1206244586
Summary Bab IV
Bab IV
BENTUK-BENTUK KONTRAK KONSTRUKSI
Kontrak konstruksi memiliki macam-macam bentuk yang terbagi menurut aspek-aspek atau sisi pandang
tertentu, yaitu:
2. Unit Price
Menurut Robert D. Gilbreath (Managing Construction Contracts):
Kontrak Harga Satuan menggambarkan variasi dari kontrak lump sum. Mengingat lump sum
meliputi satu harga pasti/tetap untuk semua atau beberapa bagian pekerjaan, harga satuan hanya
mengatur harga satuan. Total nilai kontrak ditetapkan dengan mengalikan harga satuan dengan
volume pekerjaan yang dilaksanakan.
penyelesaian pengerjaan.
(Constractors Full Prefinanced). Tentunya ketiga jenis pembayaran tersebut memiliki risikonya masingmasing.
Sistem pembayaran ini juga memiliki risiko sendiri bagi Pengguna Jasa. Karena yang diakui sebagai
prestasi bukan hanya prestasi fisik (pekerjaan selesai) tetapi termasuk prestasi bahan mentah atau
setengah jadi, seperti misalnya rangka atap yang telah terangkai namun belum terpasang. Dengan
adanya peluang untuk memprestasikan bahan, maka Penyedia Jasa akan berusaha memasukkan bahan
sebanyak-banyaknya untuk dapat mengejar prestasi dengan mengabaikan prestasi fisik. Hal ini
disebut dengan front end loading.
3. Pra Pendanaan Penuh dari Penyedia Jasa (Constractors Full Prefinanced)
Sistem ini mengharuskan Pengguna Jasa mendanai seluruh pekerjaan terlebih dahulu. Pembayaran
dilakukan setelah pekerjaan selesai seluruhnya. Pembayaran kontrak ini dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu pembayaran 100% ketika pekerjaan selesai atau 95% pembayaran dilakukan ketika
pekerjaan selesai dan sisa 5%-nya ditahan dan dibayarkan setelah Masa Tanggung Jawab.
Pimpinan Proyek mengawasi setiap pekerjaan yang dilakukan Penyedia Jasa. Pimpro juga lah yang
menengahi hubungan antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa. Instruksi dari Pengguna Jasa,
pemeriksaan prestasi, pengesahan Sertifikat Pembayaran Serah Terima Pekerjaan, dll disampaikan
dan dilakukan melalui Pimpro/Direksi. Sehingga untuk kontrak ini dibutuhkan paling tidak tiga
kontrak, yaitu kontrak Pengguna Jasa-Konsultan Perencana, kontrak Pengguna Jasa-Konsultan
Pengawasan, serta Pengguna Jasa-Kontraktor.
Bentuk kontrak ini memiliki keunggulan apabila dibandingkan dengan bentuk kontrak konvensional,
yaitu mutu pekerjaan yang lebih andal, penghematan waktu, penghematan biaya, keleluasaan dan
kemudahan untuk mengganti Penyedia Jasa. Dengan bentuk kontrak ini diharapkan terjadi
penghematan biaya, karena Pengguna Jasa tidak perlu menanggung beban jasa dua kali untuk
pekerjaan yang sama. Walaupun begitu, waktu merupakan masalah yang dimiliki oleh bentuk kontrak
ini, maka dari itu jadwal harus diikuti dengan ketat tanpa kecuali. Selain itu Pengguna Jasa juga
menanggung lebih banyak koordinasi detail, administrasi, dan tanggung jawab penjadwalan.
Karenanya, apabila menggunakan bentuk kontrak ini, Pengguna Jasa perlu memperkerjakan jasa
manajemen proyek.
melainkan Penyedia Jasa. Pengguna Jasa juga tidak menempatkan pengawas di lapangan, tetapi
menunjuk Owners Representative untuk mengamati jalannya pekerjaan.
Yang perlu diperhatikan dari bentuk kontrak ini adalah jaminan pembayaran dari Pengguna Jasa
minimal senilai harga kontrak, namun jaminan pembayaran ini bukan instrumen pembayaran.
Jaminan pembayaran merupakan jaminan bagi Penyedia Jasa apabila Pengguna Jasa lalai dalam
janjinya.
Dalam kontrak EPC, kontrak dianggap selesai sampai pada tahap unjuk kerja (performance) dari
pekerjaan tersebut. Penyedia jasa hanya diberikan Pokok-pokok Acuan Tugas (Term of Reference
TOR). Dan dari TOR tersebut akan dinilai apakah performance telah sesuai. Penyedia Jasa memiliki
tanggung jawab yang banyak, seperti perencanaan (engineering), penentuan proses dan peralatan
(procurement), sampai dengan pengerjaannya (construction).
BOT terdiri dari Build, Operate, and Transfer. Yang dimaksudkan dengan BOT adalah:
Built (B) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh investor, yang mana investor membangun fasilitas
yang diinginkan oleh Pemilik Lahan seperti misalnya untuk perdagangan, hotel, resort, atau jalan tol.
Operate (O) adalah hak yang diberikan kepada Investor oleh Pengguna Jasa, setelah pekerjaan
selesai, untuk mengelola atau menjalankan fasilitas tersebut dan memungut hasil dari pengelolaan
fasilitas tersebut selama beberapa waktu.
Transfer (T) yaitu pengembalian proyek kepada Pengguna Jasa untuk dikelola.
Sedangkan BLT terdiri dari Build, Lease, and Transfer. Yang membuat BLT berbeda dengan BOT
adalah ketika fasilitas selesai dibangun (Built), Pemilik fasilitas menyewa fasilitas tersebut dari
Investor untuk dioperasikan selama beberapa waktu (Lease) dengan bantuan Lease Agreement sampai
akhirnya masa sewa berakhir dan dikembalikan kepada pemilik (Transfer).