
3 (tiga) hal yaitu:
 Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang terjadi
akibat kelalaian Penyedia. Dalam hal keterlambatan
akibat kelalaian Penyedia, maka kegiatan tersebut
termasuk dalam kegiatan Kontrak Kritis;
 Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang terjadi
akibat kahar. Dalam hal keterlambatan akibat
kahar, maka diberlakukan ketentuan tentang
keadaan kahar sesuai dengan yang tertuang dalam
SSUK;
 Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang terjadi
akibat Pengguna Jasa. Dalam hal keterlambatan
akibat Pengguna Jasa, maka diberlakukan peristiwa
kompensasi.

3) Penghentian dan Pemutusan Kontrak


Penghentian kontrak dapat dilakukan karena pekerjaan
sudah selesai atau terjadi Keadaan Kahar. Aturan detail
terkait penghentian dan pemutusan kontrak tertera dalam
Permen PUPR No. 07/PRT/M/2019.

Skema pelaksanaan Pekerjaan dari tahap persiapan sampai


tahap pelaksanan dapat dijelaskan pada gambar berikut.

43
Penunjukan
Penyedia
Barang/Jasa (PPBJ)

Tanda Tangan Kontrak

Tahap Persiapan

Penyerahan Lapangan
SPMK
Penyusunan Program Mutu dan RK3
Rapat Persiapan Kontrak (Pre Construction Meeting / PCM) Pemberian Uang Muka
Pemeriksaan Awal Lapangan Bersama (Mutual Check 0 /MC 0) (Jika Dalam Kontrak Disepakati Ada Uang
Mobilisasi Tenaga Kerja, Material, dan Peralatan Muka)
Pengajuan Memulai Pekerjaan (Request for Works)

Tahap Pelaksanaan

Pengendalian Kualitas Pengendalian Waktu: Perubahan Kontrak:


Pekerjaan: Waktu Penyelesaian Pekerjaan Addenddum Kontrak
Spesifikasi Teknis/KAK Rapat Pemantauan Pemutusan Kontrak
Dokumen Perencanaan Penanganan Keterlambatan
Progres Fisik

Progres Fisik (Kontrak Kritis): Progres Keuangan (Penyerapan Rendah):


Deviasi >-10% (Tahap 0 s/d 70%) Deviasi >10% Rencana dan Realiasi
Deviasi >-5% (Tahap 70%-100%) (tahun Deviasi Progres Fisik >20% dari
anggaran berjalan) Realisasi Keuangan
Penyerapan 0 (Lebih dari 1 bulan setelah
Kontrak)
Gambar 2. Skema Pelaksanaan Pekerjaan (Tahap Persiapan dan Tahap Pelaksanaan)

2. Serah Terima Hasil Pekerjaan


Pelaksanaan serah terima pekerjaan terdiri dari Serah Terima
Pertama Pekerjaan, Masa Pemeliharaan dan Serah Terima Akhir
Pekerjaan.

44
Gambar 3. Proses Serah Terima Hasil Pekerjaan

a. Serah Terima Pertama Pekerjaan


1) Serah terima Pekerjaan adalah kegiatan penyerahan
pekerjaan yang telah selesai 100% (seratus perseratus) dari
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi kepada Pengguna Jasa
dalam kondisi dan standar sebagaimana disyaratkan dalam
kontrak;
2) Pernyataan pekerjaan selesai 100% berdasarkan
rekomendasi dari Direksi Lapangan/Konsultan MK yang
disampaikan kepada PPK;
3) Rekomendasi Direksi Lapangan/Konsultan MK dikeluarkan
berdasarkan hasil verifikasi lapangan dari Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas;
4) Isi surat rekomendasi Direksi Lapangan/Konsultan MK
mencakup tanggal tentatif pekerjaan selesai 100%, daftar
cacat mutu dan kekurangan (jika ada);
5) Berdasarkan rekomendasi dari Direksi
Lapangan/Konsultan MK, PPK melakukan Serah terima

45
Pertama Pekerjaan. Hasilnya dituangkan dalam berita acara
serah terima pertama pekerjaan.
6) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses Serah
Terima Pertama Pekerjaan adalah:
a) Pengujian Akhir Pekerjaan (Test on Completion)
1) Dalam rangka menerima hasil pekerjaan, PPK
memerintahkan Direksi Teknis/Konsultan Pengawas
untuk melakukan pemeriksaan dan pengujian
terhadap hasil pekerjaan.
2) Sebelum pelaksanaan pengujian akhir pekerjaan,
Direksi Teknis/Konsultan Pengawas harus
memberitahukan kepada PPK tentang jadwal
pelaksanaan pengujian yang telah disepakati
dengan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.
3) Sebelum tanggal pelaksanaan pengujian, Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi harus memeriksa
dokumentasi pengendalian mutu (quality control-
QC).
4) Kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas dalam pengujian pada
akhir pekerjaan adalah sebagai berikut:
 Mengecek kesesuaian kinerja secara keseluruhan
dari pekerjaan final yang telah selesai dengan
seluruh persyaratan dalam kontrak maupun
kesesuaian maksud dari desain/gambar, sebagai
contoh dimensi, ketinggian, dll;
 Pengujian sampel random minimum oleh Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas (bila diperlukan);
 Evaluasi dari semua dokumen terlaksana (as-
built document) yang menunjukkan bahwa
seluruh pekerjaan telah sesuai dengan
persyaratan pekerjaan dan seluruh laporan
ketidaksesuaian (Non-Conformance Reports/NCR)
telah diselesaikan;
 Direksi Teknis/Konsultan Pengawas
mengevaluasi dokumentasi dari quality assurance
(QA) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi untuk
menyakinkan bahwa seluruh pekerjaan telah

46
selesai sesuai dengan persyaratan pekerjaan dan
seluruh laporan ketidaksesuaian telah
diselesaikan.
5) Untuk pemeriksaan dan uji fungsi, PPK dan Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas dapat mengacu
spesifikasi yang ada. Apabila hasil pemeriksaan
terhadap cacat mutu dan uji fungsi belum sesuai
dengan spesifikasi yang ada, maka PPK berhak
menunda persetujuan berita acara serah terima
pekerjaan dan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
wajib melakukan perbaikan terhadap hasil
pekerjaan hingga sesuai dengan spesifikasi yang
sudah tercantum dalam kontrak.
6) Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
Kontrak maka PPK dan Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi menandatangani Berita Acara Serah
Terima (BAST) Pertama Pekerjaan (berita Acara
PHO).
7) Setelah penandatanganan BAST Pekerjaan (BAST
PHO), PPK menyerahkan hasil pekerjaan kepada
PA/KPA. Kemudian PA/KPA meminta Panitia Serah
Terima Pekerjaan Pertama untuk melakukan
pemeriksaan administratif terhadap hasil pekerjaan
yang diserahterimakan. Panitia Serah Terima
Pekerjaan Pertama dibentuk oleh PA/KPA.
8) Apabila hasil pemeriksaan administrasi ditemukan
ketidaksesuaian/kekurangan, Panitia Serah Terima
Pekerjaan Pertama melalui PA/KPA memerintahkan
PPK untuk memperbaiki dan/atau melengkapi
kekurangan dokumen administratif. Hasil
pemeriksaan administratif dituangkan dalam Berita
Acara.
b) Rencana Pemeliharaan
1) Setelah pelaksanaan PHO, Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi harus menjaga kondisi hasil pekerjaan
selama masa pemeliharaan dalam kurun waktu
yang telah ditentukan dalam kontrak.

