Anda di halaman 1dari 5

IMPROVE AND CHANGE…….!!!!

MEN
U

Antara CCO, Addendum dan Amandemen


dalam Kontrak

Diposkan pada September 10, 2018September 10, 2018 oleh Arfan

Sedikit sedikit addendum….kerja saja belum…..berarti perencananya ngak bagus…… celoteh


seorang pimpinan/KPA waktu itu ketika ada rencana untuk melakukan addendum sebuah pekerjaan
fisik/konstruksi di kantor.

Kalau malaikat yang merencanakan wajar ndak ada addendum…ini celoteh salah seorang rekan
pokja pemilihan waktu itu nyelutuk ……………ups tapi bukan di depan pimpinan hanya cerita
warung kopi kami sesama anggota pokja dan ulp di kantor disela sela istirahat……….

Tidak ada yang salah mungkin dari kedua statement dan pernyataan berbeda diatas..pimpinan
dengan espektasi tinggi terhadap kinerja, output capaian, sekaligus serapan anggaran tentu wajar
akan berucap demikian….. sementara kawan kawan di pokja selaku pelaksana wajar juga berucap
demikian karena memang perencanaan baru bersifat asumsi asumsi seorang perencana belum
menjadi kondisi yang mutlak dan harus jadi sekaligus belum diuji, uji ketepatan perencana memang
pada tahapan pelaksanaan pekerjaan. Sekarang mari coba kita urai kedua persepsi ini untuk
mengambil sebuah titik temu yang setidaknya bisa menjadi pertimbangan kita dalam melakukan
proses perubahan atau addendum kontrak pada tahapan pelaksanaan pengadaan barang/jasa
pemerintah.

Perubahan pekerjaan adalah klausul yang dibolehkan dan diatur oleh peraturan presiden nomor 16
tahun 2018 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah tertuang pada pasal 54 berbunyi “Dalam hal
terdapat perbedaan kondisi lapangan pada saat pelaksanaan dengan gambar dan/atau spesifikasi
teknis/KAK yang ditentukan dalam dokumen Kontrak, PPK bersama Penyedia dapat melakukan
perubahan kontak, meliputi :
1. Menambah atau mengurangi volume yang tercantum dalam kontrak;
2. Menambah dan/atau mengurangi jenis kegiatan;
3. Mengubah spesifikasi teknis sesuai dengan kondisi lapangan; dan/atau
4. Mengubah jadwal pelaksanaan.

Dari penjelasan ini dapat kita simpulkan bahwa perubahan kontrak bisa terjadi dan dapat dilakukan
ketika terdapat perbedaan kondisi lapangan dengan dokumen kontrak. Indikasi perubahan ini bukan
menjadi sebuah kesengajaan dengan niat menambah nilai dan keuntungan lewat perubahan, tetapi
memang sebuah keniscayaan sebuah perecanaan dipastikan akan terdapat perubahan dalam
pelaksanaannya karena sesuai dijelaskan diawal perencanaan adalah asumsi asumsi dan perhitungan
perkiraan sebuah pekerjaan yang dilakukan oleh para perencana. Sesuai dengan pernyataan No Body
Perfect tidak ada manusia yang sempurna. Setelah benang merah ini kita dapatkan tentunya dalam
pelaksanaan kontrak barang/jasa ada tahapan dan langkah yang harus dilakukan dalam melakukan
proses perubahan kontrak ini, tidak mungkin perubahan dilakukan ujug ujug sekonyong konyong
tanpa didasari alasan dan argumentasi yang jelas.

Pada pasal berikutnya dijelaskan “Dalam hal perubahan kontrak sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) menagkibatkan penambahan nilai kontrak, perubahan kontrak dilaksanakan dengan
ketentuan penambahan nilai kontrak akhir tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari harga yang
tercantum dalam kontrak awal”. Ini menajdi isyarat selanjutnya dalam pelaksanaan perubahan
kontrak ada nilai dan batasan yang harus di pahami oleh Pajabat Penanda Tangan Kontrak (PPK)
dengan Penyedia Barang/jasa dalam melakukan perubahan kontrak.

