Anda di halaman 1dari 67

BAB IX.

BENTUK KONTRAK
SURAT PERJANJIAN
Untuk melaksanakan
Paket Pekerjaan Konstruksi: __________
Nomor: __________
[Jika Penyedia bukan berbentuk kemitraan/KSO maka kalimat pembukaan/komparisi
sebagai berikut:
SURAT PERJANJIAN ini berikut semua lampirannya (selanjutnya disebut Kontrak)
dibuat dan ditandatangani di __________ pada hari __________ tanggal __ bulan
__________ tahun ____________ [tanggal, bulan dan tahun diisi dengan huruf] antara
__________ [nama Kuasa Pengguna Anggaran], selaku Kuasa Pengguna Anggaran, yang
bertindak untuk dan atas nama __________ [nama satuan kerja Kuasa Pengguna
Anggaran], yang berkedudukan di __________ [alamat Kuasa Pengguna Anggaran],
berdasarkan Surat Keputusan _______________ [pejabat yang menandatangani SK
penetapan sebagai KPA] No _________________ [No. SK penetapan sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran] (selanjutnya disebut KPA) dan __________ [nama wakil
Penyedia], __________ [jabatan wakil Penyedia], yang bertindak untuk dan atas nama
__________ [nama Penyedia], yang berkedudukan di __________ [alamat Penyedia],
berdasarkan Akta Notaris No. ___ [No. Akta notaris] tanggal ____________ [tanggal
penerbitan Akta] yang dikeluarkan oleh Notaris ______________ [nama Notaris penerbit
Akta] (selanjutnya disebut Penyedia).]
[Jika Penyedia berbentuk kemitraan/KSO maka kalimat pembukaan/komparisi sebagai
berikut:
SURAT PERJANJIAN ini berikut semua lampirannya (selanjutnya disebut Kontrak)
dibuat dan ditandatangani di __________ pada hari __________ tanggal __ bulan
__________ tahun ____________ [tanggal, bulan dan tahun diisi dengan huruf] antara
__________ [nama Kuasa Pengguna Anggaran], selaku Kuasa Pengguna Anggaran, yang
bertindak untuk dan atas nama __________ [nama satuan kerja Kuasa Pengguna
Anggaran], yang berkedudukan di __________ [alamat Kuasa Pengguna Anggaran],
berdasarkan Surat Keputusan _______________ [pejabat yang menandatangani SK
penetapan sebagai KPA] No _________________ [No. SK penetapan sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran]
(selanjutnya disebut KPA) dan kemitraan/KSO yang
beranggotakan sebagai berikut:
1. _________________ [nama Penyedia 1];
2. _________________ [nama Penyedia 2];
..... dst
yang masing-masing anggotanya bertanggung jawab secara pribadi dan tanggung renteng
atas semua kewajiban terhadap KPA berdasarkan Kontrak ini dan telah menunjuk
__________ [nama anggota kemitraan yang ditunjuk sebagai wakil kemitraan/KSO]
untuk bertindak atas nama Kemitraan yang berkedudukan di __________ [alamat
Penyedia wakil kemitraan], berdasarkan surat Perjanjian kemitraan/KSO No.
___________ tanggal ___________ (selanjutnya disebut Penyedia).]

MENGINGAT BAHWA:
(a) KPA telah meminta Penyedia untuk menyediakan Pekerjaan Konstruksi sebagaimana
diterangkan dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak yang terlampir dalam Kontrak ini
(selanjutnya disebut Pekerjaan Konstruksi);
(b) Penyedia sebagaimana dinyatakan kepada KPA, memiliki keahlian profesional,
personil, dan sumber daya teknis, serta telah menyetujui untuk menyediakan
Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan persyaratan dan ketentuan dalam Kontrak ini;
(c) KPA dan Penyedia menyatakan memiliki kewenangan untuk menandatangani Kontrak
ini, dan mengikat pihak yang diwakili;
(d) KPA dan Penyedia mengakui dan menyatakan bahwa sehubungan dengan
penandatanganan Kontrak ini masing-masing pihak:
1) telah dan senantiasa diberikan kesempatan untuk didampingi oleh advokat;
2) menandatangani Kontrak ini setelah meneliti secara patut;
3) telah membaca dan memahami secara penuh ketentuan Kontrak ini;
4) telah mendapatkan kesempatan yang memadai untuk memeriksa dan
mengkonfirmasikan semua ketentuan dalam Kontrak ini beserta semua fakta dan
kondisi yang terkait.
MAKA OLEH KARENA ITU, KPA dan Penyedia dengan ini bersepakat dan menyetujui halhal sebagai berikut:
1. [untuk kontrak harga satuan atau kontrak gabungan harga satuan dan lump sum,
ditulis sebagai berikut:
total harga Kontrak atau Nilai Kontrak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
yang diperoleh berdasarkan kuantitas dan harga satuan pekerjaan sebagaimana
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga adalah sebesar Rp________________
(_______________________ rupiah);]
[untuk kontrak lump sum, ditulis sebagai berikut:
total harga Kontrak atau Nilai Kontrak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
adalah sebesar Rp________________ (_______________________ rupiah);]
2. peristilahan dan ungkapan dalam Surat Perjanjian ini memiliki arti dan makna yang
sama seperti yang tercantum dalam lampiran Surat Perjanjian ini;
3. dokumen-dokumen berikut merupakan satu-kesatuan dan bagian yang tidak
terpisahkan dari Kontrak ini:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

adendum Surat Perjanjian;


pokok perjanjian;
surat penawaran berikut daftar kuantitas dan harga (apabila ada);
syarat-syarat khusus Kontrak;
syarat-syarat umum Kontrak;
spesifikasi khusus;
spesifikasi umum;
gambar-gambar; dan

i.

dokumen lainnya seperti: jaminan-jaminan, SPPBJ, BAHP.

4. Dokumen Kontrak dibuat untuk saling menjelaskan satu sama lain, dan jika terjadi
pertentangan antara ketentuan dalam suatu dokumen dengan ketentuan dalam
dokumen yang lain maka yang berlaku adalah ketentuan dalam dokumen yang lebih
tinggi berdasarkan urutan hierarki pada angka 3 di atas;
5. Hak dan kewajiban timbal-balik KPA dan Penyedia dinyatakan dalam Kontrak yang
meliputi khususnya:
a. KPA mempunyai hak dan kewajiban untuk:
1) mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia;
2) meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan
yang dilakukan oleh Penyedia;
3) memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
Penyedia untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan
Kontrak;
4) membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam Kontrak
yang telah ditetapkan kepada Penyedia;
b.

Penyedia mempunyai hak dan kewajiban untuk:


1) menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan harga
yang telah ditentukan dalam Kontrak;
2) meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari KPA
untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan Kontrak;
3) melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada KPA;
4) melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal
pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam Kontrak;
5) melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara cermat,
akurat dan
penuh tanggung jawab dengan menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan,
angkutan
ke atau dari lapangan, dan segala pekerjaan
permanen maupun sementara yang diperlukan untuk pelaksanaan,
penyelesaian dan perbaikan pekerjaan yang dirinci dalam Kontrak;
6) memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan
pelaksanaan yang dilakukan KPA;
7) menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan
yang telah ditetapkan dalam Kontrak;
8) mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi
lingkungan tempat kerja dan membatasi perusakan dan gangguan kepada
masyarakat maupun miliknya akibat kegiatan Penyedia.

6. Kontrak ini mulai berlaku efektif terhitung sejak tanggal yang ditetapkan dalam
Syarat-Syarat Umum/Khusus Kontrak dengan tanggal mulai dan penyelesaian
keseluruhan pekerjaan sebagaimana diatur dalam Syarat-Syarat Umum/Khusus
Kontrak.

DENGAN DEMIKIAN, KPA dan Penyedia telah bersepakat untuk menandatangani Kontrak
ini pada tanggal tersebut di atas dan melaksanakan Kontrak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di Republik Indonesia.
Untuk dan atas nama __________
KPA

Untuk dan atas nama Penyedia/Kemitraan


(KSO)
__________

[tanda tangan dan cap (jika salinan asli


ini untuk Penyedia maka rekatkan materai
Rp 6.000,- )]

[tanda tangan dan cap (jika salinan asli


ini untuk satuan kerja KPA maka rekatkan
materai Rp 6.000,- )]

[nama lengkap]
[jabatan]

[nama lengkap]
[jabatan]

[kop surat K/L/D/I]


SATUAN KERJA:
SURAT PERINTAH KERJA
(SPK)
NOMOR DAN TANGGAL SPK:
Halaman __ dari __
PAKET PEKERJAAN: __________

[cantumkan dan lengkapi salah satu saja]


NOMOR DAN TANGGAL DOKUMEN PENGADAAN: [jika pengadaan
melalui Pelelangan Umum/Pemilihan Langsung]
NOMOR DAN TANGGAL SURAT PERMINTAAN PENAWARAN: [jika
pengadaan melalui Penunjukan Langsung/Pengadaan Langsung]
NOMOR DAN TANGGAL BERITA ACARA HASIL NEGOSISASI: [jika
pengadaan melalui Penunjukan Langsung/Pengadaan Langsung]

SUMBER DANA: [sebagai contoh, cantumkan dibebankan atas DIPA __________ Tahun Anggaran ____
untuk mata anggaran kegaiatan __________
WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN: ___ (__________) hari kalender/bulan/tahun
NILAI PEKERJAAN
No.

Uraian
Pekerjaan

Kuantitas

Satuan
Ukuran

Harga Satuan (Rp)


Material
Upah

Subtotal (Rp)
Material
Upah

Total (Rp)

Jumlah
PPN 10%
NILAI
Terbilang :
INSTRUKSI KEPADA PENYEDIA: Penagihan hanya dapat dilakukan setelah penyelesaian pekerjaan yang
diperintahkan dalam SPK ini dan dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima. Jika pekerjaan tidak
dapat diselesaikan dalam jangka waktu pelaksanaan pekerjaan karena kesalahan atau kelalaian
penyedia maka penyedia berkewajiban untuk membayar denda kepada KPA sebesar 1/1000 (satu
per seribu) dari nilai SPK sebelum PPN setiap hari kalender keterlambatan. Selain tunduk kepada
ketentuan dalam SPK ini, penyedia berkewajiban untuk mematuhi Standar Ketentuan dan Syarat
Umum SPK terlampir.
Untuk dan atas nama __________
Kuasa Pengguna Anggaran

Untuk dan atas nama penyedia


__________

[tanda tangan dan cap (jika salinan asli ini


untuk penyedia maka rekatkan materai
Rp 6.000,- )]

[tanda tangan dan cap (jika salinan asli ini untuk satuan
kerja Kuasa Pengguna Anggaran maka rekatkan
materai Rp 6.000,- )]

[nama lengkap]
[jabatan]

[nama lengkap]
[jabatan]

STANDAR KETENTUAN DAN SYARAT UMUM


SURAT PERINTAH KERJA (SPK)
1. PENYEDIA JASA MANDIRI
SPK ini tidak dimaksudkan untuk menciptakan hubungan hukum antara Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) dan penyedia seperti hubungan hukum antara majikan dan buruh atau
antara prinsipal dan agen. Penyedia bertanggung jawab penuh terhadap personilnya.
2. HAK KEPEMILIKAN
KPA berhak atas kepemilikan semua barang/bahan yang terkait langsung atau disediakan
sehubungan dengan jasa yang diberikan oleh penyedia kepada KPA. Jika diminta oleh KPA
maka penyedia berkewajiban untuk membantu secara optimal pengalihan hak kepemilikan
tersebut kepada KPA sesuai dengan hukum yang berlaku.
Hak kepemilikan atas peralatan dan barang/bahan yang disediakan oleh KPA tetap pada
KPA, dan semua peralatan tersebut harus dikembalikan kepada KPA pada saat SPK berakhir
atau jika tidak diperlukan lagi oleh penyedia. Semua peralatan tersebut harus
dikembalikan dalam kondisi yang sama pada saat diberikan kepada penyedia dengan
penegecualian keausan akibat pemakaian yang wajar.
3. CACAT MUTU
KPA akan memeriksa setiap hasil pekerjaan penyedia dan memberitahukan secara tertulis
penyedia atas setiap cacat mutu yang ditemukan. KPA dapat memerintahkan penyedia
untuk menemukan dan mengungkapkan cacat mutu, serta menguji pekerjaan yang
dianggap oleh KPA mengandung cacat mutu. Penyedia bertanggung jawab atas cacat mutu
selama 6 (enam) bulan setelah serah terima hasil pekerjaan.
4. PEMUTUSAN
Menyimpang dari Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, KPA dapat
memutuskan SPK ini dengan pemberitahuan tertulis kepada penyedia.
Jika SPK diputuskan sebelum waktu pelaksanaan pekerjaan berakhir dan pemutusan
tersebut akibat Keadaan Kahar atau bukan karena kesalahan atau kelalaian penyedia maka
penyedia berhak atas pembayaran pekerjaan secara pro rata sesuai dengan prestasi
pekerjaan yang dapat diterima oleh KPA.
5. PENANGGUNGAN
Penyedia berkewajiban untuk melindungi, membebaskan, dan menanggung tanpa batas
KPA beserta instansinya terhadap semua bentuk tuntutan, tanggung jawab, kewajiban,
kehilangan, kerugian, denda, gugatan atau tuntutan hukum, proses pemeriksaan hukum,
dan biaya yang dikenakan terhadap KPA beserta instansinya (kecuali kerugian yang
mendasari tuntutan tersebut disebabkan kesalahan atau kelalaian berat KPA) sehubungan
dengan klaim atas kehilangan atau kerusakan peralatan dan harta benda penyedia,
dan/atau cidera tubuh, sakit atau kematian personil penyedia, dan/atau kehilangan atau
kerusakan harta benda, serta cidera tubuh, sakit atau kematian pihak ketiga yang timbul
dari pelaksanaan SPK, terlepas dari bagaimana, kapan, atau di mana kerugian tersebut
terjadi.
6. PERPAJAKAN
Penyedia berkewajiban untuk membayar semua pajak, bea, retribusi, dan pungutan lain
yang dibebankan oleh hukum yang berlaku atas pelaksanaan SPK. Semua pengeluaran
perpajakan ini dianggap telah termasuk dalam nilai SPK.

7. HUKUM YANG BERLAKU


Keabsahan, interpretasi, dan pelaksanaan SPK ini didasarkan kepada hukum Republik
Indonesia.
8. PENYELESAIAN PERSELISIHAN
KPA dan penyedia berkewajiban untuk berupaya sungguh-sungguh menyelesaikan secara
damai semua perselisihan yang timbul dari atau berhubungan dengan SPK ini atau
interpretasinya selama atau setelah pelaksanaan pekerjaan. Jika perselisihan tidak dapat
diselesaikan secara musyawarah maka perselisihan akan diselesaikan melalui pengadilan
negeri dalam wilayah hukum Republik Indonesia.
9. ADENDUM
SPK ini tidak dapat diubah kecuali dibuat secara tertulis serta berlaku jika disetujui oleh
KPA dan penyedia.
10. PENGALIHAN DAN/ATAU SUBKONTRAK
Penyedia dilarang untuk mengalihkan dan/atau mensubkontrakkan sebagian atau seluruh
pekerjaan. Pengalihan seluruh pekerjaan hanya diperbolehkan dalam hal pergantian nama
penyedia, baik sebagai akibat peleburan (merger) atau akibat lainnya.
11. LARANGAN PEMBERIAN KOMISI
Penyedia menjamin bahwa tidak satu pun personil satuan kerja KPA telah atau akan
menerima komisi atau keuntungan tidak sah lainnya baik langsung maupun tidak langsung
dari SPK ini. Penyedia menyetujui bahwa pelanggaran syarat ini merupakan pelanggaran
yang mendasar terhadap SPK ini.

BAB X. SYARAT-SYARAT UMUM KONTRAK (SSUK)


A. Ketentuan Umum
1. Definisi

Istilah-istilah yang digunakan dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak


ini harus mempunyai arti atau tafsiran seperti yang dimaksudkan
sebagai berikut:
1.1
Pekerjaan Pengawasan adalah seluruh pekerjaan yang
berhubungan dengan pengawasan terhadap pelaksanaan
konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
1.2
Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah
pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
Kementerian/ Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah
atau Pejabat yang disamakan pada Institusi lain Pengguna
APBN/APBD.
1.3
Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA
adalah pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk
menggunakan APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah
untuk menggunakan APBD.
1.4
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah
panitia/pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA yang
bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan.
1.5
Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas
intern pada Institusi lain yang selanjutnya disebut APIP
adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit,
reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain
terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.
1.6
Penyedia adalah badan usaha atau orang perseorangan
yang menyediakan Pekerjaan Konstruksi.
1.7
Subpenyedia
adalah
penyedia
yang
mengadakan
perjanjian kerja dengan penyedia penanggung jawab
kontrak, untuk melaksanakan sebagian pekerjaan
(subkontrak).
1.8
Kemitraan/KSO adalah kerja sama usaha antar penyedia
baik penyedia nasional maupun penyedia asing, yang
masing-masing pihak mempunyai hak, kewajiban dan
tanggung jawab yang jelas berdasarkan perjanjian tertulis.
1.9
Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan, adalah
jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak
bersyarat (unconditional), yang dikeluarkan oleh Bank
Umum/Perusahaan Penjaminan/Perusahaan Asuransi yang
diserahkan oleh penyedia kepada KPA/Panitia Pengadaan
untuk menjamin terpenuhinya kewajiban penyedia.
1.10 Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut
Kontrak adalah perjanjian tertulis antara KPA dengan
penyedia yang mencakup Syarat-Syarat Umum Kontrak
(SSUK) ini dan Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK) serta
dokumen lain yang merupakan bagian dari kontrak.

1.11
1.12
1.13

1.14
1.15

1.16

1.17

1.18
1.19

1.20

1.21

1.22

1.23

Nilai Kontrak adalah total harga yang tercantum dalam


Kontrak.
Hari adalah hari kalender.
Direksi
lapangan
adalah
tim
pendukung
yang
dibentuk/ditetapkan oleh KPA, terdiri dari
1 (satu)
orang atau lebih, yang ditentukan dalam syarat-syarat
khusus kontrak untuk mengendalikan pelaksanaan
pekerjaan.
Direksi
teknis
adalah
tim
pendukung
yang
ditunjuk/ditetapkan
oleh
KPA
untuk
mengawasi
pelaksanaan pekerjaan.
Daftar kuantitas dan harga (rincian harga penawaran)
adalah daftar kuantitas yang telah diisi harga satuan dan
jumlah biaya keseluruhannya yang merupakan bagian dari
penawaran.
Harga Perkiraan Sendiri (HPS) adalah perhitungan
perkiraan biaya pekerjaan yang disusun oleh KPA,
dikalkulasikan secara keahlian berdasarkan data yang
dapat dipertanggungjawabkan serta digunakan oleh Panitia
Pengadaan untuk menilai kewajaran penawaran termasuk
rinciannya.
Pekerjaan utama adalah jenis pekerjaan yang secara
langsung menunjang terwujudnya dan berfungsinya suatu
konstruksi sesuai peruntukannya yang ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam LDP;
Harga Satuan Pekerjaan (HSP) adalah harga satu jenis
pekerjaan tertentu per satu satuan tertentu;
Kerangka acuan kerja (KAK) adalah tatacara kerja yang
layak,
realistik
dan
dapat
dilaksanakan
untuk
menyelesaikan
seluruh
pekerjaan
dan
diyakini
menggambarkan
penguasaan
dalam
penyelesaian
pekerjaan dengan tahap pelaksanaan yang sistimatis
berdasarkan sumber daya yang dimiliki penawar;
Jadwal waktu pelaksanaan adalah jadwal yang
menunjukkan kebutuhan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan, terdiri atas tahap pelaksanaan
yang disusun secara logis, realistik dan dapat dilaksanakan.
Personil inti adalah tenaga yang akan ditempatkan
secara penuh sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam LDP serta posisinya dalam
manajemen pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
organisasi
pelaksanaan
yang
diajukan
untuk
melaksanakan pekerjaan.
Bagian pekerjaan yang disubkontrakkan adalah bagian
pekerjaan bukan pekerjaan utama yang ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam LDP, yang pelaksanaannya
diserahkan kepada penyedia lain dan disetujui terlebih
dahulu oleh KPA.
Masa Kontrak adalah jangka waktu berlakunya Kontrak ini
terhitung sejak tanggal penandatanganan kontrak sampai

1.24
1.25

1.26

1.27

1.28

dengan masa pemeliharaan berakhir.


