Anda di halaman 1dari 16

ISTILAH ISTILAH DALAM KONTRAK

ISTILAH DALAM KONTRAK GLOSARIUM

 SSKK : Syarat-Syarat Khusus Kontrak

 SSUK : Syarat-Syarat Umum Kontrak

 SPPBJ : Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa

 BAHP : Berita Acara Hasil Pelelangan

 SPPBJ : Saurat Pemilihan Penyedia Barang Jasa

 BAHP : Berita Acara Hasil Pemeriksaan

 BAPP : Berita Acara Penerima Pekerjaan

 SPMK : Surat perintah kerja yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat

Komitmen/PPK di dalam dokumen kontrak/Surat Perjanjian Kontrak.

 Force Majeure :Yang dimaksud dengan keadaan kahar atau force

majeure adalah suatu kejadian terjadi di luar kemampuan manusia dan

tidak dapat dihindarkan sehingga suatu kegiatan tidak dapat

dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan sebagaimana

mestinya/Bencana Alam.

 MOS adalah biaya bahan ketika sampai di lapangan.


 Detail Engineering Design (DED) Dalam Pekerjaan Konstruksi dapat

diartikan sebagai produk dari konsultan perencana, yang biasa

digunakan dalam membuat sebuah perencanaan (gambar kerja) detail

bangunan sipil seperti gedung, kolam renang, jalan, jembatan,

bendungan, dan pekerjaan konstruksi lainnya.

 DESIGN DRAWING

Gambar rencana merupakan gambar yang disediakan pengguna jasa

dan termuat dalam dokumen pelelangan. Gambar ini disiapkan oleh

perencana teknis yang bertanggungjawab atas hasil perencanaannya

dan akan digunakan sebagai acuan dalam menyiapkan penawaran oleh

peserta lelang dan akan digunakan sebagai acuan pelaksanaan

pekerjaan oleh kontraktor.

 SHOP DRAWING

Gambar kerja yang dibuat oleh kontraktor berdasarkan gambar rencana

dan merupakan penjabaran dari gambar rencana serta merupakan

acuan detail untuk pelaksanaan di lapangan. Gambar kerja harus

disetujui oleh direksi pekerjaan/direksi teknis. Namur persetujuan direksi


pekerjaan/direksi teknis tidak melepaskan tanggung jawab kontraktor

atas kesalahan yang terjadi.


 AS BUILT DRAWING

Gambar terlaksana merupakan gambar pelaksanaan yang menunjukkan hasil pelaksanaan

atas gambar kerja yang harus disiapkan oleh kontraktor dan wajib diserahkan lepada

pengguna jasa pada serah terima akhir pekerjaan. Keterlambatan atau kegagalan

penyerahan gambar terlaksana ini lepada pengguna jasa dapat berakibat ditahannya atau

diperhitungkannya pembayaran kepada kontraktor.


SURAT PERINTAH MULAI KERJA (SPMK)

Nomor: ……………………..
Paket Pekerjaan: [Judul pekerjaan sesuai dengan LDP]

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : [Nama Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)]


Jabatan : [Kepala Unit Pengelola Satuan Kerja masing-
masing unit]
Alamat : [Alamat Unit Pengelola]

selanjutnya disebut sebagai Pejabat Pembuat Komitmen;

berdasarkan Surat Perjanjian nomor ................................ tanggal 2


September 2014bersama ini memerintahkan:

Nama : [Perusahaan Pemenang]


Alamat : [Alamat domisili perusahaan]

yang dalam hal ini diwakili oleh:

selanjutnya disebut sebagai Penyedia;

untuk segera memulai pelaksanaan pekerjaan dengan


memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Macam pekerjaan: [Judul pekerjaan sesuai dengan LDP];
2. Tanggal mulai kerja: 02 September 2014;
3. Syarat-syarat pekerjaan: sesuai dengan persyaratan dan
ketentuan Kontrak;
4. Waktu penyelesaian: selama 90 (sembilan puluh) hari
kalender dan pekerjaan harus sudah selesai pada tanggal 30
November 2014;
5. Denda: Terhadap setiap hari keterlambatan
pelaksanaan/penyelesaian pekerjaan Penyedia akan dikenakan
Denda Keterlambatan sebesar 1/1000 (satu per seribu) dari Nilai
Kontrak atau bagian tertentu dari Nilai Kontrak sebelum PPN
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Syarat-
Syarat KhususKontrak.