Selanjutnya dalam pelaksanaan kontrak perbedaan kondisi lapangan bisa saja terjadi diawal,
ditengah pelaksanaan atau diakhir pelaksanaan kontrak, diawal pelaksanaan biasanya terlihat pada
saat pre contruction meeting (PCM) yang merupakan pertemuan yang diselenggarakan oleh unsur-
unsur yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan seperti pihak Direksi Pekerjaan sebagai unsur
pengendalian, Direksi Teknis sebagai pengawas teknis, dan penyedia jasa sebagai pelaksana
pekerjaan, wakil masyarakat setempat dan instansi terkait guna menyamakan presepsi masing
masing pihak tersebut terhadap seluruh dokumen kontrak dan membuat kesepakatan tersebut hal-
hal penting yang belum terdapat dalam dokumen kontrak maupun kemungkinan-kemungkinan
kendala yang akan terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan. Ditengah dan diakhir pelaksanaan biasanya
memang terjadi ketika proses pelaksanaan kontrak dilakukan. Perubahan kontrak bisa saja diusulkan
oleh kontrakto sebagai penyedia ataupun pemilik pekerjaan selaku owner usulan ataupun pun
permintaan/perintah perubahan dari pemilik pekerjaan tentunya dilakukan sebagai upaya
menghasilkan output yang maksimal dan sesuai dengan kebutuhan pemberi kerja.

Dalam pelaksanaannya perubahan / chage order terkadang menjadi istilah istilah yang masih
diperdebatkan antara CCO, Addendum ataupun Amandemen kontrak dalam kondisi ini kita harus
jelas membedakan ketiga istilah ini. Dari berbagai literatur dan ketentuan yang ada belum ditemukan
ada aturan baku yang menyatakan secara explesit perbedaan dan penggunaan ketiga istilah ini,
namun dari pengertian umum istilah CCO, Addendum dan Amandemen adalah sebuah istilah yang
sama.

Contrac Change Order adalah perubahan permintaan kontrak atau dapat diartikan juga sebagai
perintah perubahan pekerjaan, sedangkan kata addendum dan amandemen berarti adanya sebuah
perubahan atau penambahan ataupun pengurangan, biasanya addendum digunakan untuk sebuah
perikatan atau perjanjian sedangkan amandemen digunakan untuk perubahan undang undang atau
dasar hukum tertulis.

Selanjuntnya kita coba membedakan ketiga istilah ini berdasarkan perubahan yang terjadi dalam
unsur atau kelengkapan kontrak pengadaan barang/jasa, berdasarkan peraturan presiden no 16
tahun 2018 kelengkapan kontrak pbj terdiri dari :
1. Pokok Perjanjian
2. Dokumen penawaran serta Daftar Kuantitas dan Harga (DKH)
3. Syarat Syarat Khusus Kontrak (SSKK)
4. Syarat Syarat Umum Kontrak (SSUK)
5. Spesefikasi Teknis dan Gambar
6. Dokumen lainnya

Melihat diagram diatas bisa kita fahami bahwa addendum dan amandemen adalah produk lanjutan
dari proses CCO, jika terjadi CCO maka akan terjadi Addendum atau Amandemen sebaliknya jika
terjadi Adedndum atau amandemen belum tentu di dahului oleh CCO, bila perubahan hanya
menyangkut perubahan dokuem DKH, SSUK, SSKK, Spesifikasi dan gambar namun tidak merubah
pasal pada pokok perjanjian ada yang menyebut Addendum sedangkan ketika terjadi perubahan
pasal pasal pada pokok perjanjian ada yang menyebutnya dengan amandemen, dengan pehaman
lain dapat kita simpulkan kalau CCO dan Addendum pada perubahan sisi substansi pekerjaan
sedangkan Amandemen pada sisi administrasi kontrak.

Pelaksanaan CCO sehingga menghasilkan Addendum ataupun Amandemen kontrak bukanlah


sebuah proses sederhana. Proses perubahan ini banyak melibatkan pihak baik pada tahap
pemeriksaan, penelitian sampai pada tahap persetujuanya, khususnya pada kontrak pekerjaan
kontruksi. Sangat diperlukan analisis dan kajian yang komprehensif dalam tiap fase perubahan
kontrak ini, untuk proses dan tahapan yang komplek PPK dapat dibantu oleh Tim Teknis/Tim
Peneliti Kontrak.

Setidaknya ada 3 tahapan yang harus dilalui dalam proses perubahan kontrak yaitu :

1. Identifikasi masalah dan pemeriksaan perubahan


2. Pengujian dan penelitian
3. Persetujuan dan panandatangan addendum kontrak

Tahapan identifikasi diperlukan karena tidak semua usulan perubahan kontrak ini dapat disetujui
oleh pihak yang terkait dengan pengadaan dalam hai ini PA/KPA dan PPK, analisis biaya manfaat
mutlak diperlukan dalam melakukan pertimbangan atas perstujuan perubahan dengan tetap
mempertimbangkan dan memperhatikan pemenuhan terhadap ketentuan peraturan yang berlaku
dan menggunakan prinsip prinsip pengadaan efektif, efesien, transparan dan akuntabel.