47
2) Selama masa pemeliharaan, dibentuk Tim
Pemeliharaan yang terdiri dari Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi dan Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas.
3) Sebelum dimulainya masa pemeliharaan, Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi harus menyerahkan
program kerja/rencana kegiatan yang akan
dilakukan dalam rangka melaksanakan
pemeliharaan, paling sedikit mencakup kegiatan:
 Pemeriksaan, Kegiatan/tindakan yang dilakukan
untuk memastikan apakah komponen/ item/
fungsi hasil pekerjaan masih sesuai dengan
spesifikasi.
 Pelaksanaan Pemeliharaan dan Perbaikan,
Kegiatan/tindakan yang dilakukan untuk
mencegah dan memperbaiki kerusakan suatu
komponen/item/fungsi hasil pekerjaan.
4) Komponen-komponen yang harus dipelihara serta
mekanisme pemeliharaannya, disesuaikan dengan
yang tercantum dalam Manual Operasi &
Pemeliharaan yang harus diserahkan pada saat
PHO.
5) Dokumen rencana pemeliharaan diperiksa dan
disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK.
c) Penerbitan Berita Acara Serah Terima (BAST) Pertama
Pekerjaan
1) Pada saat pekerjaan telah selesai 100%, Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi mengajukan
permohonan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan
kepada Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.
2) PPK akan memeriksa hasil pekerjaan terlebih
dahulu, sebelum mengeluarkan/menandatangi
BAST Pekerjaan.
3) Hasil pemeriksaan akan ditindaklanjuti dengan
pemberitahuan kepada Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi hal-hal yang harus
diselesaikan/diperbaiki oleh Penyedia Jasa

48
Pekerjaan Konstruksi agar hasil pekerjaan sesuai
dengan persyaratan dalam kontrak.
4) Sebelum mengeluarkan BAST pekerjaan, Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
 Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi telah
menyerahkan dokumen-dokumen yang
dipersyaratkan (antara lain: manual operasi dan
pemeliharaan); dan
 Telah dilakukan pengujian terhadap hasil
pekerjaan sesuai dengan persyaratan dalam
kontrak (baik pengujian terhadap standar mutu
maupun kinerja/fungsi).
5) Setelah Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
menyelesaikan kewajibannya, Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas melaporkan hasil
pemeriksaan kepada PPK.
6) Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
Kontrak, maka PPK dan Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi menandatangani Berita Acara Serah
Terima (BAST) Pertama Pekerjaan.
7) Berita acara serah terima pertama pekerjaan paling
sedikit berisi:
 Tanggal difinitif pekerjaan selesai 100%;
 Rencana tanggal serah terima akhir pekerjaan;
 Tanggal berita acara serah terima pertama
pekerjaan; dan
 Lain-lain yang diperlukan antara lain rencana
pemeliharaan selama masa pemeliharaan.

49
Gambar 4. Tahapan Serah Terima Pertama (Provisional Hand Over / PHO)
b. Pemeliharaan Hasil Pekerjaan
1) Masa Pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan
permanen selama 6 (enam) bulan, sedangkan untuk
pekerjaan semi permanen selama 3 (tiga) bulan dan dapat
melampaui tahun anggaran;
2) Setelah tahap PHO, PPK melakukan pembayaran sebesar
95% (sembilan puluh lima perseratus) dari harga kontrak,
sedangkan yang 5% (lima perseratus) merupakan retensi
selama masa pemeliharaan (jaminan pemeliharaan);
3) Hal-hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan selama
kurun waktu masa pemeliharaan sebagai berikut:
a) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib melakukan
kegiatan pemeliharaan (pemeriksaan, pemeliharaan dan
perbaikan) sebagaimana yang disampaikan dalam
dokumen rencana pemeliharaan sehingga kondisi tetap
seperti pada saat penyerahan pertama pekerjaan;
b) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib melaksanakan
pemeriksaan berkala sesuai rencana yang disampaikan;
c) Jika dalam rentang masa pemeliharaan terdapat
kerusakan maka Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
wajib memperbaiki dan segala biaya yang dibutuhkan
untuk perbaikan menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi;
d) Jika kerusakan yang terjadi disebabkan oleh unsur
suatu keadaan yang terjadi diluar tanggung jawab para
pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya
(keadaan kahar) maka perbaikan dilakukan atas
perintah PPK dan dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi serta biaya perbaikan ditanggung
oleh PPK;
e) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi menyampaikan
laporan pemeliharaan yang mencakup kegiatan-kegiatan
yang telah dilaksanakan selama masa pemeliharaan
kepada PPK;
f) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi dapat mengajukan
permintaan secara tertulis kepada PPK untuk

50
penyerahan akhir (FHO) setelah seluruh tanggung jawab
selama masa pemeliharaan telah dilaksanakan sebelum
berakhirnya masa pemeliharaan; dan
g) Gambar terlaksana harus diserahkan sebelum dilakukan
serah terima akhir pekerjaan.

c. Serah Terima Akhir Pekerjaan


1) Setelah masa pemeliharaan berakhir, Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi menyampaikan laporan pemeliharaan
serta mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK
untuk penyerahan akhir.
2) Dalam rangka menerima hasil pekerjaan, PPK
memerintahkan Direksi Teknis/Konsultan Pengawas untuk
melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan
pemeliharaan.
3) Apabila dari hasil pemeriksaan, selama masa pemeliharaan
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi telah sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Kontrak, maka PPK dan
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi menandatangani Berita
Acara Serah Terima Akhir Pekerjaan.
4) PPK wajib melakukan pembayaran uang retensi atau
mengembalikan jaminan pemeliharaan.
5) Setelah penandatanganan Berita Acara Serah Terima Akhir
Pekerjaan, PPK menyerahkan hasil pekerjaan kepada
PA/KPA.
6) Apabila hasil pemeriksaan administrasi ditemukan
ketidaksesuaian/kekurangan, PA/KPA memerintahkan PPK
untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan
dokumen administratif. Hasil pemeriksaan administratif
dituangkan dalam Berita Acara.
5) Dalam rangka pelaksanaan FHO, Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi harus menyerahkan seluruh dokumentasi
Terlaksana (As-Built Document) pelaksanaan pekerjaan yang
mencakup paling sedikit dokumen sebagai berikut:
a) Dokumen terkait dengan mutu:
1) Laporan Uji Mutu dibuat oleh pengendali mutu;

51
2) Desain mix formula dan job mix formula;
3) Uji mutu material;
4) Dokumen penjaminan mutu dan pengendalian
mutu; dan
5) Dokumen terkait penghitungan kuantitas/volume
yang disiapkan oleh Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas.
b. Dokumen administrasi
1) Perjanjian kontrak termasuk adendumnya (jika ada);
2) Dokumen terkait dengan pelaksanaan kontrak;
3) Dokumen pembayaran;
4) Dokumen Perhitungan penyesuaian harga;
5) Berita acara pemeriksaan oleh intitusi/lembaga
pemeriksa;
6) Laporan ketidaksesuaian dan tindak lanjut (status
harus diatasi);
7) Foto-foto pelaksanaan (0% sebelum pelaksanaan,
sedang dilaksanakan dan 100% telah dilaksanakan);
dan
8) Gambar terlaksana (as built drawing).
c. Dokumen-dokumen lainnya, meliputi:
1) Laporan pengelolaan lingkungan;
2) Laporan pelaksanaan Keselamatan Konstruksi; dan
3) Laporan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan.
d. Dokumen pengoperasian dan pemeliharaan berupa
manual/pedoman pengoperasian dan
perawatan/pemeliharaan.