Tanggal mulai kerja adalah tanggal mulai kerja penyedia
yang dinyatakan pada Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK),
yang diterbitkan oleh KPA.
Tanggal
penyelesaian
pekerjaan
adalah
tanggal
penyerahan pertama pekerjaan selesai, dinyatakan dalam
Berita Acara penyerahan pertama pekerjaan yang
diterbitkan oleh KPA.
Masa pemeliharaan adalah kurun waktu kontrak yang
ditentukan dalam syarat-syarat khusus kontrak, dihitung
sejak tanggal penyerahan pertama pekerjaan sampai
dengan tanggal penyerahan akhir pekerjaan.
Kegagalan Konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan yang
tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana
disepakati dalam kontrak baik sebagian maupun
keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna atau
penyedia.
Kegagalan Bangunan adalah keadaan bangunan, yang
setelah diserahterimakan oleh penyedia kepada KPA dan
terlebih
dahulu
diperiksa
serta
diterima
oleh
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan, menjadi tidak
berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian
dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam kontrak, dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan
kesehatan kerja, dan/atau keselamatan umum.

2. Penerapan

SSUK diterapkan secara luas dalam pelaksanaan Pekerjaan


Konstruksi ini tetapi tidak dapat bertentangan dengan ketentuanketentuan dalam Dokumen Kontrak lain yang lebih tinggi
berdasarkan urutan hierarki dalam Surat Perjanjian.

3. Bahasa dan
Hukum

3.1

Bahasa kontrak harus dalam Bahasa Indonesia kecuali


dalam rangka pinjaman/hibah luar negeri menggunakan
Bahasa Indonesia dan bahasa nasional pemberi
pinjaman/hibah tersebut dan/atau bahasa Inggris.

3.2

Hukum yang digunakan adalah hukum yang berlaku di


Indonesia, kecuali dalam rangka pinjaman/hibah luar
negeri menggunakan hukum yang berlaku di Indonesia atau
hukum yang berlaku di negara pemberi pinjaman/hibah
(tergantung kesepakatan antara Pemerintah dan negara
pemberi pinjaman/hibah).

4.1

Berdasarkan etika pengadaan barang/jasa pemerintah,


dilarang untuk:
a. menawarkan, menerima atau menjanjikan untuk
memberi atau menerima hadiah atau imbalan berupa
apa saja atau melakukan tindakan lainnya untuk
mempengaruhi siapapun yang diketahui atau patut
dapat diduga berkaitan dengan pengadaan ini;

4. Larangan
Korupsi,
Kolusi dan
Nepotisme
(KKN) serta
Penipuan

b. mendorong terjadinya persaingan tidak sehat;


c. membuat dan/atau menyampaikan secara tidak benar
dokumen dan/atau keterangan lain yang disyaratkan
untuk penyusunan dan pelaksanaan Kontrak ini.
4.2

Penyedia menjamin bahwa yang bersangkutan (termasuk


semua anggota Kemitraan/KSO apabila berbentuk
Kemitraan/KSO) dan Sub penyedianya (jika ada) tidak
pernah dan tidak akan melakukan tindakan yang dilarang
di atas.

4.3

Penyedia yang menurut penilaian KPA terbukti melakukan


larangan-larangan di atas dapat dikenakan sanksi-sanksi
administratif oleh KPA sebagai berikut:
a. pemutusan Kontrak;
b. Jaminan Pelaksanaan dicairkan dan disetorkan
sebagaimana ditetapkan dalam SSKK;
c. sisa uang muka harus dilunasi oleh Penyedia; dan
d. pengenaan daftar hitam.
Pengenaan sanksi administratif di atas dilaporkan oleh KPA
kepada Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan
Institusi lainnya.

4.4

5. Asal Material/
Bahan

6. Korespondens
i

7. Wakil Sah
Para Pihak

4.5

KPA yang terlibat dalam KKN dan penipuan dikenakan


sanksi berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan.

5.1

Penyedia harus menyampaikan asal material/bahan yang


terdiri dari rincian komponen dalam negeri dan komponen
impor.

5.2

Asal material/bahan merupakan tempat material/bahan


diperoleh, antara lain tempat material/bahan ditambang,
tumbuh, atau diproduksi.

6.1

Semua korespondensi dapat berbentuk surat, e-mail


dan/atau faksimili dengan alamat tujuan para pihak yang
tercantum dalam SSKK.

6.2

Semua pemberitahuan, permohonan, atau persetujuan


berdasarkan Kontrak ini harus dibuat secara tertulis dalam
Bahasa Indonesia, dan dianggap telah diberitahukan jika
telah disampaikan secara langsung kepada wakil sah Para
Pihak dalam SSUK, atau jika disampaikan melalui surat
tercatat dan/atau faksimili ditujukan ke alamat yang
tercantum dalam SSKK.

Setiap tindakan yang disyaratkan atau diperbolehkan untuk


dilakukan, dan setiap dokumen yang disyaratkan atau
diperbolehkan untuk dibuat berdasarkan Kontrak ini oleh KPA

8. Pembukuan

atau Penyedia hanya dapat dilakukan atau dibuat oleh pejabat


yang disebutkan dalam SSKK. Khusus untuk penyedia
perseorangan, Penyedia tidak boleh diwakilkan.
Penyedia diharapkan untuk melakukan pencatatan keuangan yang
akurat dan sistematis sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan
ini berdasarkan standar akuntansi yang berlaku.

9. Perpajakan

Penyedia, Subpenyedia (jika ada), dan Personil yang bersangkutan


berkewajiban untuk membayar semua pajak, bea, retribusi, dan
pungutan lain yang dibebankan oleh peraturan perpajakan atas
pelaksanaan Kontrak ini. Semua pengeluaran perpajakan ini
dianggap telah termasuk dalam Nilai Kontrak.

10. Pengalihan
dan/atau
Subkontrak

10.1

Penyedia dilarang untuk mengalihkan sebagian atau


seluruh Kontrak ini. Pengalihan seluruh Kontrak hanya
diperbolehkan dalam hal pergantian nama Penyedia, baik
sebagai akibat peleburan (merger) maupun akibat lainnya.

10.2

Penyedia dilarang untuk mensubkontrakkan


/seluruh pekerjaan utama dalam Kontrak ini.

10.3

Subkontrak
sebagian
pekerjaan
utama
hanya
diperbolehkan
kepada
Penyedia
spesialis
setelah
persetujuan tertulis dari KPA. Penyedia tetap bertanggung
jawab atas bagian pekerjaan yang disubkontrakkan.

10.4

Jika ketentuan di atas dilanggar maka Kontrak diputuskan


dan Penyedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam
SSKK.

sebagian

11. Pengabaian

Jika terjadi pengabaian oleh satu Pihak terhadap pelanggaran


ketentuan tertentu Kontrak oleh Pihak yang lain maka pengabaian
tersebut tidak menjadi pengabaian yang terus-menerus selama
Masa Kontrak atau seketika menjadi pengabaian terhadap
pelanggaran ketentuan yang lain. Pengabaian hanya dapat
mengikat jika dapat dibuktikan secara tertulis dan ditandatangani
oleh Wakil Sah Pihak yang melakukan pengabaian.

12. Penyedia
Mandiri

Penyedia berdasarkan Kontrak ini bertanggung jawab penuh


terhadap personil dan subpenyedianya (jika ada) serta pekerjaan
yang dilakukan oleh mereka.

13. Kemitraan/KSO Kemitraan/KSO memberi kuasa kepada salah satu anggota yang
disebut dalam Surat Perjanjian untuk bertindak atas nama
Kemitraan/KSO dalam pelaksanaan hak dan kewajiban terhadap
KPA berdasarkan Kontrak ini.
14. Pengawasan
Pelaksanaan
Pekerjaan

14.1

Selama berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan, KPA jika


dipandang perlu dapat mengangkat Pengawas Pekerjaan
yang berasal dari personil KPA atau konsultan pengawas.

Pengawas Pekerjaan berkewajiban


pelaksanaan pekerjaan.

15. Persetujuan
Pengawas
Pekerjaan

untuk

mengawasi

14.2

Dalam melaksanakan kewajibannya, Pengawas Pekerjaan


selalu bertindak untuk kepentingan KPA. Jika tercantum
dalam SSKK, Pengawas Pekerjaan dapat bertindak sebagai
Wakil Sah KPA.

15.1

Semua gambar yang digunakan untuk mendapatkan Hasil


Pekerjaan baik yang permanen maupun sementara harus
mendapatkan persetujuan Pengawas Pekerjaan.

15.2

Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan terlebih


dahulu adanya Hasil Pekerjaan Sementara maka penyedia
berkewajiban untuk menyerahkan spesifikasi dan gambar
usulan Hasil Pekerjaan Sementara tersebut untuk disetujui
oleh Pengawas Pekerjaan. Terlepas dari ada tidaknya
persetujuan Pengawas Pekerjaan, penyedia bertanggung
jawab secara penuh atas rancangan Hasil Pekerjaan
Sementara.

16. Perintah

Penyedia berkewajiban untuk melaksanakan semua perintah


Pengawas Pekerjaan yang sesuai dengan kewenangan Pengawas
Pekerjaan dalam Kontrak ini.

17. Penemuanpenemuan

Penyedia wajib memberitahukan kepada KPA dan kepada pihak


yang berwenang semua penemuan benda/barang yang mempunyai
nilai sejarah atau penemuan kekayaan di lokasi pekerjaan yang
menurut peraturan perundang-undangan dikuasai oleh negara .

18. Akses ke
Lokasi Kerja

Penyedia berkewajiban untuk menjamin akses KPA, Wakil Sah KPA


dan/atau Pengawas Pekerjaan ke lokasi kerja dan lokasi lainnya
dimana pekerjaan ini sedang atau akan dilaksanakan.

B. Pelaksanaan, Penyelesaian, Adendum dan Pemutusan Kontrak


19. Jadwal
Pelaksanaan
Pekerjaan

19.1

Kontrak ini berlaku efektif pada tanggal penandatanganan


Surat Perjanjian oleh Para Pihak atau pada tanggal yang
ditetapkan dalam SSKK.

19.2

Waktu pelaksanaan kontrak adalah jangka waktu yang


ditentukan dalam syarat-syarat khusus kontrak dihitung
sejak tanggal mulai kerja yang tercantum dalam SPMK.

19.3

Penyedia harus menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal


yang ditentukan dalam SSKK.

19.4

Apabila penyedia berpendapat tidak dapat menyelesaikan

pekerjaan sesuai jadwal karena keadaan diluar


pengendaliannya dan penyedia telah melaporkan kejadian
tersebut kepada KPA, maka KPA dapat melakukan
penjadwalan kembali pelaksanaan tugas penyedia dengan
adendum kontrak.
B.1 Pelaksanaan Pekerjaan
20. Penyerahan
Lokasi Kerja

20.1

KPA berkewajiban untuk menyerahkan keseluruhan lokasi


kerja kepada penyedia sebelum SPMK diterbitkan.
Penyerahan dilakukan setelah sebelumnya dilakukan
pemeriksaan lapangan bersama. Hasil pemeriksaan dan
penyerahan dituangkan dalam berita acara penyerahan
lokasi kerja.

20.2

Jika dalam pemeriksaan lapangan bersama ditemukan halhal yang dapat mengakibatkan perubahan isi Kontrak maka
perubahan tersebut harus dituangkan dalam adendum
Kontrak.

20.3

Jika penyerahan hanya dilakukan pada bagian tertentu dari


lokasi kerja maka KPA dapat dianggap telah menunda
pelaksanaan pekerjaan tertentu yang terkait dengan
bagian lokasi kerja tersebut, dan kondisi ini ditetapkan
sebagai Peristiwa Kompensasi.

21. Surat Perintah 21.1


Mulai Kerja
(SPMK)
21.2

KPA menerbitkan SPMK selambat-lambatnya 14 (empat


belas) hari sejak tanggal penanda-tanganan kontrak.

22. Program Mutu

22.1

Penyedia berkewajiban untuk menyerahkan program mutu


pada rapat persiapan pelaksanaan kontrak untuk disetujui
oleh KPA.

22.2

Program mutu disusun paling sedikit berisi:


a. informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;
b. organisasi kerja penyedia;
c. jadwal pelaksanaan pekerjaan;
d. prosedur pelaksanaan pekerjaan;
e. prosedur instruksi kerja; dan
f. pelaksana kerja.

22.3

Program mutu dapat direvisi sesuai dengan kondisi lokasi


pekerjaan.

22.4

Penyedia berkewajiban untuk memutakhirkan program


mutu jika terjadi adendum Kontrak dan Peristiwa
Kompensasi.

Dalam SPMK dicantumkan saat paling lambat dimulainya


pelaksanaan kontrak oleh penyedia.

23. Rapat
Persiapan
Pelaksanaan
Kontrak

24. Mobilisasi

25. Pemeriksaan
Bersama

22.5

Pemutakhiran
program
mutu
harus menunjukkan
perkembangan kemajuan setiap pekerjaan dan dampaknya
terhadap penjadwalan sisa pekerjaan, termasuk perubahan
terhadap urutan pekerjaan. Pemutakhiran program mutu
harus mendapatkan persetujuan KPA.

22.6

Persetujuan KPA terhadap program mutu tidak mengubah


kewajiban kontraktual penyedia.

23.1

Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diterbitkannya


SPMK dan sebelum pelaksanaan pekerjaan, KPA bersama
dengan penyedia, unsur perencanaan, dan unsur
pengawasan, harus sudah menyelenggarakan rapat
persiapan pelaksanaan kontrak.

23.2

Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat


persiapan pelaksanaan kontrak meliputi:
a. program mutu;
b. organisasi kerja;
c. tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan;
d. jadwal pelaksanaan pekerjaan;
e. jadwal pengadaan bahan/material, mobilisasi peralatan
dan personil;
f. penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan
lokasi pekerjaan.

24.1

Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan


dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan SPMK.

24.2

Mobilisasi dilakukan sesuai dengan lingkup pekerjaan,


yaitu:
a. mendatangkan
peralatan-peralatan
terkait
yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
b. mempersiapkan fasilitas seperti kantor, rumah, gedung
laboratorium, bengkel, gudang, dan sebagainya;
dan/atau
c. mendatangkan personil-personil.

24.3

Mobilisasi peralatan dan personil dapat dilakukan secara


bertahap sesuai dengan kebutuhan.

25.1

Apabila diperlukan, pada tahap awal pelaksanaan Kontrak,


KPA
bersama-sama
dengan
penyedia
melakukan
pemeriksaan
lokasi
pekerjaan
dengan
melakukan
pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi lokasi
pekerjaan untuk setiap rencana mata pembayaran.

25.2

Untuk pemeriksaan bersama ini, PA/KPA dapat membentuk


Panitia/Pejabat Peneliti Pelaksana-an Kontrak atas usul
KPA.

25.3

Hasil pemeriksaan bersama dituangkan dalam Berita Acara.


Apabila dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan
perubahan isi Kontrak, maka harus dituangkan dalam
adendum Kontrak.

25.4

Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Personil


dan/atau Peralatan ternyata belum memenuhi persyaratan
Kontrak maka penyedia tetap dapat melanjutkan
pekerjaan dengan syarat Personil dan/atau Peralatan yang
belum memenuhi syarat harus segera diganti dalam jangka
waktu yang disepakati bersama.

B.2 Pengendalian Waktu


26. Waktu
Penyelesaian
Pekerjaan

26.1

Kecuali Kontrak diputuskan lebih awal, penyedia


berkewajiban untuk memulai pelaksanaan pekerjaan pada
Tanggal Mulai Kerja, dan melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan program mutu, serta menyelesaikan pekerjaan
selambat-lambatnya pada Tanggal Penyelesaian yang
ditetapkan dalam SPMK.

26.2

Jika pekerjaan tidak selesai pada Tanggal Penyelesaian


bukan akibat Keadaan Kahar atau Peristiwa Kompensasi
atau karena kesalahan atau kelalaian penyedia maka
penyedia dikenakan denda.

26.3

Jika keterlambatan tersebut semata-mata disebabkan oleh


Peristiwa Kompensasi maka KPA dikenakan kewajiban
pembayaran ganti rugi. Denda atau ganti rugi tidak
dikenakan jika Tanggal Penyelesaian disepakati oleh Para
Pihak untuk diperpanjang.
Tanggal Penyelesaian yang dimaksud dalam Pasal ini adalah
tanggal penyelesaian semua pekerjaan.

26.4
27. Perpanjangan
Waktu

27.1

27.2

Jika terjadi Peristiwa Kompensasi sehingga penyelesaian


pekerjaan akan melampaui Tanggal Penyelesaian maka
penyedia berhak untuk meminta perpanjangan Tanggal
Penyelesaian
berdasarkan
data
penunjang.
KPA
berdasarkan
pertimbangan
Pengawas
Pekerjaan
memperpanjang Tanggal Penyelesaian Pekerjaan secara
tertulis. Perpanjangan Tanggal Penyelesaian harus
dilakukan melalui adendum Kontrak jika perpanjangan
tersebut mengubah Masa Kontrak.
KPA berdasarkan pertimbangan Pengawas Pekerjaan harus
telah menetapkan ada tidaknya perpanjangan dan untuk
berapa lama, dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari
setelah penyedia meminta perpanjangan. Jika penyedia
lalai untuk memberikan peringatan dini atas keterlambatan
atau tidak dapat bekerja sama untuk mencegah
keterlambatan maka keterlambatan seperti ini tidak dapat

dijadikan
alasan
Penyelesaian.
28. Penundaan
oleh
Pengawas
Pekerjaan
29. Rapat
Pemantauan

30. Peringatan
Dini

untuk

memperpanjang

Tanggal

Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan secara tertulis


penyedia untuk menunda pelaksanaan pekerjaan. Setiap perintah
penundaan ini harus segera ditembuskan kepada KPA.
29.1

Pengawas
Pekerjaan
atau
penyedia
dapat
menyelenggarakan rapat pemantauan, dan meminta satu
sama lain untuk menghadiri rapat tersebut. Rapat
pemantauan
diselenggarakan
untuk
membahas
perkembangan pekerjaan dan perencanaaan atas sisa
pekerjaan serta untuk menindaklanjuti peringatan dini.

29.2

Hasil rapat pemantauan akan dituangkan oleh Pengawas


Pekerjaan dalam berita acara rapat, dan rekamannya
diserahkan kepada KPA dan pihak-pihak yang menghadiri
rapat.

29.3

Mengenai hal-hal dalam rapat yang perlu diputuskan,


Pengawas Pekerjaan dapat memutuskan baik dalam rapat
atau setelah rapat melalui pernyataan tertulis kepada
semua pihak yang menghadiri rapat.

