Anda di halaman 1dari 23

DINAS BINA MARGA

KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

LAPORAN PENDAHULUAN
KEGIATAN :
DED PEMBANGUNAN JEMBATAN SUNGAI DEDAP

PAKET :
DED PEMBANGUNAN JEMBATAN SUNGAI DEDAP

PT. TRI KARSA


PETA LOKASI PEKERJAAN

SUNGAI DEDAP
TUJUAN PROYEK UMUM
Tujuan pokok dari proyek ini adalah melaksanakan Pekerjaan dan Tersedianya dokumen-
dokumen DED Pembangunan Jembatan Sungai Dedap, sesuai dengan kriteria
perencanaan teknis dan kondisi daerah.
LINGKUP PEKERJAAN
Secara garis besar ruang lingkup Pekerjaan DED Jembatan sugai Dedap di Kabupaten
Kepulauan Meranti ini mengikuti beberapa tahap pekerjaan yaitu :
 Tahap Pekerjaan Survey Pendahuluan
 Tahap Pengumpulan Data Lapangan
 Tahap Analisa Data, Perencanaan dan Penggambaran
 Tahap Pengadaan Dokumen Lelang
Hasil Survey Pendahuluan
 Secara umum situasi dan kondisi jembatan Sungai Dedap yang akan direncanakan adalah
sebagai berikut :
1. Panjang Eksisting Jembatan : 49.5 m ( 1 Bentang )
2. Lebar Total Jembatan : 3 m deck papan kayu
3. Bangunan Atas Jembatan : balok gelagar beton bertulang dengan deck papan kayu
4. Bangunan Bawah Jembatan : Abutment beton bertulang di oprit dan tiang kolom beton
bertulang dengan pondasi diperkirakan cerucuk mahang grup atau mini pile tipe friksi
5. Elevasi MAN=6.6m dan MAB=8.2m
6. Skenario Bangunan Atas Jembatan Rencana : Rangka Baja dengan bentang 1x60m,
2x40m, 2x45m atau 2x50m di sisi timur jembatan lama atau eksisting.
KONDISI EXISTING LOKASI sungai dedap

Sisi Atas Koridor Tenggara Sisi Atas Koridor Selatan

Sisi Atas Koridor Utara Koridor Selatan


KONDISI EXISTING LOKASI sungai dedap

Koridor Timur Laut Koridor Utara

Koridor Barat Koridor Selatan


DASAR PERENCANAAN
Standar Yang digunakan dalam perencanaan :

1. Standar Pembebanan Untuk Jembatan RSNI T-02-2005


2. Bridge Management System (BMS) 1992.
3. SNI 03-2833-1992, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Jembatan
Jalan Raya.
4. SNI 1726-2002, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung.
5. SNI 03 2874-2002,Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan.
6. SNI T-12-2004, Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan.

Mutu Material Yang Digunakan Dalam Perencanaan :

Beton :

1. fc‘ = 20.7 MPa  K-250 (untuk elemen Substructure Abutment dan Pilar).
2. fc‘ = 30 MPa  K-350 (untuk elemen Slab).

Baja Tulangan :

1. fy = 400 MPa  BJTD   10mm (Tulangan Utama Longitudinal)


2. fy = 240 MPa  BJTP <  10mm (Sengkang/Stirrup transversal)

Rangka baja :

Rangka Baja Pabrikasi produksi Bukaka atau sejenisnya


DASAR PERENCANAAN

Pada daerah gempa, beban inertia dari goyangan pada dasar abutment dan pilar dapat melebihi akibat
beban angin, yang selanjutnya berpengaruh besar dalam bentuk struktural bangunan, desain dan biaya.
Sebagai masalah inertia, respon dinamis struktur memainkan peranan penting dan dalam mengestimasi
pembebanan efektif struktur.