52
Gambar 5. Tahapan Serah Terima Akhir (Final Hand Over/FHO)
B. Mekanisme Pengendalian Pelaksanaan Kegiatan
Dalam proses pelaksanaan kegiatan dimungkinkan terdapat
permasalahan yang menyebabkan pelaksanaan kegiatan terhambat,
sehingga perlu dilakukan pengendalian.
1. Pengendalian Progres Keuangan (Penyerapan Rendah)
a. Lingkup Pengendalian Progres Keuangan (Penyerapan Rendah)
Pengendalian terhadap kegiatan kontraktual penyerapan
rendah dilakukan dengan cara mengidentifikasi dan melakukan
analisis terhadap permasalahan dalam pelaksanaan anggaran
serta tindak lanjut percepatan yang diperlukan.
Khusus untuk keterlambatan penyerapan yang akibatkan oleh
keterlambatan fisik yang disebabkan oleh penyedia jasa akan
dijelaskan secara rinci pada mekanisme pengendalian kontrak
kritis.
Beberapa kriteria untuk melakukan identifikasi terhadap paket
kegiatan yang mengalami keterlambatan penyerapan
(penyerapan rendah) adalah sebagai berikut:
1) Deviasi rencana dan realisasi anggaran, dengan deviasi
maksimal rencana dan realisasi penyerapan keuangan
sebesar 10%;
2) Progres fisik tinggi tetapi penyerapan keuangan rendah
(terdapat deviasi lebih dari 20% progres fisik yang lebih
tinggi dari keuangan), hal ini mengindikasikan penyedia
dan/atau pengguna jasa tidak tertib melakukan pencairan
termin sesuai jadwal yang telah ditetapkan (diasumsikan
frekuensi penarikan termin sebanyak 4-5 kali);

53
3) Progres keuangan belum penyerapan (0%) lebih dari 1
(satu) bulan, hal ini disebabkan dalam batas waktu 1 (satu)
bulan masih dalam tahap penarikan uang muka.

b. Panduan Pengendalian Progres Keuangan (Penyerapan Rendah)


Mekanisme pengendalian kegiatan kontraktual penyerapan
rendah dilakukan sebagai berikut:
1) PPK melaporkan kegiatan penyerapan rendah secara
berkala (2 kali dalam sebulan, sebelum tanggal 15 dan
tanggal 30 setiap bulan) kepada PA/KPA;
2) Penyerapan Rendah yang disebabkan keterlambatan
pelaksanaan fisik akibat kelalaian penyedia jasa masuk
dalam kategori Kontrak Kritis, yang penanganannya
mengikuti mekanisme pengendalian Kontrak Kritis.

2. Pengendalian Progres Fisik


Lingkup permasalahan yang dapat menyebabkan keterlambatan
pelaksanaan fisik adalah disebabkan oleh:
a) Pengguna Jasa; dan
b) kelalaian dari penyedia;

Berikut ini skema penanganan keterlambatan pelaksanaan fisik

54
Gambar 6. Pengendalian Progres Fisik

a. Peristiwa Kompensasi
Berdasarkan Peraturan LKPP Nomor 12 Tahun 2021, Peristiwa
Kompensasi adalah peristiwa yang menyebabkan
keterlambatan pekerjaan tetapi bukan kesalahan dari pihak
penyedia jasa/barang dan bukan juga disebabkan oleh peristiwa
kahar. Dalam hal keterlambatan pelaksanaan kegiatan
disebabkan oleh pengguna jasa bisa diberikan kompensasi
kepada penyedia jasa dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Pejabat Penandatangan Kontrak mengubah jadwal
pelaksanaan pekerjaan yang dapat mempengaruhi
keseluruhan dari waktu pelaksanaan pekerjaan;
2) Keterlambatan pembayaran kepada Penyedia;
3) Pejabat Penandatangan Kontrak menginstruksikan kepada
pihak Penyedia untuk melakukan pengujian tambahan yang
setelah dilaksanakan pengujian ternyata tidak ditemukan
kerusakan/kegagalan/penyimpangan;

55
4) Pejabat Penandatangan kontrak tidak memberikan gambar-
gambar, spefikasi dan/atau instruksi sesuai jadwal yang
dibutuhkan;
5) Penyedia belum bisa masuk ke lokasi pekerjaan sesuai
jadwal dalam kontrak;
6) Pejabat Penandatangan Kontrak memerintahkan
penundaaan pelaksanaan pekerjaan; atau
7) ketentuan lain yang diatur dalam SSKK.

Dalam peristiwa kompensasi pihak pengguna jasa berkewajiban


untuk memberikan perpanjangan waktu apabila:
1) Jika terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan sehingga
penyelesaian pekerjaan akan melampaui tanggal
penyelesaian pekerjaan sesuai kontrak maka Penyedia
berhak untuk meminta perpanjangan tanggal penyelesaian
berdasarkan data penunjang. Pejabat Penandatangan
Kontrak dapat meminta pertimbangan Pengawas Pekerjaan
sebagai bahan masukan dalam memutuskan perpanjangan
Tanggal Penyelesaian Pekerjaan;
2) Jika Peristiwa Kompensasi mengakibatkan pengeluaran
tambahan dan/atau keterlambatan penyelesaian pekerjaan
maka PPK berkewajiban untuk membayar ganti rugi
dan/atau memberikan perpanjangan Masa Kontrak;
3) Ganti rugi akibat Peristiwa Kompensasi hanya dapat
dibayarkan jika berdasarkan data penunjang dan
perhitungan kompensasi yang diajukan oleh Penyedia
kepada PPK, dapat dibuktikan kerugian nyata;
4) Jika Peristiwa Kompensasi mengakibatkan keterlambatan
penyelesaian pekerjaan maka Pejabat Penandatangan
Kontrak berkewajiban untuk memberikan perpanjangan
waktu penyelesaian pekerjaan;
5) Perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan dapat diberikan
jika berdasarkan data penunjang dapat dibuktikan
dibutuhkan penambahan waktu penyelesaian pekerjaan;
6) Penyedia tidak berhak atas perpanjangan waktu
penyelesaian pekerjaan jika Penyedia gagal atau lalai untuk
memberikan pemberitahuan dini dalam mengantisipasi/
mengatasi dampak Kompensasi;

56
7) Pejabat Penandatangan Kontrak menetapkan ada tidaknya
perpanjangan waktu dan untuk berapa lama, paling lambat
dalam jangka waktu sebagaimana diatur dalam SSKK
setelah Penyedia meminta perpanjangan;
8) Perpanjangan Tanggal Penyelesaian harus dilakukan melalui
adendum/perubahan Kontrak;
9) Dalam hal peristiwa kompensasi, waktu penyelesaian
pekerjaan dapat diperpanjang paling lama sama dengan
waktu terhentinya/terlambatnya pelaksanaan kontrak
akibat peristiwa kompensasi.