30.1

Penyedia berkewajiban untuk memperingatkan sedini


mungkin Pengawas Pekerjaan atas peristiwa atau kondisi
tertentu yang dapat mempengaruhi mutu pekerjaan,
menaikkan Nilai Kontrak atau menunda penyelesaian
pekerjaan. Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan
penyedia untuk menyampaikan secara tertulis perkiraan
dampak peristiwa atau kondisi tersebut di atas terhadap
Nilai Kontrak dan Tanggal Penyelesaian. Pernyataan
perkiraan ini harus sesegera mungkin disampaikan oleh
penyedia.

30.2

Penyedia berkewajiban untuk bekerja sama dengan


Pengawas Pekerjaan untuk mencegah atau mengurangi
dampak peristiwa atau kondisi tersebut.
B.3 Penyelesaian Kontrak
31. Serah Terima
Pekerjaan

31.1

Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus),


penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada
KPA untuk penyerahan pekerjaan.

31.2

Dalam rangka penilaian hasil pekerjaan, KPA menugaskan


Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan melakukan
penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan
oleh penyedia. Apabila terdapat kekurangan-kekurangan
dan/atau cacat hasil pekerjaan, penyedia wajib

31.3

memperbaiki/menyelesaikannya, atas perintah KPA.


31.4

KPA menerima penyerahan pertama pekerjaan setelah


seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan Kontrak dan diterima oleh Panitia/Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan.

31.5

Pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan puluh lima


perseratus) dari nilai kontrak, sedangkan yang 5% (lima
perseratus) merupakan retensi selama masa pemeliharaan,
atau pembayaran dilakukan sebesar 100% (seratus
perseratus) dari nilai kontrak dan penyedia harus
menyerahkan Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima
perseratus) dari nilai kontrak.

31.6

Penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa


pemeliharaan sehingga kondisi tetap seperti pada saat
penyerahan pertama pekerjaan.

31.7

Setelah
masa
pemeliharaan
berakhir,
penyedia
mengajukan permintaan secara tertulis kepada KPA untuk
penyerahan akhir pekerjaan.

31.8

KPA menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah


penyedia melaksanakan semua kewajibannya selama masa
pemeliharaan dengan baik. KPA wajib melakukan
pembayaran sisa nilai kontrak yang belum dibayar atau
mengembalikan Jaminan Pemeliharaan.

31.9

Apabila
penyedia
tidak
melaksanakan
kewajiban
pemeliharaan sebagaimana mestinya, maka KPA berhak
menggunakan
uang
retensi
untuk
membiayai
perbaikan/pemeliharaan
atau
mencairkan
Jaminan
Pemeliharaan.

31.10 Jika Hasil Pekerjaan berupa bangunan


konstruksi bangunan ditetapkan dalam SSKK.

maka

umur

32. Pengambilaliha

KPA akan mengambil alih lokasi dan hasil pekerjaan dalam jangka
waktu
tertentu
setelah
dikeluarkan surat
keterangan
selesai/pengakhiran pekerjaan.

33. Pedoman
Pengoperasia
n dan
Perawatan

33.1

Penyedia diwajibkan memberikan petunjuk kepada KPA


tentang pedoman pengoperasian dan perawatan sesuai
dengan SSKK.

33.2

Apabila
penyedia
tidak
memberikan
pedoman
pengoperasian dan perawatan, KPA berhak menahan uang
retensi atau Jaminan Pemeliharaan.

B.4 Adendum
34. Perubahan
Kontrak

35. Perubahan
Lingkup
Pekerjaan

36. Perubahan
Jadwal
Pelaksanaan
Pekerjaan

34.1

Kontrak hanya dapat diubah melalui adendum kontrak.

34.2

Perubahan Kontrak bisa dilaksanakan apabila disetujui oleh


para pihak, meliputi:
1) perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang
dilakukan oleh para pihak dalam kontrak sehingga
mengubah lingkup pekerjaan dalam kontrak;
2) perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan akibat adanya
perubahan pekerjaan;
3) perubahan harga kontrak akibat adanya perubahan
pekerjaan, perubahan pelaksanaan pekerjaan dan/atau
penyesuaian harga.

34.3

Untuk kepentingan perubahan kontrak, PA/KPA dapat


membentuk Panitia/Pejabat Peneliti Pelaksanaan Kontrak
atas usul KPA.

35.1

Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi


lokasi pekerjaan pada saat pelaksanaan dengan gambar
dan spesifikasi yang ditentukan dalam Dokumen Kontrak,
maka KPA bersama penyedia dapat melakukan perubahan
kontrak yang meliputi antara lain :
a. menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang
tercantum dalam kontrak;
b. mengurangi atau menambah jenis pekerjaan;
c. mengubah spesifikasi teknis dan gambar pekerjaan
sesuai dengan kebutuhan lokasi pekerjaan; dan/atau
d. melaksanakan pekerjaan tambah yang belum tercantum
dalam kontrak yang diperlukan untuk menyelesaikan
seluruh pekerjaan.

35.2

Pekerjaan tambah harus mempertimbangkan tersedianya


anggaran dan paling tinggi 10% (sepuluh perseratus) dari
nilai kontrak awal.

35.3

Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh KPA secara


tertulis kepada penyedia kemudian dilanjutkan dengan
negosiasi teknis dan harga dengan tetap mengacu pada
ketentuan yang tercantum dalam kontrak awal.

35.4

Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam Berita Acara


sebagai dasar penyusunan adendum kontrak.

36.1

Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh KPA


atas pertimbangan yang layak dan wajar untuk hal-hal
sebagai berikut:
a. pekerjaan tambah;
b. perubahan disain;

c. keterlambatan yang disebabkan oleh KPA;


d. masalah yang timbul di luar kendali penyedia; dan/atau
e. keadaan kahar.
36.2

Waktu penyelesaian pekerjaan dapat diperpanjang


sekurang-kurangnya sama dengan waktu terhentinya
kontrak akibat keadaan kahar atau waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan pada pasal 39.1.

36.3

KPA dapat menyetujui perpanjangan waktu pelaksanaan


atas kontrak setelah melakukan penelitian terhadap usulan
tertulis yang diajukan oleh penyedia.

36.4

KPA
dapat
menugaskan
Panitia/Pejabat
Peneliti
Pelaksanaan Kontrak untuk meneliti kelayakan usulan
perpanjangan waktu pelaksanaan.

36.5

Persetujuan perpanjangan waktu pelaksanaan dituangkan


dalam adendum kontrak.

37.1

suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para


pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya,
sehingga kewajiban yang ditentukan dalam Kontrak
menjadi tidak dapat dipenuhi.

37.2

Yang digolongkan Keadaan Kahar meliputi:


a. bencana alam;
b. bencana non alam;
c. bencana sosial;
d. pemogokan;
e. kebakaran; dan/atau
f. gangguan industri lainnya sebagaimana dinyatakan
melalui keputusan bersama Menteri Keuangan dan
menteri teknis terkait.

37.3

Apabila terjadi Keadaan Kahar, maka penyedia


memberitahukan kepada KPA paling lambat 14 (empat
belas) hari sejak terjadinya Keadaan Kahar, dengan
menyertakan pernyataan Keadaan Kahar dari pejabat yang
berwenang.

37.4

Jangka waktu yang ditetapkan dalam Kontrak untuk


pemenuhan kewajiban Pihak yang tertimpa Keadaan Kahar
harus diperpanjang sekurang-kurangnya sama dengan
jangka waktu terhentinya Kontrak akibat Keadaan Kahar.
Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat Keadaan
Kahar yang dilaporkan paling lambat 14 (empat belas) hari

B.5 Keadaan Kahar


37. Keadaan
Kahar

37.5

37.6

sejak terjadinya Keadaan Kahar, tidak dikenakan sanksi.


Pada saat terjadinya Keadaan Kahar, Kontrak ini akan
dihentikan sementara hingga Keadaan Kahar berakhir
dengan ketentuan, Penyedia berhak untuk menerima
pembayaran sesuai dengan prestasi atau kemajuan
pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai. Jika selama
masa Keadaan Kahar KPA memerintahkan secara tertulis
kepada Penyedia untuk meneruskan pekerjaan sedapat
mungkin maka Penyedia berhak untuk menerima
pembayaran sebagaimana ditentukan dalam Kontrak dan
mendapat penggantian biaya yang wajar sesuai dengan
yang telah dikeluarkan untuk bekerja dalam situasi
demikian. Penggantian biaya ini harus diatur dalam suatu
adendum Kontrak.

B.6 Penghentian dan Pemutusan Kontrak


38. Penghentian
dan
Pemutusan
Kontrak

38.1

Penghentian kontrak dapat dilakukan karena pekerjaan


sudah selesai atau terjadi Keadaan Kahar.

38.2

Dalam hal kontrak dihentikan, maka KPA wajib membayar


kepada penyedia sesuai dengan prestasi pekerjaan yang
telah dicapai, termasuk:
1) biaya langsung pengadaan Bahan dan Perlengkapan
untuk pekerjaan ini. Bahan dan Perlengkapan ini harus
diserahkan oleh Penyedia kepada KPA, dan selanjutnya
menjadi hak milik KPA;
2) biaya langsung pembongkaran dan demobilisasi Hasil
Pekerjaan Sementara dan Peralatan;
3) biaya langsung demobilisasi Personil.

38.3

Pemutusan kontrak dapat dilakukan oleh pihak penyedia


atau pihak KPA.

38.4

Menyimpang dari Pasal 1266 dan 1267 Kitab UndangUndang Hukum Perdata, pemutusan Kontrak melalui
pemberitahuan tertulis dapat dilakukan apabila:
a. penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan
kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;
b. penyedia tanpa persetujuan Pengawas Pekerjaan, tidak
memulai pelaksanaan pekerjaan;
c. penyedia menghentikan pekerjaan selama 28 (dua puluh
delapan) hari dan penghentian ini tidak tercantum
dalam program mutu serta tanpa persetujuan Pengawas
Pekerjaan;
d. penyedia berada dalam keadaan pailit;
e. penyedia selama Masa Kontrak gagal memperbaiki Cacat
Mutu dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh KPA;
f. penyedia tidak mempertahankan keberlakuan Jaminan

Pelaksanaan;
g. denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat
kesalahan penyedia sudah melampaui 5% (lima
perseratus) dari nilai Kontrak dan KPA menilai bahwa
Penyedia tidak akan sanggup menyelesaikan sisa
pekerjaan;
h. Pengawas Pekerjaan memerintahkan penyedia untuk
menunda pelaksanaan atau kelanjutan pekerjaan, dan
perintah tersebut tidak ditarik selama 28 (dua puluh
delapan) hari;
i. KPA tidak menerbitkan SPP untuk pembayaran tagihan
angsuran sesuai dengan yang disepakati sebagaimana
tercantum dalam SSKK;
j. penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau
pemalsuan dalam proses Pengadaan yang diputuskan
oleh instansi yang berwenang; dan/atau
k. pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan
KKN dan/atau pelanggaran persaingan sehat dalam
pelaksanaan pengadaan dinyatakan benar oleh instansi
yang berwenang.

39. Peninggalan

38.5

Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan


penyedia:
a. Jaminan Pelaksanaan dicairkan;
b. sisa Uang Muka harus dilunasi oleh penyedia atau
Jaminan Uang Muka dicairkan;
c. penyedia membayar denda; dan/atau
d. penyedia dimasukkan dalam Daftar Hitam.

38.6

Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena KPA


terlibat penyimpangan prosedur, melakukan KKN dan/atau
pelanggararan persaingan sehat dalam pelaksanaan
pengadaan, maka KPA dikenakan sanksi berdasarkan
peraturan perundang-undangan.

Semua Bahan, Perlengkapan, Peralatan, Hasil Pekerjaan


Sementara yang masih berada di lokasi kerja setelah pemutusan
Kontrak akibat kelalaian atau kesalahan penyedia, dapat
dimanfaatkan sepenuhnya oleh KPA tanpa kewajiban perawatan.
Pengambilan kembali semua peninggalan tersebut oleh penyedia
hanya dapat dilakukan setelah mempertimbangkan kepentingan
KPA.

C. Hak dan Kewajiban Para Pihak


40. Hak dan
Kewajiban
Para Pihak

Hak-hak yang dimiliki serta kewajiban-kewajiban yang harus


dilaksanakan oleh KPA dan penyedia dalam melaksanakan
kontrak, meliputi:

41. Penggunaan
DokumenDokumen
Kontrak dan
Informasi

40.1

Hak dan kewajiban KPA:


a. mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan
oleh penyedia;
b. meminta laporan-laporan secara periodik mengenai
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia;
c. membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang
tercantum dalam kontrak yang telah ditetapkan kepada
penyedia; dan
d. memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh penyedia untuk kelancaran pelaksanaan
pekerjaan sesuai ketentuan kontrak.

40.2

Hak dan kewajiban penyedia:


a. menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan harga yang telah ditentukan dalam
kontrak;
b. berhak meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana
dan prasarana dari KPA untuk kelancaran pelaksanaan
pekerjaan sesuai ketentuan kontrak;
c. melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik
kepada KPA;
d. melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang telah
ditetapkan dalam kontrak;
e. melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara
cermat,
akurat dan penuh tanggung jawab dengan
menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan,
angkutan ke atau dari lapangan, dan segala pekerjaan
permanen maupun sementara yang diperlukan untuk
pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikan pekerjaan
yang dirinci dalam kontrak;
f. memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan
untuk pemeriksaan pelaksanaan yang dilakukan KPA;
g. menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal
penyerahan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam
kontrak; dan
h. mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk
melindungi lingkungan tempat kerja dan membatasi
perusakan dan gangguan kepada masyarakat maupun
miliknya akibat kegiatan penyedia.

Penyedia
tidak
diperkenankan
menggunakan
dan
menginformasikan dokumen kontrak atau dokumen lainnya yang
berhubungan dengan kontrak untuk kepentingan pihak lain,
misalnya spesifikasi teknis dan/atau gambar-gambar, kecuali
dengan ijin tertulis dari KPA.

42. Hak Kekayaan


Intelektual

Penyedia wajib melindungi KPA dari segala tuntutan atau klaim


dari pihak ketiga yang disebabkan penggunaan Hak Kekayaan
Intelektual (HAKI) oleh penyedia.

43. Penanggungan 43.1


dan Risiko

Penyedia berkewajiban untuk melindungi, membebaskan,


dan menanggung tanpa batas KPA beserta instansinya
terhadap semua bentuk tuntutan, tanggung jawab,
kewajiban, kehilangan, kerugian, denda, gugatan atau
tuntutan hukum, proses pemeriksaan hukum, dan biaya
yang dikenakan terhadap KPA beserta instansinya (kecuali
kerugian yang mendasari tuntutan tersebut disebabkan
kesalahan atau kelalaian berat KPA) sehubungan dengan
klaim yang timbul dari hal-hal berikut terhitung sejak
Tanggal
Mulai
Kerja
sampai
dengan
tanggal
penandatanganan berita acara penyerahan akhir:
1) kehilangan atau kerusakan peralatan dan harta benda
penyedia, Subpenyedia (jika ada), dan Personil;
2) cidera tubuh, sakit atau kematian Personil;
3) kehilangan atau kerusakan harta benda, dan cidera
tubuh, sakit atau kematian pihak ketiga;

43.2

Terhitung sejak Tanggal Mulai Kerja sampai dengan tanggal


penandatanganan berita acara penyerahan awal, semua
risiko kehilangan atau kerusakan Hasil Pekerjaan ini, Bahan
dan Perlengkapan merupakan risiko penyedia, kecuali
kerugian atau kerusakan tersebut diakibatkan oleh
kesalahan atau kelalaian KPA.

43.3

Pertanggungan asuransi yang dimiliki oleh penyedia tidak


membatasi kewajiban penanggungan dalam Pasal ini.

43.4

Kehilangan atau kerusakan terhadap Hasil Pekerjaan atau


Bahan yang menyatu dengan Hasil Pekerjaan selama
Tanggal Mulai Kerja dan batas akhir Masa Pemeliharaan
harus diganti atau diperbaiki oleh penyedia atas
tanggungannya sendiri jika kehilangan atau kerusakan
tersebut terjadi akibat tindakan atau kelalaian penyedia.

44.1

Penyedia dan Subpenyedia berkewajiban atas biaya sendiri


untuk mengikutsertakan Personilnya pada program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan.

44.2

Penyedia
berkewajiban
untuk
mematuhi
dan
memerintahkan Personilnya untuk mematuhi peraturan
keselamatan kerja. Pada waktu pelaksanaan pekerjaan,
penyedia beserta Personilnya dianggap telah membaca dan
memahami peraturan keselamatan kerja tersebut.

44.3

Penyedia berkewajiban atas biaya sendiri untuk


menyediakan kepada setiap Personilnya (termasuk Personil
Subpenyedia, jika ada) perlengkapan keselamatan kerja
yang sesuai dan memadai.

44. Perlindungan
Tenaga Kerja

44.4

Tanpa mengurangi kewajiban penyedia untuk melaporkan


kecelakaan berdasarkan hukum yang berlaku, penyedia
akan melaporkan kepada KPA mengenai setiap kecelakaan
yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan Kontrak ini
dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah kejadian.

45. Pemeliharaan
Lingkungan

Penyedia berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah yang


memadai untuk melindungi lingkungan baik di dalam maupun di
luar tempat kerja dan membatasi gangguan lingkungan terhadap
pihak ketiga dan harta bendanya sehubungan dengan pelaksanaan
Kontrak ini.

46. Asuransi

46.1

Penyedia wajib menyediakan asuransi sejak SPMK sampai


dengan tanggal selesainya pemeliharaan untuk:
a. semua barang dan peralatan yang mempunyai risiko
tinggi terjadinya kecelakaan, pelaksanaan pekerjaan,
serta pekerja untuk pelaksanaan pekerjaan, atas segala
risiko terhadap kecelakaan, kerusakan, kehilangan,
serta risiko lain yang tidak dapat diduga;
b. pihak ketiga sebagai akibat kecelakaan di tempat
kerjanya; dan
c. perlindungan terhadap kegagalan bangunan.

46.2

Besarnya asuransi sudah diperhitungkan dalam penawaran


dan termasuk dalam nilai kontrak.

47. Tindakan
47.1
Penyedia yang
Mensyaratkan
Persetujuan
KPA atau
Pengawas
Pekerjaan

Penyedia berkewajiban untuk mendapatkan lebih dahulu


persetujuan tertulis KPA sebelum melakukan tindakantindakan berikut:
a. mensubkontrakkan sebagian pekerjaan;
b. menunjuk Personil yang namanya tidak tercantum dalam
Lampiran A SSKK;
c. mengubah atau memutakhirkan program mutu;
d. tindakan lain yang diatur dalam SSKK.

47.2

Penyedia berkewajiban untuk mendapatkan lebih dahulu


persetujuan tertulis Pengawas Pekerjaan sebelum
melakukan tindakan-tindakan berikut:
a. menggunakan spesifikasi dan gambar dalam Pasal 15
SSUK;
b. mengubah syarat dan ketentuan polis asuransi;
c. mengubah Personil Inti dan/atau Peralatan;
d. tindakan lain yang diatur dalam SSKK.

48.1

Pemeriksaan pekerjaan dilakukan selama pelaksanaan


kontrak untuk menetapkan volume pekerjaan atau
kegiatan yang telah dilaksanakan guna pembayaran hasil
pekerjaan. Hasil pemeriksaan pekerjaan dituangkan dalam
laporan kemajuan hasil pekerjaan.

48. Laporan Hasil


Pekerjaan

48.2

Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan


pelaksanaan pekerjaan, seluruh aktivitas kegiatan
pekerjaan di lokasi pekerjaan dicatat dalam buku harian
sebagai bahan laporan harian pekerjaan yang berisi
rencana dan realisasi pekerjaan harian.