1. Pembebanan Gravitasi :
Beban Mati
Beton : 24,0 kN/M3
Khusus untuk beban KEL
dikalikan dengan faktor kejut yang Finishing : 1,0 kN/M2
berfungsi sebagai koefisien
Aspal Hot Mix : 22,0 kN/ M3
pembesaran dan menggunakan
rumus : 20
Kj  1 
50  L Beban Hidup
Beban D :
UDL : 9,0 kN/M2
KEL : 49,0 kN/M
Beban T : : 500 kN
Depan : 50 kN
Belakang : 450 kN
Beban trotoar : : 5 kN/M2

Gambar 2.1. Ilustrasi beban UDL dan KEL


DASAR PERENCANAAN
Penyebaran Beban D :

Gambar 2.2. Distribusi beban UDL dan KEL

2. Pembebanan Lateral :

Beban Gempa:
filosofi umum untuk mendesain bangunan tahan gempa didasarkan pada prinsip,
yaitu:
 Menahan gempa kecil tanpa kerusakan.
 Menahan gempa sedang/moderat tanpa kerusakan struktural tetapi menerima
kemungkinan kerusakan non-structural.
 Tahanan rata-rata gempa dengan probabilitas struktur seperti halnya kerusakan
non-structural, tetapi tidak roboh.
DASAR PERENCANAAN
2. Pembebanan Lateral :

Beban Gempa: Struktur jembatan Rokan Hulu ini direncanakan terhadap beban gempa dengan perioda
ulang 475 tahun (dimana probability of exceedance dalam 50 tahun adalah 10%) sesuai
dengan peraturan kegempaan yang berlaku pada saat sekarang ini. Berdasarkan peta
tersebut, spectra percepatan di batuan dasar untuk wilayah 2 Riau 0.1g seperti tampak
pada gambar berikut ini.

Lokasi pekerjaan di

Wilayah 2
DASAR PERENCANAAN
2. Pembebanan Lateral :

Beban Aktif Rankine:

 Beban lateral tanah urugan diasumsikan secara maximum sebagai efek tanah urugan granular dengan
=17 kN/m3 dan =30o. Faktor koefisien aktif rankine Ka menjadi multiplier sebagai faktor konversi
tegangan vertikal menjadi lateral tanah.
 Untuk pengaruh beban hidup yang bekerja langsung di atas tanah urugan diperhitungkan sebesar qLL=10
kN/m2. Beban ini diperhitungkan menyumbangkan tekanan dalam arah lateral dengan mengalikan faktor
koefisien rankine (Ka) secara langsung dan bekerja secara merata sepanjang tinggi abutment.
 Rumus Umum :
PKa 
1
 K a   u  H a2   
PLL  K a  q LL  H a K a  tan 2  45  u 
2  2 

PLL

PKa

=Ka.qLL =Ka.t.Ha

Gambar 2.4. Ilustrasi gaya aktif rankine dan beban luar


DASAR PERENCANAAN
2. Pembebanan Lateral :

Beban Rem: Beban rem diperhitungkan sebesar 5% dari beban D (UDL dan KEL) dalam
setiap jalur untuk setiap 1 perletakan gelagar. Gaya ini bekerja dalam arah
horizontal di titik perletakan gelegar (bearing pad atau elastomerik).

Pr

Gambar 2.5 .Ilustrasi beban gaya rem

3. Kombinasi Beban:

Aksi rencana diklasifikasikan secara garis


besar ke dalam aksi tetap dan transien.
Kombinasi beban didasarkan pada
beberapa kemungkinan tipe yang
berbeda dari aksi yang bekerja secara
bersamaan. Aksi rencana ditetapkan dari
aksi nominal yaitu mengalikan aksi
nominal dengan faktor beban yang
memadai
DASAR PERENCANAAN
3. Kombinasi Beban:

Faktor beban untuk keadaan batas ultimate (ULS) didasarkan


kepada umur rencana jembatan 50 tahun. Untuk jembatan dengan
umur rencana berbeda faktor beban ultimate harus diubah dengan
menggunakan faktor pengali seperti dalam tabel berikut :

Kombinasi Beban Yang Lazim


DASAR PERENCANAAN
3. Kombinasi Beban:

Kondisi Ultimate Limit State (ULS) :