Untuk dan atas nama Menerima dan menyetujui:


Untuk dan atas nama
Unit Pengelola [Satuan Kerja] [Nama Perusahaan
Pejabat Pembuat Komitmen Pemenang]

[Nama Pejabat PPK]


NIP [Pejabat PPK] [Nama Direktur Perusahaan]
Direktur
Kontrak Berbasis Kinerja (Performance Based Contract-PBC)

Kontrak Berbasis Kinerja atau Performance Based Contract (PBC), kontrak


jenis ini lebih umum digunakan pada pekerjaan konstruksi, khususnya
pada proyek pembangunan jalan.
Definisi dari Performance Based Contract (PBC) adalah kontrak yang
mendasarkan pembayaran untuk biaya manjemen dan pemeliharaan
konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya secara langsung
dihubungkan dengan kinerja kontraktor dalam memenuhi indikator kinerja
minimum yang ditetapkan.
Atau Kontrak Berbasis Kinerja (Performance Based Contract - PBC) juga
dapat didefinisikan sebagai produk akhir dari pekerjaan konstruksi yang
pencapaiannya sepenuhnya ditentukan oleh kontraktor dan pembayaran
kontrak ditentukan oleh pencapaian kinerja sebagaimana yang ditetapkan
di dalam spesifikasi kinerja dan keluaran dengan patokan pada standar
kinerja minimal.

Kontrak PBC ini merupakan integrasi dari 3 proses, yaitu;


1. Desain
2. Pelaksanaan dan
3. Pemeliharaan
sehingga bisa dikatakan gabungan dari Design and Build (DB) dan
layanan pemeliharaan dengan system kontrak lump sum.
Adapun tujuan dari penerapan PBC adalah untuk membangun suatu
kondisi yang mendorong penyedia jasa konstruksi untuk sadar akan
pentingnya mutu atau kualitas. Kegagalan kontraktor dalam pencapaian
mutu akan berdampak langsung ke kontraktor jasa itu sendiri.

Kontrak berbasis kinerja mengharuskan pemilik proyek (owner) untuk


menentukan spesifikasi teknis, teknologi, bahan baku dan jumlah bahan
baku yang diperlukan, jadwal pelaksanaan pekerjaan, dan pembayaran
kepada penyedia didasarkan atas jumlah input yang digunakan. Dengan
PBC pemilik proyek tidak secara rinci menentukan metode atau material
apa yang digunakan, sebagai gantinya pemilik proyek menetapkan
indikator kinerja minimum yang harus dipenuhi oleh pihak penyedia,
misalnya untuk pemeliharaan jalan tidak ada toleransi adanya lubang
dengan diameter tertentu, pengelupasan lapisan permukaan, tidak boleh
ada retakan atau amblas, marka jalan harus terlihat jelas dan lain
sebagainya.
Performance Based Contract-PBC juga menetapkan suatu pendekatan
kontrak yang menyediakan insentif dan disinsentif atau keduanya kepada
penyedia untuk mencapai standar kinerja atau target hasil yang terukur.
Ukuran kinerja dinyatakan dalam tingkat layanan (level of services) dengan
skala standar kinerja tertentu, termasuk periode waktu yang diperlukan
untuk penyelesaian pekerjaan, disertai dengan pemantauan kinerja yang
sistematik (performance monitoring) guna menilai kinerja kontraktor
sebagai dasar pembayaran kontrak.

Pada jenis kontrak PBC terdapat keleluasaan bagi penyedia untuk


menentukan perancangan, proses manajemen dan metode kerja yang
paling efisien, termasuk untuk melakukan inovasi-inovasi teknologi dalam
upaya tercapainya indikator kinerja. Dengan demikian mampu
membuka peluang untuk meningkatkan keuntungan bagi penyedia sendiri
karena penyedia dapat menghemat biaya
melalui peningkatan efisiensi dan efektivitas desain, proses, dan inovasi
teknologi.

Prinsip dan Ciri Performance Based Contract (PBC)


1. Kepuasan User
2. Pengalihan Risiko
3. Peluang Inovasi
4. Memotong Rantai Birokrasi
5. Kontrak Terintegrasi
6. Nilai Kontrak Lumpsum >Rp 100 M
7. Periode Kontrak ± 10 tahun
Cakupan layanan pada Performance Based Contract (PBC)
1. Perencanaan Teknis
2. Pekerjaan Konstruksi; dan
3. Layanan Pemeliharaan

Keuntungan Kontrak Berbasis Kinerja (KBK)


1. Penghematan biaya dalam pengelolaan dan pemeliharaan asset jalan
2. Pengelolaan penyelenggara jalan menjadi lebih efektif dan kapasitas
lembaga akan meningkat
3. Mendorong inovasi Penyedia Jasa dengan pengalihan sebagian risiko
4. Peningkatan kepuasan pengguna jalan karena adanya jaminan
tercapainya tingkat layanan jalan selama masa kontrak
5. Kebutuhan pembiayaan proyek lebih pasti.