48.3

Laporan harian berisi:


a. jenis dan kuantitas bahan yang berada di lokasi
pekerjaan;
b. penempatan tenaga kerja untuk tiap macam tugasnya;
c. jenis, jumlah dan kondisi peralatan;
d. jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
e. keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan peristiwa
alam lainnya yang berpengaruh terhadap kelancaran
pekerjaan; dan
f. catatan-catatan
lain
yang
berkenaan
dengan
pelaksanaan.

48.4

Laporan harian dibuat oleh penyedia, apabila diperlukan


diperiksa oleh konsultan dan disetujui oleh wakil KPA.

48.5

Laporan mingguan terdiri dari rangkuman laporan harian


dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode
satu minggu, serta hal-hal penting yang perlu ditonjolkan.

48.6

Laporan bulanan terdiri dari rangkuman laporan mingguan


dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode
satu bulan, serta hal-hal penting yang perlu ditonjolkan.

48.7

Untuk merekam kegiatan pelaksanaan proyek, KPA


membuat foto-foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan di
lokasi pekerjaan.

49. Kepemilikan
Dokumen

Semua rancangan, gambar, spesifikasi, desain, laporan, dan


dokumen-dokumen lain serta piranti lunak yang dipersiapkan oleh
penyedia berdasarkan Kontrak ini sepenuhnya merupakan hak
milik KPA. Penyedia paling lambat pada waktu pemutusan atau
akhir Masa Kontrak berkewajiban untuk menyerahkan semua
dokumen dan piranti lunak tersebut beserta daftar rinciannya
kepada KPA. Penyedia dapat menyimpan 1 (satu) buah salinan
tiap dokumen dan piranti lunak tersebut. Pembatasan (jika ada)
mengenai penggunaan dokumen dan piranti lunak tersebut di atas
di kemudian hari diatur dalam SSKK.

50. Kerjasama
Antara
Penyedia dan
Sub Penyedia

50.1

Penyedia yang mempunyai harga Kontrak di atas


Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) wajib
bekerja sama dengan penyedia Usaha Mikro dan Usaha
Kecil serta koperasi kecil, yaitu dengan mensubkontrakkan
sebagian pekerjaan yang bukan pekerjaan utama.

51. Usaha Mikro,


Usaha Kecil
dan Koperasi
Kecil

52. Penyedia Lain

53. Keselamatan

50.2

Bagian pekerjaan yang disubkontrakkan tersebut harus


diatur dalam Kontrak dan disetujui terlebih dahulu oleh
KPA.

50.3

Penyedia tetap bertanggung jawab atas bagian pekerjaan


yang disubkontrakkan tersebut.

50.4

Ketentuan-ketentuan dalam subkontrak harus mengacu


kepada Kontrak serta menganut prinsip kesetaraan.

51.1

Apabila penyedia yang ditunjuk adalah penyedia Usaha


Mikro, Usaha Kecil dan koperasi kecil, maka dalam kontrak
dimuat ketentuan bahwa pekerjaan tersebut harus
dilaksanakan sendiri oleh penyedia yang ditunjuk dan
dilarang diserahkan atau disubkontrakkan kepada pihak
lain.

51.2

Apabila penyedia yang terpilih adalah penyedia bukan


Usaha Mikro, Usaha Kecil dan koperasi kecil, maka dalam
kontrak dimuat:
a. penyedia wajib bekerja sama dengan penyedia Usaha
Mikro, Usaha Kecil dan koperasi kecil, antara lain
dengan mensubkontrakkan sebagian pekerjaannya;
b. dalam melaksanakan kewajiban di atas penyedia terpilih
tetap bertanggungjawab penuh atas keseluruhan
pekerjaan tersebut;
c. bentuk kerjasama tersebut hanya untuk sebagian
pekerjaan yang bukan pekerjaan utama; dan
d. membuat laporan periodik mengenai pelaksanaan
ketetapan di atas.

51.3

Apabila ketentuan tersebut di atas dilanggar, maka


penyedia dikenakan sanksi yang diatur dalam SSKK.

Penyedia berkewajiban untuk bekerjasama dan menggunakan


lokasi kerja bersama-sama dengan penyedia yang lain (jika ada)
dan pihak-pihak lainnya yang berkepentingan atas lokasi kerja.
Jika dipandang perlu, KPA dapat memberikan jadwal kerja
penyedia yang lain di lokasi kerja.
Penyedia bertanggung jawab atas keselamatan semua pihak di
lokasi kerja.

54. Pembayaran
Denda

Penyedia berkewajiban untuk membayar sanksi finansial berupa


Denda sebagai akibat wanprestasi atau cidera janji terhadap
kewajiban-kewajiban penyedia dalam Kontrak ini. KPA
mengenakan Denda dengan memotong angsuran pembayaran
prestasi pekerjaan penyedia. Pembayaran Denda tidak
mengurangi tanggung jawab kontraktual penyedia.

55. Jaminan

55.1

Jaminan Pelaksanaan diberikan kepada KPA selambat-

lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah


diterbitkannya Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
(SPPBJ) sebelum dilakukan penandatanganan kontrak
dengan besar:
a. 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak; atau
b. 5% (lima perseratus) dari nilai total Harga Perkiraan
Sendiri (HPS) bagi penawaran yang lebih kecil dari 80%
(delapan puluh perseratus) HPS.
55.2

Masa berlakunya Jaminan Pelaksanaan sekurang-kurangnya


sejak tanggal penanda-tanganan kontrak sampai dengan
serah terima pertama pekerjaan (Provisional Hand
Over/PHO).

55.3

Jaminan Pelaksanaan dikembalikan setelah pekerjaan


dinyatakan selesai 100% (seratus perseratus) dan diganti
dengan Jaminan Pemeliharaan atau menahan uang retensi
sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak;

55.4

Jaminan Uang Muka diberikan kepada KPA dalam rangka


pengambilan uang muka dengan nilai 100% (seratus
perseratus) dari besarnya uang muka;

55.5

Nilai Jaminan Uang Muka dapat dikurangi secara


proporsional sesuai dengan pencapaian prestasi pekerjaan;

55.6

Masa berlakunya Jaminan Uang Muka sekurang-kurangnya


sejak tanggal persetujuan pemberian uang muka sampai
dengan tanggal penyerahan pertama pekerjaan (PHO).

55.7

Jaminan Pemeliharaan diberikan kepada KPA setelah


pekerjaan dinyatakan selesai 100% (seratus perseratus).

55.8

Pengembalian Jaminan Pemeliharan dilakukan paling


lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah masa
pemeliharaan selesai dan pekerjaan diterima dengan baik
sesuai dengan ketentuan kontrak;
Masa berlakunya Jaminan Pemeliharaan sekurangkurangnya sejak tanggal serah terima pertama pekerjaan
(PHO) sampai dengan tanggal penyerahan akhir pekerjaan
(Final Hand Over/FHO);

55.9

D. Personil dan/atau Peralatan Penyedia


56. Personil Inti
dan/atau
Peralatan

56.1

Personil inti dan/atau peralatan yang ditempatkan harus


sesuai dengan yang tercantum dalam Dokumen Penawaran.

56.2

Penggantian personil inti dan/atau peralatan tidak boleh


dilakukan kecuali atas persetujuan tertulis KPA.

56.3

Penggantian personil inti dilakukan oleh penyedia dengan


mengajukan permohonan terlebih dahulu kepada KPA
dengan melampirkan riwayat hidup/pengalaman kerja
personil inti yang diusulkan beserta alasan penggantian.

56.4

KPA
dapat
menilai
dan
menyetujui
penempatan/penggantian personil inti dan/atau peralatan
menurut kualifikasi yang dibutuhkan.

56.5

Jika KPA menilai bahwa personil inti:


a. tidak mampu atau tidak dapat melakukan pekerjaan
dengan baik;
b. berkelakuan tidak baik; atau
c. mengabaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya;
maka penyedia berkewajiban untuk menyediakan
pengganti dan menjamin personil inti tersebut
meninggalkan lokasi kerja dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak
diminta oleh KPA.

56.6

Jika penggantian personil inti dan/atau peralatan perlu


dilakukan,
maka
penyedia
berkewajiban
untuk
menyediakan pengganti dengan kualifikasi yang setara atau
lebih baik dari personil inti dan/atau peralatan yang
digantikan tanpa biaya tambahan apapun.

56.7

Personil inti berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan


pekerjaannya. Jika diperlukan oleh KPA, Personil inti
dapat sewaktu-waktu disyaratkan untuk menjaga
kerahasiaan pekerjaan di bawah sumpah.

E. Kewajiban KPA
57. Fasilitas

KPA dapat memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana atau


kemudahan lainnya (jika ada) yang tercantum dalam SSKK untuk
kelancaran pelaksanan pekerjaan ini.

58. Peristiwa
Kompensasi

58.1

Peristiwa Kompensasi dapat diberikan kepada penyedia


dalam hal sebagai berikut:
a. KPA mengubah jadwal yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan;
b. keterlambatan pembayaran kepada penyedia;
c. KPA tidak memberikan gambar-gambar, spesifikasi
dan/atau instruksi sesuai jadwal yang dibutuhkan;
d. penyedia belum bisa masuk ke lokasi sesuai jadwal
dalam kontrak;
e. KPA menginstruksikan kepada pihak penyedia untuk
melakukan
pengujian
tambahan
yang
setelah
dilaksanakan pengujian ternyata tidak ditemukan
kerusakan/kegagalan/penyimpangan;
f. KPA memerintahkan penundaan pelaksanaan pekerjaan;
g. KPA memerintahkan untuk mengatasi kondisi tertentu

yang tidak dapat diduga sebelumnya dan disebabkan


oleh KPA;
h. ketentuan lain dalam SSKK.
58.2

Jika Peristiwa Kompensasi mengakibatkan pengeluaran


tambahan dan/atau keterlambatan penyelesaian pekerjaan
maka KPA berkewajiban untuk membayar ganti rugi
dan/atau memberikan perpanjangan waktu penyelesaian
pekerjaan.

58.3

Ganti rugi hanya dapat dibayarkan jika berdasarkan data


penunjang dan perhitungan kompensasi yang diajukan oleh
penyedia kepada KPA, dapat dibuktikan kerugian nyata
akibat Peristiwa Kompensasi.

58.4

Perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan hanya dapat


diberikan jika berdasarkan data penunjang dan
perhitungan kompensasi yang diajukan oleh penyedia
kepada KPA, dapat dibuktikan perlunya tambahan waktu
akibat Peristiwa Kompensasi.

58.5

Penyedia tidak berhak atas ganti rugi dan/atau


perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan jika penyedia
gagal atau lalai untuk memberikan peringatan dini dalam
mengantisipasi atau mengatasi dampak Peristiwa
Kompensasi.

F. Pembayaran kepada Penyedia


59. Harga Kontrak

60. Pembayaran

59.1

KPA membayar kepada penyedia atas pelaksanaan


pekerjaan dalam kontrak sebesar harga kontrak.

59.2

Harga kontrak telah memperhitungkan keuntungan, beban


pajak dan biaya overhead serta biaya asuransi yang
meliputi juga biaya keselamatan dan kesehatan kerja.

59.3

[Rincian harga kontrak sesuai dengan rincian yang


tercantum dalam daftar kuantitas dan harga (untuk
kontrak harga satuan atau kontrak gabungan harga satuan
dan lump sum).]

60.1

Uang muka
a. uang muka dibayar untuk membiayai mobilisasi
peralatan, personil, pembayaran uang tanda jadi kepada
pemasok bahan/material dan persiapan teknis lain;
b. besaran uang muka ditentukan dalam SSKK dan dibayar
setelah penyedia menyerahkan Jaminan Uang Muka
senilai uang muka yang diterima;
c. penyedia harus mengajukan permohonan pengambilan
uang muka secara tertulis kepada KPA disertai dengan

rencana penggunaan uang muka untuk melaksanakan


pekerjaan sesuai Kontrak;
d. KPA harus mengajukan surat permintaan pembayaran
untuk permohonan tersebut pada huruf c, paling lambat
7 (tujuh) hari kerja setelah Jaminan Uang Muka
diterima;
e. Jaminan Uang Muka diterbitkan oleh bank umum,
perusahaan penjaminan, atau Perusahaan Asuransi
Umum yang memiliki izin untuk menjual produk jaminan
(suretyship) yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;
f. pengembalian uang muka harus diperhitungkan
berangsur-angsur secara proporsional pada setiap
pembayaran prestasi pekerjaan dan paling lambat harus
lunas pada saat pekerjaan mencapai prestasi 100%
(seratus perseratus).
60.2

Prestasi pekerjaan
a. pembayaran prestasi hasil pekerjaan yang disepakati
dilakukan oleh KPA, dengan ketentuan:
1) penyedia telah mengajukan tagihan disertai laporan
kemajuan hasil pekerjaan;
2) pembayaran dilakukan dengan sistem bulanan,
sistem termin atau pembayaran secara sekaligus,
sesuai ketentuan dalam SSKK;
3) pembayaran dilakukan senilai pekerjaan yang telah
terpasang, tidak termasuk bahan/material dan
peralatan yang ada di lokasi pekerjaan;
4) pembayaran harus dipotong angsuran uang muka,
denda (apabila ada), pajak dan uang retensi; dan
5) untuk kontrak yang mempunyai sub kontrak,
permintaan pembayaran harus dilengkapi bukti
pembayaran kepada seluruh sub penyedia sesuai
dengan prestasi pekerjaan.
b. pembayaran terakhir hanya dilakukan setelah pekerjaan
selesai 100% (seratus perseratus) dan Berita Acara
penyerahan pertama pekerjaan diterbitkan;
c. KPA dalam kurun waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah
pengajuan permintaan pembayaran dari penyedia harus
sudah mengajukan surat permintaan pembayaran
kepada Pejabat Penandatangan Surat Perintah
Membayar (PPSPM);
d. bila terdapat ketidaksesuaian dalam perhitungan
angsuran, tidak akan menjadi alasan untuk menunda
pembayaran. KPA dapat meminta penyedia untuk
menyampaikan perhitungan prestasi sementara dengan
mengesampingkan hal-hal yang sedang menjadi
perselisihan.

60.3

Denda dan ganti rugi


a. denda merupakan sanksi finansial yang dikenakan
kepada penyedia;
b. ganti rugi merupakan sanksi finansial yang dikenakan
kepada KPA karena terjadinya cidera janji/wanprestasi;
c. besarnya denda yang dikenakan kepada penyedia atas
keterlambatan penyelesaian pekerjaan untuk setiap hari
keterlambatan adalah:
1) 1/1000 (satu perseribu) dari sisa harga bagian
kontrak yang belum dikerjakan, apabila bagian
pekerjaan yang sudah dilaksanakan dapat berfungsi;
atau
2) 1/1000 (satu perseribu) dari harga kontrak, apabila
bagian pekerjaan yang sudah dilaksanakan belum
berfungsi.
sesuai yang ditetapkan dalam SSKK;
d. besarnya ganti rugi yang dibayar oleh KPA atas
keterlambatan pembayaran adalah sebesar bunga dari
nilai tagihan yang terlambat dibayar, berdasarkan
tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu menurut
ketetapan Bank Indonesia, atau dapat diberikan
kompensasi;
e. pembayaran denda dan/atau ganti rugi diperhitungkan
dalam pembayaran prestasi pekerjaan;
f. ganti rugi dan kompensasi kepada peserta dituangkan
dalam adendum kontrak;
g. pembayaran ganti rugi dan kompensasi dilakukan oleh
KPA, apabila penyedia telah mengajukan tagihan
disertai perhitungan dan data-data.

61. Hari Kerja

61.1

61.2

62. Perhitungan
Akhir

Semua pekerja dibayar selama hari kerja dan datanya


disimpan
oleh
penyedia.
Daftar
pembayaran
ditandatangani oleh masing-masing pekerja dan dapat
diperiksa oleh KPA.
Penyedia harus membayar upah hari kerja kepada tenaga
kerjanya setelah formulir upah ditandatangani.

61.3

Jam kerja dan waktu cuti untuk pekerja harus dilampirkan.

62.1

Pembayaran angsuran prestasi pekerjaan terakhir


dilakukan setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen)
dan berita acara penyerahan awal berdasarkan telah
ditandatangani oleh kedua belah Pihak.

62.2

Sebelum pembayaran terakhir dilakukan, penyedia


berkewajiban untuk menyerahkan kepada Pengawas
Pekerjaan rincian perhitungan nilai tagihan terakhir yang
jatuh tempo. KPA berdasarkan hasil penelitian tagihan
oleh Pengawas Pekerjaan berkewajiban untuk menerbitkan

SPP untuk pembayaran tagihan angsuran terakhir


selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak
tagihan dan kelengkapan dokumen penunjang diterima
oleh Pengawas Pekerjaan.
63. Penangguhan

64. [Penyesuaian
Harga (Untuk
Kontrak Harga
Satuan atau
Kontrak
Gabungan
Harga Satuan
dan Lump
Sum)]

63.1

KPA dapat menangguhkan pembayaran setiap angsuran


prestasi pekerjaan penyedia jika penyedia gagal atau lalai
memenuhi
kewajiban
kontraktualnya,
termasuk
penyerahan setiap Hasil Pekerjaan sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan.

63.2

KPA secara tertulis memberitahukan kepada penyedia


tentang penangguhan hak pembayaran, disertai alasanalasan yang jelas mengenai penangguhan tersebut.
Penyedia diberi kesempatan untuk memperbaiki dalam
jangka waktu tertentu.

63.3

Pembayaran yang ditangguhkan harus disesuaikan dengan


proporsi kegagalan atau kelalaian penyedia.

63.4

Jika dipandang perlu oleh KPA, penangguhan pembayaran


akibat keterlambatan penyerahan pekerjaan dapat
dilakukan bersamaan dengan pengenaan denda kepada
penyedia.

64.1

[Harga yang tercantum dalam kontrak dapat berubah


akibat adanya penyesuaian harga sesuai dengan peraturan
yang berlaku.

64.2

Penyesuaian harga diberlakukan pada Kontrak Tahun


Jamak yang masa pelaksanaannya lebih dari 12 (dua belas)
bulan dan diberlakukan mulai bulan ke-13 (tiga belas)
sejak pelaksanaan pekerjaan.

64.3

Penyesuaian Harga Satuan berlaku bagi seluruh


kegiatan/mata pembayaran, kecuali komponen keuntungan
dan biaya operasional sebagaimana tercantum dalam
penawaran.

64.4

Penyesuaian Harga Satuan diberlakukan sesuai dengan


jadwal pelaksanaan yang tercantum dalam kontrak
awal/adendum kontrak.

64.5

Penyesuaian Harga Satuan bagi komponen pekerjaan yang


berasal dari luar negeri, menggunakan indeks penyesuaian
harga dari negara asal barang tersebut.

64.6

Jenis pekerjaan baru dengan Harga Satuan baru sebagai


akibat adanya adendum kontrak dapat diberikan
penyesuaian harga mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak

64.7

adendum kontrak tersebut ditandatangani.


Kontrak yang terlambat pelaksanaannya disebabkan oleh
kesalahan Penyedia diberlakukan penyesuaian harga
berdasarkan indeks harga terendah antara jadwal awal
dengan jadwal realisasi pekerjaan.

64.8

Penyesuaian Harga Satuan, ditetapkan dengan rumus


sebagai berikut:
Hn = Ho (a+b.Bn/Bo+c.Cn/Co+d.Dn/Do+.....)
Hn
= Harga Satuan pada saat pekerjaan dilaksanakan;
Ho
= Harga Satuan pada saat harga penawaran;
a
= Koefisien tetap yang terdiri atas keuntungan dan
overhead;
Dalam hal penawaran tidak mencantumkan
besaran komponen keuntungan dan overhead
maka a = 0,15.
b, c, d = Koefisien komponen kontrak seperti tenaga
kerja, bahan, alat kerja, dsb;
Penjumlahan a+b+c+d+....dst adalah 1,00.
Bn, Cn, Dn = Indeks harga komponen pada saat pekerjaan
dilaksanakan (mulai bulan ke-13 setelah
penandatanganan kontrak).
Bo, Co, Do = Indeks harga komponen pada bulan ke-12
setelah penanda-tanganan kontrak.