•1.3DL+2LL(1)+2REM(1)+2 Centrif
•1.3DL+2LL(2)+2REM(1)+2 Centrif
•1.3DL+2LL(3)+2REM(1)+2 Centrif
•1.3DL+2LL(1)+2REM(2)+2 Centrif
•1.3DL+2LL(2)+2REM(2)+2 Centrif
•1.3DL+2LL(3)+2REM(2)+2 Centrif
•1.3DL+2LL(1)+2REM(2)+ 2REM(1)+2 Centrif
•1.3DL+2LL(1)+2REM(2)+ 2REM(1)+2 Centrif
•1.3DL+2LL(1)+2REM(2)+ 2REM(1)+2 Centrif
•1.3DL+0.25LL(1)+0.25REM(1)+0.25 Centrif+(EQX + 0.3EQY)
•1.3DL+0.25LL(2)+ 0.25REM(1)+0.25 Centrif+(EQX + 0.3EQY)
•1.3DL+0.25LL(3)+ 0.25REM(1)+0.25 Centrif+(EQX + 0.3EQY)
•1.3DL+0.25LL(1)+ 0.25REM(2)+0.25 Centrif+(EQX + 0.3EQY)
•1.3DL+0.25LL(2)+ 0.25REM(2)+0.25 Centrif+(EQX + 0.3EQY)
•1.3DL+0.25LL(3)+ 0.25REM(2)+0.25 Centrif+(EQX + 0.3EQY)
•1.3DL+0.25LL(1)+ 0.25REM(1)+0.25REM(2)+0.25 Centrif+(EQX + 0.3EQY)
•1.3DL+0.25LL(2)+ 0.25REM(1)+0.25REM(2)+0.25 Centrif+(EQX + 0.3EQY)
•1.3DL+0.25LL(3)+ 0.25REM(1)+0.25REM(2)+0.25 Centrif+(EQX + 0.3EQY)
•1.3DL+0.25LL(1)+0.25REM(1)+0.25 Centrif+(0.3EQX + EQY)
•1.3DL+0.25LL(2)+ 0.25REM(1)+0.25 Centrif+(0.3EQX + EQY)
•1.3DL+0.25LL(3)+ 0.25REM(1)+0.25 Centrif+(0.3EQX + EQY)
•1.3DL+0.25LL(1)+ 0.25REM(2)+0.25 Centrif+(0.3EQX + EQY)
•1.3DL+0.25LL(2)+ 0.25REM(2)+0.25 Centrif+(0.3EQX + EQY)
•1.3DL+0.25LL(3)+ 0.25REM(2)+0.25 Centrif+(0.3EQX + EQY)
•1.3DL+0.25LL(1)+ 0.25REM(1)+0.25REM(2)+0.25 Centrif+(0.3EQX + EQY)
•1.3DL+0.25LL(2)+ 0.25REM(1)+0.25REM(2)+0.25 Centrif+(0.3EQX + EQY)
1.3DL+0.25LL(3)+ 0.25REM(1)+0.25REM(2)+0.25 Centrif+(0.3EQX + EQY)
DASAR PERENCANAAN
3. Kombinasi Beban:
DL : Beban mati (Termasuk gaya aktif rankine akibat urugan dan beban
hidup qLL=10kN/m2)
Kondisi Service Limit State (SLS) :
LL (1) : Beban hidup Simetris
•DL+LL(1)+REM(1)+Centrif
LL (2) : Beban hidup tak Simetris type 1
•DL+LL(2)+REM(1)+Centrif
LL (3) : Beban hidup tak Simetris type 2
•DL+LL(3)+REM(1)+Centrif
REM (1) : Beban rem sisi kiri
•DL+LL(1)+REM(2)+Centrif
REM (2) : Beban rem sisi kanan
•DL+LL(2)+REM(2)+Centrif
EQX : Beban statik gempa arah X dengan eksentrisitas rencana
•DL+LL(3)+REM(2)+Centrif
EQY : Beban statik gempa arah Y dengan eksentrisitas rencana
•DL+LL(1)+REM(1)+REM(2)+Centrif
•DL+LL(2)+REM(1)+REM(2)+Centrif
•DL+LL(3)+REM(1)+REM(2)+Centrif
•DL+1/1,4[0.25LL(1)+0.25REM(1)+0.25 Centrif+(EQX + 0.3EQY)]
•DL+1/1,4[0.25LL(2)+ 0.25REM(1)+0.25 Centrif+(EQX + 0.3EQY)]
•DL+1/1,4[0.25LL(3)+ 0.25REM(1)+0.25 Centrif+(EQX + 0.3EQY)]
•DL+1/1,4[0.25LL(1)+0.25REM(2)+0.25 Centrif+(EQX + 0.3EQY)]
•DL+1/1,4[0.25LL(2)+ 0.25REM(2)+0.25 Centrif+(EQX + 0.3EQY)]
•DL+1/1,4[0.25LL(3)+ 0.25REM(2)+0.25 Centrif+(EQX + 0.3EQY)]
•DL+1/1,4[0.25LL(1)+0.25REM(1)+0.25REM(2)+0.25 Centrif+(EQX + 0.3EQY)]
•DL+1/1,4[0.25LL(2)+0.25REM(1)+0.25REM(2)+0.25 Centrif+(EQX + 0.3EQY)]
•DL+1/1,4[0.25LL(3)+0.25REM(1)+0.25REM(2)+0.25 Centrif+(EQX + 0.3EQY)]
•DL+1/1,4[0.25LL(1)+0.25REM(1)+0.25 Centrif+(0.3EQX + EQY)]
•DL+1/1,4[0.25LL(2)+ 0.25REM(1)+0.25 Centrif+(0.3EQX + EQY)]
•DL+1/1,4[0.25LL(3)+ 0.25REM(1)+0.25 Centrif+(0.3EQX + EQY)]
•DL+1/1,4[0.25LL(1)+0.25REM(2)+0.25 Centrif+(0.3EQX + EQY)]
•DL+1/1,4[0.25LL(2)+ 0.25REM(2)+0.25 Centrif+(0.3EQX + EQY)]
•DL+1/1,4[0.25LL(3)+ 0.25REM(2)+0.25 Centrif+(0.3EQX + EQY)]
•DL+1/1,4[0.25LL(1)+0.25REM(1)+0.25REM(2)+0.25 Centrif+(0.3EQX + EQY)]
•DL+1/1,4[0.25LL(2)+0.25REM(1)+0.25REM(2)+0.25 Centrif+(0.3EQX + EQY)]
DL+1/1,4[0.25LL(3)+0.25REM(1)+0.25REM(2)+0.25 Centrif+(0.3EQX + EQY)]
DASAR PERENCANAAN
4. Pemodelan dan Asumsi :