Identifikasi perubahan sudah bisa dilakukan PPK dan Tim pada tahap awal pelaksanaan kontrak, Pre
Contruc ion Meeting (PCM) menjadi entri poin awal, karena ditahap ini akan terjadi kesepakatan-
kesepakatan antara para pihak yang bertanda tangan di kontrak dengan pihak terkait lain, tentang
kesesuaian kontrak dengan aturan ataupun perubahan kesepakatan lain yang belum tertuang dalam
kontrak.

Selanjutnya ditahap pelaksanaan, Sow Contruction Meeting (SCM) menjadi poin berikutnya dalam
melakukan identifikasi perubahan perubahan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan kontrak,
proses pengendalian kontrak inilah yang mutlak dilakukan PPK selaku owner pekerjaan untuk
menghasilkan output pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan atau pun akan melakukan perubahan
kontrak dengan tetap mengedepankan prinsip prinsip pengadaan tadi.

Tahapan pengujian dan penelitian dilakukan PPK untuk melihat kesesuaian usulan perubahan
dengan ketentuan yang berlaku, mulai dengan pengujian dengan pokok pokok perjanjian dalam
kontrak, pengujian dengan aturan perpres dan petunjuk teknis serta pengujian dengan ketentuan
terkait lainnya. Ditahap pengujian ketika ditemukan nanti item perubahan pekerjaan baru yang
harus dikerjakan guna menyelesaikan seluruh pekerjaan, namun harga satuan belum
tertuang/tercantum dalam kontrak maka PPK harus membuat HPS baru yang dikalkulasikan secara
keahlian berdasarkan data yang dapat dipertanggung jawabkan selanjutnya dilakukan negosiasi
untuk item pekerjaan baru tersebut.

Setelah proses pengujian ini dilakukan barulah PPK bisa melakukan penandatanganan
perubahan/Addendum kontrak, satu hal yang musti diingat adalah nilai perubahan maksimal pada
saat terjadi perubahan kontrak adalah 10% dan ketersediaan anggaran. Sesuai dengan pasal 54 butir
2 peraturan presiden nomor 16 tahun 2018.

Terakhir prinsip ketelitian dan kehati-hatian dalam melaksanakan proses perubahan kontrak ini
harus tetap diutamakan dan dikedepankan oleh PPK dan Tim karena menjadi sebuah keniscayaan
dan keharusan dalam pengadaan barang dan jasa disektor publik mengikuti ketentuan yang berlaku,
perubahan terhadapa kontrak yang dilakukan ketika PPK selaku pejabat negara lalai atau melanggar
ketentuan dan mengakibatkan kerugian negara dapat dituntut ganti rugi. Namun harus juga dapat
dipahami oleh semua pihak terutama PPK bahawa tuntutan ganti rugi tersebut bisa dikenakan bila
tidak ada unsur kelalaian dan kesengajaan melanggar ketentuan yang berlaku.

Akhirnya semoga uraian sederhana ini bisa memberikan manfaat bagi kita bersama, satu pesan dari
seorang guru dalam pengadaan jangan memaksakan diri. Salam Pengadaan…

Referensi

Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018

Posted in procurement, Uncategorized 1 Komentar

Satu respons untuk “Antara CCO, Addendum dan


Amandemen dalam Kontrak”
1.
Andi.Rio Setiawan berkata:
September 17, 2019 pukul 2:28 pm
Assalamualaikum, Maaf sy boleh bertanya soal kaitannya dgn CCO tersebut, setelah Perhitungan
CCO di lakukan berikutnya Membuat Review Desain yg sesuai Hasil CCO, yg sy mau tanyakan
siapa yg Bertanggung jawab dalam mengeluarkan dan membuat Gambar Review Desain tersebut,
apa kah Kontraktor yg akan melakukan Pekerjaan atau Konsultan Perencana sebagai Tanggung
Jawab karena adanya kesalahan saat Membuat gambar Rencana Awal, Terimakasih Kak,
Mohon Penjelasannya

Wassalamu’alaikum

BALAS

Anda mungkin juga menyukai