Mekanisme dalam peristiwa kompensasi adalah sebagai berikut:


1) Pengajuan Kompensasi oleh penyedia jasa kepada PPK
dengan disertai data dukung;
2) PPK melakukan reviu terkait pengajuan kompensasi yang
diajukan oleh pihak penyedia jasa dengan berkoordinasi
dengan Tim Supervisi atau Konsultan Perencana apabila
kompensasi terkait dengan lingkup teknis pekerjaan;
3) PPK melaporkan kepada PA/KPA terkait peristiwa
kompensasi yang diajukan oleh penyedia jasa dan hasil
reviu yang telah dilakukan oleh PPK;
4) PA/KPA bersama tim melakukan pembahasan bersama
dengan PPK. Output/hasil dari pembahasan tersebut adalah
rekomendasi tindak lanjut;
5) Sesuai dengan rekomendasi tindak lanjut, PPK kemudian
memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui:
a. Apabila kompensasi disetujui maka dilakukan addendum
kontrak yang kemudian dilaporkan kembali kepada
PA/KPA. Addendum kontrak tersebut dilaporkan kepada
PA/KPA ditembuskan kepada APIP dan Bendahara;
b. Apabila kompensasi tidak disetujui maka pihak penyedia
jasa harus melakukan pekerjaan sesuai dengan kontrak
semula.

57
b. Pengendalian Kontrak Kritis
Berdasarkan Peraturan LKPP Nomor 12 tahun 2021, kategori
kontrak kritis adalah:
1) Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0% – 70% dari
kontrak), selisih keterlambatan antara realisasi fisik
pelaksanaan dengan rencana pelaksanaan lebih besar 10%;
2) Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100%
dari kontrak), selisih keterlambatan antara realisasi fisik
pelaksanaan dengan rencana pelaksanaan lebih besar 5%;
3) Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100%
dari kontrak), selisih keterlambatan antara realisasi fisik
pelaksanaan dengan rencana pelaksanaan kurang dari 5%
dan akan melampaui tahun anggaran berjalan.
Beberapa Laporan Bukti Kerja Penanganan Kontrak Kritis yang
harus dilaksanakan sebagai bentuk pengendalian dapat
dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 5. Jenis Pelaporan dalam Pengendalian Kontrak Kritis


NoJenis LaporanPelaksanaDitujukan Kepada
1. Laporan Hasil Evaluasi Penyebab Terjadinya PPK PA/KPA
Keterlambatan
2. Surat Peringatan PPK (1,2,3) Kepada PPK Penyedia Jasa
Penyedia Jasa
3. Undangan Showcause Meeting (SCM) 1 PPK

58
No Jenis Laporan Pelaksana Ditujukan Kepada
4. Berita Acara : SCM 1 PPK PA/KPA
Berita Acara : SCM 2 PPK
Berita Acara : SCM 3 PPK

5. Berita Acara Evaluasi Uji Coba/Monitoring PPK PA/KPA (Uji Coba ke 1)


Percepatan Pelaksanaan Fisik, 1,2,3 PPK PA/KPA (Uji Coba ke 2)
PPK PA/KPA (Uji Coba ke 3)
6. Daftar Hadir Pelaksanaan SCM 1,2,3 PPK
7. Surat Usulan Pelaksanaan SCM
SCM 1 PPK
SCM 2 PPK PA/KPA
SCM 3 PPK PA/KPA
8. Laporan Kegagalan Uji Coba Tingkat III PPK PA/KPA
9. Surat Pertimbangan Penanganan Kontrak PPK PA/KPA
Kritis:
1. Perpanjangan
2. Pemutusan Kontrak

Pengendalian Kontrak Kritis secara umum sebagai berikut:


1) PPK wajib memberikan peringatan tertulis kepada
penyedia jasa jika terjadi keterlambatan pelaksanaan
pekerjaan akibat kelalaian penyedia jasa;
2) PPK wajib memberikan peringatan tertulis kepada
penyedia jasa pada setiap kegagalan uji coba;
3) Diberlakukan denda sebesar 1/1000 (satu perseribu)
kepada penyedia jasa untuk setiap hari keterlambatan dari
nilai Kontrak atau nilai bagian Kontrak apabila ditetapkan
serah terima pekerjaan secara parsial;
4) Pada setiap kegiatan SCM, hasil pembahasan kesepakatan
besaran kemajuan fisik yang harus dicapai pada setiap Uji
Coba ke I, II dan III harus senantiasa dituangkan dalam
Berita Acara yang didalamnya tercantum jangka waktu
yang disepakati untuk uji coba.

Tabel 6. Isi Berita Acara Masing-Masing Tahapan Pengendalian Kontrak Kritis


No Isi Berita Acara Rencana Penanganan
1 Uraian Penyebab Keterlambatan
a. Kahar Keadaan Kahar dalam SSUK (Peraturan LKPP No 12
Tahun 2021)

b. Kelalaian Penyedia Rapat Pembuktian/show cause meeting (Peraturan LKPP


No 12 Tahun 2021)

c. Pengguna jasa Peristiwa Kompensasi (Peraturan LKPP No 12 Tahun


2021)

59
NoIsi Berita AcaraRencana Penanganan
2 Pencapaian kemajuan dan deviasi a. Kesepakatan besaran progres fisik yang harus dicapai
keterlambatan dalam waktu tertentu
b. Monitoring kemajuan pekerjaan
3 Penetapan jenis pekerjaan yang harus sesuai dengan rencana Uji Coba Tingkat I/II/III yang telah
dilaksanakan pada masa uji coba. disepakati bersama
4 Penetapan metoda kerja sesuai dengan rencana Uji Coba Tingkat I/II/III yang telah
disepakati bersama
5 Penetapan Metode Pelaksanaan sesuai dengan rencana Uji Coba Tingkat I/II/III yang telah
disepakati bersama
6 Penetapan jumlah, jenis dan sesuai dengan rencana Uji Coba Tingkat I/II/III yang telah
kapasitas peralatan. disepakati bersama
7 Penetapan jenis dan jumlah bahan/ sesuai dengan rencana Uji Coba Tingkat I/II/III yang telah
material. disepakati bersama
8 Penetapan Sumber Daya Manusia/ sesuai dengan rencana Uji Coba Tingkat I/II/III yang telah
pekerja. disepakati bersama
9 Penetapan batas waktu uji coba. sesuai dengan rencana Uji Coba Tingkat I/II/III yang telah
disepakati bersama
10 Penetapan kemajuan pekerjaan sesuai dengan rencana Uji Coba Tingkat I/II/III yang telah
dalam kurun waktu uji coba. disepakati bersama
Format :
Surat peringatan yang menyatakan kontrak kritis, BA Show Cause Meeting (akan dijelaskan dalam
Mekanisme Pengendalian Kontrak Kritis).

Mekanisme pengendalian kegiatan kontrak kritis diuraikan


sebagai berikut:
1) Monitoring Kemajuan Pekerjaan
Kriteria kontrak kritis berdasarkan tahapan pelaksanaan
kegiatan diatur dalam Peraturan LKPP Nomor 12 tahun
2021;

2) Evaluasi Penyebab Keterlambatan


Jika terjadi keterlambatan yang memenuhi indikator
selanjutnya PPK melakukan evaluasi penyebab
keterlambatan untuk mengetahui pihak yang menimbulkan
keterlambatan paket kegiatan;

3) Surat Peringatan I
Pada saat kontrak dinyatakan kritis, PPK menerbitkan
surat peringatan kepada penyedia selambat-lambatnya
dalam waktu 3 (tiga) hari kerja sejak diketahuinya kondisi
kritis. Surat Peringatan I dibuat dengan menggunakan
‘Format Surat Peringatan Pertama’, yaitu:

60
a) PPK melaporkan secara tertulis kepada PA/KPA,
melalui surat laporan keterlambatan pelaksanaan
PPK, dengan menggunakan format ‘Surat Laporan
Keterlambatan Pelaksanaan;
b) Mengundang Rapat Pembuktian/SCM Tingkat I
(1) PPK sebagai fasilitator penyelenggara Rapat
Pembuktian/SCM Tingkat I, mengundang
sekurang-kurangnya Tim Teknis (Tim Uji Coba),
Penyedia Pekerjaan Konstruksi (Direktur dan
unsur Penyedia), Penyedia Jasa Konsultansi;
(2) Surat undangan, disampaikan selambat-
lambatnya 2 (dua) hari kalender sejak surat
peringatan pertama dari PPK kepada Penyedia
Pekerjaan Konstruksi;
(3) Surat undangan rapat pembuktian I dibuat
dengan menggunakan Format ‘Undangan Rapat
Pembuktian (SCM) Tingkat I’.
c) Menyelenggarakan SCM I dimana PPK, direksi teknis
dan penyedia membahas dan menyepakati besaran
kemajuan fisik yang harus dicapai oleh penyedia
dalam periode waktu tertentu (uji coba pertama) yang
dituangkan dalam berita acara SCM Tingkat I:
(1) Diselenggarakan selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hari kalender sejak surat peringatan pertama dari
PPK;
(2) Membahas program percepatan yang disusun oleh
Penyedia untuk melakukan Uji Coba Tingkat I;
(3) Periode Uji Coba Tingkat I yang disepakati, paling
lama adalah 30 (tiga puluh) hari kalender;
(4) Berita Acara dibuat dengan menggunakan Format
'Berita Acara Rapat Pembuktian (SCM) Tingkat I'.
4) Monitoring Pencapaian Target Uji Coba Tingkat I
PPK melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Uji
Coba Tingkat I dengan menggunakan format yang terdapat
dalam Format ‘Monitoring Pencapaian Target Uji Coba

61
Tingkat I’. Pada setiap uji coba yang gagal, PPK harus
menerbitkan surat peringatan kepada penyedia atas
keterlambatan realisasi fisik pelaksanaan pekerjaan.

5) Surat Peringatan Kedua


a) Surat Peringatan Kedua diberikan oleh PPK kepada
Penyedia selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kalender
setelah masa uji coba berakhir, dan melaporkan hasil
tersebut kepada KaSatker, apabila Penyedia gagal
melaksanakan Uji Coba Tingkat I;
b) Surat Peringatan Kedua dibuat dengan menggunakan
Format ‘Surat Peringatan Kedua’, dan ditembuskan
kepada KaSatker, Kepala Balai dan Unit Kerja Terkait.

6) Usulan Rapat Pembuktian Tingkat II


PPK mengusulkan kepada KaSatker, untuk mengadakan
Rapat Pembuktian Tingkat II. Surat usulan dibuat dengan
menggunakan Format ‘Surat Usulan Rapat Pembuktian
Tingkat II’.

7) Mengundang Rapat Pembuktian/SCM Tingkat II


Kepala Satker sebagai fasilitator penyelenggara Rapat
Pembuktian/SCM Tingkat II:
a) Mengundang sekurang-kurangnya PPK, Tim Teknis
(Tim Uji Coba), Penyedia Pekerjaan Konstruksi
(Direktur dan unsur Penyedia), Penyedia Jasa
Konsultansi;
b) Surat undangan, disampaikan selambat-lambatnya 2
(dua) hari kalender sejak diterimanya surat peringatan
kedua dari PPK;
c) Surat undangan dibuat dengan menggunakan Format
‘Undangan Rapat Pembuktian (SCM) Tingkat II’.
8) Rapat Pembuktian/SCM Tingkat II
a) Diselenggarakan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kalender sejak diterimanya laporan dari PPK;
b) Membahas program percepatan yang disusun oleh
Penyedia untuk melakukan Uji Coba Tingkat II;
c) Periode Uji Coba Tingkat II yang disepakati, paling lama
adalah 30 (tiga puluh) hari kalender;

62
d) Berita Acara dibuat dengan menggunakan Format
‘Berita Acara Rapat Pembuktian (SCM) Tingkat II’.

9) Monitoring Pencapaian Target Uji Coba Tingkat II


PPK melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan uji
coba tingkat II dengan menggunakan format-format yang
terdapat dalam Format Monitoring Pencapaian Target Uji
Coba Tingkat II.

10) Surat Peringatan Ketiga


a) PPK segera memberikan Surat Peringatan Ketiga
kepada Penyedia dan melaporkan hasil tersebut kepada
Kepala Satuan Kerja selambat-lambatnya 3 (tiga) hari
kalender setelah masa uji coba berakhir, apabila
Penyedia gagal melaksanakan Uji Coba Tingkat II;
b) Surat Peringatan Kedua dibuat dengan menggunakan
Format ‘Surat Peringatan Ketiga.
c) Melapor dan Mengusulkan Kepada PA/KPA Selambat-
lambatnya 3 (tiga) hari kalender setelah menerima
laporan dari PPK.

11) Mengundang Rapat Pembuktian/SCM Tingkat III


a) PA/KPA sebagai fasilitator penyelenggara Rapat
Pembuktian/SCM Tingkat III, mengundang sekurang-
kurangnya, PPK, Tim Teknis (Tim Uji Coba), Penyedia
Pekerjaan Konstruksi (Direktur dan unsur Penyedia),
Penyedia Jasa Konsultansi;Surat undangan,
disampaikan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kalender
sejak diterimanya laporan dan usulan dari PPK;
b) Surat Undangan Rapat Pembuktian (SCM) Tingkat III
dibuat dengan menggunakan Format ‘Undangan Rapat
Pembuktian (SCM) Tingkat III’.

12) Rapat Pembuktian/SCM Tingkat III


a) Diselenggarakan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kalender sejak diterimanya usulan dari Kasatker;
b) Membahas program percepatan yang disusun oleh
Penyedia untuk melakukan Uji Coba Tingkat III;
c) Periode Uji Coba Tingkat III yang disepakati, paling
lama adalah 30 (tiga puluh) hari kalender;
d) Berita Acara dibuat dengan menggunakan Format
‘Berita Acara Rapat Pembuktian (SCM) Tingkat III’, dan
63
diketahui oleh unsur dari Kepala Balai, Unit Kerja
terkait dan Direktorat Pembina Program.
13) Monitoring Pencapaian Target Uji Coba Tingkat III
a) PPK melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan uji
coba tingkat III dengan menggunakan format yang
terdapat dalam Format ‘Monitoring Pencapaian Target
Uji Coba Tingkat III’;
c. PPK melaporkan Kegagalan Uji Coba Tingkat III Kepada
PA/KPA;Penyelesaian Kontrak Kritis
1) Pemutusan Kontrak
Dengan pertimbangan penyedia jasa sudah tidak mampu
melanjutkan sisa pekerjaan, penyedia jasa harus segera
menghentikan pekerjaan, memberikan jaminan kondisi
lapangan aman, dilakukan serah terima (pengembalian)
lapangan ke PPK dan meninggalkan lapangan.