64.9

Penetapan koefisien bahan, tenaga kerja dan alat kerja


ditetapkan dalam rapat persiapan pelaksanaan kontrak.

64.10 Indeks harga yang digunakan bersumber dari penerbitan


BPS.
64.11 Dalam hal indeks harga tidak dimuat dalam penerbitan
BPS, digunakan indeks harga yang dikeluarkan oleh instansi
teknis.
64.12 Rumusan penyesuaian nilai kontrak ditetapkan sebagai
berikut:
Pn = (Hn1xV1)+(Hn2xV2)+(Hn3xV3)+.... dst
Pn = Nilai Kontrak setelah dilakukan penyesuaian Harga
Satuan;
Hn = Harga Satuan baru setiap jenis komponen pekerjaan
setelah dilakukan penyesuaian harga menggunakan
rumusan penyesuaian Harga Satuan;
V = Volume setiap jenis komponen pekerjaan yang
dilaksanakan.
64.13 Pembayaran penyesuaian harga dilakukan oleh KPA,
apabila penyedia telah mengajukan tagihan disertai
perhitungan dan data-data;

64.14 Penyedia dapat mengajukan secara berkala selambatlambatnya setiap 6 (enam) bulan.]
G. Pengawasan Mutu
65. Pengawasan
dan
Pemeriksaan

KPA berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan


terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh
penyedia. Apabila diperlukan, KPA dapat memerintahkan kepada
pihak ketiga untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas
semua pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia.

66. Penilaian
Pekerjaan
Sementara
oleh KPA

66.1

KPA dalam masa pelaksanaan pekerjaan dapat melakukan


penilaian atas hasil pekerjaan yang dilakukan oleh
penyedia.

66.2

Penilaian atas hasil pekerjaan dilakukan terhadap mutu


dan kemajuan fisik pekerjaan.

67. Cacat Mutu

KPA atau Pengawas Pekerjaan akan memeriksa setiap Hasil


Pekerjaan dan memberitahukan penyedia secara tertulis atas
setiap Cacat Mutu yang ditemukan. KPA atau Pengawas Pekerjaan
dapat memerintahkan penyedia untuk menemukan dan
mengungkapkan Cacat Mutu, serta menguji Hasil Pekerjaan yang
dianggap oleh KPA atau Pengawas Pekerjaan mengandung Cacat
Mutu. Penyedia bertanggung jawab atas perbaikan Cacat Mutu
selama Masa Kontrak dan Masa Pemeliharaan.

68. Pengujian

Jika KPA atau Pengawas Pekerjaan memerintahkan penyedia


untuk melakukan pengujian Cacat Mutu yang tidak tercantum
dalam Spesifikasi Teknis dan Gambar, dan hasil uji coba
menunjukkan adanya Cacat Mutu maka penyedia berkewajiban
untuk menanggung biaya pengujian tersebut. Jika tidak
ditemukan adanya Cacat Mutu maka uji coba tersebut dianggap
sebagai Peristiwa Kompensasi.

69. Perbaikan
Cacat Mutu

69.1

KPA atau Pengawas Pekerjaan akan menyampaikan


pemberitahuan Cacat Mutu kepada penyedia segera setelah
ditemukan Cacat Mutu tersebut. Penyedia bertanggung
jawab atas cacat mutu selama Masa Kontrak dan Masa
Pemeliharaan.

69.2

Terhadap pemberitahuan Cacat Mutu tersebut, penyedia


berkewajiban untuk memperbaiki Cacat Mutu dalam jangka
waktu yang ditetapkan dalam pemberitahuan.

69.3

Jika penyedia tidak memperbaiki Cacat Mutu dalam jangka


waktu yang ditentukan maka KPA, berdasarkan
pertimbangan Pengawas Pekerjaan, berhak untuk secara
langsung atau melalui pihak ketiga yang ditunjuk oleh KPA

melakukan perbaikan tersebut. Penyedia segera setelah


menerima klaim KPA secara tertulis berkewajiban untuk
mengganti biaya perbaikan tersebut. KPA dapat
memperoleh penggantian biaya dengan memotong
pembayaran atas tagihan penyedia yang jatuh tempo (jika
ada) atau uang retensi atau pencairan Surat Jaminan
Pemeliharaan atau jika tidak ada maka biaya penggantian
akan diperhitungkan sebagai utang penyedia kepada KPA
yang telah jatuh tempo.

70. Kegagalan
Bangunan

69.4

KPA dapat mengenakan Denda Keterlambatan untuk setiap


keterlambatan
perbaikan
Cacat
Mutu,
dan
mendaftarhitamkan penyedia.

70.1

Jika Hasil Pekerjaan sebagaimana ditetapkan dalam SSKK


berupa bangunan maka KPA dan/atau penyedia terhitung
sejak tanggal penandatanganan berita acara penyerahan
akhir bertanggung jawab atas kegagalan bangunan sesuai
dengan kesalahan masing-masing selama umur konstruksi
yang tercantum dalam SSKK tetapi tidak lebih dari 10
(sepuluh) tahun.

70.2

Penyedia berkewajiban untuk melindungi, membebaskan,


dan menanggung tanpa batas KPA beserta instansinya
terhadap semua bentuk tuntutan, tanggung jawab,
kewajiban, kehilangan, kerugian, denda, gugatan atau
tuntutan hukum, proses pemeriksaan hukum, dan biaya
yang dikenakan terhadap KPA beserta instansinya (kecuali
kerugian yang mendasari tuntutan tersebut disebabkan
kesalahan atau kelalaian KPA) sehubungan dengan klaim
kehilangan atau kerusakan harta benda, dan cidera tubuh,
sakit atau kematian pihak ketiga yang timbul dari
kegagalan bangunan.

70.3

Pertanggungan asuransi yang dimiliki oleh penyedia tidak


membatasi kewajiban penanggungan penyedia dalam Pasal
ini.

70.4

Penyedia berkewajiban untuk menyimpan dan memelihara


semua dokumen yang digunakan dan terkait dengan
pelaksanaan ini selama umur konstruksi yang tercantum
dalam SSKK tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun.

H. Penyelesaian Perselisihan
71. Penyelesaian
Perselisihan

71.1

Para Pihak berkewajiban untuk berupaya sungguh-sungguh


menyelesaikan secara damai semua perselisihan yang
timbul dari atau berhubungan dengan Kontrak ini atau
interpretasinya selama atau setelah pelaksanaan pekerjaan
ini.

72. Itikad Baik

71.2

Penyelesaian perselisihan atau sengketa antara para pihak


dalam Kontrak dapat dilakukan melalui musyawarah,
arbitrase, mediasi, konsiliasi atau pengadilan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

76.1

Para pihak bertindak berdasarkan asas saling percaya yang


disesuaikan dengan hak-hak yang terdapat dalam kontrak.

76.2

Para pihak setuju untuk melaksanakan perjanjian dengan


jujur tanpa menonjolkan kepentingan masing-masing
pihak. Apabila selama kontrak, salah satu pihak merasa
dirugikan, maka diupayakan tindakan yang terbaik untuk
mengatasi keadaan tersebut.

BAB XI. SYARAT-SYARAT KHUSUS KONTRAK (SSKK)


A. Korespondens
i

Alamat Para Pihak sebagai berikut:


Satuan Kerja KPA : Koperasi dan Usaha Mikro , Kecil , Menengah
Nama:
__________
Alamat:
Komplek Perkontoran Bhakti Praja
Website:
__________
Email:
__________
Faksimili:
__________
Penyedia:
Nama:
Alamat:
Email:
Faksimili:

B. Wakil Sah
Para Pihak

__________
__________
__________
__________
__________

Wakil Sah Para Pihak sebagai berikut:


Untuk KPA:

__________

Untuk Penyedia:

__________

C. Tanggal
Berlaku
Kontrak

Kontrak mulai berlaku sejak: ________ s.d. ________

D. Masa
Pemeliharaan

Masa Pemeliharaan berlaku selama : 180 (seratus delapan puluh)


hari kalender.

E. Umur
Konstruksi

Bangunan Hasil Pekerjaan memiliki umur konstruksi: 10 (sepuluh)


tahun sejak tanggal penanda-tanganan Berita Acara penyerahan
akhir.

F. Pedoman
Pengoperasia
n dan
Perawatan

Gambar As built dan/atau pedoman pengoperasian dan


perawatan
harus
diserahkan
selambat-lambatnya:
___
(__________) hari kalender/bulan/tahun setelah tanggal
penandatanganan Berita Acara penyerahan awal.

G. Pembayaran
Tagihan

Batas akhir waktu yang disepakati untuk penerbitan SPP oleh KPA
untuk pembayaran tagihan angsuran adalah 2 hari kalender
terhitung sejak tagihan dan kelengkapan dokumen penunjang yang
tidak diperselisihkan diterima oleh KPA.

H. Pencairan
Jaminan

Jaminan dicairkan dan disetorkan pada Kas Daerah

I.

Tindakan
Tindakan lain oleh Penyedia yang memerlukan persetujuan KPA
Penyedia yang adalah : KPA
Mensyaratkan
Persetujuan
KPA atau
Pengawas
Pekerjaan
Tindakan lain oleh Penyedia yang memerlukan persetujuan
Pengawas Pekerjaan adalah: __________

J. Kepemilikan
Dokumen

Penyedia diperbolehkan menggunakan salinan dokumen dan


piranti lunak yang dihasilkan dari Pekerjaan Konstruksi ini dengan
pembatasan sebagai berikut : untuk kepentingan pengguna jasa

K. Fasilitas
L. Sumber
Pembiayaan

KPA akan memberikan fasilitas berupa : Tidak Ada


Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi ini dibiayai dari APBD
Kabupaten Pelalawan Tahun Anggaran 2014

M. Pembayaran
Uang Muka

Pekerjaan Konstruksi ini dapat diberikan uang muka (YA).


Uang muka diberikan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari Nilai
Kontrak

N. Pembayaran
Prestasi
Pekerjaan

Pembayaran prestasi pekerjaan dilakukan dengan cara: (Termin).


Pembayaran berdasarkan cara tersebut di atas dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut : Pembayarannya didasarkan pada hasil
pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar
telah dilaksanakan.
Dokumen penunjang yang disyaratkan untuk mengajukan tagihan
pembayaran prestasi pekerjaan :
a) Laporan Harian, Mingguan Dan Bulanan
b) Back Up Data
c) Foto Dokumentasi kemajuan pekerjaan

O. Penyesuaian
Harga

Untuk Penyesuaian Harga digunakan indeks yang dikeluarkan oleh


BPS

P. Denda

Untuk pekerjaan ini besar denda keterlambatan untuk setiap hari


keterlambatan adalah 1/1000 (satu perseribu) dari harga kontrak

Q. Penyelesaian
Perselisihan

Jika perselisihan Para Pihak mengenai pelaksanaan Kontrak tidak


dapat diselesaikan secara damai maka Para Pihak menetapkan
lembaga penyelesaian perselisihan tersebut di bawah sebagai
Pemutus Sengketa : Pengadilan Republik Indonesia yang
berkompeten.

Lampiran A Syarat-Syarat Khusus Kontrak


Personil Inti, Subpenyedia dan Peralatan
- Personil Inti yang ditugaskan: [cantumkan nama, uraian detil tanggung jawab kerja,
minimum kualifikasi, dan jumlah orang bulan]
- Subpenyedia yang ditunjuk: [cantumkan nama Subpenyedia (jika ada) berikut uraian
personilnya seperti uraian personil Penyedia di atas]
- Peralatan yang digunakan: [cantumkan jenis peralatan khusus yang disyaratkan untuk
pelaksanaan pekerjaan]

BAB XII. SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR

Keterangan
Pejabat Pengadaan menguraikan Spesifikasi Teknis dan Gambar yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
SPESIFIKASI UMUM
PASAL 1
JENIS PEKERJAAN
1.

Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :


Kegiatan
: Pembangunan Gedung Kantor.
Pekerjaan

: Jasa Konsultasi Pengawasan Gedung Kantor PLUT

Lokasi

: Komplek Perkantoran Bhakti Praja Pkl. Kerinci

2.

Pemborong harus melaksanakan pula sarana penunjang seperti :


a. Segala sesuatu yang nyata-nyata termasuk dalam dokumen pelaksanaan dan
gambar-gambar rencana.
b. Bahan-bahan bangunan dan tenaga kerja dalam jumlah yang cukup untuk setiap
pekerjaan yang akan dilaksanakan agar pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
PASAL 2
PERSYARATAN BAHAN-BAHAN BANGUNAN

1.

Air (Bagian A SK SNI S 04-1989-F, 41).


a. Air yang dipergunakan tidak boleh mengandung minyak, asam alkalin, garamgaram, bahan organik atau lainnya yang dapat merusak beton.
b. Air yang dipergunakan untuk adukan beton konstruksi harus sesuai dengan
(SNI1971-1990-F).
Tanah Timbun / Tanah Urug.
Tanah yang dipergunakan untuk pekerjaan timbunan ini harus bersih dari tanah
humus maupun akar-akar kayu serta rumput bebas sampah dan bebas dari bahanbahan organis.
Pasir / Agregat halus (Bagian A, SKSNI S-04-1989-F 6.1).
a. Pasir yang dipergunakan dapat berupa pasir alam hasil dari disintegrasi alami
batuan atau dapat berupa hasil dari pemecahan batu dari alat mekanis.
b. Agregat harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat
halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruhpengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan
terhadap berat kering) yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang
dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %, maka
agregat halus harus dicuci.
d. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton
kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari Lembaga Pemeriksaan bahan-bahan yang
diakui.
Kerikil / Agregat kasar (Bagian A, SKSNI S-04-1989-F)
a. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil yang disentegrasi

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang di peroleh dari
pemecahan batu. Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar adalah
agregat besar butir lebih 5 mm.
b. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat
yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila jumlah butirbutir pipih tersebut tidak melampaui 20 % dari berat agregat seluruhnya. Butirbutir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.
c. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (ditentukan
terhadap berat kering) yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang
dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui dari 1 %,
maka agregat kasar harus dicuci.
d. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
seperti zat-zat yang reaktif alkali.
e. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak
terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal plat
atau tiga perempat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atau
berkas-berkas tulangan. Penyimpangan dari pembatasan ini diizinkan apabila
menurut penilaian pengawas ahli cara-cara pengecoran beton adalah sedemikian
rupa sehingga menjamin tidak terjadinya sarang-sarang kerikil.
Bata (SSI 0021-78)
a. Bata yang digunakan harus bata yang mempunyai syarat mutu seperti yang
ditentukan dalam SII 0021-78.
b. Bata yang digunakan harus yang sempurna keringnya
c. Bata yang digunakan harus mempunyai ukuran yang memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam PUBI-1980.
Semen (Bagian ASKSNI S-04-1989-F).
a. Semen yang digunakan harus semen yang bermutu tinggi, berat dan volumenya
tidak kurang dari ketentuan yang tercantum pada kantongnya. Pada semennya
tidak terjadi pembatuan atau bongkah-bongkah kecil.
b. Semen untuk konstruksi beton bertulang dipakai jenis-jenis semen yang
memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan dalam
SII.0013-81.
c. Pemakaian semen untuk setiap campuran dapat ditentukan dengan ukuran isi
atau berat. Ukuran semen tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 2,5 %.
Baja Tulangan (SII 0136-1984).
a. Baja tulangan untuk penulangan beton yang digunakan harus bebas dari kotorankotoran, lemak, kulit gilingan, karat lepas dan bahan-bahan lain yang dapat
mengurangi daya lekat beton terhadap baja tulangan.
b. Diameter baja tulangan yang digunakan harus sesuai dengan diameter yang
ditentukan dalam gambar-gambar rencana atau gambar detail.
c. Jika ternyata dalam pemeriksaan pengawas, diameter besi dimasukkan tidak
sesuai dengan diameter besi yang akan dipakai, maka pemakaiannya harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan konsultan pengawas.
d. Penyimpangan penggunaan baja tulangan dari ketentuan-ketentuan yang
berlakudinyatakan tidak dapat diterima.
Kayu (SKSNI S-05-1990-F).
a. Kayu yang digunakan harus kayu yang memenuhi persyaratan seperti yang
tercantum dalam Spesifikasi ukuran kayu untuk bangunan.
b. Kayu yang digunakan harus kayu yang berkualitas baik, tidak mempunyai cacat-

9.

10.

11.

12.

13.

cacat seperti mata kayu, celah-celah susut pinggir dan cacat lainnya, tidak
boleh menggunakan hati kayu.
c. Jenis dan ukuran kayu yang digunakan disesuaikan dengan gambar rencana.
Cat dan sejenisnya ( SNI 1253 - 1989 - A )
a. Cat dan sejenisnya adalah yang berkualitas baik, yang memenuhi persyaratan.
b. Cat dan sejenisnya digunakan adalah hasil dari satu pabrik yang sama dan
produksi dalam negeri.
Penggantung dan Pengunci SNI ( 0323 - 89 - A ).
a. Alat penggantung dan pengunci yang dipakai adalah yang berkualitas baik,
homogen tidak mudah berkarat dan tidak mudah rusak untuk jangka waktu yang
relatif lama.
b. Kunci tanam yang dipakai harus berkualitas baik, kuat tidak mudah berkarat dan
tidak cepat rusak untuk jangka waktu yang relatif lama. Kunci tanam didalam
ruangan dipakai kunci sekali putar. Sedangkan untuk pintu yang berhubungan
dengan luar dipakai kunci dua kali putar.
c. Grendel yang dipakai harus yang berkualitas baik, kuat dan tidak mudah
berkarat.
d. Ekspanolet yang dipakai harus berkualitas baik, tidak mudah berkarat dan
hendel penguncinya tidak cepat rusak untuk jangka waktu yang relatif lama.
e. Engsel yang dipakai untuk pintu adalah engsel nylon kuningan panjangnya 10 cm
yang berkualitas baik.
f. Engsel dipakai untuk jendela sejenis pomel (engsel peluru) yang berkualitas
baik.
Alat Instalasi Lislrik ( SNI 0225 - 87 - D ).
a. Alat-alat instalasi yang boleh dipakai harus yang berkualitas baik, sesuai dengan
iklim di Indonesia, harus memenuhi syarat-syarat teknis dan telah diuji oleh
Badan Penguji yang diakui.
b. Alat-alat instalasi yang boleh dipakai untuk ruang / tempat khusus harus sesuai
dengan keadaan tempat dimana instalasi itu/dipasang.
c. Alat-alat instalasi seperti kabel (SII - 0209 - 79 ), stop kontak ( SII - 0580 - 81 ),
sakelar
( SII - 0578 -81 ), fitting dan sebagainya harus mempunyai tandatanda yang jelas mengenai kemampuan listriknya, seperti tegangan, pemakaian
dan kemampuan arusnya. Untuk kabel listrik yang dipakai harus telah lulus uji /
pengetesan LMK dengan tanda stempel LMK pada kulit kabelnya.
d. Untuk pemakaian lampu-lampu bukan pijar seperti TL dan Iain-lain yang dapat
menyebabkan turunnya faktor kerja yang melampaui batas, harus dilengkapi
dengan kondensator.
Barang-barang Saniter.
a. Barang-barang saniter yang akan dipakai harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu oleh Direksi / Pengawas.
b. Barang-barang saniter yang akan dipakai adalah barang-barang produksi dalam
negeri yang berkualitas baik dan hasil dari pabrik yang sama.
Bahan-bahan lain.
a. Semua bahan-bahan bangunan yang akan dipakai dan belum disebutkan disini
akan ditentukan pada waktu penjelasan pekerjaan atau pada waktu pelaksanaan
pekerjaan.
b. Semua bahan-bahan yang dimasukkan untuk dipakai harus ditunjukan terlebih
dahulu kepada pengawas untuk diperiksa guna mendapatkan izin pemakaiannya.
c. Semua bahan-bahan bangunan yang tidak ditunjukan pada pengawas atau
ditolak oleh pengawas tidak dibenarkan pemakaiannya dan harus dibawa keluar

lokasi segera mungkin.


d. Pemakaian bahan-bahan yang tidak sesuai dengan yang ditentukan harus
dibongkar dan kerugian yang ditimbulkannya sepenuhnya menjadi tanggung
jawab pemborong.
e. Tidak tersedianya bahan-bahan bangunan yang akan dipakai dipasaran dengan
ini dinyatakan tidak dapat sebagai alasan terhentinya/tertundanya pelaksanaan
pekerjaan.
PASAL 3
PERSYARATAN UMUM
1.