Analisis struktur untuk abutment ini dilakukan dengan menggunakan program SAP2000v.11. Sedangkan
untuk proses disain beton bertulang digunakan program mandiri yang memakai software Math Cad r.14.

Struktur abutment seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya secara total dimodelkan sebagai elemen shell
3D yang terintegrasi dengan pondasi tiang pancang yang dimodelkan dengan elemen frame. Pemilihan
elemen shell dilakukan dengan alasan elemen inilah yang memiliki kedekatan perilaku dengan struktur
aslinya yaitu dominan dalam lentur 2 arah, geser 2 arah dan aksial 2 arah.
DASAR PERENCANAAN
4. Pemodelan dan Asumsi :

Beban Mati (DL) Beban Hidup (LL) Var. 1

Beban Hidup (LL) Var. 2 Beban Hidup (LL) Var. 3 Kontur Beban Lateral Rankine
DASAR PERENCANAAN
5. Analisa Dinamik :

Mode 3 (Rotasi Z)

MODE SHAPE SUAK ACIN

Mode 1 (Translasi X) Mode 2 (Translasi Y) Mode 3 (Rotasi Z)


DASAR PERENCANAAN
6. Kekuatan Struktur:

KONTUR GAYA PADA


POER (TAPAK) ABUTMENT :

Kontur Momen M.1-1 Kontur Momen M.2-2 Kontur Comp-Tension F.1-1 Kontur Comp-Tension F.2-2

KONTUR GAYA PADA BADAN ABUTMENT :

Kontur Momen M.1-1 Kontur Momen M.2-2 Kontur Aksial F.2-2


DASAR PERENCANAAN
6. Kekuatan Struktur:
DIAGRAM INTERAKSI BADAN ABUTMENT :

Beban berfaktor

Pelat cantilever kepala dihitung terpisah dari SAP2000v.11 dikarenakan adanya asumsi pengaruh
langsung gaya inersia tanah urugan dibelakang abutment yang langsung menekan akibat percepatan
gempa tanpa terepresentasikan di model SAP 2000. Termasuk juga gaya rem yang di model sap 2000
langsung dikerjakan pada titik elastomerik, sedangkan pada model terpisah dikerjakan langsung pada
pelat cantilever. Perhitungan terpisah dilakukan dengan bantuan Math Cad r.14.
SKENARIO JBT SUNGAI DEDAP
SKENARIO BENTANG 1X60m

SKENARIO BENTANG 2X50m


SKENARIO JBT SUNGAI DEDAP
SKENARIO BENTANG 2X40m

SKENARIO BENTANG 2X45m


TOPOGRAFI EKSISTING SUNGAI DEDAP

Anda mungkin juga menyukai