Sebagai akibat dari ketetapan sanksi pemutusan kontrak,


penyedia jasa dikenakan sanksi-sanksi antara lain:
a) Jaminan pelaksanaan dicairkan;
b) Sisa jaminan uang muka dicairkan sekaligus atau
sebagai gantinya sisa uang muka harus dilunasi kepada
Pengguna Jasa (tidak boleh dicicil);
c) Pengenaan daftar hitam untuk jangka waktu tetentu
sesuai ketentuan yang berlaku.

PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak, apabila:


a) Kebutuhan barang/jasa tidak dapat ditunda melebihi
batas berakhirnya kontrak;
b) Berdasarkan penelitian PPK, Penyedia Barang/Jasa tidak
akan mampu menyelesaikan keseluruhan pekerjaan
walaupun diberikan kesempatan sampai dengan 50
(lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya
pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan;
atau
c) Setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan
sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa
berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia
Barang/Jasa tidak dapat menyelesaikan pekerjaan.

64
Bagan alir pemutusan kontrak sebagai berikut:
TELAH MEMENUHI
KRITERIA PEMUTUSAN
KONTRAK

PEMUTUSAN KONTRAK

Teknis/ Administra
Fisik si

Kontraktor Kontraktor
Menghentikan Memastikan
Pekerjaan Kondisi Lapangan Pengenaan Daftar
Pencairan/
Aman Hitam Dalam
Penarikan Jaminan Pencairan Sisa
Pelaksanaan Oleh Jangka Waktu
Jaminan Uang
Kontraktor Menyerahkan Pengguna Jasa Tertentu
Muka
Lapangan Kepada PPK

Kontraktor Meniggalkan
Lapangan

Selesa
i
Gambar 15. Mekanisme Pemutusan Kontrak (Kontrak Kritis yang Gagal Uji Coba Ke-3)

2) Mekanisme Penyelesaian Pekerjaan yang tidak selesai


sampai dengan akhir Tahun Anggaran.
Penyelesaian sisa pekerjaan yang dapat dilanjutkan ke
Tahun Anggaran Berikutnya harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a. Berdasarkan penelitian PPK, penyedia barang/jasa
akan mampu menyelesaikan keseluruhan pekerjaan
setelah diberikan kesempatan sampai dengan 50
(lima puluh) hari kalender sejak berakhirnya masa
pelaksanaan pekerjaan;
b. Penyedia barang/jasa sanggup untuk menyelesaikan
sisa pekerjaan paling lambat 50 (lima puluh) hari
kalender sejak berakhirnya masa pelaksanaan
pekerjaan yang dinyatakan dengan surat pernyataan
kesanggupan yang ditandatangani di atas kertas
bermeterai;

65
c. berdasarkan penelitian PA, pembayaran atas
penyelesaian sisa pekerjaan dimaksud dapat
dilakukan pada tahun anggaran
berikutnyadengan menggunakan dana yang
diperkirakan dapat
dialokasikan dalam DPA Tahun Anggaran
Berikutnya melalui revisi anggaran.

Mekanisme Penyelesaian Pekerjaan yang tidak


selesai sampai dengan akhir Tahun Anggaran
dijelaskan sesuai dengan bagan alir berikut.
1. Penelitian/Reviu PPK
PPK melakukan penelitian/reviu terkait
kesanggupan penyedia barang/jasa untuk menyelesaikan
keseluruhan pekerjaan sampai dengan 90 (sembilan puluh)
hari kalender sejak berakhirnya masa pelaksanaan pekerjaan.

Kesanggupan penyedia barang/jasa untuk menyelesaikan


pekerjaan dinyatakan dengan surat pernyataan kesanggupan
yang ditandatangani di atas kertas bermaterai.
a. Pernyataan kesanggupan dari penyedia barang/jasa untuk
menyelesaikan sisa pekerjaan;
b. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sisa pekerj
aan dengan keten tuan paling lama
50 (lima puluh) hari kalender sejak berakhirnya masa
pelaksanaan pekerjaan;
c. Pernyataan bahwa penyedia barang/jasa bersedia
dikenakan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan;
dan
d. Pernyataan bahwa penyedia barang/jasa tidak menuntut
denda/bunga apabila terdapat keterlambatan
pembayaran atas penyelesaian sisa pekerjaan pada tahun
anggaran berikutnya yangdiakibatkan oleh
keterlambatan penyelesaian revisi anggaran.

2. Penelitian/Reviu P A/ KPA
PA/KPA melakukan penelitian/reviu terkait pembayaran atas
penyelesaian sisa pekerjaan dimaksud dengan menggunakan
dana yang diperkirakan dapat dialokasikan dalam DPA tahun
anggaran berikutnya melalui revisi anggaran;

3. PA/KPA berkonsultasi dengan Inspektorat Selaku APIP


66
PA/KPA melakukan konsultasi dengan Inspektorat Jenderal
dengan membawa serta data dukung berupa hasil verifikasi
teknis.
Berdasarkan hasil konsultasi dengan Inspektorat (APIP)
dapat memutuskan lanjut/tidak lanjut pekerjaan:
a. Dilanjutkan, maka memerintahkan PPK untuk
melakukan addendum kontrak (sebelum waktu
pelaksanaan kontrak habis) dan selanjutnya melaporkan
kepada BPPKAD;
b. Tidak dilanjutkan, maka memerintahkan PPK untuk
melakukan pemutusan kontrak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

67
2. Contoh Format Perintah Kepada Direksi Untuk Melakukan
Penilaian Kelayakan Pekerjaan

68
3. Contoh Format Surat PPK Kepada Satker Untuk Memobilisasi
Panitia Penerima Hasil Pekerjaan

69
4. Contoh Format Permohonan Kunjungan Pertama

70
5. Contoh Format Berita Acara Hasil Kunjungan Pertama
BERITA ACARA
HASIL KUNJUNGAN PERTAMA
PENILAIAN HASIL PEKERJAAN

Telah dilaksanakan Kunjungan Pertama dan Pembahasan Hasil Pekerjaan,


Hari :
Tanggal : ………
bertempat di : ....................
Pejabat Pembuat Komitmen bersama-sama dengan unsur Penyedia
Pekerjaan Konstruksi PT. .............. mengadakan Rapat Kunjungan Pertama
yang diselenggarakan pada tanggal ........ Bulan ........ Tahun , ,
untuk :
Pekerjaan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .
Paket : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kontrak no . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tahun anggaran . …..

Daftar hadir terlampir.