2.

3.

4.

Umum
Untuk dapat memahami dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk pekerjaan ini,
Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar pelaksanaan
beserta Uraian Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan seperti yang akan diuraikan
dibawah ini.
Bila terdapat ketidak jelasan dan/atau perbedaan-perbedaan dalam gambar dan
urain ini, kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada Perencana/MK
untuk mendapatkan penyelesaian.
Lingkup Pekerjaan
Penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat yang dibutuhkan dalam
melaksanakan pekerjaan ini serta mengamankan, mengawasi dan memelihara
bahan-bahan, alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan
berlangsung sehingga seluruh pekerjaan dapat selesai dengan sempurna.
Sasaran Kerja
a. Kontraktor wajib memasukkan Jadwal Kerja.
b. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi dari tepat kerja, nama, jabatan dan
keahlian masing-masing anggota pelaksana pekerjaan, serta inventarisasi
peralatan yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan ini.
c. Kontraktor wajib menyediakan tempat penyimpanan bahan/material di tempat
yang aman dari segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal yang dapat menganggu
pekerjaan lain.
d. Semua sarana yang digunakan harus benar-benar baik dan memenuhi
persyaratan kerja, sehingga kelancaran dan memudahkan kerja.
Gambar-gambar Dokumen
a. Dalam hal terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam gambar-gambar yang
ada (AR, INT, SR, LA, ME, EE dan SA) dalam uraian pekerjaan ini maupun
perbedaan yang terjadi akibat keadaan di tapak, Kontraktor diwajibkan
melaporkan hal tersebut kepada Perencana/MK secara tertulis untuk
mendapatkan keputusan pelaksanaan di tapak setelah MK berunding terlebih
dahulu dengan Perencana. Ketentuan tersebut diatas tidak dapat dijadikan
alasan oleh Kontraktor untuk memperpanjang waktu pelaksanaan.
b. Semua ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi, dalam keadaan
selesai/terpasang.
c. Mengingat masalah ukuran sangat penting, Kontraktor diwajibkan
memperhatikan dan meneliti terlebih dahulu semua ukuran yang tercantum
seperti peil-peil, ketinggian, lebar, ketebalan, luas penampang dan lain-lainnya
sebelum memulai pekerjaan.
Bila ada keraguan mengenai ukuran atau bila ada ukuran yang belum
dicantumkan dalam gambar, Kontraktor wajib melaporkan hal tersebut secara

5.

tertulis MK dan MK memberikan keputusan ukuran mana yang akan dipakai dan
dijadikan pegangan setelah berunding terlebih dahulu dengan Perencana.
d. Kontraktor tidak dibenarkan mengubah dan atau mengganti ukuran-ukuran yang
tercantum didalam gambar pelaksanaan, bila hal tersebut terjadi segala akibat
yang akan ada menjadi tanggung jawab Kontraktor baik dari segi biaya maupun
waktu.
e. Kontraktor harus selalu menyediakan dengan lengkap masing-masing dua salinan
segala gambar-gambar, spesifikasi teknis, berita-berita perubahan dan gambargambar pelaksanaan yang telah disetujui ditempat pekerjaan.
f. Dokumen-dokumen ini harus dapat dilihat Konsultan Manajemen Konstruksi dan
Direksi setiap saat sampai dengan Serah Terima Pertama.
Peraturan Teknis Pembangunan Yang
a. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali direncanakan lain dalam rencana kerja
dan Syarat-syarat (RKS) ini berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan dibawah
ini termasuk segala perubahan dan tambahannya :
1. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 54 Tahun 2010.
2. Peraturan Pemasangan Pemadam Api Ringan (SKBI 3.4.53.1967).
3. Peraturan Keselamatan kerja konstruksi (SNI 0231-1967-E).
4. Peraturan Perencanaan Perhitungan beton (SNI T-15-1991-03).
5. Peraturan Pembuatan campuran beton (SNI T-l 5-1990-03).
6. Peraturan Baja tulang beton (SII 01236-84).
7. Peraturan Kawat Pengikat beton (SNI 0040-87-A).
8. Peraturan Ukuran Kayu bangunan (SKSNI S-05-1990-F).
9. Peraturan Pengawetan Kayu (SKBI 3.6.53.1967).
10. Peraturan Pencegahan Rayap (SKSNI T-05-1990-F).
11. Peraturan Pipa PVC untuk air kotor (SNI 0162-1987-A)
12. Peraturan Sambungan pipa PVC untuk air kotor (SNI 0178-1987-A).
13. Peraturan Plamur Kayu (SII 0773-83).
14. Peraturan Portland Cement (SII 0013-81).
15. Peraturan Bata merah (SII 0021-78).
16. Peraturan Instalasi Listrik (SNI 0225-S7-D)
17. Peraturan Penangkal Petir (SKBI 1.3.53.1987)
18. Peraturan Baja Lapis Seng Bergelombang (SII 0137-87)
19. Peraturan Kaca Bening (SNI 0047-1989-A)
20. Peraturan Kran Rumah Tangga (SNI 0122-1987-A)
21. Peraturan Cat Emulsi (SNI 1253-1989-A)
22. Peraturan Plamir Tembok (SII 0548-81).
23. Peraturan Meni Besi (SNI 0503-1989-A)
24. Peraturan Dempul Kayu (SNI 0347-1 989-A)
25. Peraturan Cat Tutup Besi dan Tutup Kayu (SIM 74 1977)
26. Peraturan Politur (SII 1262-85)
27. Peraturan Kabel Listrik NYM (SII 0209-78)
28. Peraturan Kabel Listrik NYY (SII 0210-78)
29. Peraturan Sakelar (SII 0578-81).
30. Peraturan Stop Kontak (SII 0580-81).
31. Peraturan Tata Cara Pengecatan Kayu (SKSNI T-08-1990-F).
32. Peraturan Tata Cara Pengecatan Logam (SKSNI T-09-1990-F).
33. Peraturan Tata Cara Pengecatan Tembok (SKSNI T-10-1999-f)
34. Peraturan Ubin Semen (SNI 0021-78).

b. Untuk melaksankan pekerjaan dalam butir tersebut diatas, berlaku dan


mengikat pula :
1. Gambar bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh
Pengguna Jasa.
2. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
3. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
4. Berita Acara Penunjukan
5. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
6. Surat Penawaran beserta lampirannya
7. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan yang telah disetujui
8. Kontrak/Surat Perjanjian Kontraktor
PASAL 4
PENYIMPANAN BAHAN-BAHAN
1.

2.

3.

4.

5.

Semen.
a. Semen harus ditempatkan/disimpan dalam gudang tertutup, ditempat yang
kering tidak menjadi lembab tidak mudah rusak dan tidak mudah tercampur
dengan bahan-bahan lain.
b. Semen yang sudah tersimpan lama digunakan mutunya, akan berkurang maka
sebelum dipakai harus diperiksakan dahulu kepengawas.
Agregat.
Antara agregat halus dan agregat kasar penyimpanannya dilakukan terpisah. Jika
tempat dasar selalu basah pada musim hujan, maka sebaiknya penempatannya
harus didasari alas tepas/papan.
Bata
a. Bata arus ditumpuk diatas tanah rata dengan tumpukan yang rapi sehingga tidak
mudah pecah.
b. Bata tidak boleh dibebani oleh barang-barang berat, sebaiknya diberi penutup
untuk melindungi dari hujan.
Baja Tulangan.
Baja tulangan tidak boleh disimpan/ditumpuk langsung diatas tanah, tetapi diberi
alas/ ganjal berupa balok-balok. Penimbunan ditempat terbuka dalam waktu lama
harus dihindarkan.
Bahan-bahan lain.
Untuk penyimpanan bahan-bahan lain berupa bahan-bahan yang tidak tahan cuaca
sebaiknya ditempatkan digudang penyimpanan.
PASAL 5
PEKERJAAN PERSIAPAN

1.
2.
3.

Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus mempersiapkan jalur jalan ke


lokasi proyek untuk mempermudah pemasukan bahan penggunaan ke lokasi proyek.
Sebelum dimulai pekerjaan fisik, terlebih dahulu areal lokasi seluas yang
ditentukan oleh pengawas harus dibersihkan dari semak-semak dan pohon-pohon
yang akan mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan maka pemborong harus terlebih dahulu
merundingkannya dengan pengawas mengenai pembagian halaman kerja untuk
tempat mendirikan kantor, gudang dan los kerja, tempat penimbunan bahan-bahan
dan lain sebagainya.

4.

5.

Untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan dilokasi, maka pemborong dengan biaya


sendiri harus menyediakan kantor dengan perlengkapannya gudang tempat
penyimpanan bahan-bahan dan alat-alat pekerjaan serta los kerja tempat
mengerjakan bahan-bahan
Kantor, Gudang dan los kerja baru dapat dibongkar setelah pekerjaan selesai 100 %
dan pembongkarannya mendapat persetujuan dari pengawas.
PASAL 6
PEMASANGAN BOUWPLANK DAN PEIL BANGUNAN

1.

2.

3.

Pengukuran
a. Letak pondasi dan kedudukan bangunan disesuaikan dengan gambar kerja,
bangunan, pemasangan papan bouwplank harus benar-benar kuat, waterpass
dan siku.
b. Pemborong harus membuat ukuran duga tetap diluar bangunan dari bahan beton
berukuran 10 x 10 cm (permanen).
c. Ukuran-ukuran ketinggian lantai dari titik lebih kurang 0,00 ditentukan dalam
gambar.
d. Pengukuran dilakukan mempergunakan alat Theodolit apabila lokasi pekerjaan
telah bersih.
Bouwplank.
a. Bouwplank terbuat dari papan yang bagian atasnya diserut dan dipakukan pada
patok-patok kayu persegi 5/7 cm yang tertanam dalam tanah cukup kuat.
b. Bagian atasnya dari papan bouwplank harus waterpass (horizontal dan siku).
c. Pemasangan papan bouwplank dilaksanakan pada jarak 1,5 m dari atas (bagian
tengah) bangunan.
Peil Bangunan.
Titik lebih kurang 0,00 untuk permukaan lantai bangunan ditetapkan bersamasama Direksi, Konsultan Pengawas dan Pemborong yang dinyatakan dengan suatu
patok tetap tertanam cukup kuat dalam tanah terbuat dari beton.
PASAL 7
PEKERJAAN GALIAN TANAH

1.
2.
3.
4.
5.

Sebelum memulai pekerjaan galian tanah, lokasi pekerjaan sudah dibersihkan


terlebih dahulu dan dibuang ke tempat yang telah ditentukan pengawas lapangan.
Lebar, dalam dan bentuk galian tanah harus dikerjakan sesuai menurut ukuran
yang tercantum dalam gambar rencana dan gambar detail pondasi.
Pekerjaan galian tanah dilakukan untuk lobang pondasi, lobang saluran keliling
bangunan dan lain sebagainya.
Hasil galian tanah yang tidak dapat dipergunakan untuk menimbun lobang-lobang,
harus dibuang pada tempat yang telah ditentukan pengawas lapangan.
Pemakaian tanah bekas galian untuk menimbun kembali harus mendapatkan
persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pengawas lapangan.

PASAL 8
PEKERJAAN CAMPURAN
1.

2.

3.

4.

Pekerjaan campuran semen, pasir dan air yang, disebut "Adukan" atau "Mortar"merupakan jumlah semen yang dipakai dalam setiap campuran ditentukan dengan
ukuran isi, seperti sebagai berikut :
a. Adukan 1 : 2 untuk adukan kedap air.
Berarti menggunakan 1 zak semen : 2 zak pasir.
b. Adukan 1 : 3 untuk afwerking beton.
Berarti menggunakan 1 zak semen : 3 zak pasir.
c. Adukan 1 : 4 untuk adukan biasa.
Berarti menggunakan 1 zak semen : 4 zak pasir.
Pekerjaan campuran semen, pasir, kerikil dan air yang disebut "Beton" jumlah
semen yang dipakai dalam setiap campuran untuk mutu beton B0, B1 dan K 125
ditentukan dengan ukuran isi. Sedangkan jumlah semen yang dipakai dalam setiap
campuran untuk beton mutu K-175 dan mutu yang lebih tinggi ditentukan dengan
ukuran berat atau direncanakan, sebagai berikut :
a. Untuk beton mutu B0 dengan beton 1 : 3 : 5
Berarti menggunakan 1 zak semen : 3 zak pasir : 5 zak kerikil.
b. Untuk beton mutu B1 dan K-125 dengan beton 1 : 2 : 3
Berarti menggunakan 1 zak semen : 2 zak pasir : 3 zak kerikil.
c. Untuk beton K-175 dan mutu yang lebih tinggi dengan beton 1 : 2 : 3 dipakai
perbandingan ukuran berat (petunjuk labor).
Pengadukan mutu adukan dan beton mutu B0 dapat diaduk dengan menggunakan
mesin pengaduk biasa (molen). Sedangkan untuk beton B1 hingga mutu yang lebih
tinggi harus menggunakan mesin pengaduk dengan kemampuan mengaduk lebih
tinggi.
Penyimpanan terhadap ketentuan ini tidak dapat diterima dan pekerjaan
dinyatakan ditolak, sedangkan pekerjaan yang dihasilkannya harus dibongkar dan
kerugian yang diakibatkannya sepenuhnya menjadi resiko pemborong.
PASAL 9
PEKERJAAN PONDASI

1.
2.
3.
4.

1.
2.

Pondasi bangunan menggunakan menie pile atau tiang pancang yang dipancang
sampai kedalaman tanah keras dengan jumlah dan penempatan sesuai gambar
rencana.
Pondasi bangunan berupa pondasi plat setempat beton bertulang camp. 1 : 2 : 3
dengan bentuk dan ukuran serta pembesian sesuai dengan gambar rencana.
Sebagai pondasi menerus digunakan sloof beton serta pasangan 1 : 4 bata dengan
bentuk dan ukuran serta penempatan sesuai dengan gambar rencana.
Seluruh ukuran diameter baja tulangan yang digunakan merupakan ukuran net atau
ukuran bersih.
PASAL 10
PEKERJAAN BETON
Pelaksanaan pekerjaan beton harus berpedoman pada persyaratan-persyaratan dan
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Standarisasi SNI-T-15-1990-03.
Bahan-bahan pembuatan beton.
a. Semen untuk konstruksi beton bertulang dipakai jenis-jenis semen yang

3.

4.

5.

6.

memenuhi persyaratan-persyaratan dan ketentuan-kefentuan yang tercantum


dalam Peraturan Beton bertulang Indonesia (PBI-1971).
b. Pasir beton untuk konstruksi beton bertulang harus terdiri dari butir-butir yang
kerns dan tajam, kadar lumpur maksimum 5 % dan tidak boleh terlalu banyak
mengandung bahan-bahan organis dan mempunyai butir yang beraneka ragam
besarnya antara 1 mm sampai 4 mm.
c. Kerikil beton untuk konstruksi beton bertulang terdiri dari butir-butir yang keras
dan tidak berpori, kadar lumpur maksimum 1 % apabila kadar lumpur melampaui
kadar maksimum maka kerikil beton harus dicuci, berukuran antara 1 cm sampai
3 cm. Kerikil tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti
zat-zat reaktif alkali.
d. Balang tulangan yang digunakan harus bebas dari kotoran-kotoran lemak, kulit
giling, karat lepas serta bahan-bahan yang mengurangi daya lekat beton.
e. Air yang digunakan harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan
kotoran-kotoran lainnya, penggunaan air sumur dan air kali harus mendapat izin
dari pengawas lapangan.
Kelas dan mutu beton.
a. Beton klas 1 mutu B0
Beton untuk pekerjaan-pekerjaan non konstruksi.
Pelaksanaannya tidak memerlukan keahlian khusus.
Pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan.
Tanpa pengawasan terhadap kekuatan tekan.
b. Beton klas 2 mutu B1
Beton untuk pekerjaan-pekerjaan non konstruksi
Pelaksanannya memerlukan keahlian yang cukup.
Pengawasan tinggi temadap mutu bahan-bahan.
Dengan pengawasan terhadap kekuatan tekan.
Campuran beton.
a. Untuk beton mutu BO dipakai campuran yang biasa dipakai untuk pekerjaanpekerjaan non strukturil dengan perbandingan 1 : 3 : 5 dalam perbandingan isi.
b. Untuk beton mutu B1 dan K-125 dipakai campuran nominal semen, pasir dan
kerikil dalam perbandingan isi 1 : 2 : 3 atau 1 : 1 atau 5 : 2 : 5.
c. Pengukuran semen tidak boleh mcmpunyai kcsalahan lebih kurang dari 2,5 %.
Kekentalan adukan beton.
a. Kekentalan (konsistensi) adukan harus disesuaikan dengan cara transport, cara
pemadatan, jenis konstruksi yahg bersangkutan dan kerapatan tulangan. Jumlah
semen minimum dan nilai faktor air semen maksimum harus memperhatikan
syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan SNI T-l 5-1990-03.
b. Untuk mencegah penggunaan adukan terlalu kental atau terlalu encer, maka
campuran beton harus memperhatikan nilai-nilai slump yang tercantum dalam
SNI 1972- 1990-F.
Cetakan dan acuan.
a. Cetakan dan acuan harus kokoh dan cukup rapat sehingga tidak terjadi
kebocoran-kebocoran yang dituangkan kedalam cetakan.
b. Cetakan harus diberi ikatan-ikatan secukupnya, sehingga dapat terjamin
kedudukan dan bentuk yang kuat serta tetap.
c. Cetakan harus dibuat dari bahan-bahan yang baik dan tidak mudah meresap air
dan dipasang sedemikian rupa, sehingga pada waktu pembongkaran cetakan
tidak terjadi kerusakan pada beton.
d. Pada pelaksanaan beton Klas 3, air beton tidak boleh benar-benar terserap olch

cetakan, oleh sebab itu cetakan harus dilapisi dengan plastik atau bahan
sejenis.
7. Pemasangan Tulangan.
a. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama
pengecoran tidak berubah tempatnya. Kawat ikat yang dipakai mutu SNI 004087-A.
b. Untuk ketepatan tebal penutup beton, tulangan harus dipasang dengan penahan
jarak yang terbuat dari beton dengan mutu yang sama dengan mutu yang akan
dicor.
8. Pengadukan beton.
a. Pengadukan beton pada semua mutu beton kecuali beton Klas 1 mutu BO harus
dilakukan dengan mesin pengaduk.
b. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus selalu diawasi.
c. Apabila karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi syarat minimal seperti
terlalu encer karena kesalahan pemberian jumlah air pencampur, sudah
mengeras sebagian atau tercampur dengan bahan-bahan asing, maka adukan ini
tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari tempat pelaksanaannya.
9. Pengecoran dan pemadalan SNI T-15-1990-03.
a. Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang kerikil, adukan
beton harus dipadatkan selama pengecoran. Pemadatan dapat dilakukan dengan
menumbuk-numbuk atau dengan memukul-mukul cetakan atau dengan
menggunakan alat pemadat mekanis/ penggetar.
b. Pemadatan dengan menggunakan alat pemadat mekanis/penggetar/vibrator
harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Beton
Bertulang Indonesia (PBI-1971).
10. Penutup Beton.
Tebal penutup beton minimum (tidak tcrmasuk plcsteran) scsuai dengan
penggunaannya adalah sebagai berikut :
a. Untuk kolom dan balok adalah 2,5 cm.
b. Untuk pondasi atau pekerjaan lainnya yang berhubungan langsung dengan tanah
adalah 3 cm.
11. Perawatan beton.
Untuk mencegah pengeringan beton terlalu cepat, paling sedikit beton selama dua
minggu beton harus disiram terus menerus.
12. Pembongkaran cetakan beton
a. Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan yang cukup
untuk memikul berat dan beban-beban pelaksanaan lain yang bekerja padanya.
b. Pada bagian-bagian konstruksi dimana akibat pembongkaran cetakan akan
bekerja beban yang lebih tinggi dari pada beban rencana dan akan terjadi
keadaan yang lebih berbahaya dari keadaan yang diperhitungkan, maka cetakan
tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung.