Contoh Prinsip Kerja Kontrak Berbasis Kinerja


Contoh pekerjaan yang sudah menggunakan kontrak berbasis kinerja
adalah pembangunan jalan dan pemiliharaannya. Minimal kontrak berbasis
kinerja untuk pembangunan jalan dan pemeliharaannya adalah 3 tahun
dengan alokasi satu tahun untuk pembangunan jalan dan dua tahunnya
digunakan untuk pemeliharaan jalan. Namun demikian yang ideal untuk
jenis pekerjaan yang menggunakan kontrak berbasis kinerja adalah
semakin lama periode kontrak maka semakin lebih baik. Jadi selama
minimal 3 tahun kontraktor harus menjaga kualitas jalan sehingga semua
pengguna jalan bisa menikmati kualitas jalan yang selalu terjaga. Dengan
menggunakan sistem kontrak seperti ini, maka penyedia dituntut untuk
melaksanakan pekerjaan konstruksinya yang benar-benar berkualitas,
sebab kalau tidak berkualitas, penyedia akan menanggung biaya
pemeliharaan yang lebih tinggi.

Kontrak PBC ini menjadi satu solusi bagi penanganan jalan, baik dari sisi
pemerintah agar bisa menyediakan jalan yang terus menerus dalam
kondisi baik, maupun dari sisi penyedia jasa yang memandang bisnis ini
menguntungkan dan menarik bagi mereka karena kondisi kontrak yang
memiliki jangka waktu lama dengan panjang jalan yang cukup tinggi.

Dari segi penanggungjawab pembangunan, setiap tahun tidak disibukkan


dengan lelang tender proyek. Penyedia diwajibkan memasang Papan
Laporan Informasi Pengaduan bagi pengguna jalan, setiap jarak
maksimum 5 kilometer yang dimulai pada awal ruas jalan dan diakhiri pada
akhir ruas jalan sesuai dengan penjelasan yang terdapat di dalam kontrak.
Papan Informasi Pengaduan tersebut harus dapat terbaca dengan jelas
dan sekurang-kurangnya berisi tentang ”Keluhan Pengguna Jalan terhadap
kerusakan atau pemenuhan tingkat layanan jalan dalam kontrak ini semua
keluhan pengguna jalan dapat disampaikan ke nomor telepon atau nomor
SMS atau alamat email yang disediakan oleh Penyedia dan alamat email
tersebut dapat diakses oleh PPK atau Direksi Teknis.

Setiap keluhan pengguna jalan yang disampaikan harus segera diverifikasi


dilokasi oleh Penyedia untuk ditindak lanjuti sesuai indikator kinerja yang
disyaratkan di dalam kontrak. Selanjutnya dilaporkan kepada Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) atau Direksi Teknis. Untuk keperluan tersebut
Penyedia harus menyiapkan seorang operator atau penanggungjawab
dalam pencatatan secara rutin pada setiap keluhan yang disampaikan
kepada PPK atau Direksi Teknis.

Dengan demikian masalah pengaduan masyarakat akan ditindaklanjuti


dengan kinerja sesuai kesepakatan kontrak. Sehingga tidak perlu
ditanggapi oleh LSM, kepolisian maupun kejaksaan.

Sedangkan kelemahan dari Kontrak Berbasis Kinerja (Performance Based


Contract-PBC) adalah sulitnya mendapatkan persetujuan dari otoritas
anggaran. Pelaksanaan kontrak berbasis kinerja awalnya akan
memerlukan biaya lebih tinggi dan perlunya pengeluaran yang
bersifat multiyears. Selanjutnya dimasa-masa mendatang justru akan
membawa efisiensi anggaran, karena kinerja yang diberikan oleh penyedia
benar-benar terukur dan terjamin. Selanjutnya dengan manfaat yang
diterima dari pelaksanaan kontrak PBC akan membawa pertumbuhan
ekonomi dan kualitas masyarakat menjadi lebih sejahtera.