Setelah dilakukan pembahasan atas kegiatan Penyedia Pekerjaan Konstruksi,


maka Pejabat Pembuat Komitmen sepakat untuk menggambil Keputusan
sebagai berikut:

Agenda Kegiatan Penilaian Serah Terima Pertama Pekerjaan ini adalah sebagai
berikut :
Kunjungan Lapangan Pertama
1. Rapat Pertama Tgl .........s/d tgl......
2. Penilaian Teknik/Mutu Tgl .........s/d tgl......
3. Penilaian Administrasi Tgl .........s/d tgl......

Direncanakan Kunjungan Lapangan Kedua akan dilaksanakan tgl ….. s/d tgl
.....................
Setelah dilakukan Penilaian Hasil Pekerjaan menyimpulkan sebagai berikut ;
1. Setelah diadakan penilaian visual selama .... (..........) hari terhadap tampilan
visual hasil pelaksanaan,
2. Penilaian Tim Teknik/Mutu,
• Melakukan pendataan dan identifikasi pada proses pelaksanaan pekerjaan
dimulai dari permintaan ijin memulai pekerjaan, pengawasan dan identifikasi
lolos uji mutu
• Melakukan uji petik berupa tes fisik pada lokasi-lokasi yang dianggap
meragukan atau perlu diuji ulang karena ada proses yang tidak dipenuhi.
3. Penilaian Administrasi dan Keuangan berdasarkan ketentuan-ketentuan Kontrak

a. (Jika ada perbaikan karena cacat/kurang)


Sesuai dengan hasil Pemeriksaan diatas, Pejabat Pembuat Komitmen memutuskan :
periode Perbaikan selama .......... hari mulai ........... bulan ......... tahun ..............
Selama periode tersebut, Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus menyelesaikan
Pekerjaan rusak/kurang, sesuai dengan Daftar Kekurangan/Cacat Mutu
(terlampir) dari berita acara Penilaian Lapangan Hasil Pekerjaan ini.

b. Jika Tidak ada perbaikan karena cacat/kurang


Sesuai dengan hasil Pemeriksaan diatas, Pejabat Pembuat Komitmen memutuskan
dan menyepakati bahwa pekerjaan telah diselesaikan 100%, memenuhi kesesuaian
dari segi kualitatif dan kuantitatif serta memenuhi ketentuan admnistrasi.

Risalah Rapat, Daftar Hadir dan lampiran-lampiran lainnya adalah merupakan


bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini.

Demikian Berita Acara ini ditandatangani pada hari tanggal tersebut diatas dan

71
dalam rangkap ..... (.........), untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Dilarang

72
73
7. Contoh Format Daftar Cacat (Kerusakan) dan Kekurangan

PEKERJAAN : …………….
PAKET : ...................
DAFTAR CACAT (KERUSAKAN) dan KEKURANGAN

Item/Jenis Pekerjaan :

No LOKASI JENIS CACAT SARAN CARA KETERANGAN


(KERUSAKAN DAN PENANGANAN
KEKURANGAN)

………………,……………………….,20…

PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI


PT……………………………………………………………

74
8. Contoh Format Daftar Kelengkapan Pemeriksaan Dokumen

PEKERJAAN : …………….
PAKET : ...............

Daftar Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen


Pelaksanaan Pekerjaan
NO URAIAN STATUS DOKUMEN JUMLAH KETERANGAN
ADA TIDAK ADA
LENGKAP TIDAK LENGKAP SALAH
I PRA KONTRAK
1.1 Perincian DIPA
1.2 Dokumen Lelang
1.3 Penetapan Pemenang
1.4 Berita Acara Serah Terima
Lapangan
1.5 Surat Perintah Mulai Kerja
II DOKUMEN KONTRAK
2.1 Instruksi Kepada Peserta Lelang
2.2 Syarat-syarat Umum Kontrak
2.3 Spesifikasi
2.4 Gambar Rencana
2.5 Daftar Kuantitas dan Harga
2.6 Perjanjian/Kontrak
2.7 Berita Acara Evaluasi dan
Negosiasi
2.8 Addendum
2.9 Jaminan Pelaksanaan
III PROSES VERBAL
3.1 Risalah Rapat Pre Construction
Meeting
3.2 Risalah hasil Pengukuran
Bersama/MC 0
3.3 Contract Change Order
3.4 Justifikasi Teknik Untuk
Addendum
IV LAPORAN-LAPORAN
4.1 Laporan Harian
4.2 Laporan Mingguan
III PROSES VERBAL
3.1 Risalah Rapat Pre Construction
Meeting
3.2 Risalah hasil Pengukuran
Bersama/MC 0
3.3 Contract Change Order
3.4 Justifikasi Teknik Untuk
Addendum
IV LAPORAN-LAPORAN
4.1 Laporan Harian
4.2 Laporan Mingguan
4.3 Laporan Bulanan
4.4 Laporan Triwulan
4.5 Back Up Data Kualitas
4.6 Back Up Data Kuantitas
4.7 Sertifikat Bulanan
4.8 Sertifikat Bulanan Akhir
4.9 Status Pembayaran
4.10 Gambar Pelaksanaan
4.11 Manual Pengoperasian dan
Pmeliharaan
4.12 Foto 0%, 50%, dan 100%
................, ...........................................20

PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI Pejabat Pembuat Komitmen

……………………………………………………… ………………………………………
General Superintendent NIP :

Catatan : Setiap dokumen yang diperiksa, jika sesuai harus menunjukkan kesesuaian, meliputi waktu, nilai, jika berupa jaminan (institusi yang menjamin
alamat dan kesesuaian terhadap persyaratan-persyaratan lainnya.

75
14. Contoh Format Pembentukan Tim Pendukung dan Pengendali
Masa Pemeliharaan

KOP

SURAT KEPUTUSAN
Tentang :
PEMBENTUKAN TIM PENDUKUNG PENGENDALI PELAKSANAAN KEGIATAN
PADA MASA PEMELIHARAAN

NOMOR : ...............

Kepala Satuan Kerja............................

Menimbang :
1. bahwa dalam rangka penjaminan mutu hasil Pelaksanaan Pekerjaan pada Masa
Pemeliharaan Pekerjaan : ................, Paket : ........................, yang harus
dilakukan oleh Penyedia Pekerjaan Konstruksi PT. ................. sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam Kontrak maka dipandang perlu untuk dibentuk
Tim Pendukung Pengendali Pelaksanaan Kegiatan pada Masa Pemeliharaan;
2. bahwa Para Pejabat/Petugas yang namanya tercantum dalam lampiran Surat
Keputusan ini, dipandang mampu dan memenuhi syarat untuk diserahi tugas
yang dimaksud;
3. Bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu dibuat Surat Keputusan;

Mengingat :
1. Peraturan Presiden No 16 Tahun2016 Tentang Pengadaan barang/Jasa
Pemerintah
2. Permen PU No.10/PRT/M/2021
3. Peraturan LKPP No 12 tahun 2021
4. Dokumen Kontrak

Menetapkan :

Kesatu :
Susunan Anggota Tim Pendukung Pengendali Pelaksanaan Kegiatan pada Masa
Pemeliharaan PEKERJAAN : ..........., PAKET : ...................., seperti tercantum
dalam lampiran Surat Keputusan ini.

Kedua :
Tugas dan tanggungjawab Tim Pendukung Pengendali Pelaksanaan Kegiatan pada
Masa Pemeliharaan meliputi :
a. Melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan selama masa pemeliharaan yang
menjadi kewajiban Penyedia Pekerjaan Konstruksi.
b. Bersama Penyedia Pekerjaan Konstruksi melakukan inspeksi sebagaimana yang
telah ditetapkan dalam program masa pemeliharaan.
c. Bersama Penyedia Pekerjaan Konstruksi menyusun rencana pemeliharaan
berdasarkan hasil inspeksi.
d. Melakukan monitoring dan pengawasan atas kegiatan dan hasil kegiatan
pemeliharaan dan menilai kesesuaiannya terhadap rencana pemeliharaan yang
telah ditetapkan dari hasil inspeksi.
e. Mengevaluasi kinerja Penyedia Pekerjaan Konstruksi atas pemeliharaan yang
dilakukan berdasarkan hasil monitoring.
f. Melaporkan hasil evaluasi kinerja Penyedia Pekerjaan Konstruksi secara berkala
selama masa pemeliharaan. Laporan disampaikan kepada PPK untuk ditindak
lanjuti.

76
g. Dalam tugasnya Tim Pendukung Pengendali Pelaksana Kegiatan pada Masa
Pemeliharaan bertanggung jawab kepada PPK

Ketiga :
Keputusan ini berlaku untuk Pekerjaan : ………, Paket : ………, sejak tanggal
ditetapkan dan berakhir sampai dengan diterbitkannya Berita Acara Serah Terima
Akhir Pekerjaan (FHO).

Keempat :
Bilamana dikemudian hari terdapat kesalahan/kekeliruan dalam surat Keputusan
ini, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Salinan :
Keputusan ini disampaikan dengan hormat kepada :
1. Ketua dan Anggota Tim Pendukung Pengendali Pelaksanaan Kegiatan Pada
masa Pemeliharaan
2. Pertinggal

Ditetapkan di :
Pada Tanggal :

Kepala Dinas....................

……………………………
NIP : ……………

77
15. Contoh Format Lampiran Pembentukan Tim Pendukung dan
Pengendali Masa Pemeliharaan

TIM PENDUKUNG PENGENDALI PELAKSANAAN PADA


MASA PEMELIHARAAN

Pekerjaan : …………………
PAKET. ……………….

CONTOH DAFTAR PERSONIL PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI MASA


PEMELIHARAAN

NO NAMA JABATAN/KOMPETENSI RENCANA KETERANGAN


MOBILISASI

………………… , ………………20…

Penyedia Pekerjaan Konstruksi Tim Pendukung

PT. ……………………………… Ketua ………………………


NIP. ……………………

78
16. Contoh Format Jadwal Rencana Kegiatan Masa Pemeliharaan
Pekerjaan: .............., Paket :............................
JADWAL RENCANA KEGIATAN MASA PEMELIHARAAN

Tahun :

No URAIAN Periode Pemeliharaan (Bulan)


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Catatan :Masa pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan permanen selama 6 (enam) bulan, sedangkan untuk
pekerjaan semi permanen selama 3 (tiga) bulan

................, ...........................................20..
Diajukan oleh
PENYEDIAPEKERJAAN
KONSTRUKSI

........................
General Superintendent

Disetujui oleh ;
PPK

..........................
NIP ..................

79
17. Contoh Format Kegiatan Inspeksi Masa Pemeliharaan
TIM PENDUKUNG PENGENDALI PELAKSANAAN
PADA MASA PEMELIHARAAN

Contoh Format Kegiatan Inspeksi Masa Pemeliharaan

Pekerjaan : .........................
PAKET:..........................

Jenis Pekerjaan : ……………………


Tanggal Inspeksi : …………………
No LOKASI JENIS PENANGANAN TARGET WAKTU EVALUASI/STATUS KETERANGAN
KERUSAKAN MULAI SELESAI OK TIDAK

………….., …………………..20..
Penyedia Pekerjaan Konstruksi Tim Pendukung

PT. ……………………………..

............................ ............................
General Superintendent NIP. ....................

80
A. ontoh Format Surat/Berita Acara/Undangan/Tabel Monitoring
Penanganan Kontrak Kritis
1. Contoh Format Surat Peringatan Pertama

81
2. Contoh Format Surat Peringatan Kedua

82
3. Contoh Format Surat Peringatan Ketiga

83
4. Contoh Format Laporan Keterlambatan Pelaksanaan

84
5. Contoh Format Surat Usulan Rapat Pembuktian Tingkat II

85
6. Contoh Format Surat Usulan Rapat Pembuktian Tingkat III

Surat Usulan Rapat Pambuktian Tingkat III


Nomor : ……………..
Lampiran Surat Peringatan Ketiga Kepada Yth :
Kepala Balai …..
............
Di………..
Perihal : Usulan Rapat Pembuktian Tingkat III Dengan Hormat,

Berdasarkan catatan kemajuan pekerjaan pada Kegiatan : …………. , Paket,


dengan Penyedia Pekerjaan Konstruksi : PT. …………, hingga periode Bulan-20,
telah terdapat deviasi sebesar …… % (………….) dari rencana ………. %().

Sesuai Syarat Syarat Umum Kontrak Bagian….. Pasal ……….. dan ……, maka kepada PT.
…………… selaku penyedia pekerjaan Konstruksi tersebut telah kami sarnpaikan Surat Peringatan Ketiga
dan kami nyatakan sebagai Kontrak Kritis.

Selanjutnya. mohon ijin agar dapat dilakukan fasilitasi Rapat Pembuktian / Show Cause Meeting ISCNII
Tingkat III, untuk membahas Program Percepatan (segala kebutuhan guna peningkatan pencapaian kemajuan
pelaksanaan) yang disusun oleh Penyedia Pekerjaan Konstruksi, serta rencana pelaksanaan Uji Coba Tingkat
III.

Demikian atas perhatian yang diberikan, kami ucapkan terima kasih.

………….. , ………………. 20....

Pejabat Pembuat Komitmen Mengetahui,


Satuan Kerja Kepala

................ ..........
Nip. . . . . . . . . . . . . Nip. . . . . . . .

Tembusan:
Direktorat
(Unit Ketja terkait )……
Penyedia Jasa Konsultansi (Supervisi)
Arsip.

86
7. Contoh Format Undangan Rapat Pembuktian (SCM) Tingkat I

87
8. Contoh Format Undangan Rapat Pembuktian (SCM) Tingkat II

88
9. Contoh Format Undangan Rapat Pembuktian (SCM) Tingkat III

89
10. Contoh Format Berita Acara Rapat Pembuktian (SCM) Tingkat I

90
91
92
11. Contoh Format Berita Acara Rapat Pembuktian (SCM) Tingkat II

93
94
95
12. Contoh Format Berita Acara Rapat Pembuktian (SCM) Tingkat III

96
97
98
13. Contoh Format Monitoring Pencapaian Target Uji Coba Tingkat I

99
14. Contoh Format Monitoring Pencapaian Target Uji Coba Tingkat II

100
15. Contoh Format Monitoring Pencapaian Target Uji Coba Tingkat III

101
16. Contoh Format Laporan Kegagalan Uji Coba Tingkat III

102
17. Contoh Format Penyelesaian Akhir Kontrak Kritis

103
131

Anda mungkin juga menyukai