SPESIFIKASI KHUSUS
PASAL 1
PEKERJAAN PENDAHULUAN
1.1. PEMBERISAHAN LOKASI
1. Lapangan terlebih dahulu dibersihkan dari rumput, semak, akar-akar pohon.
2. Sebelum pekerjaan lain dimulai, lapangan harus selalu dijaga tetap bersih dan
rata.
3. Segala macam sampah-sampah dan barang-barang bongkaran harus dikeluarkan
areal proyek.
1.2. PASANG BOUWPLANK
1. Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kayu kelas III 5/7, tertancap
ditanah sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah, berjarak
maksimum 2 meter satu sama lain.
2. Papan patok ukuran dibuat dari kayu kelas III dengan ukuran tebal 3 meter lebar
20 cm, lurus dan diseurt rata pada sisi sebelah atas.
3. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan yang lainnya.
4. Papan dasara pelaksanaan dipasang sejauh 300 cm dari as pondasi terluar.
5. Setelah selesai pepasangan papan dasar pelaksanaan, Kontraktor harus
melaporkan kepada Perencana/MK.
6. Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan termasuk tanggung jawab
Kontraktor.
1.4. PEMBUATAN PAPAN NAMA PROYEK
1. Papan nama kegiatan dibuat dari kayu meranti yang dilapisi plywood dengan
ketentuan sebagai berikut :
Panil atas, Slogan Pemerintah.
Panil tengah, Data Kegiatan.
Panil bawah, Direksi Teknis.
2. Bentuk dan ukuran papan nama kegiatan.
Ukuran 45 x 180 cm.
Tinggi bagian bawah papan nama kegiatan minimum 80 cm dari permukaan
tanah.

3. Contoh.
DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO,KECIL, MENENGAH
Kegiatan

: ............................................
Tahun Anggaran 20...
: Pembangunan .....................
:

Pekerjaan
Lokasi
............................................
Pemborong
:
Harga Borongan
:
Jangka Waktu
:
Direksi Teknis
:
Konsultan Pengawas
:

PT/CV.................................
Rp.......................................
......................................... HK
Dinas .....................................
PT/CV ..................................

PASAL 2
PEKERJAAN PONDASI
1

PEKERJAAN GALIAN TANAH PONDASI


a. Sebelum memulai pekerjaan galian tanah, lokasi pekerjaan sudah dibersihkan
terlebih dahulu dan dibuang ke tempat yang telah ditentukan pengawas
lapangan.
b. Lebar, dalam dan bentuk galian tanah harus dikerjakan sesuai menurut ukuran
yang tercantum dalam gambar rencana dan gambar detail pondasi.
c. Pekerjaan galian tanah dilakukan untuk lobang pondasi, lobang saluran keliling
bangunan dan lain sebagainya.
d. Hasil galian tanah yang tidak dapat dipergunakan untuk menimbun lobanglobang, harus dibuang pada tempat yang telah ditentukan pengawas lapangan.
e. Pemakaian tanah bekas galian untuk menimbun kembali harus mendapatkan
persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pengawas lapangan.

PEKERJAAN URUGAN PASIR DAN COR LANTAI KERJA


1. Perbaikan muka tanah dilakukan urugan pasir dengan ketebalan rata-rata 5
cm.
2. Selanjutnya dibuat lantai kerja dengan campuran beton tumbuk 1 : 3 : 5
dengan ketebalan rata-rata 5 cm.

PEKERJAAN PAS. PONDASI BATA 1 BATU 1 : 4 DAN RABEN PONDASI 1 : 4


Setelah pekerjaan urugan pasir dan cor lantai kerja selesai dilaksanakan, diatasnya
dipasang podasi bata 1 batu dengan campuran 1 : 4 yang dipasang raben dengan
campuran yang sama.

PEKERJAAN URUGAN KEMBALI BEKAS GALIAN


1. Konstruksi pondasi yang sudah selesai dilaksanakan dilakukan pengurukan
kembali dengan pemadatan secara manual.
2. Untuk mencapai muka tanah sesuai dengan gambar rencana dilakukan
pengurukan tanah pilihan dengan pemadatan pertahap, untuk setiap tahapnya
maksimal 15 cm.

PASAL 3
PEKERJAAN BETON STRUKTUR
3.1. PEKERJAAN PONDASI PLAT SETEMPAT BETON BERTULANG
Pondasi yang digunakan untuk bangunan ini yaitu pondasi plat setempat beton
bertulang campuran 1 : 2 : 3 pada setiap kolom konstruksi sesuai dengan gambar
rencana.
3.2. PEKERJAAN SLOOF BETON BERTULANG
Sloof dengan ukuran 20 x 25 cm campuran 1 : 2 : 3 dengan pembesian sesuai
dengan gambar rencana.
3.3. PEKERJAAN KOLOM BETON BERTULANG
1. Kolom praktis dengan ukuran 11/11cm beton bertulang campuran 1 : 2 : 3
dibuat setelah sloof mencapai perkerasan yang diperbolehkan untuk kegiatan
konstruksi sesuai dengan teknis yang dipergunakan. Pembesian sesuai dengan
gambar rencana. Kolom praktis (11/11) bertujuan untuk mengikat setiap
sambungan dinding bata dengan dinding bata.
2. Kolom utama/selasar dengan ukuran 15/20 cm beton bertulang campuran 1 : 2
: 3 dibuat setelah sloof mencapai perkerasan yang diperbolehkan untuk
kegiatan konstruksi sesuai dengan teknis yang dipergunakan. Pembesian sesuai
dengan gambar rencana.
3. Semua pekerjaan pembetonan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari
Direksi dan Konsultan Pengawas.
3.4. PEKERJAAN BALOK BETON BERTULANG
Untuk mengikat pasangan dinding bata dengan kuzen dibuat reng balok ukuran
10/20 cm beton bertulang campuran 1 : 2 : 3 , pembesian sesuai dengan gambar
rencana.
3.5. UMUM
1. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan beton sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan dalam :
a. Surat Keputusan Standar Nasional Indonesia (SK-SNI-T-91)
b. Peraturan Umum Tentang Bahan Bangunan Indonesia 1983 Standart Industri
Indonesia.
c. Peraturan A.C.I
d. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaannya dengan ketepatannya dan
kesesuaian yang tinggi menurut RKS, Gambar Kerja dan Insturksi-Instruksi
oleh Konsultan.
2. Dalam segala hal, Konsultan berhak untuk memeriksa pekerjaan Kontraktor.
Sehari sebelum pekerjaan pengecoran, pembesian harus diperiksa terlabih
dahulu oleh Konsultan.
3. Semua pekerjaan yang tidak sesuai dengan RKS dan Gambar-Gambar Rencana,
Kontraktor harus mengganti dengan biaya sendiri.
4. Sebelum Kontraktor memulai pekerjaan beton, maka Kontraktor harus
membuat Shop Drawing Pembesian, Detail-Detail yang berhubungan dengan
Gambar-Gambar Arsitek, ME yang disetujui Konsultan. Shaft-shaft dan sparingsparing ME harus dicocokkan dengan digambar ME.

3.6. SEMEN
1. Semua semen yang digunakan adalah Portland Semen Type I dan harus
memenuhi syarat-syarat NI-8 dan SII 0013-81 dan dipakai satu merk saja.
Penggantian merk semen hanya dapat dilakukan dengan persetujuan
Konsultan.
2. Semen harus disimpan dalam gudang yang baik, untuk mencegah terjadinya
kerusakan-kerusakan, semen-semen yang mengumpal, sweeping, tercampur
dengan kotoran-kotoran, kena air atau lembab, ditolak untuk digunakan dan
harus dikeluarkan segera dari proyek atas biaya Kontraktor.
3.7. AGREGAT
Agregat harus sesuai dengan syarat-syarat SK-SNI-T-91, agregat kasar harus berupa
koral atau crused stones yang mempunyai susunan grdasi yang baik padat (tidak
porous) dan cukup syarat kekerasannya (SII 0052-80).
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap
berat kering).
1. Besar maksimum butir agregat kasar tidak boleh lebih dari 3,0 cm dan tidak
boleh lebih dari dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang
bersangkutan.
2. Agregat kasar dan halus diangkat dan disimpan terpisah dan harus dicegah
terjadinya segregasi dari berbagai ukuran pertikel.
3. Stok piles harus dibentuk diatas splarform dari beton kurus, kayu keras yang
disetujui dan agregat harus dijaga terhadap kebersihan dan bebas terhadap
material-material lain.
3.8. AIR
Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus mengikuti syarat SK-SNI-T-91.
Sebaiknya dipakai air bersih yang dapat dipergunakan untuk pengecoran beton
sesuai dengan rekomendasi laboratorium. Sumber air yang akan dipakai harus
disetujui Pengawas terlebih dahulu dan harus ditest, tidak mengandung asam
alkali, minyak zat organis yang merusak beton dan tulangan (PH 78)
3.9. MUTU BETON
1. Mutu beton yang digunakan adalah K-225
2. Mutu beton yang digunakan adalah K-275
3. Digunakan beton dengan perbandingan 1 : 2 : 3
3.10. PEMBUATAN BETON DAN PERALATANNYA
1. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas seluruh pembuatan beton yang baik
dan memenuhi persyaratan yang ditentukan.
2. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran materialmaterial harus dengan persetujuan Konsultan. Seluruh operasi harus diinspeksi
dan dikontrol terus oleh Konsultan yang berpengalaman dan bertanggung
jawab.
3. Mixer harus betul-betul kosong sebelum menerima material-material dari
adukan barikutnya. Mixer harus dibersihkan dan dicuci bila mixer tidak dipakai
lebih dari 30 menit, pada setiap akhir pekerjaan dan bila beton yang dibuat
berbeda mutunya.
4. Pencampuran kembali dari beton yang sebagian sudah terjatuh/mengeras tidak

diizinkan.
5. Tempertaur beton harus dijaga untuk menghindari shinked.
3.11. PENOLAKAN DARI BETON
1. Konsultan berhak menolak pekerjaan beton yang tidak memenuhi syarat,
Kontraktor harus mengganti/membongkar dan memperbaiki beton-beton yang
tidak memenuhi persyaratan dengan biaya sendiri sesuai dengan instruksi yang
diberikan oleh Konsultan.
2. Kekuatan beton harus sesuai dengan persyaratan dalam SK-SNI-T-91-1971.
3.12. SISTEM PENGECORAN
1. Sebelum pengecoran dimulai, semua alat-alat pengaduk dan pengangkut beton
sudah harus dibersihkan dari kotoran-kotoran dan air-air sisa.
2. Sebelum beton dicor :
a) Semua ruang-ruang yang akan diisi beton harus bersih dari kotorankotoran.
b) Cetakan dan pasangan-pasangan dinding yang akan berhubungan harus
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang
dengan baik.
c) Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dikerik dahulu dan
kemudian dibersihkan dari segala kotoran-kotoran dan dibasahi dengan
laticrate.
3.13. PEMADATAN BETON
1. Beton harus dipadatkan keseluruhannya dengan Mechanical Vibrator yang
dikerjakan oleh orang-orang berpengalaman dan telah mendapatkan training
untuk pekerjaan tersebut.
Pekerjaan beton yang telah selesai harus merupakan satu massa yang bebas
dari lubang-lubang, segregasi dan keropos-keropos.
2. Banyaknya vibrator yang digunakan disesuaikan dengan volume dan kecepatan
pengecoran. Kontraktor harus menyidiakan minimum satu unit Vibrator untuk
mengganti vibrator yang rusak pada waktu sedang dipakai.
3.14. BAJA TULANGAN
1. Mutu Baja Tulangan
a) Jenis-jenis besi harus mempunyai tegangan limit elastis karakteristik sesuai
dengan yang tercantum dalam SK-SNI-T-91.
b) Besi yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah besi KS, pemakaina harus
disesuai dengan ukuran diameter yang tertera dalam gambar dan tidak
diperkenankan memakai besi yang bukan ukutran standart.
c) Suplai besi harus disatu sumber yang disetujui Konsultan.
2. Pembengkokan dan Penyetelan Besi Beton
a) Pembengkokkan besi beton harus dilakukan secara hati-hati dan teliti,
tepat pada ukuran posisi pembengkokkan sesuai dengan gambar dan tidak
menyimpang dari SK-SNI-T-91 (NI.2-1971).
b) Sebelum penyetelan dan pemasangan dimulai, Kontraktor harus membuat
rencana kerja pemotongan dan pembengkokkan baja tulangan (bending
schedule), yang sebelumnya harus diserahkan kepada Konsultan untuk
mendapatkan persetujuan.

c) Tulangan-tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga selama


pengecoran tidak berubah tempat. Semua persyaratan harus dipenuhi dan
dilaksanakan seperti yang tercantum dalam gambar.
d) Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil-peil sesuai dengan gambar
dan sudah diperhitungkan mengenai toleransi penurunannya.
3. Sebelum baja tulangan dipasang, baja harus bebas dari kulit besi, karat,
lemak, kotoran serta bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat.
Pembesian harus diperiksa lagi dan dibersihkan jika terjadi kelambatan dalam
pengecoran.
4. Jarak bersih antara batang tulangan harus memenuhi persyaratan SK-SNI-T-911971 dan gambar rencana.
5. Sambungan batang tulangan dengan menggunakan sambungan las tidak
diizinkan.Sambungan-sambungan harus mengikuti persyaratan yang tercantum
dalam SK-SNI-T-91-1971 dan gambar rencana.
3.15. BEKISTING
1. Bahan Bahan
Bekisting yang sama bila akan digunakan lagi, harus menghasilkan permukaan
yang serupa dan dengan persetujuan Konsultan.
2. Sistem dan Pembuatan
a) Sistem bekisting harus diajukan dan disetujui terleih dahulu dari Konsultan
yang menyangkut :
o Type/Dimensi-dimensi bekisting
o Jarak-jarak tiang penyangga dan cyclus pembuatan bekisting yang
menyangkut jumlah lapis bekisting baru.
b) Bekisting-bekisting tidak boleh bocor dan cukup kaku untuk mencagah
perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
c) Permukaan bekisting harus halus dan rata, tidak boleh melendut.
d) Sambungan-sambungan pada bekisting harus diusahakan lurus dan rata
dalam arah horizontal dan vertikal bila digunakan untuk permukaan yang
tidak diplester lagi.
3. Tiang Penyangga dan Anti Lendutan
Tiang-tiang penyangga yang vertikal untuk semua bekisting harus dibuat dari
bahan besi atau kayu sebaik mungkin untuk membeikan penunjang seperti yang
dibutuhkan tanpa adanya kerusakkan atau perpindahan tempat pada beberapa
bagian konstruksi yang dibebani, struktur tiang penyangga harus ditempatkan
pada posisi sedemikian sehingga konstruksi benar-benar kuat untuk menunjang
berat sendiri dan berat yang berada diatasnya selama pelaksanaan. Kecuali
detail-detail yang berlainan pada gambar, bekisting-bekisting untuk semua
balok dan plat lantai dilaksanakan dengan mengikuti anti lendut keatas sebagai
berikut:
a) Semua balok atau plat lantainya 0,2% lebar bentang pada tengah-tengah
bentang.
b) Semua balok cantiveler dan plat lantainya 0,4% dari bentang, dihitung dari
ujung bebas.
4. Baut-baut dan tirod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus
diatur sedemikian rupa sehingga bila bekisting dibongkar kembali, maka semua
besi tulangan harus berada 4 cm dari permukaan beton. Kawat pengikat tidak
diizinkan pada beton expose yang akan berhubungan langsung dengan

6.
7.
8.

9.

keadaan alam dimana dapat menimbulkan perubahan warna yang tidak


merata.
Semua bekisting dibersihkan sebelum dipergunakan kembali. Pekerjaan harus
sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kemungkinan adanya beton yang
keropos dan lain-lain kerusakan pada beton.
Tiap-tiap bagian bekisting dari bagian-bagian yang struktural harus diperiksa
oleh onsultan sebelum beton dicor.
Pelapisan (Coating)
Sebelum pemasangan besi beton bertulang, bekisting yang dipergunakan untuk
beton yang tidak perlu diplester lagi harus dilapisi dengan minyak yang tidak
meninggalkan bekas pada beton.
Waktu Minimun Untuk Pembongkaran Bekisting
Waktu minimum dari saat selesainya pengecoran beton sampai dengan
pembongkaran bekisting dari bagian-bagian struktur harus ditentukan dari
percobaan kubus benda uji yang memberikan kuat desak minimum seperti
tercantum pada daftar berikut :
NO.

BAGIAN BAGIAN STRUKUTR

WAKTU MINIMUM
PEMBONGKARAN
BEKISTING (HARI)

1.

Sisi Balok Dinding Dan Kolom Yang Tidak


Dibebani

2.

Penyangga Plat Lantai

21

3.

Penyangga Balok

21

Kecuali jika dipakai Additive, waktu pembongkaran bekisting bisa dipercepat,


pemakaian dan jenis Additive yang dipakai harus disetujui oleh Konsultan.
PASAL 4
PEKERJAAN KUSEN PINTU DAN JENDELA
4.1. PEKERJAAN KUSEN
a) Kozen pintu dibuat dari kayu kelas I setara kulim dengan bentuk, ukuran dan
cara pemasangan sesuai gambar. Kayu kozen harus kayu yang tua, lurus, siku
dan tidak ada cacat-cacat pada kayu dan lebih dikeringkan.
b) Kozen dibuat sesuai gambar, menggunakan sistem pen dan lubang. Apabila
kozen dibuat diluar tempat pekerjaan, semua semua kozen tidak boleh diberi
menie kayu dan harus dalam keadaan lurus dan kontraktor harus melaporkan
kepada Direksi agar dilakukan pemeriksaan untuk mendapatkan persetujuan
sebelum dilakukan penyetelan kembali.
c) Permukaan kayu betul-betul licin, rata dan harus membentuk sudut 90,
dikerjakan dengan mesin.
d) Konstruksi penyambungan kayu harus rapi, tidak longgar, ikatan perkuatan

menggunakan pen kayu, sebelumnya bidang kayu yang dikonstruksikan dilumuri


dengan residu.
e) Ukuran-ukuran dalam gambar merupakan ukuran setelah jadi, pemasangan
harus benar-benar lot/tegak lurus (vertikal).
f) Setiap kozen harus dilengkapi dengan angker minimum 4 buah.
g) Bagian-bagian yang tertanam atau berhubungan langsung dengan pemasangan
lain seperti tembok beton sebelumnya harus dimeni terlebih dahulu minimum 2
kali.
h) Sebelum daun pintu dan jendela dipasang, kozen yang sudah terpasang harus
dilindungi dengan penutup sementara supaya tidak cacat karena terbentur oleh
benda-benda keras selama pekerjaan lainnya berjalan.
i) Setelah kozen terpasang, bidang permukaan kozen harus rata dan tidak ada
bagian-bagian kayu yang gumpal-gumpal.

PASAL 5
PEKERJAAN DINDING DAN PLESTERAN
5.1. UMUM
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, perlatan,
alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk
mendapatkan hasil yang baik.
b. Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjuk dalam gambar.
2. Pekerjaan yang berhubungan :
a. Adukan dan Pasangan
3. Standart
a. Batu bata harus memenuhi NI-10
b. Semen Portland memenuhi NI-8
c. Pasir halus memenuhi NI-3
d. Air harus memenuhi PUBI-1982
5.2. BAHAN / PRODUK
Batu bata merah yang digunakan adalah batu mata merah lokal dengan kualitas
terbaik yang disetujui oleh Perencana/MK, siku dan sama dengan ukuran 5 x 11 x
22 cm
5.3. PELAKSANAAN
a) Untuk semua dinding luar, semua dinding lantai dasar mulai dari permukaan
sloof sampai ketinggian 30 cm diatas permukaan lantai dasar, dinding didaerah
basah setinggi 160 cm dari permukaan lantai, serta semua dinding yang ada
pada gambar menggunkan simbol aduk transsram/kedap air digunakan adukan
rapat air dengan campuran 1 Pc : 2 Pp dan 1 Pc : 4 Pp bata.
b) Sedangkan untuk dinding pembatas ruangan menggunakan campuran adukan 1
Pc : 4 Pp 1/2 bata.
c) Sebelum digunakan, batu bata harus direndam dalam bak air atau drum hingga
jenuh.

d) Pasangan batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih
dahulu.
e) Plesteran dinding 1 Pc : 2 Pp untuk wilayah kelembabannya tinggi, yaitu mulai
dari 30 cm muka lantai sampai muka tanah.
f) Plesteran dinding 1 Pc : 4 Pp untuk wilayah kelembabannya normal.
g) Pembuatan lubang pada dinding batu bata untuk perancah/steigner sama
sekali tidak diperbolehkan.
h) Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian
pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton
berdiameter 6 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik
pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata
sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain.
i) Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5%.

PASAL 6
PEKERJAAN KUDA KUDA RANGKA BAJA RINGAN
6.1 RANGKA BAJA RINGAN
a. Rangka atap berupa kuda-kuda, balok gording, ikatan angin dll dibuat dari
konstruksi Baja Ringan (Truss).
b. Pembuatan kuda-kuda untuk ketepetan bentuk ukuran harus memperhatikan
gambar rencana kuda-kuda dan gambar detail kuda-kuda (sesuai standar
fabrikasi kontruksi baja ringan).
c. Pekerjaan Lisplank, Lisplank dipasang menggunakan bahan kayu papan
dipasang dua susun dengan ukuran 3 x 30 cm dan3 x 15 cm.
d. Pemasangan rangka lisplank harus benar-benar lurus dan kuat sehingga apabila
ditutup dangan papan lisplank akan tetap lurus, rapid an tidak bergelombang.
e. Lisplank papan dipakai kayu klas II dan jenis meranti, lisplank papan dipasang
sesuai dengan gambar rencana. Pemasangan harus rapi, bagian bawah lisplank
harus rata.
f. Seluruh Lisplank Kayu dan lebah bergayut difinising dengan cat minyak, warna
dan motif sesuaikan instruksi direksi/pengawas.
PASAL 7
PEKERJAAN PENUTUP ATAP
7.1.

PENUTUP ATAP
1. Bahan penutup atap dipakai atap Genteng Metal tebal 0.22 mm.
2. Bola bola atap dan perabung atap digunakan Genteng Metal tebal 0.22 mm.
3. Untuk seluruh seluruh banguanan harus menggunakan penutup atap dari satu
produk. Sebelum dipesan, kontraktor terlebih dahulu mengajukan contoh
kepada Direksi ataupun konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.

7.2. LISTPLANK
1. Pemasangan rangka lisplank harus benar-benar lurus, sehingga apabila nanti
ditulup dengan papan akan menghasilkan bidang yang rata dan tidak
bergelombang.
2. Lisplank terbuat dari papan Klas II uk. 2 x (2 x 20) cm, yang bentuknya seperti
gambar bestek.
PASAL 8
PEKERJAAN LANTAI
a.

PERSYARATAN UMUM
a) Pekerjaan lantai baru boleh dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan plafond
dan pemasangan lapisan-lapisan pada dinding selesai dilaksanakan.
b) Sebelum pekerjaan ini laksanakan, Kontraktor diwajibkan mengadakan
pengecekan terhadap peil lantai dan kemiringannya.
c) Permukaan lantai yang akan dipasang finishing lantai harus bersih dan rata
serta bebas dari kontaminasi material yang mengandung bahan kimia.

b.

PELAKSANAAN
a) Timbunan tanah dibawah lantai dikerjakan lapis demi lapis dan dipadatkan
dengan sistem manual sampai ketinggian yang dikendaki.
b) Diatas timbunan tanah tersebut diurug pasir setebal 5 cm dan lantai kerja
dengan adukan 1 pc : 3 psr : 5 krl.
c) Lantai dipasang keramik dengan ukuran : 20 x 20 cm, 30 x 30 cm, 40 x 40 cm
dan disesuaikan dengan ukuran yang ada pada gambar kerja.
d) Keramik yang digunakan adalah (setara) KW1.
PASAL 9
PEKERJAN SAMBUNGAN SELASAR

9.1. PEKERJAAN SAMBUNGAN SELASAR


1. Pekerjaan galian tanah dilakukan untuk lobang pondasi, lobang saluran dan lain
sebagainya.
2. Perbaikan muka tanah dilakukan urugan pasir.
3. Selanjutnya dibuat lantai kerja dengan campuran beton tumbuk 1 : 3 : 5
dengan ketebalan rata-rata 5 cm.
4. Setelah pekerjaan urugan pasir dan cor lantai kerja selesai dilaksanakan,
diatasnya dipasang podasi bata 1 batu dengan campuran 1 : 4 yang dipasang
raben dengan campuran yang sama.
5. Setelah Kering atau keras sambungan salasar tersebut baru di pasang karamik.

PASAL 10
PEKERJAAN PLAFOND DAN PIRI - PIRI
1

KETENTUAN UMUM
1. Pekerjaan penyelesaian plafond baru dapat dikerjakan setelah semua
pekerjaan instalasi yang harus dipasang diatas palond telah selesai dipasang
dan di uji coba.
2. Semua pekerjaan plafond harus rata, rapi dan tidak bergelombang.
3. Semua bahan yang dipasang harus baru, baik, tidak cacat, basah, siku dan
tidak melengkung.
4. Peil ketinggian plafond harus sesuai dengan gambar rencana.

BAHAN / PRODUK
1. Rangka plafond kayu
2. Plafond plywood tebal 3.6 mm

LINGKUP PEKERJAAN
a) Rangka plafond terbuat dari kayu meranti atau sejenisnya yang berkualitas
baik, pasangan penggantung rangka plafond dipasang setiap 2 M.
b) Rangka plafond bagian bawah diketam rata dan harus diwater pass, sedangkan
pada sisi rangka bagian atas dan kedua sisi samping, diresidu 1 x sapu secara
merata. Ukuran kayu yang dipakai untuk rangka induk 5/7 cm, untuk rangka
pembagi 4/6 cm.
c) Bahan plafond piri-piri sebelum dipasang harus dicat 1x jalan pada bagian yang
diketam dan bidang sisi ketebalan.
d) Penutup plafond yang digunakan adalah plywood tebal 4 mm ukuran lebar dan
panjang menurut gambar dengan menggunakan list profil kayu type K setiap
pertemuan antara tembok dan penutup plafond.

PASAL 11
PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA
a.

PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA


a) Pembuatan daun pintu dan jendala baik panel atau rangka kaca harus dengan
keahlian tinggi terutama dalam hubungan kayunya tidak boleh longgar,
perkuatan menggunakan pen.
b) Semua ketebalan daun pintu dan daun jendela baik panel maupun rangka kaca
harus sama.
c) Daun pintu menggunakan pintu panel double type 0.75 x 2.1 m, sedangkan
jendela menggunakan jendela bingkai ukuran 0.6 x 0.85 m + kaca polos tebal 5
mm.
d) Pemasangan daun pintu harus tepat dengan pertemuan kozen, setelah
diperhitungkan ketebalan catnya dan kemungkinan pengembangan dan
pengerutan kayu.
e) Bentuk, ukuran, letak serta konstruksi harus sesuai dengan yang tercantum
dalam gambar kerja.
f) Pintu panel terbuat dari kayu kulim atau sejenis sedangkan jendela kaca
bingkai dibuat dari kayu meranti atau sejenis.

PASAL 12
PEKERJAAN KUNCI DAN ALAT PENGGANTUNG
a.

PEKERJAAN KUNCI DAN PEGANGAN


a) Semua kunci pintu ruangan dipakai kunci tanam 2x putar.
b) Pada rangka jendela dipasang kaitan angin masing-masing 2 buah dan pegangan
tangan masing-masing 1 buah.
c) Semua kunci-kunci tanam dipasang dengan kuat pada rangka daun pintu,
dipasang setinggi 90 cm dari lantai lantai sesuai dengan petunjuk konsultan.

b.

PEKERJAAN ENGSEL
a) Untuk pintu panel pada umumnya mengunakan engsel pintu dipasang sekurangkurangnya 2 buah untuk tiap daunnya dengan menggunakan sekrup kembang
dengan warna yang sama. Jumlah engsel yang dipasang harus diperhitungkan
menurut beban berat daun pintu.
b) Untuk jendela digunakan engsel kupu-kupu dengan jumlah sesuai dengan
gambar rencana.
PASAL 13
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

a)

b)
c)

d)

e)

Pemasangan instalasi listrik harus dikerjakan oleh Biro Instalator yang telah
mendapat pengesahan dari Perusahaan Listrik Negara setempat. Biro Instalator
yang akan dipakai harus disetujui oleh pemimpin Regiatan. pemborong
bertanggung jawab atas Biro Instalator yang dipakai.
Cara-cara pemasangan instalasi didalam dan diluar bangunan harus memenuhi
ketenluan yang tercantum dalam Peraturan Instalasi Listrik dan peraturan lainnya
mengenai instalasi yang berlaku di Indonesia.
Biro Instalator bertanggung jawab atas instalasi yang dipasangnya selama lima
tahun. Biro Instalator wajib menyerahkan gambar instalasi bangunan yang
dibuatnya dan tclah disahkan oleh Perusahaan Listrik Negara kepada Pemimpin
Kegiatan.
Biro Instalator wajib menyerahkan kepada PPTK hasil pengujian instalasi yang
dipasangnya disertai Surat Pernyataan bermaterai bahwa seluruh instalasi tela
dipasang dengan baik, sesuai Peraturan Instalasi Listrik dan syarat-syarat
penyambungan listrik sebelum arus listrik disalurkan.
Pengaman arus yang dipakai adalah pemutus otomatis yang bekerja secara teknis
dan elektromagnetis serta mampu memutuskan hubungan pendek yaitu pengaman
arus jenis mini circuit breaker (MCB).
PASAL 14
PEKERJAAN PENGECATAN

1.

Pengecatan Tembok
a. Sebelum pengecatan dimulai tembok yang akan dicat harus sudah benarbenar kering.
b. Tembok yang akan dicat terlebih dahulu harus dihaluskan dengan
menggunakan amplas.
c. Sebelum dicat, tembok harus diberi lapisan plamur hingga rata dan mengenai
seluruh permukaan tembok. Setelah kering baru kemudian dihaluskan dengan

2.

3.

4.

menggunakan amplas besi hingga halus.


d. Setelah plamur dihaluskan, dinding dicat dengan cat dasar (cat air yang akan
dipakai diencerkan).
e. Setelah cat dasar mengering, dilanjutkan dengan pengecatan lapis ketiga.
Pengecatan Kayu.
a. Sebelum pengecatan dimulai permukaan kayu hams digosok dengan amplas
kayu hingga halus.
b. Setelah kayu diamplas hingga halus dicat dengan cat dasar untuk melindungi
kayu dari pelapukan.
c. Setelah cat dasar kering, permukaan kayu diplamur hingga rata dan setelah
kering digosok lagi dengan amplas kayu.
d. Setelah diplamur dilialuskan, kayu dicat dengan cat dasar dengan
menggunakan cat minyak, dimana yang akan dipakai haras diencerkan. Jika
masih terdapat permukaan kayu yang kasar harus digosok dengan amplas kayu
hingga halus.
e. Setelah proses pelaksanaan tersebut selesai, kemudian dicat dengan minyak
yang digunakan, setelah kering dilanjutkan dengan pengecatan lapis ketiga.
Pengecatan Plafond.
Plafond dicat dengan cat air hingga 2 kali, dengan cara pengecatan pertama
hingga kering, kemudian dilanjutkan dengan pengecatan kedua.
Cat Plafond Piri-piri.
a. Sebelum papan piri-piri dipasang, maka seluruh permukaan kayu haruss diberi
lapisan cat dasar lood menie hingga rata untuk melindungi kayu dari bahaya
pelapukan.
b. Untuk menghasilkan warna cat yang sama, maka plafond piri-piri harus
dilapisi denga cairan oker terlebih dahulu sesudah kering baru kemudian dicat
dasar.
PASAL 15
PEKERJAN MEJA LABOR

9.2. PEKERJAAN MEJA LABOR


1. Meja labor untuk ruangan bangunan dicor beton dengan menggunakan
campuran 1 : 2 : 3. Pembesian dan ukuran sesuai dengan gambar rencana.
2. Dinding serta lantai meja labor dipasang keramik ukuran 20 x 20 cm.
3. Dibawah meja labor dipasang lemari yang telah dipernis serta dipasang pintu
dan kunci.
4. Bak cuci meja labor dipasang bak cuci stainles tungal yang dilengkapi dengan
kran air ukuran 3/4 atau 1/2 dan pipa saluran pembuang ukuran 3/4 dan 1
1/5.
PASAL 16
PEKERJAAN RABAT BETON
10.1. PEKERJAAN RABAT BETON
1. Timbunan tanah dibawah lantai dikerjakan lapis demi lapis dan dipadatkan
dengan sistem manual sampai ketinggian yang dikendaki.
2. Diatas timbunan tanah tersebut diurug pasir setebal 5 cm dan cor rabat

dengan adukan 1 pc : 3 psr : 5 krl yang dihaluskan.


PASAL 17
PEKERJAAN PEMASANGAN CEROCOK
a.

Pekerjaan pemasangan cerocok kayu 12-15 cm


Pemasangan dan pemancangan cerucuk kayu ukuran 12- 15 cm dalam keadaan
basah dengan kedalaman pemancangan sampai tanah keras pada setiap titik-titik
kolom dan dibawah balok slop menerus untuk perletakan bangunan diatasnya
untuk dapat menahan beban pada setiap titik kolom maupun balok diatasnya,
jumlah dan letak maupun diameter cerucuk disesuaikan dengan gambar rencana
kerja.
PASAL 18
PEKERJAAN FINISHING

Pekerjaan finishing yaitu pekerjaan relief tiang selasar dan pembersihan akhir.

BAB XIII. DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

Keterangan (Untuk Kontrak Harga Satuan atau Kontrak Gabungan Harga Satuan dan Lump
Sum)
1.

Daftar Kuantitas dan Harga harus dibaca sesuai dengan Instruksi Kepada Peserta (IKP),
Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK) dan Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK), Spesifikasi
Teknis dan Gambar.

2.

Pembayaran terhadap prestasi pekerjaan dilakukan berdasarkan kuantitas pekerjaan


aktual yang dimintakan dan dikerjakan sebagaimana diukur oleh Penyedia dan diverifikasi
oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), serta dinilai sesuai dengan harga yang tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

3.

Harga dalam Daftar Kuantitas dan Harga telah mencakup semua biaya pekerjaan, personil,
pengawasan, bahan-bahan, perawatan, asuransi, laba, pajak, bea, keuntungan, overhead
dan semua risiko, tanggung jawab, dan kewajiban yang diatur dalam Kontrak.

4.

Harga harus dicantumkan untuk setiap mata pembayaran, terlepas dari apakah kuantitas
dicantumkan atau tidak. Jika Penyedia lalai untuk mencantumkan harga untuk suatu
pekerjaan maka pekerjaan tersebut dianggap telah termasuk dalam harga mata
pembayaran lain dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

5.

Semua biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi ketentuan Kontrak harus dianggap telah
termasuk dalam setiap mata pembayaran, dan jika mata pembayaran terkait tidak ada
maka biaya dimaksud harus dianggap telah termasuk dalam harga mata pembayaran yang
terkait.

6.

Panitia Pengadaan akan melakukan koreksi aritmatik atas kesalahan penghitungan dengan
ketentuan sebagai berikut:
(a) jika terdapat perbedaan antara penulisan nilai dalam angka dan huruf pada Surat
Penawaran maka yang dicatat nilai dalam huruf; dan
(b) jika terjadi kesalahan hasil pengalian antara volume dengan harga satuan pekerjaan
maka dilakukan pembetulan, dengan ketentuan volume pekerjaan sesuai dengan yang
tercantum dalam Dokumen Pengadaan dan harga satuan tidak boleh diubah.

BAB XIV. BENTUK DOKUMEN LAIN


SURAT PERINTAH MULAI KERJA (SPMK)

CONTOH

[kop surat satuan kerja Kuasa Pengguna Anggaran]


SURAT PERINTAH MULAI KERJA (SPMK)
Nomor: __________
Paket Pekerjaan: __________
Yang bertanda tangan di bawah ini:
_______________ [nama Kuasa Pengguna Anggaran]
_______________ [jabatan Kuasa Pengguna Anggaran]
_______________ [alamat satuan kerja Kuasa Pengguna Anggaran]
selanjutnya disebut sebagai Kuasa Pengguna Anggaran;
berdasarkan Surat Perintah Kerja (SPK) __________ nomor __________ tanggal
__________, bersama ini memerintahkan:
_______________ [nama Penyedia Jasa Konsultansi]
_______________ [alamat Penyedia Jasa Konsultansi]
yang dalam hal ini diwakili oleh: __________
selanjutnya disebut sebagai Penyedia;
untuk segera memulai pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan ketentuanketentuan sebagai berikut:
1. Macam pekerjaan: __________;
2. Tanggal mulai kerja: __________;
3. Syarat-syarat pekerjaan: sesuai dengan persyaratan dan ketentuan Kontrak;
4. Waktu penyelesaian: selama ___ (__________) hari kalender/bulan/tahun [pilih
salah satu] dan pekerjaan harus sudah selesai pada tanggal __________
5. Hasil Pekerjaan: __________
6. Sanksi: Terhadap keterlambatan penyerahan hasil kerja dan laporan akhir, Kontrak
Pengadaan Jasa Konsultansi dan pembayaran kepada penyedia dapat dihentikan
sesuai dengan ketentuan dalam SPK.

__________, __ __________ 20__


Untuk dan atas nama __________
Kuasa Pengguna Anggaran
[tanda tangan]
[nama lengkap]
[jabatan]
NIP: __________
Menerima dan menyetujui:
Untuk dan atas nama __________
[tanda tangan]
[nama lengkap wakil sah badan usaha]
[jabatan

Anda mungkin juga menyukai