Dilihat dari pembebanan tahun anggaran, sumber pendanaan, dan jenis


pekerjaan, pada umumnya kontrak yang dipilih adalah
1. Kontrak tahun tunggal

2. Kontrak pengadaan tunggal

3. Kontrak pekerjaan tunggal.

Konsekuensi dari perbedaan jenis kontrak berdasarkan pembebanan


tahun anggaran, sumber pendanaan, dan jenis pekerjaan tidak terlalu
besar pengaruhnya terhadap jalannya proses lelang. Karena semua
jenis kontrak tersebut dapat digunakan untuk hampir setiap jenis
pekerjaan.
JENIS JENIS KONTRAK KONSTRUKSI

Kontrak harga satuan (Unit price contract) Dalam kontrak ini, pihak
kontraktor hanya menentukan harga satuan pekerjaan untuk biaya semua jenis
pekerjaan yang mungkin dikeluarkan termasuk biaya overhead dan keuntungan.
Biasanya, kontrak ini digunakan jika kuantitas aktual dan masing-masing item
pekerjaan sulit untuk diestimasi secara akurat sebelum proyek dimulai. Pemilik
dan kontraktor akan melakukan opname atau pengukuran bersama terhadap
jumlah bahan yang terpasang untuk menentukan kuantitas pekerjaan yang
sesungguhnya. Kelemahan dari jenis kontrak ini yaitu pemilik tidak dapat
mengetahui secara pasti biaya aktual proyek hingga proyek itu selesai.

Kontrak biaya plus jasa (Cost plus fee contract) Dalam kontrak ini,
kontraktor akan menerima pembayaran atas pengeluarannya, ditambah dengan
biaya untuk overhead dan keuntungan. Besarnya biaya overhead dan
keuntungan biasanya dihitung berdasarkan presentase biaya yang akan
dikeluarkan kontraktor. Yang menjadi kelemahan jenis kontrak ini hampir sama
dengan jenis kontrak harga satuan dimana pemilik tidak dapat mengetahui biaya
aktual proyek yang akan dilaksanakan. Biasanya kontrak jenis ini dipakai jika
proyek tersebut harus diselesaikan dalam waktu yang singkat sementara
rencana dan spesifikasinya belum dapat diselesaikan.

Kontrak biaya menyeluruh (Lump sum contract) Dalam kontrak ini


menyatakan bahwa kontraktor akan melaksanakan proyek sesuai dengan
rancangan biaya tertentu. Apabila terjadi perubahan dalam kontrak, perlu
dilakukan negosiasi antara pemilik dan kontraktor untuk menetapkan besarnya
pembayaran (baik tambah maupun kurang) yang akan diberikan kepada
kontraktor terhadap perubahan tersebut.
Kontrak jenis ini hanya bisa diterapkan apabila ada perencanaan yang telah
benar-benar selesai, dimana kontraktor sudah dapat melakukan estimasi
kuantitas secara akurat. Biasanya pemilik proyek dengan jumlah anggaran yang
terbatas akan memilih jenis kontrak ini karena merupakan satu-satunya jenis
kontrak yang memberi nilai pasti terhadap biaya yang akan dikeluarkan.

Kontrak Tahun Jamak

Kontrak Tahun Jamak (KTJ) adalah kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya


membebani dan APBN lebih dari 1 (satu) tahun anggaran. Pekerjaan yang dapat
di KTJ-kan adalah yang secara karakteristik tidak bisa diselesaikan dalam waktu
satu tahun anggaran.
Dalam pengaturan pengikatan kontrak kerja konstruksi haruslah juga
memenuhi prinsip hukum perjanjian yang memuat: a) Prinsip Kebebasan
berkontrak yaitu:

a. Prinsip kebebasan berkontrak (freedom of contract) yang mengajarkan


bahwa para pihak dalam suatu kontrak pada prinsipnya bebas untuk
membuat atau tidak membuat kontrak, demikian juga kebebasan untuk
mengatur isi kontrak tersebut, sepanjang tidak bertentangan dengan hukum
yang berlaku yang bersifat memaksa.

b. Prinsip Konsensual adalah suatu prinsip yang mengajarkan apabila kontrak


itu sudah dibuat maka dia telah sah dan mengikat secara penuh tanpa
menentukan persyaratan lain, seperti persyaratan tertulis, kecuali jika
undang-undang menentukan lain.

c. Prinsip obligatoir adalah suatu prinsip yang mengajarkan apabila kontrak itu
sudah dibuat, maka para pihak telah terikat, tetapi keterikatannya hanya
sebatas timbulnya hak dan kewajiban yang diperjanjiakan semata, dan
haknya belum beralih sebelum dilakukan penyerahan (levering)

d. Prinsip Pacta sunt servanda secara harafiah berarti “janji itu mengikat”
adalah jika janji suatu kontrak itu telah dibuat secara sah oleh para pihak,
maka kontrak itu telah para pihak bahkan mengikatnya kontrak yang dibuat
oleh para pihak sama kekuatannya dengan mengikatnya sebuah undang-
undang yang dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat (parlemen) dengan
pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai