Anda di halaman 1dari 106

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA AIR BERSIH PERDESAAN

1. Lubang Bor
Lubang bor harus tegak lurus permukaan tanah. Diameter lubang bor minimal harus
lebih besar 100 milimeter (4 inci) dari diameter pipa jambang, dan minimal harus lebih besar
150 milimeter (6 inci) dari diameter pipa naik dan saringan.
2. Pencucian Sumur (Well Development)
Pencucian dilakukan dengan sirkulasi lumpur tanpa menambah kedalaman lubang
(sedikit menggantungkan mata bor) sampai lubang bor bersih dari material – material hacuran
batuan (cutting). Pencucian ini dilakukan selama 2 x 24 jam.
3. Sumur Bor
Sumur bor produksi harus dibuat dengan pipa jambang berdiameter 150 milimeter (6
inci) dan pipa naik serta saringan berdiameter maksimal 150 milimeter (6 inci), dengan
kedalaman maksimal mencapai 3 meter di bawah dasar lapisan akuifer yang diizinkan disadap,
ujung bawahnya tertutup. Bibir sumur atau ujung atas pipa lindung terletak minimal 0,60 meter
di atas muka tanah
4. Penentuan Titik Muka Air Tanah
Lubang bor dan sumur pantau harus vertical agar alat dapat dengan mudah diturunkan
ke bawah. Pengukuran tinggi muka air tanah menggunakan alat ukur dengan pemberat
dilakukan pada kedalaman lubang bor atau sumur kurang dari 150 m.
Electrical Loging adalah salah satu teknik penentuan letak titik muka air tanah.
Electrical Loging tujuannya adalah untuk mengetahui letak (posisi) akuifer air, tahap pekerjaan
ini sebagai penentu konstruksi saringan (screen).
Electrical Loging dilakukan dengan menggunakan suatu alat, dimana alat tersebut
menggunakan konfigurasi titik tunggal dimana eletroda arus dimasukakan kedalam lubang bor
dan elektroda yang lain ditanam dipermukaan. Arus dimasukkan kedalam lubang elektroda
yang kemudian menyebar kedalam formasi disekitar lubang bor.
5. Pipa Pelindung
Pipa lindung harus terbuat dari pipa baja berlapis seng berketebalan medium yang
memenuhi SNI 07-0039-1987, Mutu dan cara uji pipa baja lapis seng atau pipa baja carbon
yang memenuhi SNI 07-0068-2007, Mutu dan cara uji pipa baja carbon atau pipa poli vinyl
chloride (PVC) jenis AW yang memenuhi SNI 06-0084-2004. Penentuan pipa disesuaikan oleh
tekanan.
Pemilihan diameter casing yang tepat dari sumur sangatlah penting karena sangat
berpengaruh terhadap besar kecilnya biaya konstruksi sumur dibandingkan dengan jenis
dan tipe peralatan bor yang digunakan. Diameter casing harus dipilih secara tepat dengan
dua alasan, yaitu

- Casing harus mempunyai lebar yang cukup untuk menampung debit air yang
dipompa dengan cukup bersih sehingga efisiensi operasi instalasi akan tinggi.
- Diameter casing harus cukup dan sesuai dengan pompanya
6. Pipa Saringan
Saringan sumur bor harus di tempatkan tepat pada kedudukan akuifer yang akan
disadap. Apabila akuifer tersebut mempunyai ketebalan lebih dari 3 meter, maka panjang
minimal saringan yang dipasang harus 3 meter, di tempatkan di bagian tengah akuifer.
Pipa saringan harus dari jenis saringan yang terbuat dari minimal bahan besi dengan
kadar karbon rendah (Low carbon steel) yang memenuhi Standar Nasional Indonesia, atau
bahan PVC yang memenuhi SNI 06-0084-2002 atau menurut Standar ASTMD 1785-73.
Ukuran celah saringan ditentukan dengan melihat sebaran besar butir akuifer berdasarkan hasil
analisa ayak.
Sebagai pedoman umum untuk akuifer yang tersusun oleh pasir halus, yaitu yang
berbutir mulai dari 0,06 mm- 0,125 milimeter, dipakai saringan bercelah maksimal 0,50 mm,
sedangkan untuk akuifer yang tersusun oleh pasir sedang yang berbutir antara 0,25 - 0,50
milimeter dipakai saringan bercelah maksimal 1,00 mm.
Untuk pemilihan bahan casing bergantung pada kualitas air, kedalaman sumur,
metode pengeboran dan peraturan yang berlaku. Beberapa bahan yang digunakan dalam
konstruksi sumur antara lain besi, stainless steel, thermoplastic, fiberglass, beton dan semen
asbes. Pemilihan casing sangat tergantung dari beberapa faktor utama, yaitu :

- Kekuatan peralatan
- Ketahanan terhadap korosi
- Kemudahan pemakaian dan perawatan
- Aspek biaya
- Tipe formasi
- Metode pengeboran
- Desain Sumur
- Teknik Konstruksi
Tabel. Perbandingan Bahan Casing

7. Pembalut Koral/Kerikil (Gravel Pack)


Ruang antara dinding lubang bor dan pipa saringan diisi dengan koral/kerikil
sepanjang saringan pada akuifer yang diijinkan diambil, sehingga terbentuk pembalut
koral/kerikil di sekeliling pipa saringan.
Koral/Kerikil untuk membentuk pembalut kerikil harus dipilih yang masih
segar, tak berubah-berubah, tidak lapuk, berbutir bundar, diutamakan yang mempunyai
kandungan silika tinggi, dan tidak mengandung gamping, zat organik, lumpur dan
kotoran lainnya, atau kerikil artifisial. Sebagai pedoman umum pembalut kerikil untuk
saringan bercelah 0,50 mm dibuat dengan mengisikan kerikil berukuran 1,50 milimeter
sampai 3,00 milimeter, sedangkan untuk saringan bercelah 1,00 milimeter dipakai
kerikil berukuran dari 2,50 milimeter sampai 6,00 milimeter.
8. Penyekat Lempung
Ruang antara pembalut kerikil dengan grouting harus diinjeksi dengan lempung
penyekat, sehingga terbentuk penyekat- penyekat lempung setebal minimal 3 meter.
Untuk pembuatan penyekat lempung harus dipakai lempung yang memenuhi
syarat atau yang diproduksi khusus untuk keperluan konstruksi sumur bor.
9. Penyekat Semen
Ruang antara dinding lubang bor dan pipa lindung diatas pembalut kerikil mulai
dari atas penyekat lempung hingga kedalaman 0,25 meter di bawah muka tanah harus
diinjeksi dengan bubur semen, sehingga terbentuk penyekat semen. Penyekat semen
juga dilakukan pada lapisan akuifer yang tidak disadap.
Semen yang digunakan harus memenuhi SNI 15-2049-2004, Mutu dan cara uji
portland semen Jenis I.
10. Lantai Beton Semen
Di sekeliling sumur bor produksi harus dibuat lantai beton semen dengan luas
minimal 1 meter persegi untuk menghindari erosi dari tanah.
11. Pengukuran Debit
Dalam pengukuran debit, perlu diperhatikan :
a. Mempunyai pola aliran yang seragam dan mendekati kondisi aliran subkritik
b. Tidak terkena pengaruh arus balik (pengempangan)
12. Kualitas Air
Persyaratan alat pengambil sampel air harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh (misalnya untuk
keperluan pemeriksaan logam, alat pengambil contoh tidak terbuat dari logam) ;
2. Mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya ;
3. Contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampungan tanpa ada sisa bahan
tersuspensi di dalammya ;
4. Kapasitas alai 1 - 5 L tergantung dari maksud pemeriksaan ;
5. Mudah dan aman dibawa.

Titik pengambilan contoh air tanah dapat berasal dari air tanah bebas dan air
tanah tertekan (artesis) dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Air tanah bebas :


a. Pada sumur gali contoh diambil pada kedalaman 20 cm di bawah permukaan
air dan sebaiknya diambil pada pagi hari ;
b. Pada sumur bor dengan pompa tangan/mesin, contoh diambil dari kran/mulut
pompa tempat keluarnya air setelah air dibuang selama lebih kurang lima
menit.
2. Air tanah tertekan (artesis) :
a. Pada sumur bor eksplorasi contoh diambil pada titik yang telah ditentukan
sesuai keperluan eksplorasi ;
b. Pada sumur observasi contoh diambil pada dasar sumur setelah air dalam
sumur bor/pipa dibuang sampai habis (dikuras) sebanyak tiga kali ;
c. Pada sumur produksi contoh diambil pada kran/mulut pompa keluarnya air.
13. Pompa
Spesifikasi pompa air submersible tidak memiliki daya hisap namun hanya
terdapat daya dorong yang mampu dicapai dengan menyesuaikan power mesin terhadap
kebutuhan debit air yang di inginkan oleh pengguna. Dalam penentuan pemilihan
pompa harus diperhatikan nilai Debit dan Head (H). Listrik yang digunakan harus
sesuai dengan type pompa.
PASAL 1
SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN TEKNIS BAHAN

1. STANDAR BAHAN
Semua bahan bangunan adalah berkualitas baik, memenuhi segala persyaratan yang terdapat dalam
peraturan:
a. Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berisi tentang peraturan standarisasi bahan bangunan
yang berlaku dalam wilayah Indonesia.
b. Standar Industri Indonesia (SII).
c. Peraturan umum tentang pelaksanaan pembangunan di Indonesia atau Algemene
Voorwaarden voor de Uitvoerinhg biji Aaneming van Openbare Warken (AV) 1941.
d. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrase Teknik dari Dewan Teknik
Pembangunan Indonesia (DTPI).
e. Baja tulangan beton (SII 0136-84).
f. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung SNI 2847-2013.
g. Peraturan Umum dari Dinas Kesehatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
h. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi Listrik (PUIL) 1987 dan PLN setempat.
i. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi Air Minum serta Instalasi Pembuangan
dan Perusahaan Air Minum.
j. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI – 1961).
k. Peraturan Portland Cement Indonesia 1972/NI-8.
l. Mutu dan cara uji semen Pórtland (SII 0013-81).
m. Mutu dan cara uji agregat beton (SII 0052-80).
n. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI – 1982)/NI-3.
o. Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural SNI 1729-2015.
p. Peraturan Pengecatan NI-12.
q. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instasi Pemerintah setempat yang
bersangkutan dengan permasalahan bangunan.

Semua bahan bangunan dan peralatan kerja untuk keperluan pekerjaan ini, seluruhnya
ditanggung dan disediakan oleh Kontraktor.
Konsultan Pengawas berwenang untuk minta keterangan mengenai asal dari bahan
bangunan dan lain-lain, serta sebelum digunakan HARUS melalui persetujuan konsultan
pengawas.
2. BAHAN YANG DIGUNAKAN
A. AIR
Air yang dipakai harus air tawar yang bebas dari lumpur, minyak, asam, basa, gula, bahan organik
basah, garam dan kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak kekuatan struktur
turap. Tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang berlumpur atau air laut.
Harus dapat menjaga kemungkinan terbawanya material-material yang tidak diinginkan pada
tempat pengambilan air, sedikitnya ada jarak vertikal 0.5 meter dari permukaan atas air kesisi
tempat pengambilan tadi. Air yang digunakan untuk campuran spesi/mortar dan beton harus
memenuhi syarat sebagai bahan campuran beton sesuai ketentuan-ketentuan dan persyaratan
yang terdapat didalam NI-2, SNI-2847-2013 dan AASHTO T26. Apabila diperlukan, Direksi
dapat meminta kepada kontraktor untuk memeriksakan air yang akan digunakan kelaboratorium
pemeriksaan yang resmi dan sah atas biaya kontraktor. Air yang diketahui dapat diminum dapat
digunakan tanpa pengujian.

B. PASIR URUG
Pasir untuk pengurugan, peninggian, dan lain-lain tujuan, harus bersih dan keras atau memenuhi
syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam PUBI-1970/NI-3, pasir laut untuk maksud-
maksud tersebut tidak dapat digunakan.

C. PASIR PASANG
1) Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton bitumen, harus memenuhi syarat-
syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam PBI-1971/NI-2.
2) Butiran-butiran harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari.
3) Butiran butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm persegi.
4) Pasir laut tidak boleh digunakan.
5) Untuk timbunan pasir harus bebas dari semua tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan lain yang
tidak dikehendaki, segala macam tanah dan pasir yang tidak dapat dipakai harus dibuang.
6) Penimbunan pasir harus diatur dan dikerjakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak mutu
pasir.
7) Pasir harus bersih dan bebas dari tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan dari substansi
yang merusak, jumlah prosentase dari segala macam substansi yang merugikan (tanah liat,
lumpur dll) tidak boleh lebih dari 5% (lima persen) berat pasir.

D. PORTLAND CEMENT (PC)


1) Standar Persyaratan Bahan minimal Harus memenuhi:
a) ASSHTO M 45
b) PBI 1971/NI-3
c) ASTM C150,
d) SNI 15-2049-1994
e) SII.0013-82, NI-8
2) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah tipe semen portland yang memenuhi
AASHTO M85, campuran yang mengandung gelembung udara tidak boleh digunakan.
3) Semen yang digunakan harus terdiri satu jenis merk dari mutu yang baik dan disetujui oleh
Direksi dan Konsultan Pengawas.
4) Semen yang dipakai Portland semen satu merk yang telah disyahkan/disetujui oleh yang
berwenang, dan
5) Bila mengunakan Portland Cement (PC) yang telah disimpan lama harus diadakan
pengujian terlebih dahulu oleh laboratorium yang berkompeten.
6) Dalam pengangkutan Portland Cement (PC) ke tempat pekerjaan harus dijaga agar tidak
menjadi lembab, dan penempatannya harus ditempat yang kering.
7) Semen yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya tidak diperkenankan untuk
digunakan. Untukmenghindari terjadinya hal tersebut diatas Kontraktor harus
memperhatikan syarat-syarat penyimpanan semen yang baik.
8) Semua semen harus SemenPortland tipe I yang sesuai dengan persyaratan dalam Peraturan
9) Kantong-kantong semen yang rusak jahitannya dan robek-robek tidak diperkenankan
penggunaannya, kecuali untuk pekerjaan bukan beton.
10) Semen yang didatangkan kelokasi, harus disimpan pada gudang yang mempunyai ventilasi
cukup dan tidak terkena air, sehingga terjamin tidakakan rusak dan/atau tercampur bahan
lain yang dapat merusak mutu beton. Diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling
sedikit 30 cm dari lantai, tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melebihi 2 m.
11) Pada pemakaian semen yang dibungkus, penimbunan semen yang baru datang tidak boleh
dilakukan diatas timbunan yang telah ada dan pemakaian semen harus dilakukan menurut
urutan pengirimannya.

E. PASIR PASANG
1) Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organik lumpur
dan sebagainya.
2) Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%.
3) Bahan agregat pasir harus didatangkan dari tempat-tempat yang telah disetujui mutunya
oleh Direksi Lapangan.
4) Pasir laut sama sekali tidak boleh dipergunakan.

F. AGREGATE
1) STANDAR RUJUKAN
a) ASSHTO M 45
b) PBI 1971/NI-3
2) Syarat-syarat gradasi agregat
a) Gradasi kasar dan halus harus memenuhi syarat-syarat yang diberikan dalam Tabel
tetapi material yang tidak memenuhi syarat-syarat gradasi tersebut tidak perlu ditolak
bila kontraktor dapat menunjukkan dengan pengujian bahwa beton tersebut memenuhi
sifat campuran yang dibutuhkan
Tabel Syarat-syarat gradasi agregat
Ukuran Ayakan Persentase berat yang lolos
Standard Inch Agregat Halus Agregat Kasar
( mm ) (in)
50 2 - 100 - - -
37 1 1/2 - 95 - 100 100 - -
25 1 - - 95 -100 100 -
19 3/4 - 35 - 70 - 90-100 100
13 1/2 - - 25-60 - 90-100
10 3/8 100 10-30 - 20 - 55 40 - 70
4.75 #4 95 – 100 0-5 0-10 0-10 0-15
2.36 #8 - - 0-5 0-5 0-5
1.18 # 16 45 – 80 - - - -
0.3 #50 10-30 - - - -
0.15 #100 2-10 - - - -

b) Persyaratan Agregat Halus (Pasir Beton)


 Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organik
lumpur dan sebagainya, dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang
tercantum dalam PBI 1971/NI-3. Hanya pasir beton yang dapat digunakan untuk
pekerjaan beton.
 Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%.
 Untuk menghasilkan mutu beton yang baik Kontraktor dilarang menggunakan abu
batu dan sejenisnya.
 Bahan agregat pasir harus didatangkan dari tempat-tempat yang telah disetujui
mutunya oleh Direksi Lapangan.
 Bahan agregat pasir dan kerikil harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras
permukaannya dan dicegah supaya tidak terjadi pencampuran satu sama lain.
 Pasir laut sama sekali tidak boleh dipergunakan.

c) Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih
dari ¾ dari jarak minimum antara tulangan baja atau antara tulangan baja dengan
acuan, atau antara perbatasan lainnya.
Sifat yang di syaratkan:
a) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, kuat
yang diperoleh dengan pemecahan padas atau batu, atau dari pengayakan dan
pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
b) Digunakan agregat yang bersih, bermutu baik, tidak berpori serta mempunyai
gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat pelaksanaan PBI-1971.
c) Butiran-butiran harus dapat melelaui ayakan berlubang persegi 76mm dan
tertinggal di atas ayakan berlubang 20mm.
d) Koral/split hitam mengkilap keabu-abuan.

G. BATU KALI
1) Batu harus bersih, keras, tidak berpori, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis
yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis
atau lemah.
2) Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling mengunci bila
dipasang bersama-sama.
3) Batu kali harus bersih dari tanah, lumpur, alkali, bahan-bahan organis atau dari substansi yang
merusak dalam jumlah yang merugikan.
4) Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki ketebalan yang
tidak kurang dari 150 mm, lebar tidak kurang dari satu setengah kali tebalnya dan panjang
yang tidak kurang dari satu setengah kali lebarnya.

H. KAYU
1) Pada umumnya kayu bersifat baik dan sehat dengan ketentuan, bahwa segala akibat dari
kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan pemakaian tidak akan merusak atau
mengurangi nilai konstruksi, memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam
PPKKI-1961.
2) Mutu kayu ada 2 (dua) macam yaitu mutu A dan mutu B.
Yang dimaksud kayu mutu A adalah memenuhi syarat-syarat pelaksanaan sebagai berikut:
a) Harus kering udara (kadar lengas 5%).
b) Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 dari lebar balok dan juga tidak boleh lebih dari 3,5cm.
c) Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu yang lebih besar dari 1/10 dari tinggi
balok.
d) Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi ¼ tebal kayu, dan retak-retak menurut
lingkaran tidak melebihi 1/5 tebal kayu.
e) Miring arah serat (tangensial) tidak melebihi 1/10.
Yang dimaksud dengan kayu mutu B, kayu yang tidak termasuk dalam mutu A, tetapi
memenuhi syarat-syarat Pelaksanaan sebagai berikut:
a) Kadar lengas kayu 30%.
b) Besar mata kayu tidak melebihi ¼ dari lebar balok dan juga tidak boleh lebih dari 5 cm.
c) Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu radial kayu yang lebih besar 1/10 dari
tinggi balok.
d) Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi 1/3 tebal kayu, dan retak-retak menurut
lingkaran tidak melebihi ¼ tebal kayu.
e) Miring arah serat (tangensial) tidak melebihi 1/7.

I. BETON NON STRUKTURAL


1) Pekerjaan ini meliputi beton sloof, kolom praktis, beton ring balok untuk pekerjaan beton
bukan struktur, seperti yang ditunjukan dalam gambar.
2) Mutu campuran beton yang dicapai dalam pekerjaan non struktur/struktur pendukung
menggunakan campuran1 Pc : 2 Psr : 3 Split. Hingga setara dengan mutu beton K-175 dan
harus memenuhi persyaratan dalam PBI-1971.
3) Campuran beton menggunakan perbandingan volume.
4) Untuk mencapai mutu Beton setara K-175 menggunakan campuran 1 pc: 2 psr: 3 split.

J. BESI BETON
1) Besi beton yang digunakan mutu U-40 dan U-24, dan seterusnya sesuai yang ditentukan, yang
penting harus dinyatakan oleh test laboratorium resmi dan sah.
2) Besi harus bersih dan tidak mengandung karat, minyak/lemak, asam, alkali dan bebas dari
dari cacat seperti serpi-serpi. Penampung besi harus bulat serta memenuhi per syaratan NI-2
(PBI-1971)
3) Kualitas tulangan yang digunakan adalah sekualitas keluaran pabrikan baja setara Krakatau
Steel.
4) Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan:
a) Peraturan-peraturan/standar setempat yang biasa dipakai.
b) Peraturan-peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, NI-2.

K. BATU BATA MERAH


Persyaratan bata merah harus melalui persyaratan seperti tertera dalam NI-10 atau dengan
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1) Bata merah harus satu pabrik, satu ukuran, satu warna, satu kualitas.
2) Batu bata yang digunakan batu bata yang mempunyai warna merah menyala yang
menunjukkan kesempurnaan pada waktu pembakaran.
3) Ukuran yang digunakan:
Modul Tebal Lebar Panjang
M – 5a 65 mm 90 mm 190 mm
M – 5b 65 mm 140 mm 190 mm
M–6 55 mm 110 mm 230 mm

4) Penyimpangan terbesar dari ukuran seperti tersebut di atas adalah panjang maksimal 3%,
lebar maksimal 4% tebal maksimal 5% dengan selisih maksimal ukuran antara bata terkecil.
5) Warna satu sama lain harus sama, dan apabila dipatahkan warna penampang harus sama
merata kemerah-merahan.
6) Bentuk Bidang-bidang harus rata atau rusuk-rusuknya harus siku atau bersudut 90 derajat.
Bidangnya tidak boleh retak-retak.
7) Berat satu sama lain harus sama, yang berarti ukuran, pembakaran dan pengadukan sama dan
sempurna.
8) Suara apabila dipukul oleh benda keras suaranya nyaring.
9) Batu bata tidak boleh retak diuji dengan memukulkan dua buah batu bata, suara yang nyaring
menunjukkan batu bata tidak retak.
10) Batu bata harus keras, tidak mudah tergores, dan padat (tidak banyak pori-pori).

L. KERAMIK
1) Proses pembakaran harus sedemikian rupa, sehingga tidak dapat hancur apabila direndam
dalam air.
2) Tahan terhadap zat asam dan alkasit serta zat kimia lainnya.
3) Warna harus merata, baik masing-masing maupun terhadap yang lain dan permukaannya
harus rata/licin tanpa cacat serta harus keras.
4) Keramik - Penyimpangan maksimum pada panjang dan lebar yang disyaratkan + 1 mm.
5) Kualitas Keramik yang digunakan adalah KW 1.
6) Tidak ada cacat pada keramik seperti pecah, coak dll.

M. CAT
1) Semua bahan-bahan cat harus diperoleh dari agen resmi yang telah disetujui, yang jika
dikehendaki dapat memberikan seluk beluk keterangan mengenai bahan tersebut dan
prosesnya.
2) Semua cat harus dipergunakan dan dipulaskan betul-betul sesuai dengan instruksi
pabriknya. Juga plamir dan cat dasarnya harus dikeluarkan oleh pabrik yang sama untuk
masing-masing lapisan pemakaian. Kaleng yang diisi cat harus diaduk benar-benar sebelum
dituangkan ke ketel dan dipulaskan menurut aturan dari pabriknya. Jangan sekali-kali
mencampurkan bahan pengering atau bahan-bahan lain ke dalam cat, jika tidak disarankan
atau dikehendaki oleh pabrik cat tersebut. Kontraktor harus dapat membuktikan bahwa bahan
yang dipakai adalah asli, tidak palsu, dengan menunjukkan surat jaminan dari pabrik, sesuai
volume pekerjaan yang disupply.
3) Cat kayu, meni kayu, cat tembok set.Vinilex yang dipergunakan harus sesuai dengan
ketentuan dan berkualitas baik serta waktu tiba ditempat pekerjaan, harus masih tertutup
dalam kaleng aslinya.
4) Cat yang sudah siap dan segera dipakai tidak diperbolehkan mengandung endapan-endapan
yang sudah membatu dan sesudah diaduk dengan baik, harus menjadi homogen serta dapat
dicatkan dengan mudah.
5) Warna cat adalah asli dari kalengnya dan tidak boleh mengadakan campuran dari bermacam-
macam warna.Cat yang sudah disetujui warna dan merknya harus diberitahukan
kepada pemberi tugas, guna melaksanakan pemeliharaan dikemudian hari dan sebelum
dilaksanakan pekerjaan pengecatan Kontraktor harus menunjukkan contoh merk, maupun
jenis warnanya kepada Konsultan Pengawas.
6) Segala cat, bahan-bahan penunjang mix cat (plamir, alkali, cat dasar dan lain- lain), cara
pengecatan harap dikerjakan sesuai BoQ, ANALISA dan DAFTAR BAHAN.
7) Pemilihan warna
Semua warna harus setujui oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik dan Kontraktor harus
memasukkan dalam penawarannya biaya untuk mengadakan contoh warna-warna untuk
disetujui dalam penawarannya.
8) Steger
Untuk pelaksanaan pekerjaan, steger-steger harus disediakan secukupnya, sesuai dengan
kebutuhan, sehingga pekerjaan dapat terlaksana dengan sempurna.
9) Keahlian
Pekerjaan mengecat hanya boleh dilakukan oleh tenaga yang sudah ahli dan berpengalaman
dalam bidang ini. Seorang mandor yang benar-benar cakap harus selalu mengawasi di tempat
tersebut selama pekerjaan dilaksanakan.

N. BAUT
Baut yang di pakai harus sesuai dengan SNI.

O. PAKU
Paku dibuat dengan kepala benam berbentuk bulat yang permukaan di atasnya berpetak-
petak dan bagian bawahnya miring, pada bagian luar diberi gurat-gurat sedang bagian ujung
yang runcing berbentuk tetra hendral yang konis.
P. BESI STRUKTUR
Besi Struktur mempunyai toleransi ketebalan +1 mm.

Q. BAHAN SANITAIR
1) PVC
a) Merupakan keluaran produsen yang memiliki Sertifikat uji coba dari SNI dan ISO
b) Kualitas yang dipakai yaitu type AW dengan dengan tekanan kerja 5 kg/cm 2
c) Tidak ada cacat seperti pecah, coak dll.
2) HDPE
a) Merupakan keluaran produsen yang memiliki Sertifikat uji coba dari SNI dan ISO
b) Tidak ada cacat seperti pecah, coak dll.
3) KERAN
Tidak ada cacat seperti pecah, coak dll

R. BAHAN PEKERJAAN ELEKTRIKAL


1) Lampu
a) Harus memiliki garansi
b) Kualitas yang digunakan harus setara Philips
2) Saklar (Ganda dan tunggal) dan Stop Kontak
a) Kualitas yang digunakan harus setara Broco
b) Tidak ada cacat seperti pecah, coak dll
3) Kabel
a) Kabel yang digunakan harus sesuai dengan persyartan yang berlaku
b) Penghantar atau kabel yang sering digunakan untuk instalasi listrik penerangan
umumnya terbuat dari tembaga

3. PEMERIKSAAN BAHAN - BAHAN


A. Sebelum semua Bahan bangunan yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini tersedia,
terlebih dahulu Kontraktor harus mengajukan contoh-contoh untuk diperiksa serta mendapatkan
persetujuan dari Pengawas, dalam hal ini umumnya Konsultan Pengawas diberi wewenang
sepenuhnya. Cara pemeriksaan bahan akan ditentukan kemudian.
B. Semua bahan yang dipergunakan/diperlukan untuk pekerjaan ini harus disetujui terlebih
dahulu oleh Direksi/Konsultan Pengawas sebelum dipergunakan.
C. Apabila terdapat perselisian dengan Kontraktor tentang pemeriksaan bahan-bahan, Konsultan
Pengawas berhak meminta kepada Kontraktor untuk mengambil contoh-contoh yang didatangkan
untuk diperiksakan ke laboratorium. Semua biaya pemeriksaan oleh laboratorium tersebut dalam
pasal ini seuruhnya ditanggung oleh Kontraktor.
D. Ongkos-ongkos yang dikeluarkan sehubungan dengan perselisihan ini menjadi tanggungan
Kontraktor.
E. Selama ini Kontraktor dapat melanjutkan pekerjaan, akan tetapi sama sekali atas tanggungannya
sendiri.Apabila ternyata bahwa bahan-bahan yang diperiksakan tersebut tidak baik atau tidak
memenuhi syarat-syarat, maka bahan-bahan tersebut harus segera disingkirkan dan semua bagian
pekerjaan yang telah dikerjakan dengan bahan-bahan tersebut harus dibongkar dan selanjutnya
harus menggantikannya kembali dengan bahan lain yang memenuhi syarat.

4. PENYIMPANAN BAHAN DAN MATERIAL


A. Material harus disimpan sedemikian rupa sehingga mutunya terjamin dan terpelihara serta siap
untuk dipergunakan dalam pekerjaan sewaktu-waktu. Penyimpanan bahan penempatannya harus
sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sewaktu-waktu dan mudah untuk diperiksa oleh
Konsultan Pengawas.
B. Tempat penyimpanan bahan di lapangan harus bebas dari tumbuh-tumbuhan dan sampah, bebas
dari genangan dan bila perlu permukaannya ditinggikan. Bahan yang ditempatkan di atas tanah
tidak diperkenankan untuk dipakai, kecuali hanya kalau permukaan tanah tersebut telah disiapkan
sebelumnya dan diberi lapis permukaan.
PASAL 2
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. PERLENGKAPAN KEAMANAN KERJA DAN P3K


a. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan perlengkapan keamanan kerja untuk semua pekerja
yang berada dalam lokasi pekerjaan dan tamu yang berkunjung kelokasi pekerjaan.
b. Perlengkapan keamanan kerja dapat berupa alat-alat seperti berikut ini :
1) Helm Pelindung Kepala;
2) Sepatu untuk melindungi kaki;
3) Pemadam Kebakaran; dan
4) Kotak P3K untuk pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.
c. Jika terjadi kecelakaan kerja di lokasi pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan
maka Kontraktor Pelaksana diwajibkan mengambil segala tindakan guna kepentingan si korban.
d. Semua biaya yang diperlukan untuk perawatan dan pengobatan korban kecelakaan dilokasi
pekerjaan menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.
e. Yang dimaksud dengan korban dilokasi pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Kontraktor
pelaksana adalah:
1) Personil atau semua tenaga kerja Kontraktor Pelaksana;
2) Personil Konsultan Supervisi.;
3) Owner dan para wakilnya;
4) Tamu yang berkunjung kelokasi pekerjaan; dan
5) Orang yang berada dalam lokasi pekerjaan dengan ijin dan sepengetahuan Kontraktor
Pelaksana.

2. PENJAGA KEAMANAN LOKASI PEKERJAAN


a. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus menyediakan tempat/pos penjaga keamanan
lokasi pekerjaan beserta minimal 1 orang penjaga keamanan yang bekerja selama 24 jam.
b. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan bentuk dan dimensinya ditentukan oleh
Kontraktor Pelaksana.
c. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan tidak boleh berada di dalam lokasi pekerjaan.
Pos penjaga harus berada diluar pagar pengaman lokasi pekerjaan.

3. MUTUAL CHECK
a. Penggambaran, perhitungan backup data
Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan, penyedia jasa bersama-sama dengan PPTK harus
melakukan “Mutual Check” / pemeriksaan bersama pada rencana lokasi pekerjaan bangunan
untuk memastikan kebenaran dari rencana bangunan yang terdapat dalam kontrak.
Berdasarkan hasil “Mutual Check” / Pemeriksaan Bersama tersebut penyedia jasa dapat
membuat perubahan atau perbaikan-perbaikan atas rencana bangunan sesuai dengan aturan
yang terdapat pada syarat-syarat umum kontrak. Adapun poin-poin dalam pelaksanaan Mutual
Check / Pemeriksaan Bersama adalah sebagai berikut:
 Sebelum melakukan semua pekerjaan, penyedia jasa harus melakukan pengukuran ulang
(uit zet), pemasangan bawplank yang menunjukan posisi-posisi pekerjaan dan ditunjukan
bersama-sama dengan PPTK.
 Semua hasil pengukuran dan pemasangan bawplank hasilnya dilaporkan sebagai bahan
untuk perhitungan pekerjaan MC 0% dan MC 100%, dan diterangkan dalam gambar
pelaksanaan (Shoop Drawing).
 Hasil dari Mutual Check / Pemeriksaan Bersama dituangkan kedalam Berita Acara
Pemeriksaan Bersama dengan format yang ditentukan oleh PPTK sesuai dengan aturan
yang berlaku.
 Biaya Pengukuran ulang dan pembuatan Mutual Check / Pemeriksaan Bersama dianggap
telah termasuk dalam harga satuan dalam daftar kuantitas dan harga yang ditawarkan
oleh penyedia jasa.

1) Mutual Check 0% rapat awal pekerjaan akan dijelaskan tentang rincian pekerjaaan beserta
spesifikasi dan kuantitas pekerjaan sesuai dengan kontrak yang telah dibuat. Konsultan
Pengawas dan kontraktor sebelum mulai pekerjaan baru harus menjelaskan tata cara
pelaksanaan jadwal dan pengendalian mutu. Pelaksanaan rapat koordinasi ini harus
dilaksanakan sebelum pekerjaan baru dimulai.
2) Mutual Check memuat tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan pada awal pelaksanaan,
menjelaskan tentang backup volume dan kesiapan tenaga kerja, material, alat dan metode
pelaksanaan yang akan laksanakan oleh pelaksana lapangan dan harus mendapat persetujuan
dari pengawas lapangan dan direksi.
3) Mutual Check 100%, memuat tentang evaluasi hasil pekerjaan dalam keseluruhan, dalam
rapat ini dibahas pula tentang pekerjaan yang sudah selesai / dengan volume rencana pekerjaan
dan sesuai dengan buku kontrak. Sehingga menjadi pekerjaan finishing dari keseluruhan
bentuk volume pekerjaan dan gambar yang dituangkan dalam berita acara pekerjaan MC
100% dan seluruh bentuk keputusan hasil rapat dituangkan dalam berita acara dan disahkan
bersama oleh direksi dan konsultan pengawas.
4) Mutual Check, dilaksanakan apabila ada ketidaksesuaian pelaksanaan dengan gambar kerja
dan spesifikasi serta kuantitas analisa biaya atau ada kejadian luar biasa. Seluruh bentuk
keputusan hasil rapat dituangkan dalam berita acara dan disahkan bersama.

4. PENJELASAN GAMBAR
a. Bila gambar kerja tidak sesuai dengan RKS maka yang memikat adalah RKS, atau ditentukan
kemudian oleh Konsultan Pengawas Lapangan.
b. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja, maka
gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku/mengikat.
c. Bila ada perbedaan antara gambar kerja dengan struktur maka yang berlaku / mengikat adalah
gambar kerja struktur sepanjang tidak mengurangi segi konstruksi dan kekuatan struktur.
d. Bila ada perbedaan antara gambar tanggal pengeluaran yang berbeda untuk satu masalah,
maka gambar dengan tanggal yang tercantum terbaru yang berlaku / mengikat.
e. Bila perbedaan-perbedaan itu, ketidakjelasan maupun kesimpangsiuran menimbulkan keragu-
raguan sehingga dalam pelaksanaan dapat menimbulkan kesalahan, maka pemborong diwajibkan
melaporkan ke Konsultan Pengawas untuk diadakan pertemuan dengan Konsultan Perencana
untuk mendapat keputusan bersama dengan peraturan yang berlaku.
f. Ketentuan diatas tidak dapat dijadikan alasan oleh pemborong untuk memperpanjang waktu
pelaksanaan maupun mengajukan “Claim” biaya pekerjaan tambahan.
g. Harus selalu dibuat gambar pelaksanaan dari semua komponen struktur berdasarkan disain yang
ada dan harus dimintakan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas Lapangan.
h. Gambar pelaksanaan ini harus memberikan semua data-data yang diperlukan termasuk
keterangan produk bahan, keterangan pemasangan, data-data tertulis, dan hal-hal lain yang
diperlukan.
i. Kontraktor bertanggung jawab terhadap semua kesalahan-kesalahan detailing fabrikasi dan
ketepatan penyetelan / pemasangan semua bagian konstruksi. Pekerjaan perubahan dan
pekerjaan tambahan di lapangan pada waktu pemasangan yang diakibatkan oleh kurang teliti
atau kelalaian Kontraktor, harus dilakukan atas biaya Kontraktor.
j. Keragu-raguan terhadap kebenaran dan kejelasan g a m b a r d a n spesifikasi h a r u s ditanyakan
kepada Konsultan Pengawas dan Perencana. Apabila prosedur ini tidak dilaksanakan maka
Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil pelaksanaannya.
k. Kontraktor diwajibkan untuk membuat gambar-gambar "As Built Drawing" sesuai dengan
pekerjaan yang telah dilakukan dilapangan secara aktual.
l. Gambar-gambar yang bersifat Umum dan Detail berskala besar dibuat oleh perencana, tetapi
bila dianggap perlu untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut, Kontraktor diharuskan pula membuat
gambar kerja (Shop Drawing) yang mendapatkan persetujuan / pengesahan dari konsultan
perencana dan pihak Pemberi Tugas.
m. Harus selalu dibuat gambar pelaksanaan dari semua komponen struktur berdasarkan disain yang
ada dan harus dimintakan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

5. RENCANA WAKTU PELAKSANAAN


a. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana waktu penyelesaian pekerjaan (time schedule)
keseluruhan kepada Konsultan Supervisi dan Owner sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan
kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
b. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaiankan pekerjaan sesuai dengan rencana waktu
penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner
kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
c. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan rencana waktu penyelesaian pekerjaan keseluruhan
yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi kepada Owner.
d. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan rencana waktu penyelesaian pekerjaan mingguan
pada tahap pelaksanaan pekerjaan kepada Konsultan Supervisi.
e. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penyelesaian pekerjaan mingguan
yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan secara teknis.
f. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena kesalahan dalam
menyusun waktu pemnyelesaian pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
g. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena factor cuaca seperti
hujan yang lebih dari 1 hari kerja dan dibuktikan dengan catatan cuaca dalam Laporan Harian
yang disetujui oleh Konsultan Supervisi harus diperhitungkan untuk penambahan waktu
pelaksanaan pekerjaan.
h. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena factor-factor non
teknis yang lebih dari 3 hari kerja dan diketahui oleh Konsultan Supervisi seperti permasalahan
dengan tanah/lahan pekerjaan sehingga Kontraktor pelaksanan tidak bisa memasuki dan memulai
pekerjaan, ganguan keamanan dari masyarakat setempat harus diperhitungkan untuk penambahan
waktu pelaksanaan pekerjaan.
i. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena permasalahan yang
berhubungan dengan Spesifikasi Teknis, Gambar Disain, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja
dimana tidak ada keputusan yang pasti dari Konsultan Supervisi dan Owner lebih dari 3 hari kerja
harus diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
j. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan yang disebabkan oleh hal-
hal selain seperti yang disebutkan dalam point 6, point 7 dan point 8 tidak boleh diperhitungkan
untuk penambahan waktu pelaksanaan kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja dengan
persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
k. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan yang diberikan kepada Kontraktor
Pelaksana karena alasan-alasan seperti yang disebutkan pada point 6, point 7 dan point 8 adalah
menurut keputusan Konsultan Supervisi dan Owner.

6. REQUEST MATERIAL DAN REQUEST PEKERJAAN


Request Material
a. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permohonan penggunaan semua material bangunan
(request material) sebelum material bangunan tersebut dipakai dan dimasukan kelokasi pekerjaan.
b. Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus disertai dengan contoh material dan
disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.
c. Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dianggap sah dan diakui
apabila disetujui minimal oleh Konsultan Supervisi.
d. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan satu set contoh material yang telah
disetujui kepada Konsultan Supervisi.
e. Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner tidak boleh dipakai
sebagai material bangunan dan harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.
Request Pekerjaan
a. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan permohonan (request pekerjaan) untuk pekerjaan
yang akan dikerjakan.
b. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
c. Kontraktor pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tanpa Request Material atau jika
Request Pekerjaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.
d. Item-item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

7. METODE PELAKSANAAN
a. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Metode Pelaksanaan terhadap penyelesaian pekerjaan
b. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
c. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika Metode Pelaksanaan yang
diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.
d. Item-item pekerjaan yang memerlukan Metode Pelaksanaan ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

8. RENCANA MATERIAL DAN PERALATAN


a. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana material dan peralatan mingguan yang akan
digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan Supervisi.
b. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan peralatan mingguan yang
diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.
c. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana material dan peralatan mingguan
yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan secara teknis.

9. RENCANA TENAGA KERJA


a. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana pengunaan tenaga kerja mingguan yang akan
digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan Supervisi.
b. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.
c. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penggunaan tenaga kerja mingguan
yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan secara teknis.
10. PEKERJAAN DILUAR JAM KERJA
a. Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan
alasan mempercepat proses penyelesaian pekerjaan harus diketahui oleh Konsultan Supervisi.
b. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan Supervisi untuk pengawasan
pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
c. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kualitas pekerjaan yang dilakukan
diluar jam kerja normal atau pada malam hari.

11. SURAT MENYURAT DAN KOMUNIKASI


a. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya administratif harus melalui dan ditujukan kepada Konsultan
Supervisi serta Owner.
b. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya teknis harus melalui dan ditujukan kepada Konsultan
Supervisi juga diketahui oleh Owner.
c. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi lain di luar proyek tidak perlu
melalui dan diketahui oleh Konsultan Supervisi. Kontraktor Pelaksana tetap wajib memberikan
informasi tentang hal tersebut kepada Konsultan Supervisi.

12. RAPAT KOORDINASI DAN RAPAT LAPANGAN (SITE MEETING)


a. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap minggu, dipimpin oleh
Owner atau Konsultan supervisi.
b. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan diwakili minimal oleh Manager
Proyek atau Supervisor Lapangan.
c. Kosumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana kecuali ditentukan lain
oleh Owner.
d. Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap minggu,
dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.
e. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat lapangan dengan diwakili minimal oleh Supervisor
lapangan.
f. Kosumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana kecuali ditentukan lain
oleh Owner.

13. WEWENANG OWNER (PEMBERI TUGAS) MEMASUKI LOKASI PEKERJAAN


a. Owner (Pemberi Tugas) dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki lokasi
pekerjaan dan bengkel kerja atau tempat-tempat lain dimana Kontraktor Pelaksana melaksanakan
pekerjaan untuk Kontrak.
b. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat-tempat lain yang dilakukan oleh Sub Kontraktor Pelaksana
menurut ketentuan dalam Sub Pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana harus memberikan
jaminan agar supaya Owner dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki bengkel
kerja dan tempat-tempat lain kepunyaan Sub Pelaksana pekerjaan.
c. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memberikan instruksi langsung dilapangan kepada
Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Supervisi untuk suatu perbaikan atau perubahan jika dalam
proses pelaksanaan pekerjaan ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan Gambar Bestek,
Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja.
d. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memerintahkan Konsultan Supervisi secara tertulis
untuk menghentikan proses pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
sementara waktu jika ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan Gambar Bestek, Spesifikasi
Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja.
e. Kontraktor Pelaksana harus menjamin dan bertangung jawab penuh akan keselamatan Owner dan
para wakilnya selama berada dilokasi pekerjaan.

14. PROGRESS PAYMENT


a. Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja maka Hasil Pekerjaan Kontraktor Pelaksana di
bayar berdasarkan metode Progress Payment. Artinya Tagihan Kontraktor Pelaksana dibayar
berdasarkan Progress Realisasi Pekerjaan yang telah diselesaikan dilapangan.
b. Progress Payment Kontraktor Pelaksana diajukan kepada Konsultan Supervisi dan diperiksa
kebenaran realisasi pekerjaan dilapangannya oleh Konsultan Supervisi.
c. Konsultan Supervisi dapat menunda atau membatalkan Progress Payment Kontraktor Pelaksana
jika berdasarkan pengamatan sendiri atau laporan/rekomendasi Konsultan Supervisi tentang
adanya pekerjaan-pekerjaan yang tidak sesuai Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of
Quantity.
d. Progress Payment Kontraktor Pelaksana baru dapat dibayar oleh Owner jika telah disetujui secara
tertulis oleh Konsultan Supervisi.

15. PEKERJAAN 100%


Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja maka Pekerjaan yang dinyatakan telah selesai 100%
harus memenuhi beberapa persyaratan berikut ini:
a. Item Pekerjaan 100% adalah item pekerjaan yang telah diperiksa dan disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
b. Konsultan Supervisi tidak boleh menyetujui dan menandatangani suatu item pekerjaan yang
diklaim telah 100% oleh Kontraktor Pelaksana jika item pekerjaan tersebut:
1) Tidak Sesuai Dengan Gambar Bestek atau Gambar Revisi;
2) Kuantitas (volume) pekerjaan tidak sesuai dengan Bill of Quantity dan Kontrak Addendum;
dan
3) Tidak sesuai dengan Spesifikasi Teknis Dan Perubahannya;
c. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan klaim kepada Konsultan Supervisi bahwa semua
pekerjaan telah selesai 100% dengan memenuhi beberapa persyaratan seperti berikut ini :
1) Memberitahukan dan Meminta secara tertulis kepada Konsultan Supervisi agar Konsultan
Supervisi melakukan ispeksi atau memeriksa hasil pekerjaan yang diklaim telah 100%.
2) Menyerahkan Laporan Harian minggu terakhir pekerjaan konstruksi;
3) Menyerahkan Laporan Mingguan terakhir pekerjaan konstruksi;
4) Menyerahkan Laporan Bulanan terakhir pekerjaan konstruksi;
5) Menyerahkan Dokumentasi Pekerjaan Konstruksi dalam kondisi 0%, 25%, 50% dan 100%.
d. Konsultan Supervisi harus segera memberitahukan dan meminta Konsultan Supervisi untuk
melakukan Inspeksi dan Pemeriksaan Lapangan (Opname) tentang kebenaran Klaim Kontraktor
Pelaksana bahwa pekerjaan telah selesai 100%.
e. Konsultan Supervisi berhak menolak Klaim 100% Kontraktor Pelaksana bila Laporan hasil
Inspeksi/Pemeriksaan Lapangan oleh Konsultan Supervisi menyatakan bahwa pekerjaan belum
100%.

16. KESALAHAN PEKERJAAN DAN PEKERJAAN CACAT


a. Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki dengan biaya sendiri semua kesalahan pekerjaan dan
cacat pekerjaan baik pada tahap pelaksanaan maupun pada saat sebelum Serah Terima Tahap
Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan selesai 100%.
b. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan adalah hasil pemeriksaan bersama antara Kontraktor
Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner sebelum Serah Terima Tahap Pertama (PHO) dan
pekerjaan dinyatakan selesai 100%.
c. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan dari hasil pemeriksaan oleh Pelaksana, Konsultan
Supervisi dan Owner dicantumkan dalam sebuah Daftar Pekerjaan Cacat yang ditandatangani
oleh ketiga pihak tersebut.
d. Konsultan Manajemen atau Owner harus membuat Berita Acara Hasil Pemeriksaan Pekerjaan
untuk ditandatangani oleh Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner.
e. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam Daftar Pekerjaan Cacat menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana memperbaikinya dengan biaya sendiri.
f. Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana dikarenakan
kurang memahami Gambar dan kurangnya kontrol terhadap pekerja sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaiki dengan biaya sendiri.
g. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana karena lemahnya
pengawasan dan kontrol oleh Konsultan Supervisi dan bukan atas dasar perintah tertulis dari
Konsultan Supervisi tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya.
h. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-sebab lain tanpa ada unsur-
unsur kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam masa pemeliharaan bangunan tetap menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya dengan biaya sendiri kecuali
ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
i. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Kontraktor Pelaksana untuk memperbaiki
kesalahan pekerjaan atau pekerjaan cacat pada masa pelaksanaan.
j. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.

17. METODE KERJA PEKERJAAN PENUNJANG ATAU PEKERJAAN


SEMENTARA

Dalam menentukan keberhasilan dalam pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Gedung Perkantoran


dan Fasilitas Pendukung ada beberapa hal pekerjaan penunjang atau pekerjaan sementara yang harus
diperhatikan diantaranya sebagai berikut:
1) Manajemen Lalu Lintas
Pengelolaan dan pengendalian arus lalu lintas dalam dilokasi Pemagaran dan Jalan Lingkungan
harus dengan melakukan optimasi penggunaan prasarana yang ada melalui peredaman atau
pengecilan tingkat pertumbuhan lalu lintas, memberikan kemudahan kepada angkutan yang
efisien dalam dalam penggunaan ruang jalan serta memperlancar sistem pergerakan.Antisipasi
pengendalian lalu lintas yang dapat dilakukan diantaranya adalah membuat rambu-rambu atau
tanda bahwa dalam lokasi jalan tersebut sedang adanya pelaksanaan Proyek jalan.
2) Sistem Pengeringan Tempat Kerja
Apabila dalam lokasi pekerjaan sedang mengalami hujan, atau tanah dalam lokasi pekerjaan
berdekatan dengan sawah/irigasi sehingga mengakibatkan lokasi yang sedang dikerjakan
mengalami rembes/lembab, langkah yang harus ditempuh untuk mengatasi permasalahan
tersebut yaitu:
a) Penggunaan blower fan dan lampu pijar untuk pengeringan bagian pekerjaan yang harus
kering namun lembab
b) Penambahan lapis kedap air pada lokasi tertentu
3) Antisipasi Cuaca
Pada proyek berdurasi pendek mendapatkan tantangan lebih apalagi dalam periode
pelaksanaannya berada pada musim hujan.Kontraktor harus bekerja ekstra dalam mengatasi
rendahnya produktifitas akibat hujan. Beberapa antisipasi yang menjadi pengalaman adalah
sebagai berikut:
a) Persiapan mantel hujan untuk pekerja
b) Tenda khusus
c) Penggunaan terpal untuk melindungi bagian pekerjaan yang dikhawatirkan berbahaya atau
rusak akibat hujan.
PASAL 3
MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

1. UMUM
Lingkup kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam kontrak ini tergantung pada jenis dan volume
pekerjaan yang dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan pada bagian-bagian lain dari dokumen kontrak,
dan secara umum Penyedia Jasa harus memenuhi ketentuan berikut:
a. Mampu memobilisasi sumber daya manusia, material, dan peralatan sesuai dengan kebutuhan yang
diatur dalam dokumen kontrak.
b. Menyediakan lahan yang dapat digunakan sebagai kantor lapangan, tempat tinggal, bengkel, gudang,
dan sebagainya.
Dalam pelaksanaan mobilisasi Kontraktor harus mengikuti hal hal berikut:
a. Memenuhi persyaratan Peraturan peraturan Nasional, Peraturan peraturan Propinsi dan Peraturan-
peraturan Kabupaten.
b. Mengadakan konsultasi dengan Direksi Teknik sebelum penempatan dan pembuatan Kantor Kegiatan
dan gudang-gudang serta pemasangan peralatan produksi konstruksi.
c. Mencegah sesuatu polusi terhadap milik di sekitarnya sebagai akibat dari operasi pelaksanaan.

2. MOBILISASI PERSONIL
a. Mobilisasi personil dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dengan persetujuan Direksi
Pekerjaan. Untuk tenaga inti harus mengacu pada daftar personel inti yang dilampirkan dalam berkas
penawaran.
b. Dalam pengadaan tenaga kerja dengan kemampuan dan keahlian sesuai dengan yang diperlukan,
maka prioritas harus diberikan kepada pekerja setempat.

3. MOBILISASI FASILITAS KANTOR DAN PERALATAN


Penyedia Jasa harus memobilisasi personil sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Penggunaan alat berat dan pengoperasian peralatan/kendaraan mengikuti aturan perizinan yang
ditetapkan oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (DISHUBKOMINFO), Kepolisian
dan instansi terkait lainnya.
b. Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum dalam
penawaran, dari suatu lokasi asal ke lokasi pekerjaan yang akan menggunakan peralatan tersebut
sesuai kontrak.
c. Apabila setiap alat berat yang telah selesai digunakan dan tidak akan digunakan lagi, maka alat berat
tersebut segera dikembalikan.
4. MOBILISASI MATERIAL
Penyedia jasa harus memobilisasi material sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Material yang akan didatangkan dari luar lokasi pekerjaan terlebih dahulu diambil contohnya untuk
diuji keandalannya di laboratorium, apabila tidak memenuhi syarat, segera diperintahkan untuk
diangkut ke luar lokasi proyek dalam waktu 3 x 24 jam.
b. Sejauh mungkin dan berdasarkan petunjuk Direksi, Kontraktor harus menggunakan rute (jalur)
tertentu dan menggunakan kendaraan kendaraan yang ukurannya sesuai dengan kelas jalan tersebut
serta membatasi muatannya untuk menghindari kerusakan jalan dan jembatan yang digunakan untuk
tujuan pengangkutan ke tempat kegiatan.
c. Kontraktor harus bertanggung jawab atas setiap kerusakan pada jalan dan jembatan, di karenakan
muatan angkutan yang berlebihan serta harus memperbaiki kerusakan tersebut sampai mendapat
persetujuan Direksi.
d. Mobilisasi peralatan berat dari dan menuju ke lapangan pekerjaan harus dilaksanakan pada waktu lalu
lintas sepi, dan truk truk angkutan yang bermuatan harus ditutup dengan terpal.
e. Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum dalam
Penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan dimana peralatan tersebut akan digunakan
menurut Kontrak ini.
f. Dengan selalu disertai ijin Konsultan Pengawas, Kontraktor/Pemborong dapat membuat berbagai
perubahan, pengurangan dan atau penambahan terhadap alat-alat konstruksi dan instalasinya.

5. PERIODE MOBILISASI
Mobilisasi dari seluruh mata pekerjaan yang terdaftar harus diselesaikan sesuai jadwal pekerjaan, dan
sudah harus dimulai selambat-lambatnya 30 (Tiga Puluh Hari) hari terhitung mulai diterbitkannya Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK).

6. PROGRAM MOBILISASI
Program mobilisasi menetapkan waktu untuk semua kegiatan mobilisasi yang mencakup informasi
tambahan sebagai berikut:
a. Penempatan dan pembuatan Kantor Kegiatan dan gudang-gudang serta pemasangan peralatan yang
dibutuhkan.
b. Jadwal pengiriman peralatan yang menunjukkan lokasi asal dari semua peralatan yang tercantum
dalam daftar peralatan yang diusulkan dalam penawaran, serta usulan cara pengangkutan dan jadwal
kedatangannya di lapangan.
c. Setiap perubahan pada peralatan maupun personil yang diusulkan dalam penawaran harus
memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
d. Suatu daftar detail yang menunjukkan struktur yang memerlukan perkuatan agar aman dilewati alat-
alat berat, berisi usulan metode pelaksanaan dan jadwal tanggal mulai dan tanggal selesai untuk
perkuatan setiap struktur.
e. Suatu jadwal kemajuan yang lengkap dalam format bagan balok (bar chart) yang menunjukkan tiap
kegiatan mobilisasi utama dan suatu kurva kemajuan untuk menyatakan persentase kemajuan
mobilisasi.

7. DEMOBILISASI
Kegiatan demobilisasi berupa pembongkaran tempat kerja oleh Penyedia Jasa pada saat akhir kontrak
termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari tanah milik pemerintah atau
masyarakat dan pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum pekerjaan
dimulai.

8. PENGUKURAN
Pengukuran kemajuan mobilisasi akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan atas dasar jadwal kemajuan
mobilisasi yang lengkap dan telah disetujui.

9. DASAR PEMBAYARAN
Mobilisasi harus dibayar dengan cara lumpsum, pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh
untuk penyediaan dan pemasangan semua peralatan, untuk semua pekerja, bahan, perkakas, dan biaya
lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Uraian Satuan Pengukuran


Mobilisasi LS
PASAL 4
PAPAN NAMA PROYEK

1. UMUM
Papan nama proyek berfungsi sebagai identitas suatu proyek yang sedang berjalan dan di pasang pada
bagian depan lokasi proyek.

2. PELAKSANAAN
Pada pekerjaan papan nama proyek, dibutuhkan 1 lembar multiplek secukupnya (dapat di baca
dengan jelas dari jarak 5 meter ) yang bagian belakangnya diberi bingkai dari kayu kaso berukuran
4/6 cm dan dicat meni kayu atau disesuaikan dengan bahan-bahan dan ukuran sesuai dengan analisis
harga satuan pekerjaan dalam kontrak. Dalam pemasangannya, papan nama proyek tersebut diberi
tiang kayu yang cukup kuat.

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS PERUMAHAN KAWASAN PERMUKIMAN DAN TATA
BANGUNAN

KEGIATAN : ………………………………………..
PEKERJAAN : ………………………………………..
NO KONTRAK : ………………………………………..
WAKTU PELAKSAAAN : ………………………………………..
SUMBER DANA / NILAI KONTRAK : ………………………………………..
KONTRAKTOR PELAKSANA : ………………………………………..
KONSULTAN PENGAWAS : ………………………………………..

3. DASAR PEMBAYARAN
Papan nama proyek harus dibayar dengan cara lumpsum (LS), pembayaran tersebut sudah termasuk
penyediaan dan pemasangan semua peralatan, untuk semua pekerja, bahan, perkakas, dan biaya
lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Nomor Mata
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
x.x. Papan Nama Proyek LS
PASAL 5
PEKERJAAN GALIAN TANAH, URUGAN TANAH DAN URUGAN PASIR

1. UMUM
Lingkup Pekerjaan.
a. Galian Tanah Biasa
b. Urugan Pasir
c. Urugan Tanah kembali bekas galian

2. PELAKSANAAN
a. Galian dan Urugan Tanah
1) Pekerjaan galian terdiri dari: pondasi tapak, sloof, saluran, galian pipa dan galian lain seperti
yang ditunjukkan oleh Direksi/pengawas.
2) Urutan galian harus mengikuti petunjuk Direksi/pengawas.
3) Disyaratkan bahwa seluruh permukaan galian terutama lantai galian harus kering untuk
pekerjaan pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pekerjaan pondasi, pengurugan dan
pemadatan.
4) Lapisan humus pada lokasi bangunan harus dikupas, hingga mencapai tanah yang tidak
mengandung humus, atau sekurang–kurangnya setebal 50 cm.
5) Untuk keperluan Pondasi, harus dilakukan penggalian tanah menurut ukuran–ukuran sesuai
dengan yang dinyatakan dalam gambar pelaksanaan.
6) Galian harus dikerjakan dengan teliti, datar dan harus dibersihkan dari segala macam kotoran.
7) Jika pada galian terdapat kotoran dan bagian tanah yang tidak padat atau longgar, maka bagian
ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian lubang yang terjadi harus ditutup urugan pasir dan
dipadatkan.
8) Penampang lereng galian kiri dan kanan dimiringkan 45o kearah luar dari as galian.
9) Kelebihan tanah bekas galian harus dibuang dari lokasi konstruksi. Area antara papan patok
ukur dengan galian harus bebas dari timbunan tanah.
10) Tanah yang digunakan untuk urugan, penimbunan harus bersih dari humus dan kotoran–kotoran
lainnya dan mendapat persetujuan Direksi/ Pengawas.
11) Urugan tanah dilakukan lapis-demi lapis dengan ketebalan maksimum 15 cm per lapis,
kemudian dipadatkan memakai stamper hingga padat untuk menghindari penurunan setelah
bangunan difungsikan.
12) Pekerjaan penimbunan tanah, peninggian halaman atau urugan bekas lobang pondasi, ditumbuk
sampai padat.
13) Selama masa pelaksanaan dan masa pemeliharaan, harus diadakan tindakan pencegahan, baik
terhadap genangan/ arus air, yang dapat menyebabkan terjadinya erosi.
14) Selama masa pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus mencegah terjadinya kerusakan semua
sarana umum yang masih digunakan seperti saluran–saluran air, listrik, jalan, dan lain–lain yang
dijumpai di sekitar lokasi proyek.
15) Apabila terjadi kerusakan, maka pemborong harus memperbaiki, segala hal–hal yang dianggap
oleh Direksi akan menimbulkan kerusakan, maka pemborong harus dapat mengatasi segala
resiko Kontraktor.
16) Galian untuk pekerjaan struktur diatasnya harus dipadatkan menggunakan alat stamper.
17) Apabila Kontraktor melakukan penggalian melebihi kedalaman yang ditentukan,
maka Kontraktor harus menutup kelebihan tersebut dengan urugan pasir yang
dipadatkan dan disiram air setiap ketebalan 5 cm, lapis demi lapis sampai jenuh serta mencapai
ketinggian yang diinginkan.
b. Urugan pasir
1) Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai keramik, pasir alas pondasi dan
Pekerjaan Buis Beton Ό.40, Ό.30, U.30 dan Pemasangan Paving Block menggunakan Pasir
Urug ukuran ketebalan urugan disesuaikan dengan RAB pada kontrak.
2) Sebelum dilakukan pengurugan, tanah sudah diratakan dan dibersihkan dari segala kotoran yang
ada.
3) Pasir urug harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper hingga mencapai kepadatan yang
disetujui oleh Konsultan Supervisi atau jenuh air sebelum dilakukan pekerjaan lain diatasnya.
4) Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Supervisi

3. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah jumlah meter kubik dari pekerjaan galian dan atau
timbunan di tempat dan sudah diterima baik oleh direksi/ pengawas lapangan. Dimensi yang digunakan
untuk menghitung kuantitas ini haruslah dimensi nominal dari masing–masing pekerjaan seperti yang
diuraikan dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

Uraian Satuan Pengukuran


Galian Tanah Meter Kubik
Urugan Pasir Meter Kubik
Urugan Tanah kembali bekas galian Meter Kubik
PASAL 6
PEKERJAAN BETON

1. UMUM
a. Pekerjaan yang disyaratkan dalam seksi ini harus mencakup pembuatan seluruh struktur beton,
termasuk tulangan dan struktur komposit sesuai dengan persyaratan dan sesuai dengan garis elevasi,
ketinggian, dan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar, dan sebagaimana diperlukan oleh
Konsultan Pengawas.
b. Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja dimana pekerjaan beton akan di tempatkan,
termasuk pembongkaran dari tiap struktur yang harus dibongkar, galian pondasi, penyiapan dan
pemeliharaan dari pondasi, pengadaan penutup beton, pemompaan atau tindakan lain untuk
mempertahankan agar pondasi tetap kering, dan urugan kembali disekeliling struktur dengan urugan
tanah yang dipadatkan.
c. Mutu dari beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dalam kontrak
haruslah menggunakan mutu beton K.175 Sitemix untuk semua kolom, balok, plat dan sloof berikut
juga kolom praktis dan balok lintle menggunakan mutu beton K 175 Sitemix.
d. Syarat dari PBI tahun 1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan beton yang
dilaksanakan dalam kontrak ini,

2. TOLERANSI
a. Toleransi dimensi:
1) Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m ± 5 mm
2) Panjang keseluruhan lebih dari 6 m ± 15 mm
3) Panjang balok, pelat dek, kolom dinding, atau antara tembok kepala - 0 dan ± 10 mm
b. Toleransi bentuk:
1) Siku (selisih dalam panjang diagonal) ±10 mm
2) Kelurusan / lengkungan (penyimpangan dari garis yang dimaksud) u/ panjang s/d 3 m ±12 mm
3) Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m - 6 m ±15 mm
4) Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m ±20 mm
c. Toleransi kedudukan (dari titik patokan):
1) Kedudukan permukaan horizontal dari rencana ± 10 mm
2) Kedudukan permukaan vertikal dari rencana ± 20 mm
d. Toleransi kedudukan tegak:
1) Penyimpangan ketegakan kolom dan dinding ± 10 mm
e. Toleransi ketinggian (elevasi)
Puncak beton penutup di bawah pondasi ± 10 mm
f. Toleransi kedudukan mendatar: ±10 mm dalam 4 m panjang mendatar.
g. Toleransi untuk penutup/selimut beton tulangan :
1) selimut beton sampai 3 cm 0 dan ± 5 mm
2) selimut beton 3 cm - 5 cm 0 dan ± l0 mm
3) selimut beton 5 cm - 10 cm ±10 mm

3. SUMBER STANDAR
PBI 1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2
SNI 2847 2013 Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung
AASHTO M85-75 Semen Portland
Pengisi sambungan yang dibentuk untuk lapisan beton dan konstruksi
AASHTO M2 13-74
struktur.
AASHTO Tll-78 Jumlah material yang lebih halus dari ayakan 0.075 mm dalam agregat.
Pengisi sambungan yang dibentuk untuk lapisan beton dan konstruksi
AASHTO M2 13-74
struktur.
AASHTO T ll-78 Jumlah material yang lebih halus dari ayakan 0.075 mm dalam agregat.
AASHTO T 21-78 Ketidak murnian organis dalam pasir untuk beton.
AASHTO T 26-72 Mutu air yang akan digunakan dalam beton
AASHTO T 96 -77 Abrasi dari agregat kasar dengan menggunakan mesin Los Angeles.
AASHTO T 104-77 Penentuan mutu agregat dengan menggunakan sodium sulfat.
AASHTO T 112-78 Gumpalan lempung dan partikel yang dapat pecah dalam agregat.
AASHTO T 126-76 Pembuatan dan perawatan contoh untuk pengujian beton di laboratorium.
AASHTO T141-74 Pengambilan contoh beton segar

4. PENYIMPANAN DAN PERLINDUNGAN MATERIAL


Untuk penyimpanan semen, kontraktor harus menyediakan tempat yang tahan cuaca yang kedap udara dan
mempunyai lantai kayu yang dinaikkan yang ditutup dengan lapis selubung plastik.

5. KONDISI TEMPAT KERJA


Kontraktor harus menjaga temperatur dari seluruh material, khususnya agregat kasar, pada tingkat yang
serendah mungkin dan harus menjaga temperatur dari beton di bawah 30° C sepanjang waktu pengecoran.
Sebagaii tambahan, kontraktor tidak boleh melakukan pengecoran bila:
a. Tingkat penguapan melampaui 1.0 kg/m2/jam.
b. Diperintahkan untuk tidak melakukannya oleh Konsultan Pengawas, selama periode hujan atau bila
udara penuh debu atau tercemar.

6. PERBAIKAN DARI PEKERJAAN BETON YANG TAK MEMUASKAN :


Perbaikan dari pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang disyaratkan atau yang
memiliki hasil akhir permukaan yang tidak memuaskan, atau yang tidak memenuhi kebutuhan syarat
campuran yang dipersyaratkan, meliputi:
a. Perubahan dalam proporsi campuran untuk sisa pekerjaan;
b. Tambahan perawatan pada bagian dari struktur yang dari hasill pengujian ternyata gagal;
c. Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian pekerjaan yang dipandang tidak
memuaskan;
d. Penambalan dari cacat-cacat kecil.
e. Dalam hal adanya perselisihan dalam kualitas pekerjaan beton atau adanya keraguan dari data
pengujian yang ada, Konsultan Pengawas dapat meminta kontraktor melakukan pengujian tambahan
yang diperlukannya untuk menjamin penilaian yang wajar pada mata pekerjaan yang telah
dilaksanakan. Pengujian tambahan tersebut haruslah atas biaya Kontraktor.

7. BAHAN – BAHAN
a. Semen
b. Agregat Halus
c. Agregat Kasar
d. Air
e. Baja Tulangan
Seluruh bahan diatas dipersyaratkan yang tertuang pada Pasal Bahan/Material.

8. PENCAMPURAN DAN PENAKARAN


a. Rancangan campuran
Proporsi material dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan metoda yang disyaratkan
dalam PBI
b. Campuran percobaan
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta material yang diusulkan dengan membuat dan
menguji campuran percobaan, dengan disaksikan oleh Konsultan
c. Persyaratan sifat campuran
1) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan Slump yang
dibutuhkan
2) Beton yang tidak memenuhi persyaratan "slump" umumnya tidak boleh digunakan pada pekerjaan,
terkecuali bila Konsultan Pengawas dalam beberapa hal menyetujui penggunannya secara terbatas
dari sedikit jumlah beton tersebut pada bagian tertentu yang sedikit dibebani. Sifat mudah dikerjakan
serta tekstur dari campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa
membentuk rongga atau menahan udara atau buih air dan sedemikian rupa sehingga pada
pembongkaran akan menghasilkan permukaan yang merata, halus dan padat.
3) Bila hasil dari pengujian 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah nilai yang disyaratkan, kontraktor
tidak diperbolehkan mencor beton lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut
dapat dipastikan dan sampai telah diambil tindakan-tindakan yang akan menjamin produksi beton
memenuhi persyaratan secara memuaskan. Beton yang tidak memenuhi kuat tekan 28 hari yang
disyaratkan harus dipandang tidak memuaskan dan pekerjaan harus diperbaiki.
4) Konsultan Pengawas dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau memerintahkan kontraktor
mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran berdasarkan hasil test kuat
tekan 3 hari, dalam keadaan demikian, kontraktor harus segera menghentikan pengecoran beton yang
dipertanyakan tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian 7 hari diperoleh, sebelum
menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Konsultan Pengawas akan menelaah kedua
hasil pengujian 3 hari dan 7 hari, dan segera memerintahkan penerapan dari tindakan perbaikan
apapun yang dipandang perlu.
5) Perbaikan dari pekerjaan beton yang tak memuaskan yang melibatkan pembongkaran menyeluruh
dan penggantian beton tidak boleh didasarkan pada hasil pengujian kuat tekan 3 hari saja, terkecuali
kontraktor dan Konsultan Pengawas keduanya sepakat pada perbaikan tersebut.

9. PENGUKURAN AGREGAT
a. Seluruh beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan semen kantongan, kuantitas penakaran
harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah sama dengan satu atau kebulatan
dari jumlah kantung semen.
b. Agregat harus diukur secara terpisah beratnya. Ukuran masing-masing takaran tidak boleh melebihi
seluruh penakaran, agregat harus dibuat jenuh air dan dipertahankan dalam kondisi lembab, pada
kadar yang mendekati keadaan jenuh kering permukaan, dengan secara berkala menyiram timbunan
agregat dengan air.

10. PENCAMPURAN
a. Beton harus dicampur dalam mesin yang dioperasikan secara mekanikal dari tipe dan ukuran yang
disetujui dan yang akan menjamin distribusi yang rnerata dari material.
b. Pencampur harus dilengkapi dengan penampung air yang cukup dan peralatan untuk mengukur dan
mengendalikan jumlah air yang digunakan secara teliti dalam masing-masing penakaran.
c. Alat pencampur pertama-tama harus diisi dengan agregat dan semen yang telah ditakar, dan
selanjutnya pencampuran dimulai sebelum air ditambahkan.
d. Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam campuran material
kering. Seluruh air pencampur harus dimasukkan sebelum seperempat waktu pencampuran telah
berlalu. Waktu pencampuran untuk mesin dengan kapasitas ¾ m3 atau kurang haruslah 1.5 menit,
untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap tambahan 0.5 m3 dalam
ukuran.
e. Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Konsultan Pengawas dapat menyetujui
pencampuran beton dengan tenaga manusia, sedekat mungkin dengan tempat pengecoran.
Penggunaan pencampuran dengan tenaga manusia harus dibatasi pada beton non struktural.

11. PENGECORAN
a. Penyiapan tempat kerja
1) Kontraktor harus membongkar, struktur yang ada yang akan diganti dengan pekerjaan beton yang
baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru.
2) Kontraktor harus menggali atau mengurug pondasi atau formasi untuk pekerjaan beton hingga garis
yang ditunjukkan dalam Gambar, dan harus membersihkan dan menggaru tempat yang cukup
disekeliling dari pekerjaan beton tersebut untuk menjamin dapat dicapainya seluruh sudut pekerjaan.
Jalan kerja yang kokoh juga harus disediakan juga perlu untuk menjamin bahwa seluruh sudut
pekerjaan dapat diamati dengan mudah dan aman.
3) Seluruh landasan pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dipertahankan kering dan beton
tidak boleh di cor di atas tanah yang berlumpur atau bersampah atau dalam air.
4) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang harus dimasukkan
ke dalam beton (seperti pipa atau saluran) harus sudah di tempatkan dan diikat kuat sehingga tidak
bergeser sewaktu pengecoran.
b. Cetakan
1) Cetakan dari tanah, bila disetujui oleh Konsultan Pengawas, harus dibentuk dengan galian, dan sisi
serta dasarnya harus dipotong dengan tangan sesuai ukuran yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah
lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.
2) Cetakan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap terhadap aduk dan
cukup kokoh untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan
perawatan.
3) Kayu yang tidak dihaluskan dapat digunakan untuk permukaan yang tidak akan tampak pada struktur
akhir, tetapi kayu yang dihaluskan dengan tebal yang merata harus digunakan untuk permukaan
beton yang tampak. Cetakan harus menyediakan pembulatan pada seluruh sudut-sudut tajam.
4) Cetakan harus dibangun sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.
c. Pelaksanaan pengecoran
1) Kontraktor harus memberitahukan Konsultan Pengawas secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum
memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton bila operasi telah ditunda untuk
lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi dari pekerjaan, macam pekerjaan, kelas dari
beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
2) Direksi Teknik akan memberi tanda terima dari pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa cetakan
dan tulangan dan dapat mengeluarkan atau tidak mengeluarkan persetujuan secara tertulis untuk
pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak boieh melaksanakan pengecoran
beton tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas untuk memulai.
3) Tidak bertentangan dengan pengeluaran atau persetujuan untuk memulai, tidak ada beton yang boleh
dicor bila Konsultan Pengawas atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran
dan pengecoran secara keseluruhan.
4) Sesaat sebelum beton dicor, cetakan harus dibasahi dengan air atau disebelah dalamnya dilapisi
dengan minyak mineral yang tak akan membekas.
5) Tidak ada beton yang boleh digunakan bila tidak dicor dalam posisi akhir dalam cetakan dalam
waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam waktu sesuai petunjuk Konsultan Pengawas
berdasarkan atas pengamatan sifat-sifat mengerasnya semen yang digunakan.
6) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan konstruksi yang telah
disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.
7) Beton harus dicor sedemikian rupa agar terhindar dari segregasi (pemisahan) partikel kasar dan halus
dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin ke tempat pengecoran
8) Bila dicor ke dalam struktur yang memiliki cetakan yang sulit dan tulangan yang rapat, beton harus
dicor dalam lapis-lapis horizontal yang tak lebih dari 15 cm tebalnya.
9) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa sehingga beton yang telah berada di
tempat masih plastis sehingga dapat menyatu dengan beton segar.
10) Air tidak diperbolehkan dialirkan ke atas atau dinaikkan kepermukaan pekerjaan beton dalam waktu
kurang dari 24 jam setelah pengecoran.

12. SAMBUNGAN KONSTRUKSI


a. Jadwal pembetonan harus disiapkan untuk tiap-tiap struktur secara lengkap dan Konsultan Pengawas
harus menyetujui lokasi dari sambungan konstruksi pada jadwal tersebut, atau harus diletakkan
seperti yang ditunjukkan pada gambar.
b. Bila sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati sambungan sedemikian
sehingga membuat struktur tetap monolit.
c. Kontraktor harus menyediakan tambahan buruh dan material sebagaimana diperlukan untuk membuat
tambahan sambungan konstruksi dalam hal penghentian pekerjaan yang tidak direncanakan dari
pekerjaan yang disebabkan oleh hujan atau macetnya pengadaan beton atau penghentian oleh
Konsultan Pengawas

13. KONSOLIDASI
a. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam atau dari luar yang
telah disetujui. Bila diperlukan, dan apabila disetujui oleh Konsultan Pengawas, penggetaran harus
ditambah dengan penusukan batang penusuk dengan tangan dengan alat yang cocok untuk menjamin
pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar tak boleh digunakan untuk memindahkan campuran
beton dari satu titik ke titik lain dalam cetakan.
b. Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan bahwa semua sudut dan
diantara dan disekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa pemindahan kerangka penulangan, dan
setiap rongga udara dan gelembung udara terisi.
c. Penggetar harus dibatasi lama penggunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan yang diperlukan
tanpa menyebabkan segregasi (pemisahan) dari agregat.
d. Setiap alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dimasukkan tegak ke dalam beton
basah supaya tembus kedasar beton yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh ke
dalaman seksi itu. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada
posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar harus tidak berada lebih dari 30 detik pada
satu lokasi, tidak boleh digunakan untuk menggeser campuran beton kelokasi lain dan tidak boleh
menyentuh tulangan beton.

14. PEKERJAAN AKHIR


a. Cetakan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang langsung dan struktur yang
serupa lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah
pelat, balok, atau lengkung, tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa paling
sedikit 60% dari kekuatan rancangan dari beton telah dicapai.
b. Permukaan pengerjaan akhir biasa
1) Terkecuali diperintahkan lain, permukaan dari beton harus dikerjakan segera setelah pembongkaran
cetakan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang digunakan untuk memegang cetakan di tempat,
dan cetakan yang melewati struktur beton, harus dibuang atau dipotong ke sebelah dalam paling
sedikit 2.5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan dan ketidak rataan beton lainnya yang
disebabkan oleh cetakan harus dibuang.
2) Direksi Teknik harus memeriksa permukaan beton segera setelah pembongkaran cetakan dan dapat
memerintahkan penambalan ketidak sempurnaan kecil yang tidak akan mempengaruhi struktur atau
fungsi lainnya dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan
lekukan dengan aduk.
c. Permukaan (Pekerjaan akhir khusus)
1) Permukaan yang tampak harus diberikan pekerjaan akhir selanjutnya atau seperti yang diperintahkan
oleh Konsultan Pengawas
2) Permukaan yang tidak horizontal yang tampak telah ditambal atau yang kasar harus digosok dengan
batu gurinda kasar, dengan menempatkan sedikit adukan pada permukaannya. Adukan harus terdiri
dari semen dan pasir halus dalam takaran yang digunakan untuk beton tersebut. Penggosokan harus
dilanjutkan hingga seluruh tanda bekas cetakan, ketidak rataan, tonjolan menjadi hilang, serta
seluruh rongga terisi dan permukaan yang merata telah diperoleh.

15. PERAWATAN
a. Sejak permulaan segera setelah pengecoran. Beton harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur
yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dipertahankan dengan kehilangan
kelembaban yang minimal dan dengan temperatur yang relatif tetap untuk suatu perioda waktu yang
disyaratkan untuk menjamin hidrasi yang baik dari semen dan pengerasan betonnya.
b. Beton harus dirawat, setelah mengeras secukupnya, dengan menyelimuti memakai lembaran yang
menyerap air yang harus selalu basah untuk waktu paling sedikit 3 hari. Seluruh lembaran atau selimut
untuk merawat beton harus cukup diberati atau diikat ke bawah untuk mencegah permukaan terbuka
terhadap aliran udara. Bila cetakan kayu digunakan, cetakan tersebut harus dipertahankan basah pada
setiap saat sampai dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan dan pengeringan beton.

16. BAJA TULANGAN UNTUK BETON


Pekerjaan itu harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan spesifikasi dan
Gambar , serta Buku Pegangan Standart praktis untuk detail struktur beton bertulang, Institut Beton
Amerika Baja tulangan beton yang polos dan yang berulir, dan juga kawat baja yang dibentuk dalam
keadaan dingin (cold drawn steel wire) untuk tulangan beton.
a. Standar rujukan
1) A.C.I 315 Buku pegangan standar praktis untuk detail struktur beton bertulang, Institut Beton
Amerika.
2) AASHTO M31-77 Baja tulangan beton yang polos dan yang berulir.
b. Toleransi
a. Toleransi untuk pembuatan (fabrikasi) harus seperti yang disyaratkan dalam ACI 315.
b. Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup bagian luar dari baja
tulangan sesuai dengan gambar.
c. Penyimpanan dan Penanganan
a. Kontraktor harus mengangkut tulangan ketempat kerja dalam ikatan, diberi label, dan ditandai
dengan label metal yang menunjukkan ukuran, panjang batang dan informasi lainnya
b. Kontraktor harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan sedemikian untuk mencegah
pengotoran, korosi, atau kerusakan.
d. Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari pekerjaan yang tak memuaskan
1) Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak boleh digunakan dalam pekerjaan :
3) Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi pembuatan yang disyaratkan
dalam ACI 315
4) Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukan pada gambar atau gambar kerja akhir
5) Batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih atau oleh sebab lain.
2) Dalam hal kekeliruan dalam pembuatan bentuk tulangan. Barang yang telah dibengkokan tidak
boleh dibengkokan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan Konsultan Pengawas. Pembengkokan
kembali dari batang harus dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali disetujui lain oleh Konsultan
Pengawas. Dalam segala hal batang tulangan yang telah dibengkokan kembali lebih dari satu kali
pada tempat yang sama tidak diijinkan digunakan pada pekerjaan. Kekeliruan yang tidak dapat
diperbaiki oleh pembengkokan kembali, atau bila pembengkokan kembali tidak disetujui oleh
Konsultan Pengawas, harus diperbaiki dengan mengganti menggunakan batang yang baru yang
dibengkokan dengan benar dan sesuai dengan bentuk dan ukuran yang disyaratkan.
3) Kontraktor harus menyediakan fasilitas di tempat kerja untuk pemotongan dan pambengkokan
tulangan, dan harus menyediakan stok yang cukup dari batang lurus di tempat, untuk pembengkokan
yang dibutuhkan dan untuk memperbaiki kekeliruan atau penggantian.
e. Penggantian ukuran tulang
Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya diijinkan bila secara jelas disahkan oleh Konsultan
Pengawas.
f. Material
1) Baja tulangan
Baja tulangan yang digunakan adalah Baja Polos U 24 untuk baja tulangan dengan diameter lebih
kecil atau sama dengan 12 mm. Sedangkan untuk baja tulangan dengan diameter lebih besar dari 12
mm menggunakan Baja Ulir U 37.
2) Pengikat untuk tulangan
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja

g. Pembengkokan
1) Terkecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas, seluruh tulangan harus dibengkokan dalam
keadaan dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 315 menggunakan batang yang pada awalnya lurus
dan bebas dari tekukan, bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila penggunaan panas untuk
pembengkokan di lapangan disetujui oleh Konsultan Pengawas, tindakan pengamanan harus diambil
untuk menjamin bahwa sifat dari baja tidak terlalu banyak berubah.
2) Batang dari diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkokkan dengan mesin pembengkok.
h. Penempatan dan pengikatan
1) Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan kotoran, lumpur, oli,
cat, karat dan kerak, percikan aduk atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau merusak pelekatan
dengan beton.
2) Tulangan harus secara tepat ditempatkan sesuai dengan gambar dan dengan kebutuhan selimut
penutup minimum yang disyaratkan
3) Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga tidak tergeser
sewaktu operasi pengecoran. Pengelasan dari batang melintang atau pengikat terhadap baja tarik
utama tidak diperkenankan.
4) Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang keseluruhan yang ditunjukkan pada
gambar. Penyambungan (splicing) dari batang, terkecuali ditunjukkan pada gambar, tidak akan
diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
5) Bila sambungan (splice) yang menumpang disetujui maka panjang yang menumpang haruslah 40
diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait pada ujungnya.
6) Pengelasan dari baja tulangan tidak akan diijinkan terkecuali diperinci dalam gambar atau secara
khusus diijinkan oleh Konsultan Pengawas secara tertulis. Bila Direksi menyetujui pengelasan dan
penyambung, maka sambungan dalam hal ini adalah las tumpu ujung yang menembus penuh.
Pendinginan benda las dengan air tidak diijinkan.
7) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan meninggalkan permukaan beton sehingga tidak akan
tampak dari luar.
ADUKAN SEMEN

1. URAIAN
Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan dan pemasangan adukan untuk penggunaan dalam beberapa
pekerjaan dan sebagai pekerjaan akhir permukaan pada pasangan batu atau struktur lain sesuai dengan
spesifikasi ini.

2. STANDAR RUJUKAN
a. AASHTO M 45 – 70 Agregat untuk adukan pasangan
b. AASHTO M 85 – 75 Semen portland
c. ASTM C476 Adukan dan Bahan pengisi untuk penguatan pasangan

3. MATERIAL CAMPURAN
a. Material
1) Semen harus sesuai persyaratan dalam AASHTO M 45
2) Agregat halus harus memenuhi persyaratan dalam AASHTO M 45
b. Campuran
Adukan yang digunakan untuk pekerjaan ini, harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur
dalam proporsi yang telah ditentugan dalam Gambar kerja. Adukan yang disiapkan harus memiliki kuat
tekan yang memenuhi persyaratan yang diperlukan.

4. PENCAMPURAN DAN PEMASANGAN


a. Pencampuran
1) Seluruh material kecuali air harus dicampur, baik dalam kolak yang rapat atau dalam alat pencampur
adukan yang disetujui, hingga campuran telah berwarna merata, baru setelah itu air dimasukan dan
pencampuran dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah air harus sedemikian sehingga
menghasilkan aduk dengan konsistensi (kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi
70% dari berat semen yang digunakan
2) Adukan dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk penggunaan langsung. Jika perlu
adukan boleh diaduk kembali dengan air dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal.
Pengadukan kembali setelah waktu tersebut, tidak diperbolehkan.
3) Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan harus dibuang.
b. Pemasangan
1) Permukaan yang akan menerima adukan harus dibersihkan dari oli atau lempung dan kotoran lainnya
dan secara menyeluruh telah dibasahi sebelum adukan dipasang. Air yang menggenang pada
permukaan harus dikeringkan sebelum penempatan adukan.
2) Bila digunakan sebagai lapis permukaan, adukan harus dipasang pada permukaan bersih yang
lembab dengan jumlah yang cukup untuk menghasilkan tebal minimum 1.5 cm dan harus dibentuk
menjadi permukaan yang halus dan rata.
PASAL 7
PEKERJAAN PASANGAN KERAMIK

1. UMUM
Pemasangan lantai dan dinding keramik dibuat untuk semua bagian lantai ruangan, selasar bangunan dan
sekeliling dinding ruang basah.

2. PELAKSANAAN
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi harus menyiapkan
rencana kerja pekerjaan keramik meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas disertai gambar shop drawing.
b. Keramik yang masuk ke tapak harus diseleksi, agar sesuai dengan ukuran, bentuk dan warna yang
telah ditentukan. Dus keramik harus dalam keadaan tersegel dengan spesifikasi yang ditentukan.
Warna, ukuran, tekstur, dan bentuk harus seragam. Keramik yang tidak sesuai dengan spesifikasi
tidak boleh dipasang.
c. Pemasangan keramik boleh dilakukan bila Instalasi Mekanikal dan Elektrikal pada lantai sudah
selesai.
d. Kecuali ditentukan lain pada spesifikasi ini atau pada gambar, level yang tercantum pada gambar
adalah level finish lantai, karenanya screeding dasar harus diatur hingga memungkinkan pada keramik
dengan ketebalan yang berbeda permukaan finishnya terpasang rata.
e. Header/kepalaan keramik harus dibuat pada dua arah dengan bantuan alat ukur (theodolit atau
waterpass).
f. Siapkan benang dan meteran ukur, paku beton. Saya ambil contoh kita akan memasang keramik
dinding tampak depan secara keseluruhan dengan ukuran yang lebar.
g. Ukur panjang dinding, kemudian bagi dua sehingga diperoleh ukuran yang sama lebar. Berarti kita
akan memasang keramik dari posisi tengah sebagai titik simetris. Tancapkan paku sebagai tanda pada
bagian tersebut.
h. Ukur tegak lurusnya menggunakan lot pada bagian tengah tadi. Tandai dengan benang dari ujung
bagian atas hingga ke bawah.
i. Kemudian ukur tinggi dinding hingga batas paling atas. Hal ini berguna untuk menentukan batas
pasangan keramik paling atas pada dinding. Misalnya: tinggi dinding yang hendak dipasang keramik
adalah 2 meter, dan tidak sampai ke batas plafon. Maka pasangan keramik dinding diambil dari batas
paling atas kemudian turun ke bawah. Atau mungkin saja dipasang sebatas 1 meter saja sebagai fasad
rumah bagian bawah. Hal ini dapat Anda sesuaikan sendiri dengan selera dan model rumah.
j. Setelah mengukur dan memasang batas pasangan dengan benang, kita akan mulai memasang keramik
satu-persatu dari bagian bawah. Karena memasang dari bawah adalah teknik yang paling mudah.
Pemasangan benang bagian atas dan bawah yang berfungsi sebagai “jalur” pasangan keramik, harus
diukur sesuai dengan tinggi satu keping keramik, misalnya jika satu keping keramik tingginya 25 cm,
atau 40 cm, maka jarak benang juga harus 25 cm atau 40 cm.
k. Rendam terlebih dahulu keramik yang akan dipasang dalam air selama 2-3 jam, hal ini sangat
berguna agar adonan yang menempel pada permukaan keramik bagian bawah tidak langsung
mengering sehingga daya rekatnya lebih baik.
l. Jika adonan atau adukan telah disiapkan, ambil beberapa keping keramik dari rendaman, dan tiriskan,
keramik tidak yang telah direndam tidak boleh terkena sinar matahari, sebab keramik akan cepat
mengering dan pengaruh perendaman akan sia-sia.
m. Ambil satu keping keramik, letakkan adonan di atas permukaan bawah kepingan keramik. Ketebalan
disesuaikan dengan jarak benang ke dinding. Ketebalan adonan yang ideal antara 1 hingga 1,5 cm.
Jika ketebalannya melebihi ukuran tersebut, akan menyulitkan kita memasang keramik dinding.
Untuk mengantisipasi hal ini, sebaiknya periksa terlebih dahulu tegak lurusnya dinding dengan lot.
Jika terdapat bagian yang “tekor” atau melengkung ke dalam, maka plester dahulu hingga semua
bagian rata dan tegak lurus.
n. Tempelkan pada dinding, ratakan dengan benang, dan tekan dengan palu karet (rubber mallet), ketok
secara perlahan hingga keramik menempel dan rata dengan benang atas maupun bawah. Taburi
bagian atas dan samping dengan semen kering. Ganjal sisi bawah keramik dengan dua buah paku,
kanan dan kiri, agar keramik tidak melorot. Isi bagian atas pasangan keramik dengan adukan sehingga
padat dan tidak kopong.
o. Selanjutnya lakukan pemasangan berikutnya seperti di atas hingga selesai. Pada bagian sudut yang
dipotong, harus rapi dan tidak terlalu longgar.
p. Jika pasangan telah selesai, bersihkan semua permukaan keramik dengan spoons atau kain katun,
sehingga sisia adukan dan semen bersih.
q. Pengecoran nat – nat lantai dilaksanakan dengan adukan semen encer (putih), pembersihan sisa – sisa
pengecoran harus segera dilakukan, sebelum adukan semen tersebut menjadi kering.
r. Lantai harus benar-benar terpasang rata, baik yang ditentukan datar maupun yang ditentukan
mempunyai kemiringan.
s. Kemiringan tidak boleh kurang dari 25 mm pada jarak 10 m untuk area toilet. Sedangkan untuk area
lain, tidak boleh kurang dari 12 mm pada jarak 10 m. Kemiringan harus lurus hingga air bisa
mengalir semua tanpa meninggalkan genangan.
t. Pemotongan keramik harus menggunakan alat yang sesuai agar menghasilkan hasil potongan yang
rata, tidak bergerigi.
u. Keramik harus dilindungi dari pergerakan selama 48 jam setelah pemasangan dengan menempatkan
rambu atau tanda.
v. Pasangan keramik harus diperiksa jarak dan kelurusan nat-nya, tidak kosong aciannya, tidak retak dan
gores, beda tinggi keramik (plint) maksimal 1 mm.
w. Ketidaksesuaian pemasangan dengan spesifikasi yang telah di uraikan menjadi tanggung jawab
kontraktor, dibongkar dan di perbaiki sesuai dengan spesifikasi yang diminta.

3. ADUKAN
Agar keramik memiliki daya rekat yang baik, selain direndam, adonan atau adukan dasar untuk keramik
juga sangat mempengaruhi daya rekatnya.Berikut ini beberapa hal penting yang harus diperhatikan ketika
membuat adonan pasangan keramik:
a. Adukan untuk Keramik dinding dibuat dengan pebandingan 1 pc : 2 pasir.
Adukan untuk Keramik lantai dibuat dengan pebandingan 1 pc : 4 pasir.
b. Adonan pasir dan semen dicampur dengan air secukupnya, sehingga berbentuk seperti pasta.
c. Adonan harus diaduk secara merata agar tingkat kematangan sempurna.

4. ADUKAN
Pemasangan Keramik harus dibayar dengan cara Meter Persegi (M2), sedangkan pembayaran Rabat Floor
Beton Harus dibayar dengan cara Meter Kubik (M3), pembayaran tersebut sudah termasuk penyediaan
dan pemasangan semua peralatan, untuk semua pekerja, bahan, perkakas, dan biaya lainnya yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Uraian Satuan Pengukuran
Pek. Lantai Keramik 60 x 60 M2
Pek. Lantai Keramik KM/WC 20x20 M2
Pek. Dinding Keramik KM/WC 20x25 M2
Pek. Pas. Rabat Floor Beton M3
PASAL 8
PEKERJAAN RABAT

1. UMUM
Lingkup pekerjaan Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan Rabat.

2. BAHAN
a. Pasir (Lihat Pasal Bahan)
b. Semen (Lihat Pasal Bahan)
c. Air (Lihat Pasal Bahan)
d. Kerikill (Lihat Pasal Bahan)
e. Dukan (Lihat Pasal Adukan)

3. PELAKSANAAN
a. Rabat menggunakan campuran 1 Smn : 3 Kr : 5 Psr
b. Adukan yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis ini harus disingkirkan dari pekerjaan.

4. PENGENDALIAN MUTU DI LAPANGAN


Secara periodik harus dilakukan pemeriksaan kualitas campuran spesi.

5. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


a. Pengukuran Kuantitas plesteran dan acian dihitung berdasarkan luasan bidang yang terpasang, yaitu
panjang x tinggi bidang plesteran/acian.
b. Pembayaran Kuantitas yang diukur sebagaimana disyaratkan di atas yang ditentukan harus dibayar
dengan harga satuan kontrak untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini dan ditunjukan
dalam daftar kuantitas dan harga, dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk
penyediaan bahan, peralatan dan tenaga kerja.

Uraian Satuan Pengukuran


Pek. Pas. Rabat Beton ad. 1:5 Meter Kubik
PASAL 9
PEKERJAAN PLESTERAN, ACIAN, PASANGAN BATA

1. BAHAN
a. Pasir
Pasir haruslah mempunyai gradasi yang baik dan kekerasan yang memungkinkan untuk menghasilkan
adukan yang baik. Pasir untuk plesteran harus diayak cukup halus, dan pasir laut atau pasir yang
memiliki kandungan tanah tidak diperkenankan untuk digunakan.
b. Semen
Semen yang digunakan adalah semen tipe I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis lain (SII 0013-81).
c. Batu bata - Minimal seperti yang dipersyaratkan di Pasal Bahan
d. Agregat Kasar dan Agregat Halus- Minimal seperti yang dipersyaratkan di Pasal Bahan
e. Air
Air yang dipakai harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali dan garam-garaman.
f. Adukan
1) Adukan yang digunakan untuk plesteran adalah: campuran 1 PC : 4 Pasir.
2) Cara dan alat yang dipakai untuk mencampur haruslah sedemikan rupa sehingga jumlah dari setiap
bahan adukan bisa dikontrol dan ditentukan secara tepat sesuai persetujuan Konsultan
Pengawas/Direksi. Buat adukan dalam jumlah yang dapat dipakai habis dalam waktu 45 menit.
Adukan/Plesteran dapat dipakai sampai batas adukan/plesteran tidak dapat lagi diolah (lebih kurang
90 menit setelah adukan jadi). Pemakaian kembali adukan tersebut tidak diperkenankan. Kotak
untuk mengaduk harus dibersihkan setiap akhir dari hari kerja.

2. STANDAR
a. SK SNI S-03-1994-03 (Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata dan Plesteran) atau Produk
Lokal yang telah memenuhi standar uji material.
b. Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plesteran Dinding).
c. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam).
d. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan Adukan dan Plesteran Dengan
Bahan Dasar Semen).

3. PELAKSANAAN
a. Pekerjaan Plesteran
1) Sebelum pekerjaan dilaksanakan Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas
2) Untuk pekerjaan plesteran dinding bata biasa dipergunakan adukan 1 pc : 4 ps, sedangkan untuk
plesteran dinding trasraam 1pc : 3 ps.
3) Untuk plesteran beton dipergunakan 1 pc : 3 ps, setelah dipermukaan beton yang akan diplester
dikasarkan terlebih dahulu dan disiram dengan air semen.Persiapkan dan bersihkan permukaan-
permukaan yang akan diplester dari kotoran-kotoran dan bahan bahan lain yang dapat merusak
plesteran.
4) Tukang- tukang plester yang dinilai tidak cakap, karena pekerjaan yang buruk harus diganti dengan
yang baik.
5) Adukan yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis ini harus disingkirkan dari pekerjaan.
6) Sebelum diplester bidang dinding harus dibasahi terlebih dahulu sampai jenuh, agar adukan dapat
melekat dengan baik.
7) Untuk bidang beton yang akan diplester harus diketrek/scrath terlebih dahulu dan bidang tembok
yang akan difinish dengan cat harus diberi acian diatas permukaannya.
8) Kelembaban plesteran harus dijaga dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat
kering dan melindungi dari panas matahari langsung dan jika terjadi keretakan harus dibongkar dan
diperbaiki. Penyiraman harus dilakukan selama 7 hari setelah selesai pengacian dan tiap hari disiram
2 kali dengan memperhitungkan tenggang waktu untuk menjaga kondisi jenuh tersebut. Plesteran
yang diminta adalah termasuk acian.
9) Semua pekerjaan plesteran dikerjakan dengan teknik sempurna, bidang-bidangnya rata, tegak
lurus/siku terhadap bidang lainnya kemudian diaci atau dihaluskan permukaannya dengan digosok
sampai licin. Agar didapat bidang plesteran yang rata permukaannya maka dalam pelaksanaanya
pemborong harus menginstruksikan kepada tukang batu agar membuat kepala-kepala plesteran
setiap bidangnya.
b. Pekerjaan Pasangan Batu bata
1) Sebelum pekerjaan dilaksanakan Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas.
2) Semua dinding bangunan dipasang ½ (setengah bata) yang diperkuat dengan kolom struktur dan
kolom praktis 12/12 cm beton bertulang, yang jarak peletakannya sesuai dengan gambar kerja.
3) Untuk pasangan dinding bata biasa dipakai adukan 1 pc : 4 ps, sedangkan untuk pasangan bata
mulai dari sloof beton bertulang sampai setinggi 30 cm diatas rencana lantai dipasang dinding
trasraam dengan adukan 1 pc : 3 ps.
4) Pasangan dinding bata trasraam dengan adukan 1 pc : 3 ps, juga dipakai untuk memperkuat
pasangan saluran air hujan dan pasangan pondasi rollag batu kali.
5) Batu bata yang digunakan adalah batu bata merah dengan kualitas terbaik yang disetujui Direksi
Lapangan.
6) Pasangan batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih dahulu.
7) Bidang dinding batu bata yang luasnya lebih besar dari ± 12 m2 ditambah kolom praktis.
8) Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
9) Penyedia Jasa konstruksi harus memeriksa detil-detil denah ,ketinggian dinding, dikoordinasikan
dengan gambar pekerjaan–pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal.
10) Bata harus dibersihkan dan direndam terlebih dahulu hingga buihnya habis dan jenuh air agar
tidak menyerap air dari campuran.
11) Penyedia Jasa konstruksi harus menjamin pasangan bata horizontal dengan alat bantu profil kayu
lot pengukur ketegakan pasangan dan benang.
12) Ketebalan spesi diusahakan sama pada arah vertikal dan horizontal.
13) Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 24 lapis setiap
harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.

c. Acian
1) Acian dapat dilaksanakan setelah permukaan plesteran sudah kering (cukup umur).
2) Permukaan plesteran sebelum di aci telebih dahulu disiram air. Untuk memperoleh hasil acian yang
halus, setelah plesteran diberi lapisan acian semen, permukaan acian sebelum mengering digosok
dengan menggunakan kertas gosok.s

4. PENGENDALIAN MUTU DI LAPANGAN


Secara periodik harus dilakukan pemeriksaan kualitas campuran spesi.

5. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


a. Pengukuran kuantitas plesteran yaitu panjang x tinggi bidang plesteran.
b. Pengukuran kuantitas pasangan bata yaitu panjang x tinggi pasangan bata.
c. Pembayaran Kuantitas yang diukur sebagaimana disyaratkan di atas yang ditentukan harus dibayar
dengan harga satuan kontrak untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini dan ditunjukan dalam
daftar kuantitas dan harga, dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk
penyediaan bahan, peralatan dan tenaga kerja.

Nomor Mata Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran


x.x. Plesteran Meter Persegi (M2)
x.x Pasangan Bata Meter Persegi (M2)
PASAL 10
PEKERJAAN STEEL STRUCTURES UNTUK MENARA AIR

1. UMUM
Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Konsultan Pengawas/Direksi untuk
mendapatkan persetujuan. Bahan yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.

2. LINGKUP PEKERJAAN
Dalam pasal ini mencakup syarat-syarat untuk fabrikasi dan pemasangan (install) baja struktural.

3. FABRIKASI BAJA STRUKTUR


3.1. Referensi
Persyaratan-persyaratan yang terkandung dalam edisi terakhir dari standar-standar di bawah ini merupakan
satu kesatuan dengan persyaratan spesifikasi ini dalam cara dan hingga batas yang ditetapkan di sini.
AISC American Institute of Steel Construction
AWS D1.1 Structural Welding Code
SSPC Steel Structures Painting Council
ASTM American Society for Testing and Materials
JIS Japanese Industrial Standard
Spesifikasi Produsen.
3.2. Bahan
Baja Struktur ASTM A36, JIS G3101 SS-400 atau yang setara
Baut Kekuatan Tinggi ASTM A325 atau yang setara
Baut Kekuatan Sedang ASTM A307 atau yang setara
Elektroda ANSIIAWS A5.1 atau yang setara
3.3. Persiapan
a. Bahan-bahan baja yang dikirim ke lokasi kerja harus ditempatkan di atas bantalan sehingga baja
tersebut tidak berhubungan langsung dengan tanah.
b. Sebelum diberi tanda, bahan yang berubah bentuknya harus diperbaiki dengan cara sedemikian rupa
sehingga tidak merusak bahan tersebut. Perubahan bentuk tersebut dapat diperbaiki dengan metode
mekanik, atau melalui pemanasan (tidak lebih dari 650o C).
c. Material baja harus dibersihkan dari semua serpihan mill scale yang terlepas dan zat asing. Mill scale
tidak boleh dilepas selama melakukan persiapan. Mill scale hanya boleh dilepas bila memang perlu
dilepas, misalnya pada saat persiapan permukaan untuk pengecatan dan pengelasan.
3.4. Pemotongan, Pembengkokan dan Lubang Baut
3.4.1. Pemotongan
a. Pemotongan bahan baja bisa dilakukan dengan salah satu metode mekanik berikut ini, yaitu
penggergajian, pengguntingan, penggerindaan atau dengan pemotong gas otomatis.
b. Perubahan bentuk dan kerusakan yang ditimbulkan akibat pekerjaan pemotongan harus
diperbaiki atau digerinda sehingga permukaannya menjadi mulus kembali.
3.4.2. Pembengkokan
Material baja harus dibengkokkan pada suhu udara atau dengan pemanasan tidak melebihi 650oC.
3.4.3. Lubang Baut
a. Lubang baut harus dibor atau di-punch.
Serpihan di sekitar lubang harus dibersihkan dengan baik.
b. Lubang harus ditempatkan secara akurat dan harus saling bersesuaian satu terhadap yang lainnya
di mana bagian-bagian bertemu.
c. Toleransi lubang harus sebagaimana tertera di pada Table 1, kecuali lubang yang lebih besar
sesuai dengan angkur pada pondasi beton diijinkan pada pendetailan kolom bawah.
Tabel 1. Dimensi Lubang Baut Nominal, mm

d. Ukuran maksimum untuk lubang baut angkur disajikan pada Tabel 2 di bawah.
Tabel 2. Dimensi Lubang Angkur Nominal, mm

3.5. Baut Mutu Tinggi


3.5.1. Panjang Baut
Ukuran panjang baut yang dibutuhkan harus ditentukan dengan menambahkan nilai yang tertera
dalam Tabel-1 dengan panjang genggaman (grip) yang tertera dalam Gambar-2. Baut-baut khusus
harus sesuai dengan spesifikasi produsen yang disetujui oleh PEMBERI TUGAS.
Gambar 1. Panjang baut

Tabel – 1
Length to be added to the grip
length 1

Bolt size W/One washer


M12 20 mm
M16 25 mm
M20 30 mm
M22 35 mm
M24 40 mm

Catatan: Panjang yang ditentukan oleh tabel diatas harus disesuaikan dengan ukuran berikutnya
yang lebih panjang.

3.5.2. Permukaan Kontak


Dalam fabrikasi baja struktur, permukaan kontak untuk sambungan jenis friksi dengan baut
kekuatan tinggi harus bersih dari serpihan mill scale, debu, cat minyak, pernis atau lapisan lainnya.
Persiapan cat permukaan (epoxy resin primer coat, inorganic zinc rich paint) boleh diterapkan pada
permukaan tersebut.
Apabila tidak, permukan harus dilindungi dari debu dengan mempergunakan bahan yang tepat yang
kemudian bisa dilepas sebelum pemasangan (erection).
3.5.3. Penanganan Baut, Mur dan Ring
Ketika menangani baut, mur dan ring mur untuk tujuan pengangkutan, penyimpanan atau lainnya,
tindakan pencegahan harus diambil agar ulir dan permukaan yang telah dilapisi tidak menjadi rusak.
Baut, mur dan ring harus dijaga bebas dari debu, kelembaban dan zat asing lain dan dicegah dari
pengkaratan.
3.5.4. Pemeriksaan Baut Berkekuatan Tinggi
Semua baut berkekuatan tinggi harus diperiksa secara kasat mata sesuai dengan spesifikasi
produsen. Selain itu kekuatan untuk batas kuat tarik baut harus dilaksanakan secara acak.
3.5.5. Pengencangan Baut
Pengencangan baut untuk struktur harus dilaksanakan sesuai dengan Pemasangan Struktur Baja.
3.6. Pekerjaan Las
3.6.1. Umum
a. Vendor harus menyerahkan rinci prosedur-prosedur pengelasan dan catatan uji persyaratan tukang
las untuk mendapat persetujuan PEMBERI TUGAS sebelum memulai pekerjaan.
b. Tukang las, operator pengelasan dan juru las ikat yang terlibat dalam pekerjaan ini di bengkel kerja
vendor harus memenuhi persyaratan sesuai dengan ANSI/AWS Dl.l.
c. Pengelasan hanya boleh dikerjakan oleh tukang las, juru las ikat, dan operator pengelasan yang
sebelumnya telah dinyatakan memenuhi persyaratan dengan ujian.
d. Semua prosedur pekerjaan las prakualifikasi yang akan digunakan harus diserahkan ke PEMBERI
TUGAS untuk dimintai persetujuannya melalui spesifikasi prosedur tertulis. Formulir yang
disarankan yang menunjukkan informasi yang dibutuhkan dalam spesifikasi prosedur diberikan
dalam appendix - A.
e. Kecuali bila bukti tertulis tentang uji kualifikasi sebelumnya dapat diterima oleh PEMBERI
TUGAS, prosedur pengelasan sambungan yang diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan harus
dinyatakan memenuhi syarat sebelum digunakan menurut bagian 5 dari standar AWS Dl.1
f. Pengelasan tidak boleh dilakukan ketika permukan basah atau tidak terlindung dari hujan, atau
angin kencang juga bila dapat membahayakan keselamatan personil pengelas.
g. Ukuran dan panjang las tidak boleh kurang dari yang telah ditentukan dalam gambar standar dan
gambar-gambar rinci, juga tidak boleh jauh lebih besar dari pada persyaratan ini tanpa persetujuan
dari PEMBERI TUGAS.
h. Lokasi las tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari PEMBERI TUGAS.
i. Logam dasar yang lebih tipis dari 3mm tidak bisa diterima dalam pengelasan untuk fabrikasi baja
struktur.

3.6.2. Persiapan
a. Persiapan tepi titik pengelasan harus sesuai dengan section 3.2. dari ANSI/AWS Dl.1, setelah disikat
dan/atau digerinda untuk menghilangkan serpihan mill scale, kerak, karat, gemuk dan bahan-bahan
asing lainnya.
b. Sebelum pengelasan pada deposit logam sebelumnya, semua kerak harus dibersihkan dan las serta
logam dasar yang berdampingan harus disikat dengan bersih.
c. Pengelasan tidak diijinkan ketika permukaan titik pengelasan basah, tidak terlindung dari hujan atau
angin kencang.
d. Untuk proses SMAW (Shielded Metal Arc Welding), jenis elektroda berikut harus digunakan .
- Untuk sambungan balok utama.
Jenis elektroda low hydrogen (AWS class SFA 5.1, E7016 atau E7018, atau setara).
- Untuk sambungan serbaneka seperti handrail dan lain-lain.
Jenis elektoda high titania potassium (AWS class SFA 5.1, E6013).
Bahan-bahan pengelasan lainnya seperti jenis high cellulose atau jenis illuminate tidak boleh
digunakan.
e. Pengeringan elektroda harus dilaksanakan, sesuai dengan instruksi berikut sebelum digunakan.
- Untuk jenis elektroda low hydrogen 300 - 400 oC, selama 1 jam.
- Untuk jenis elektroda high titania potassium 70 - 100 oC, selama 0.5 jam.
f. Setelah pengeringan yang disebutkan di poin 5, tukang las harus menempatkan jenis elektroda low
hydrogen di dalam sebuah pengering portabel (portable dryer) pada suhu 100 – 150 oC untuk
mencegah agar tidak terjadi peningkatan kelembaban.
g. Semua hasil pengelasan harus diperiksa secara kasat mata (visual) sesuai dengan standar penerimaan
dan persyaratan ANSI/AWS D1.1, section 8.15. "Quality of Welds" dan section 3.6. “Weld profiles”.
Disamping itu, hasil las tidak boleh mengalami retakan, (goresan) undercut dengan kedalaman lebih
dari 0,8mm, permukaan berlubang yang terbuka dan campuran kerak.
h. LPT (Liquid Penetrant Test) harus dilaksanakan acak pada tingkat 10%, tapi bisa berubah tergantung
pada kinerja produksi pengelasan.

3.6.3. Uji Kualifikasi Kinerja Tukang Las


Uji kualifikasi tukang las dan juru las ikat di bagian lapangan harus sesuai dengan berikut :
a. Tukang las struktur untuk las-lasan beralur tirus (groove).
Posisi uji hasil pengelasan harus 3G dan harus diuji dengan "Pemeriksaan visual dan pengujian
radiographic" sesuai dengan ANSI/AWS D1.1.
Dalam hal munculnya posisi 4G untuk produksi pengelasan aktual, uji posisi 4G harus
diterapkan.
b. Tukang las struktur untuk las-lasan sudut (fillet)
Posisi uji las-lasan harus 3F dan 4F. Las-lasan harus dibuat dengan beberapa kali lintas dan
diperiksa secara visual. Las tidak boleh mengalami retakan, undercut dengan kedalaman lebih
dari 0,8mm, permukaan berpori dan campuran kerak.
c. Juru las ikat
Posisi uji las-lasan harus 3F dan 4F harus dibuat dengan sekali lintas dan flliet-weld-break-test
harus dilakukan sesuai dengan ANSI/AWS D1.1.

3.6.4. Persiapan Logam Dasar


a. Permukaan dan tepi-tepi yang akan dilas harus bebas dari serpihan mill scale, kerak, karat,
gemuk/pelumas, cat dan bahan asing lainnya kecuali bahwa mill scale yang berfungsi untuk
menahan gesekan sikat kawat dapat dibiarkan.
b. Permukaan sambungan harus bebas dari sirip (fins) and sobekan (tears).
c. Persiapan bagian tepi dengan pemotongan menggunakan gas (gas cutting), bilamana mungkin
harus dilakukan dengan sebuah alat las yang dapat dikendalikan secara mekanik.

3.6.5. Perakitan
a. Komponen-komponen yang akan digabung dengan menggunakan las sudut (fillet), dan separasi
antara permukaan (sambungan lintas) lap joint dari permukaan ujung las harus diusahakan
berkontak sedekat mungkin.
b. Bagian-bagian yang akan disambung dengan las-lasan beralur tirus (groove) terlebih dahulu
harus disesuaikan (alignment) dengan benar.
c. Batang yang akan dilas dipasang pada posisi yang benar dengan menggunakan baut, klem,
pasak, guy line, strut, perangkat lain yang tepat atau dengan tack weld hingga pengelasan telah
selesai dilakukan. Pemakaian jig dan fixture adalah direkomen- dasikan bilamana mungkin.
d. Celah harus disediakan untuk mengantisipasi terjadinya pengerutan dan penyusutan.
e. Tack weld harus mengikuti persyaratan mutu yang sama dengan las akhir.
f. Dalam merakit dan menghubungkan komponen suatu struktur atau batang-batangnya dan dalam
mengelas komponen penguat/pengaku pada batang, prosedur dan urutannya adalah sedemikian
rupa sehingga akan meminimalkan perubahan bentuk (distorsi) dan penyusutan.

3.6.6. Logam Pengisi (Filler Metal)


Semua logam pengisi yang telah dikeluarkan dari kemasannya harus dilindungi atau disimpan
sehingga karakteristiknya atau sifat pengelasannya tidak akan terpengaruh.
Elektroda yang basah tidak boleh digunakan. Elektrode low hidrogen harus dikeringkan menurut
petunjuk produsen sebelum digunakan.

3.6.7. Suhu sebelum pengelasan (preheat temperature) dan suhu antar lintasan (inter pass
temperature)
Sebelum pengelasan, logam dasar harus dipanaskan terlebih dahulu menurut persyaratan suhu yang
ditetapkan dalam Tabel 4.
Tabel 4
Minimum Preheat and Interpass Temperature
Ketebalan dari bagian yang paling tebal
Proses las di titik las
Sampai dengan 20 mm Lebih dari 20 mm sampai
dengan 38 mm
Shield metal-arc Tidak ada 200 oC
Pengelasan dengan
Elektrode low hidrogen

* Bila suhu logam dasar berada di bawah 0 oC, maka logam dasar harus dipanaskan terlebih dahulu
hingga mencapai sekurang-kurangnya 20 oC dan suhu tersebut harus tetap dipertahankan selama
pengelasan.

3.6.8. Prosedur Pengelasan


3.6.8.1. Umum
- Arc strike di luar daerah las permanen harus dicegah agar tidak berkontak dengan logam dasar
(base metal).
- Sebelum melakukan pengelasan pada deposit logam sebelumnya, maka kerak harus dibersihkan
serts las dan logam dasar di dekatnya harus disikat bersih.
- Tab ujung harus digunakan untuk las alur (groove welds) agar diperoleh las yang baik.
- Tab ujung, jika digunakan, harus dilepas pada saat pengelasan selesai dan telah menjadi dingin,
dan ujung las harus dibuat halus dan rata dengan bagian di dekatnya.
- Setelah pengelasan selesai dilakukan, lubang baut sementara harus diisi dengan baja, dilas dan
dibuat halus/rata.
- Pelat sandaran (steel backing), jika digunakan, harus dibuat menerus sepanjang las, dan tidak
perlu dilepas kecuali jika ditetapkan sebaliknya.
- Las di dekat atau di sekitar peralatan hanya boleh dilakukan dengan menggunakan alas yang
tepat agar tidak menimbulkan kerusakan pada peralatan. Kerusakan ini dapat meliputi kerusakan
pada bearing dan peralatan elektronik.

3.6.8.2. Manual Shield Metal-Arc Welding


- Pekerjaan harus dilakukan dalam posisi datar bila mana mungkin.
- Klasifikasi dan ukuran elektroda, panjang lengkung-elektroda, tegangan dan kuat arus harus
disesuaikan dengan ketebalan bahan, jenis alur tirus (groove), posisi pengelasan dan keadaan
lainnya yang timbul pada saat melakukan pekerjaan.
- Ukuran maksimum elektroda adalah sebagai berikut:
8,0mm untuk semua las yang dilakukan dalam posisi datar, kecuali untuk root pass.
6,4mm untuk fillet weld horisontal, dan root pass pada las alur (groove) yang dilakukan
dalam posisi datar dengan sandaran (backing) dan dengan root opening sebesar
6,4mm atau lebih.
4,0mm untuk las yang dilakukan dengan EXX14 yang ditetapkan dalam spesifikasi
AWS dan elektroda low hidrogen dalam posisi vertikal dan pgsisi di atas kepala
(over-head position).
4,8mm untuk root pass pada las alur (groove) dan semua las lainnya yang tidak
tercakup di atas.
- Ukuran minimum root pass adalah sedemikian rupa agar dapat mencegah terjadinya retakan.
- Ketebalan maksimum lapisan berikutnya pada root pass untuk fillet weld dan ketebalan
maksimum semua lapisan las alur (groove) adalah :
6,4mm for root passes of groove welds.
3,2mm for subsequent layers of welds made in the flat position.
4,8mm for subsequent layers of welds made in the vertical, overhead and horizontal
positions.
- Maksimum ukuran las fillet yang bisa di buat dalam satu lintasan adalah:
9,6mm dalam posisi datar
8,0mm dalam posisi horisontal atau posisi overhead.
12,7mm dalam posisi vertikal.
- Bila pengelasan dilakukan dalam posisi vertikal, maka pengelasan untuk semua lintasan
dilakukan dari bawah ke atas.
- Kecuali jika dibuat dengan menggunakan sandaran (backing material) atau dilas dalam posisi
datar dari kedua sisi bahan bertepi persegi dengan ketebalan tidak lebih dari 8mm dengan root
opening tidak kurang dari setengah ketebalan terkecil dari komponen yang akan digabungkan,
maka las alur (groove) harus memiliki akar (root) pada lapisan awal yang dicungkil (gouged
out) pada sisi belakangnya sebelum pengelasan dimulai dari sisi, dan harus dilas sedemikian
rupa sehingga terjadi penggabungan (fusi) logam yang baik dan sempurna di seluruh penampang
melintang.

3.6.8.3. Pengelasan busur di bawah permukaan air


Pengelasan busur dibawah permukaan air harus dikerjakan sesuai dengan section 4, part C,
submerged arc welding, of AWS DI.1.

3.6.8.4. Gas metal - arc and flux cored arc welding


Gas metal-arc and flux cored arc welding harus dilakukan menurut sub bagian 4, bagian D, gas
metal-arc and flux cored arc welding, dalam AWS Dl.1.

3.6.9. Toleransi lnspeksi and Koreksi Pengelasan


3.6.9.1. Logam Dasar
- Sebelum pengelasan, semua permukaan logam dasar harus diperiksa secara visual dan bila
ditemukan adanya cacat atau takikan/goresan, maka harus dihilangkan dan diperbaiki dengan
melakukan penggerindaan dan pengelasan dengan elektroda rendah-hidrogen (low hydrogen)
yang ukurannya tidak lebih dari 4mm, dengan memperhatikan persyaratan yang berlaku dalam
bagian 7.8.2. spesifikasi ini, dan melakukan penggerindaan agar permukaan yang telah selesai
dilas menjadi rata/halus dengan permukaan di sekitamya sehingga tampak rapi.
- Dalam melakukan perbaikan dan menentukan batas-batas cacat internal yang diamati secara
visual pada tepi guntingan atau tepi potongan oksigen (oxygen cut edge) dan yang disebabkan
oleh kerak atau zat yang terperangkap, produk deoksidasi, kantong gas, atau rongga (blow hole),
jumlah logam yang dibuang/dikelupas adalah seminimum mungkin sebagaimana yang
diperlukan untuk menghilangkan cacat tersebut atau untuk menentukan bahwa batas ijin yang
ditunjukkan dalam Tabel 5 tidak dilampaui.
Tabel 5
Keterangan tentang diskontinuitas Perbaikan yang
(tidak menerus) Diperlukan
Diskontinuitas yang panjangnya 25mm atau kurang Tidak ada ----- tidak perlu
Diskontinuitas yang panjangnya lebih dari 25mm dan Tidak ada -------- kedalaman
kedalaman maksimum 3mm Harus diperhatikan
Diskontinuitas yang panjangnya lebih dari 25mm dengan Buang - tidak perlu dilas
kedalaman lebih dari 3mm tetapi tidak lebih besar dari 6mm
Diskontinuitas yang panjangnya lebih dari 25mm dengan Buang seluruhnya dan dilas.
kedalaman lebih dari 6mm tetapi tidak lebih besar dari 25mm
Diskontinuitas yang panjangnya lebih dari 25mm dengan 5.15.1.2 dalam AWS D1.1. harus
kedalaman lebih besar dari 25mm diikuti.

3.6.9.2. Toleransi Rakitan


- Kelurusan (alinemen), sudut alur (groove), root opening dan kebersihan permukaan yang akan
dilas harus diperiksa sebelum pengelasan dan batas toleransinya adalah seperti yang ditunjukkan
dalam Tabel 6.
- Ukuran penampang melintang sambungan yang dilas yang berbeda dengan ukuran yang telah
ditetapkan lebih dari pada batas toleransi yang ditabulasikan harus diberitahukan kepada
PEMBERI TUGAS untuk mendapatkan persetujuan atau koreksi darinya.
Table 6. Batas toleransi
Catatan:
- Jika separasi berjarak 1,6mm atau lebih besar, maka ukuran fillet weld harus ditingkatkan
sebesar ukuran separasi tersebut. Jika melibatkan bentuk dimana setelah meluruskan dan dalam
perakitan, celah tersebut tidak dapat ditutup secara memadai untuk memenuhi batas toleransi
ini, maka celah maksimum sebesar 8,0mm masih dapat diterima asalkan las penambal (sealing
weld) atau bahan penutup (backing matella) yang sesuai digunakan untuk mencegah lelehan
tembus.
- Dalam memperbaiki ketidaklurusan, komponen struktur tidak boleh ditarik hingga mencapai
kemiringan lebih dari 4/10.0.
- Root opening yang lebih lebar dari toleransi ini tetapi tidak lebih besar dari ketebalan bagian
komponen yang paling tipis dapat diperbaiki dengan pengelasan hingga diperoleh ukuran yang
dapat diterima.

3.6.9.3. Toleransi Ukuran


Toleransi ukuran untuk batang struktur yang dilas harus berada dalam batas nilai yang ditetapkan
dalam bagian 3.10 spesifikasi ini.

3.6.9.4. Profil Las


- Las harus bebas dari undercut, throat yang tidak memadai, overlap, leg yang tidak memadai,
atau penguatan yang beriebihan. Toleransi cacat ini adalah seperti yang ditunjukkan dalam
Tabel-7.
Tabel 7. Toleransi cacat

- Bagian las yang cacat harus dibuang tanpa banyak mengelupas logam dasar. Logam las
tambahan untuk menggantikan kekurangan ukuran harus diendapkan dengan menggunakan
elektrode sebaiknya yang lebih kecil dari yang digunakan dalam pengelasan awal, dan sebaiknya
diameternya tidak lebih dari 4,0mm.
Las atau logam dasar yang cacat atau tidak baik harus diperbaiki dengan mengelupasnya dan
menggantinya dengan las yang baru, atau dalam cara sebagai berikut.
 Overlap atau konveksitas (kecembungan) yang berlebihan: kurangi dengan membuang
logam las yang berlebih.
 Konkavitas (kecekungan) las atau cekungan (crates) yang berlebihan, las yang berukuran
lebih kecil dari seharusnya, pemotongan yang terlalu kecil: lakukan pengelasan tambahan.
 Protitas las yang berlebihan, adanya kerak yang berlebihan, penggabungan yang tidak
sempurna: buang dan las ulang.
 Retakan pada las atau logam dasar:
Hilangkan retakan dan tambal logam 50mm di atas masing-masing ujung retakan dan las
ulang.

3.6.9.5. Koreksi atas batang stuktur yang berubah bentuk


Batang struktur yang berubah bentuk karena pengelasan harus diluruskan dengan alat mekanis atau
dengan menggunakan panas lokal dalam jumlah terbatas yang diaplikasikan dan diawasi dengan
cermat.
Temperatur daerah yang dipanaskan tidak boleh lebih dari 650 oC (warna merah pudar).

3.7. Pengecatan
Pengecatan di bengkel kerja (shop painting) untuk baja struktur dan detil pengunaan pengecatan harus
diterapkan sesuai dengan Spesifikasi Pengecatan. Sebelum pemakaian cat, permukaan harus dipersiapakn
seperti dipersyaratkan oleh SSPC - SP6, commercial blast cleaning.

3.8. Inspeksi, Toleransi dan Perbaikan


3.8.1. Inspeksi
a. Semua bahan yang dipabrikasi harus diinspeksi di bengkel kerja sebelum dicat atau
digalvanisasi
b. Jika diminta secara khusus, bahan-bahan yang difabrikasi harus dirakit dan diereksi sementara,
dan diinspeksi di bengkel kerja.
3.8.2. Toleransi
3.8.2.1. Kelurusan
- Member struktur yang terutama terdiri dari single rolled shape harus lurus masuk dalam
batas toleransi yang diperkenankan oleh standar atau aturan yang ditetapkan dalam
spesifikasi ini.
- Batang struktur built-up yang difabrikasi dengan baut dan pengelasan harus lurus masuk
dalam batas toleransi yang tercantum dalam Tabel 11.
Tabel 11

Bagian Panjang (mm) Toleransi (mm)


Column L < 14,000 d < U 1,000 or 9.5
L >-14,000 d < 9.5 + (L-14,000) / 1,000
Semua D < L / 1.000
Balok induk (Girder) dan balok Semua L / 1.000 atau d < 10
dimana tidak terdapat camber Diambil yang terkecil
atau sweep yang ditetapkan
Girder dan beam dari camber L < 24,600 - 64 < d < + 6.4
yang telah ditentukan L > 24,600 -0.26 L / 1,000 < d < + 0.26 L / 1,000

Dimana L : Panjang total


D : Deviasi (penyimpangan ) dari arah lurus
L : Panjang antara titik-titik yang disangga secara lateral

3.8.2.2. Panjang
Batang struktur yang tidak memiliki ujung, yang dibuat sebagai contact bearing, boleh memiliki
perbedaan (variasi) dari panjang detil sebesar tidak lebih dari toleransi di bawah ini.
Dimana L < 9,000 ; d < 1.6
L > 9,000 -1 d < 3.2
L : Panjang total (mm)
d : Variasi dari panjang detil (mm)
3.8.2.3. Bentuk
Toleransi untuk bentuk batang struktur yang terutama terdiri dari single rolled shape harus sesuai
dengan spesifikasi atau aturan yang terdapat dalam spesifikasi ini.
Toleransi untuk bentuk batang struktur built-up dari pelat harus sesuai dengan Gambar 8 dan Tabel-
10.
3.8.2.4. Lain-lain
Toleransi lainnya untuk member struktur fabrikasi harus sesuai dengan gambar 9 dan Tabel-11.
3.8.2.5. Koreksi
Koreksi terhadap member struktur fabrikasi harus dilakukan sebelum pengecatan dilakukan di
bengkel kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam spesifikasi ini.
Tabel 12
Toleransi Untuk Bentuk Member Struktur Built-Up

Keterangan Ukuran Nominal penampang Toleransi (mm)


Ketebalan (t 1 ) Sampai dengan 16 + 1,0
Dari 16 s.d 24 + 1,5
Dari 25 s.d 39 + 2,0
40 ke atas + 2,5
(t 2 ) Sampai dengan 16 + 1,5
Dari 16 s.d 24 + 2,0
Dari 25 s.d 39 + 2,5
40 ke atas + 3,0
(B) Lebar flens Semua ukuran + 3,0

(A) Kedalaman s.d 400 + 3,0


dari 400 s.d 599 + 4,0
600 ke atas + 5,0
Flens (T + T’) s.d 300 0,024 B
Persegi, Maks 300 ke atas 0,030 B
(E) Bagian tengah s.d 300 + 3,0
Web, Maks 300 ke atas + 4,5
( C ) Kedalaman maks. s.d 300 (A) + ½ (T + T’)
Pada setiap Penampang lintang 300 ke atas (A) + ½ (T + T')
diatas kedalaman teoritis

Gambar 7. Keterangan untuk Tabel .

Gambar 8. Toleransi sudut balok ke kolom


Tabel 13
APPENDIX-A
CONTOH FORMULIR PROSEDUR PENGELASAN UNTUK PREQUALIFIED JOINTS
SPESIFIKASI PROGEDUR

Material Specification ..............................................................................................................................


Welding Process ......................................................................................................................................
Manual of Machine ..................................................................................................................................
Position of Welding .................................................................................................................................
Filler Metal Specification ........................................................................................................................
Filler Metal Classification ........................................................................................................................
Flux ..........................................................................................................................................................
Weld Metal Grade ....................................................................................................................................
Shielding Gas ...........................................................................................................................................
Single or Multiple Pass ............................................................................................................................
Single or Multiple Arc .............................................................................................................................
Welding Current ......................................................................................................................................
Polarity .....................................................................................................................................................
Root Treatment ........................................................................................................................................
Preheat and Interpass Temperature ..........................................................................................................
Postheat Treatment ..................................................................................................................................

PROSEDUR PENGELASAN

Kecepatan
Lintasan Ukuran Arus las Lintas Detail
no. elektroda pengelasan Sambungan
Ampere Voltage (travel)
4. PEKERJAAN PEMASANGAN BAJA STRUKTUR
4.1. Acuan
Persyaratan yang terkandung dalam edisi terakhir standar-standar di bawah ini merupakan satu kesatuan
dengan persyaratan spesifikasi ini dalam cara dan hingga batas yang ditetapkan di sini.
SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Gedung
AISC 360-05 Specification for Structural Steel Building
AWS D1.1 Structural Welding Code
ASTM A 36 Standard Specification for Carbon Structural Steel
ASTM A 325 Standard Specification for Structural Bolt, Steel, Heat Treated, 120/105 ksi
Minimum Tensile Strength
ASTM A 307 Standard Specification for Carbon Steel Bolt and Stud, 60000 Psi Tensile
Strength
SSPC Surface Preparation Specifications

4.2. Bahan
Baja Struktur ASTM A36, JIS G3101 SS-400 atau yang setara
Baut Berkekuatan Tinggi ASTM A325 atau yang setara
Baut Biasa ASTM A307, JIS B 1180 atau yang setara
Elektroda AWS A5.1 atau yang setara

4.3. Pengangkutan dan Persiapan


a. Material baja struktur adalah material yang baru dan memiliki sertifikat dari pabrik. Pengangkutan
material fabrikasi harus dilakukan dengan hati-hati agar material tersebut tidak mengalami deformasi
(berubah bentuk) atau menjadi rusak. Baja yang rusak atau telah berubah bentuk harus dikeluarkan dari
lokasi.
b. Baja fabrikasi yang bengkok atau terpuntir harus diperiksa ketidak sempurnaannya dan apabila masih
dalam batas toleransi harus diperbaiki sebelum dipasang/didirikan.
c. Material fabrikasi tidak boleh diletakkan secara langsung pada tanah berlumpur atau tanah yang bersifat
korosif selama penyimpanan.
d. Sebelum didirikan, permukaan kontak harus dibersihkan dari serpihan, debu, minyak, cat, pemis atau
lapisan lainnya kecuali epoxy primer coat containing in organic zinc rich paint, sebagaimana yang
ditetapkan dalam SSPC SP-1 dan SP-2.
e. Batang harus ditempatkan pada posisi yang benar agar batang tidak menjadi bengkok atau terpuntir.

4.4. Pemasangan
a. Untuk melindungi terhadap hembusan angin kencang, gempa bumi, atau beban tiba-tiba lainnya selama
pemasangan, maka baja harus disangga dengan tali kawat, tali rami, turnbuckle, dll.
b. Baut sementara dan sambungan las untuk pemasangan harus memiliki kekuatan yang memadai agar
dapat menahan beban pada saat pemasangan tsb.
c. Kecuali jika ditetapkan lain dalam gambar konstruksi, semua baut sementara dalam sambungan las
dapat dibiarkan tetap pada tempatnya. Baut tersebut harus merupakan baut akhir (finished bolt).
d. Struktur harus diselaraskan (aligned) dan diperiksa.
e. Posisi yang telah diselaraskan harus tetap dipertahankan secara akurat selama pekerjaan pemasangan
baut dan pengelasan.
f. Semua baut angker pada dasar kolom harus segera dikencangkan setelah struktur diselaraskan.
g. Tangga, aksesoris dan kaitan yang dilas pada struktur yang dimaksudkan untuk pemasangan dan
keselamatan menurut gambar konstruksi harus dibiarkan pada tempatnya, kecuali jika ditetapkan
sebaliknya.
h. Baut berkekuatan tinggi yang digunakan sebagai bahan permanen tidak boleh digunakan untuk tujuan
pengangkatan selama pekerjaan ini.
i. Toleransi untuk pemasangan diberikan pada paragraf dibawah.
j. Pemasangan harus dilakukan oleh kelompok pemasangan yang berpengalaman, yang telah dilengkapi
dengan peralatan yang sesuai.
k. Pekerjaan baja harus dilakukan menurut cara yang telah disetujui agar tidak terjadi tegangan berlebih
pada setiap batang.
l. Jika kontraktor menemukan adanya struktur baja yang rusak di daerah penyimpanan/laydown area,
maka kontraktor harus segera memberitahukan hal ini kepada PEMBERI TUGAS.
PEMBERI TUGAS akan segera memberikan instruksi perbaikan kepada kontraktor atau pemasok
struktur baja.
m. Tidak ada waktu tambahan yang akan diberikan kepada kontraktor untuk memperbaiki struktur baja.

4.5. Baut Berkekuatan Tinggi


4.5.1. Umum
a. Setelah menyelaraskan dan memeriksa struktur yang didirikan, pengencangan baut berkekuatan
tinggi bisa dimulai. Pre-tightening (pra-tegang) tidak boleh lebih dari 50% hingga 70% minimum
tegangan untuk ukuran dan kelas baut yang digunakan.
b. Baut berkekuatan tinggi harus dipilih secara memadai berkenaan dengan kelas, ukuran dan
panjangnya sesuai dengan instruksi pada gambar pemasangan atau daftar tanda identifikasi yang
dipersiapkan oleh pembuatnya.
c. Ketika menangani baut, mur dan ring mur untuk diangkut, disimpan atau untuk tujuan lainnya, maka
tindakan pencegahan harus diambil agar ulir dan permukaannya yang telah dilapisi tidak menjadi
rusak. Baut, mur dan ring mur harus selalu bebas dari debu, cairan dan zat asing lainnya dan harus
dicegah agar tidak berkarat.
d. Bila lubang baut dari komponen baja berselisih 1 mm atau lebih, maka reamer (alat pelebar lubang)
harus digunakan agar lubang tersebut cocok dengan ukuran baut.
e. Baut yang digunakan pada sambungan yang dikombinasikan dengan pengelasan harus
dikencangkan sebelum pengelasan.
4.5.2. Mengencangkan Baut
4.5.2.1. Umum
- Bila permukaan kepala baut atau mur dan permukaan baja membentuk kemiringan 1
banding 20 atau lebih, ring yang tirus (tapered) harus digunakan agar sambungannya
menjadi kencang.
- Bila baut, mur atau ring mur berada dalam kondisi basah sebelum dikencangkan, maka
perangkat baut, mur dan ring tersebut harus digantikan dengan perangkat yang baru.
- Baut harus dikencangkan dengan memutar murnya. Hanya bila tak terelakkan, kepala baut
dapat diputar untuk mengencangkan baut setelah mendapatkan persetujuan dari PEMBERI
TUGAS.
- Baut tidak boleh dipakai ulang.
- Baut pada sambungan harus dikencangkan secara bertahap dan sistematik mulai dari
bagian tengah sambungan hingga ke tepi bebasnya.
- Masing-masing baut harus dikencangkan, sehingga ketika semua baut pada sambungan
sudah kencang, maka akan tersedia sekurang-kurangnya tegangan minimum yang
ditunjukkan dalam tabel-1 menurut ukuran dan kelas baut yang digunakan.
Tabel - 1
Gaya Tarik Baut Minimum berdasarkan SNI 03-1729-2002

4.5.2.2. Mengencangkan Baut Tension Control (TC)


Baut tension control harus dikencangkan menurut prosedur di bawah ini.
Prosedur instalasi:
- Masukkan selubung dalam dengan baik di atas ujung baut dan pasang selubung luar di atas
mur dengan agak menekan kunci (wrench).
- Atur saklar ke posisi on. Lalu selubung luar akan berotasi, hal ini akan mengencangkan
baut sehingga takikan pengontrol puntir ujung baut menjadi terpotong.
- Atur saklar ke posisi off bila ujung takikan baut sudah terpotong. Tarik wrench ke belakang
untuk melepaskan selubung luar dari mur.
- Tarik tuas ujung (tip level) untuk mengeluarkan ujung baut yang tertinggal di dalam
selubung dalam.
Ilustrasi Pengencangan Baut
(1) Ujung baut (4) Mur (7) Bagian yang tersambung
(2) Takik (5) Ring Mur (8) Selubung Luar
(3) Ulir (6) Bagian yang tersambung (9) Selubung Dalam
Baut memberikan reaksi terhadap terhadap puntir pengunci (fastening torque) dan ujung
takikan baut akan terpotong. Gaya pengkleman yang dibutuhkan akan terjadi.

4.5.2.3. Nilai Puntir


Nilai puntir dapat diperoleh dari rumus di bawah ini
KxdxN
T= --------------
1000

Dimana,
T = nilai puntir (kg.m)
K = faktor puntir (0,150 ~ 0,190)
d = ulir utama di luar diameter baut (mm)
N = tegangan baut (kg)

4.5.3. Memeriksa Baut Bertekanan Tinggi


Semua baut berkekuatan tinggi harus diperiksa secara kasat mata (visual) menurut spesifikasi
produsen. Di samping itu, uji kekuatan untuk batas tarik baut harus dilakukan secara acak.

4.6. Toleransi Pemasangan Baja Struktur


Toleransi pemasangan Baja struktur harus sesuai dengan SNI 03-1729-2002. Ketentuan toleransi
pemasangan dapat dilihat pada tabel – 2.
Tabel - 2
Toleransi Pemasangan Baja Struktur berdasarkan SNI 03-1729-2002

No Item Deskripsi Toleransi diijinkan (mm) Keterangan


1 Kolom a. Posisi Pada Denah ≤6 Terhadap sumbu
utama
b. Ketingian ≤ 10
2 Sambungan Kolom a. Ketinggian hasil sambungan ≤ 10 Terhadap ketinggian
seharusnya
b. Posisi sambungan
c. Penyimpangan mendatar ≤2
3 Pemasangan kolom a. Posisi Kolom < L/500 atau 25 mm Bangunan dengan
tinggi < 60 m
< L/500 atau 25 mm ditambah Bangunan dengan
1 mm untuk setiap kenaikan 3 tinggi ≥ 60 m
m, sampai maksimum 50 mm.
b. Penyimpangan ujung atas < L/500 tinggi tingkat
4 Pemasangan Balok a. Lendutan lateral maksimum < Lb/500
b. Ketinggian balok ±10 mm Dari ketinggian
seharusnya
c. Penyimpangan horizontal ≤3
5 Komponen Struktur a. Penyimpangan ≤3
Tarik
6 Ukuran Bangunan a. Panjang untuk ΣLc ≤30 m,
Σ ∆Lc ≤20 mm
untuk Σ Lc > 30 m,
Σ ∆Lc ≤{20 mm + 0,25 (Σ Lc -
30) mm}
b. Tinggi untuk Σhb≤30 m,
Σ ∆hb≤20 mm
untuk Σhb> 30 m,
Σ ∆hb≤{20 mm + 0,25 (Σ hb -
30) mm}
Ket:
- Lb = jarak antara titik-titik balok yang terkekang secara efektif.
- ΣLc = adalah panjang keseluruhan struktur baja sebenarnya
- Σhb = adalah tinggi keseluruhan konstruksi baja sebenarnya
Tabel - 3
Ilustrasi Toleransi Pemasangan Baja Struktur
Gambar - 2
Toleransi Perletakan Baut Angker
Gambar - 3
Toleransi Penyimpangan Terhadap Panjang (Penampang tegak)

Gambar - 4
Toleransi Penyimpangan Terhadap Ketinggian (Penampang Tegak)
PASAL 11
PEKERJAAN PENGECATAN

1. LINGKUP PEKERJAAN.
a. Persiapan permukaan yang akan diberi cat.
b. Pengecatan permukaan dengan bahan-bahan yang telah ditentukan.
c. Pengecatan semua perlengkapan dan area yang ada pada gambar bila tidak disebutkan secara khusus,
dengan warna dan bahan yang sesuai dengan petunjuk Pengawas.

2. PELAKSANAAN
a. Pengerjaan (Mock Up)
1) Sebelum pengecatan keseluruhan yang dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada
satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan.
2) Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, texture, material dan cara
pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai mock up ini akan ditentukan oleh
Pengawas.
3) Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Pengawas dan bidang-bidang ini akan
dipakai sebagai standar minimal bagi keseluruhan pekerjaan pengecatan.
b. Contoh Dan Bahan Untuk Perawatan.
1) Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada bidang-bidang
transparan ukuran 30 x 30 cm2.
2) Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Pengawas. Jika contoh-contoh tersebut
telah disetujui secara tertulis oleh Pengawas, Kontraktor melanjutkan dengan pembuatan mock
up seperti tercantum di atas.
3) Kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas, untuk kemudian akan diteruskan kepada
pemberi tugas, minimal 5 gallon tiap warna dan jenis cat yang dipakai.
4) Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencatat dengan jelas identitas cat yang ada
didalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan untuk perawatan oleh Pemberi Tugas.
c. Pekerjaan Cat Kayu
1) Yang termasuk dalam pekerjaan cat kayu adalah daun pintu panil papan seluruh bagian kayu yang
terlihat, dan atau bagian-bagian lain yang ditentukan gambar, kecuali ditentukan lain.
2) Permukaan kayu yang akan dicat harus diamplas kemudian diplamur bila terdapat retak, celah
atau lubang. Kemudian permukaan kayu yang telah diplamur diratakan
3) Permukaan kayu/besi yang kecil harus diberi lapisan plamur yang tipis
4) Setelah 7 (tujuh) hari, bidang plamur diampelas besi halus dan dibersihkan dari debu kemudian
dicat sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali dengan menggunakan kuas.
5) Bidang permukaan pengecatan harus diratakan/dihaluskan dengan bahan/alat amplas yang
bermutu baik, sampai permukaannya halus dan licin, segala persiapan pengecatan telah memenuhi
persyaratan yang ditentukan dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas
6) Pada bidang permukaan kayu harus dihindarkan adanya celah/pori-pori kayu pada permukaan
pengecatan.
7) Semua permukaan kayu yang berhubungan dengan plesteran diberi dasar meni.
8) Semua pekerjaan yang telah dicat meni, baru boleh dicat kilap setelah terlebih dahulu dibersihkan
dari kotoran yang menempel. Pengecatan menggunakan dengan Cat Kayu setara glotex atau setara
minimum 2 (dua) kali.
9) Tata Cara pencampuran pengencer dan aplikasi pengecatan mengikuti tata cara dari produsen dan
SNI.
10) Pekerjaan pengecatan dengan kwas untuk bidang kecil dan semprot untuk bidang luas.
11) Pengecatan yang dilakukan diatur ketika keadaan mendung dan hujan tidak diperkenankan.
12) Hasil pengecatan harus mulus, tidak menggelembung, utuh, rata, tidak ada bintik-bintik atau
gelembung udara dan bidang cat dijaga terhadap pengotoran atau cacat-cacat lainnya.
13) Seluruh kusen, jendela, bouvenlight, listplank serta kayu yang tampak (exposed) seluruhnya dicat.
14) Pasangan diluar pengecatan harus dilindungi dari dampak proses pekerjaan ini.

d. Pekerjaan Cat Besi.


1) Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh bagian-bagian besi yang terlihat dan
pekerjaan besi lain ditentukan dalam gambar, kecuali ditentukan lain.
2) Cat yang dipakai adalah merk ICI jenis Syntetic Super Gloss, Danapaint atau setara.
3) Pekerjaaan cat dilakukan setelah bidang yang akan dicat, selesai diampelas halus dan bebas debu,
minyak dan lain-lain.
4) Sebagai lapisan dasar anti karat dipakai sebagai cat dasar 1 kali. Sambungan las dan ujung-
ujungnya yang tajam diberi “touch up” dengan 2 lapis, setelah itu lapisan tebal 40 micron
diulaskan.
5) Setelah kering sesudah 8 jam, dan diampelas kembali disemprot 1 lapis. Setelah 16 jam mengering
baru lapisan akhir disemprot 3 lapis.
6) Pengecatan dilakukan dengan menggunakan semprot dengan compressor 3 lapis.

e. Pekerjaan Menie Kayu


1) Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh permukaan kayu yang akan dicat, rangka-
rangka pintu dan atau bagian-bagian kayu yang terlihat kecuali ditentukan lain.
2) Menie yang digunakan adalah menie kayu warna merah.
3) Semua kayu hanya boleh dimenie di tapak proyek dan mendapat persetujuan Pengawas.
4) Sebelum pekerjaan menie dilakukan, bidang kayu kasar harus di-ampelas dengan ampelas kayu
kasar dan dilanjutkan dengan ampelas kayu halus sampai permukaan bidang licin dan rata.
5) Pekerjaan menie dilakukan dengan menggunakan kuas, dilakukan lapis, sedemikian rupa sehingga
bidang kayu tertutup sempurna dengan lapisan menie.
f. Pekerjaan Cat Tembok dan plafond
1) Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh plesteran dinding bangunan dan
finishing/atau bagian-bagian lain yang ditentukan gambar.
2) Untuk dinding-dinding luar (exterior walls) bangunan digunakan cat untuk exterior jenis Emulsi
Acrylic, produksi Vinilex atau setara.
3) Untuk dinding-dinding dalam (interior walls) bangunan digunakan cat jenis Emulsi Acrylic
produksi, produksi Vinilex atau setara.
4) Sebelum dinding diplamur, plesteran sudah harus betul-betul kering, tidak ada retak–retak dan
Kontraktor meminta persetujuan kepada Pengawas.
5) Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisau plamur dari plat baja tipis dan lapisan plamur dibuat
setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
6) 7 hari plamur terpasang dan percobaan warna besi kemudian dibersihkan dengan bulu ayam
sampai bersih betul. Selanjutnya di dinding dicat dengan menggunakan Roller.
7) Lapisan pengecatan dinding dalam terdiri dari 1 lapis alkali resistance sealer yang dilanjutkan
dengan 3 lapis acrylic emulsion dengan kekentalan cat sebagai berikut :
 Lapisan I encer (tambahan 20 % air).
 Lapisan II kental.
 Lapisan III encer.
8) Untuk warna-warna yang sejenis, Kontraktor diharuskan menggunakan kaleng-kaleng dengan
nomor percampuran (batch number) yang sama.
9) Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata, licin, tidak ada
bagian yang belang dan terhadap bidang dinding harus dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.
10) Standar bahan cat ditentukan pabrik pembuat cat dan kontrak tidak dibenarkan merubah standar
dengan jalan mencampur dan mencairkan yang tidak sesuai dengan instruksi pabrik atau tanpa
ijin dari Konsultan Pengawas.
11) Pada bagian-bagian di mana banyak reaksi dengan alkali dan rembesan air harus diberi lapisan
wall sealer.
12) Pengecatan kedua harus menutupi semua permukaan secara merata baik warna maupun kualitas
pengecatan.

g. Pekerjaan Cat Langit-Langit


1) Yang termasuk dalam pekerjaan cat langit-langit adalah langit-langit gypsum, asbes, pelat beton
atau bagian-bagian lain yang ditentukan gambar.
2) Cat yang digunakan jenis Acrylic Emulsi, Vinilex atau setara, warna ditentukan Direksi setelah
melakukan percobaan pengecatan.
3) Selanjutnya semua metode/prosedur sama, dengan pengecatan dinding lapis alkali resistance
sealer pada pengecatan langit-langit ini.
4) Sambungan-sambungan asbes harus diberi flexsible sealant agar tidak terlihat sebagai retakan
sesudah dicat.
PASAL 12
PEKERJAAN ELEKTRIKAL

1. UMUM
Pekerjaan ini mencakup selruh pekerjaan yang berhubungan dengan elektrikal

2. PELAKSANAAN
a. Instalasi Titik Lampu, Stop Kontak dan Saklar.
Kabel yang digunakan adalah kabel yang telah memenuhi SPLN dan LMK yang ditandai dengan
adanya tulisan pada kabel tersebut.
Jenis kabel yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Untuk Instalasi Titik Lampu dan Saklar menggunakan jenis kabel NYY 2,5 mm2.
2) Untuk Instalasi Stop Kontak 100 VA, menggunakan jenis kabel NYM (3 X 2,5 mm).
3) Untuk kabel penyambung menggunakan jenis kabel NYY.
Untuk Instalasi kabel yang tertanam dalam tembok harus dilindungi dengan PIPA PVC Listrik
dia 5/8” dan diklem / dijangkar dengan kuat pada pelat beton. Semua kabel instalasi didalam
bangunan harus berada di dalam konduit atau dipasang diatas cable tray/cable rack dan
diklem/diikat dengan pengikat kabel sesuai dengan kebutuhannya terutama yang berada di
dalam plafond.
Penampang minimum kabel adalah 2,5 mm merek yang dapat digunakan adalah merek PRIMA
atau setaraf. Penyambungan kabel menggunakan TERMINAL BOX.
Untuk jaringan kabel luar bangunan dipergunakan kabel NYFGBY yaitu kabel distribusi antara
Main Panel ke pembagi dengan ukuran sesuai gambar kerja. Penarikan kabel harus dilaksanakan
sedemikian rupa, sehingga rapih dan teratur. Stop Kontak dan Saklar yang digunakan adalah
setaraf merek CLIPSAL dan dipasang dengan sistem ‘inbow’. Sistem pentanaman untuk seluruh
stop kontak pada setiap bangunan adalah terpusat pada arde panel bangunan tersebut.
4) Instalasi Kabel Penerangan dan Stop Kontak.
Kabel-kabel listrik untuk penerangan dan stop kontak untuk ekstension dan daya harus diadakan
dan dipasang lengkap, mulai dari sambungan panel daya ke saklar dan titik cahaya serta stop
kontak, sebagaimana ditunjukkan didalam gambar. Kabel yang digunakan sebagai kabel
instalasi penerangan dan stop kontak harus dari jenis NYM dan diletakkan didalamkonduit PVC
high-impact heavy gauge, luas penampang kabel NYM yang digunakan minimum 2,5 mm2
kecuali tercatat lain. Home run untuk rangkaian instalasi bertegangan 220 V yang panjangnya
lebih dari 40 meter dari panel daya ke stop kontak pertama harus mempunyai luas penampang
minimum 4 mm2 (kapasitas hantar arus minimum 20 A).
b. Lighting Fixtures
Semua fixtures harus dilengkapi dengan kapasitor untuk perbaikan faktor kerja sehingga mencapai
minimum 0,96. Balast harus dari tipe low losses. Perlengkapan lain seperti starter, ballast, pemegang
lampu harus memenuhi standar PLN/SII/LMK.
c. Persyaratan Lain
Seluruh pekerjaan Elektrikal ini harus dikerjakan oleh Instalatur yang ahli dan berpengalaman serta
memiliki SERTIFIKAT dari PLN setempat yang masih berlaku.
Selain itu Instalatur Listrik berkewajiban pula untuk menempatkan tenaga ahli dan berpengalaman
untuk melaksanakan perbaikan / penyempurnaan selama masa pemeliharaan tersebut.

3. DASAR PEMBAYARAN
Pekerjaan Elektrikal di hitung dengan cara per titik (Ttk), pembayaran tersebut sudah termasuk
penyediaan dan pemasangan semua peralatan, untuk semua pekerja, bahan, perkakas, dan biaya lainnya
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Uraian Satuan Pengukuran


Pek. Instalasi titik lampu, stop kontak, dan saklar Ttk
Pek. Pas. Stop kontak Ttk
Pek. Pas. Saklar ganda Ttk
Pek. Pas. Saklar tunggal Ttk
Pek. Pas. Lampu downlight + lampu led 4 watt Ttk
PASAL 13
PELAPORAN, DOKUMENTASI, SHOP DRAWING dan AS BUILT DRAWING

1. UMUM
Pelaporan dan dokumentasi merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh kontraktor pada setiap
tahap pekerjaan.Laporan dibuat setiap harinya dan dicek oleh konsultan pengawas yang selanjutnya
diteruskan pada Direksi sehingga dapat diketahui kemjuan pekerjaan setiap harinya dan permasalahan
yang terjadi pada lokasi pekerjaan.Laporan tersebut dilampirkan foto dokumentasi sebagai lampiran.
As built drawing dibuat oleh kontraktor yang merupakan gambar terlaksananya seuatu pekerjaan, jika
terdapat perubahan dari gambar rencana, kontraktor segera melapor kepada Konsultan pengawas/Direksi
untuk ditindaklanjuti sesuai dengan prosedur yang berlaku.

2. PELAKSANAAN
a. Pelaporan dan Dokumentasi
1) Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan / pekerjaan, baik bersifat teknis maupun
administratif.
2) Di dalam Laporan Harian harus tercantum keadaan cuaca, bahan yang masuk, jumlah
pekerja/pegawai/karyawan, catatan-catatan tentang perintah-perintah dari Pemberi Tugas / Direksi
atau wakilnya dan hal-hal lain yang dianggap perlu.
3) Jumlah pekerja setiap hari dicatat menurut golongan dan upah. Daftar pekerja ini setiap waktu
dapat diperiksa oleh Pemberi Tugas, dan ia berhak mengadakan penelitian tentang produktivitas
pekerjaan tersebut.
4) Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor / Pemborong harus memberikan data-data
yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.
5) Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin dibuat oleh kontraktor dan diserahkan ke
Konsultan Pengawas.
6) Setiap akhir pekan Pemborong harus menyampaikan Laporan Mingguan kepada Pemberi Tugas
tentang kemajuan pekerjaan dalam minggu yang bersangkutan, meliputi persediaan bahan di
tempat proyek, penambahan, pengurangan atau perubahan pekerjaan, jumlah/macam dan harga
satuan bahan-bahan yang masuk dan kejadian-kejadian penting lainnya yang terjadi dalam proyek
yang mempengaruhi pelaksanaan proyek.
7) Setiap akhir bulan, Pemborong harus melaporkan kemajuan pekerjaan secara terperinci dan
besarnya persentase terhadap keseluruhan/bagian, disamping dokumentasi foto berwarna ukuran
postcard yang menunjukkan kemajuan pekerjaan beserta peralatan yang dipakai dan lain-lain foto
ditempel pada album dengan keterangan-keterangan serta tanggal gambar-gambar diambil.
Pemborong harus mengirimkannya kepada Pemberi Tugas sebanyak 5 (lima) set album atas biaya
kontraktor.
8) Kontraktor diharuskan mengadakan pengambilan foto di lapangan, yang berkenaan dengan
kemajuan tahap pekerjaan, detail-detail yang akan ditutup, adanya bencana dan sebagainya. foto-
foto dokumentasi dibuat sebelum pekerjaan di mulai (0%) sampai pekerjaan selesai, foto
dokumentasi harus selalu diambil pada posisi yang sama untuk setiap kemajuan (tampak depan,
samping dan belakang) dan setiap tahapan bagian pekerjaan yang penting. Foto-foto tersebut
dimasukan kedalam album dan diserahkan kepada Pemimpin Bagian Proyek (Konsultan
pengawas/Direksi) sebanyak 5 (lima) set.
Laporan-laporan tersebut di atas setiap minggu dan bulannya, harus diserahkan kepada Direksi untuk
bahan monitoring.Semua Gambar dan spesifikasi harus selalu tersimpan di direksi keet. Kontraktor
juga harus membuat buku tamu yang akan melaporkan tentang keperluan tamu proyek tersebut.
b. Shop Drawing
Kontraktor bekerja sama dengan Konsultan Pengawas membuat gambar Shop Drawing yang
dibuat sebelum memulai suatu item pekerjaan, sebagai acuan pelaksanaan suatu pekerjaan. Secara
Umum, shop drawing adalah gambar yang siap untuk diimplementasikan di lapangan. Sering
Terjadi perbedaan antara gambar kontrak, dan RKS/spesifikasi teknis, baik menyangkut item
pekerjaan maupun volume pekerjaannya. Untuk itu shop drawing dapat berfungsi untuk
memperjelas, mana yang akan dipakai. Hal ini tentunya melalui forum rapat koordinasi dengan
pihak Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis, sehingga dicapai kesepahaman atas adanya
perbedaan tersebut, yang tentunya mengacu pada tercapainya sistem yang optimal. Pekerjaan yang
terlaksana tanpa adanya shop drawing dapat tidak diterima oleh Konsultan pengawas/direksi teknis
dan dapat dihitung sebagai pekerjaan yang tidak selesai.
c. Gambar Pelaksanaan (As Built Drawing)
Kontraktor bekerja sama dengan Konsultan Pengawas membuat gambar terlaksana/as built
drawing yang dibuat sejak pekerjaan dimulai, Jika terjadi perubahan pada suatu tahap pekerjaan
Kontraktor melalui konsultan pengawas melaporkan pada Direksi untuk ditindaklanjuti sesuai
prosedur.

3. PELAKSANAAN
Pelaporan dan dokumentasi serta Pembuatan Asbuilt Drawing dibayar dengan cara lumpsum (LS),
pembayaran tersebut sudah termasuk penyediaan dan pemasangan semua peralatan, untuk semua pekerja,
bahan, perkakas, dan biaya lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Nomor Mata Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran

x.x. Pelaporan dan LS


Dokumentasi
x.x. Asbuilt drawing LS
METODE PELAKSANAAN
METODE PEMASANGAN PIPA

A. PEKERJAAN PENDAHULUAN
Diawal Pekerjaan akan dilaksanakan pekerjaan pembersihan lapangan dan pengukuran
ulang. Pengukuran ulang bertujuan untuk menentukan lajur pipa yang akan dikerjakan,
dalam pengukuran digunakan alat Theodolit dan rambu ukur. Pengukuran ini dilakukan
oleh seorang surveyor. Titik-titik yang menjadi acuan ditandai dengan menggunakan
patok. Patok terbuat dari kayu bulat dengan panjang ± 1m yang ditancapkan kedalam
tanah.
Setelah dilakukan pengukuran ulang dilakukan mobilisasi material yang dibutuhkan
kelokasi pekerjaan. Untuk pipa dan accessories nya, sebelum dilaksanakan transportasi
kelapangan telah diperiksa dan telah diterima oleh tim penerim barang. Bahan ataupun
pipa kami datangkan setahap demi setahap kelapangan / lokasi sesuai dengan kebutuhan
dilapangan, agar tidak terjadi penumbukan bahan dilokasi pekerjaan

B. PENGADAAN MATERIAL
1. Pipa
- Macam dan Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi:
 Pipa HDPE
 Pipa PVC
- Persyaratan Bahan
Pipa HDPE dan PVC yang kita pergunakan adalah pipa standar yang sesuai
spesifikasi teknis, yang sebelumnya harus ada persetujuan Direksi untuk dipakai.
- Metode Pelaksanaan
Setelah Kontrak ditanda tangani kami mulai melakukan pemesanan barang ke
Pabrik, dengan menerbitkan surat pemesanan Barang / DO sesuai dengan
kebutuhan, jenis dan spesifikasi barang dalam RAB yang kami tawarkan. Pipa yang
baru selesai diproduksi di Pabrik, ditumpuk dan disimpan di gudang pabrik dengan
tata cara penyimpanan sebelum dikirim / Delivery ke Lokasi Penumpukkan
sementara.
Secara bertahap, Pipa yang sudah siap dikirim ke Lokasi penumpukkan sementara.
Dimana untuk menjamin keselamatan dan resiko kerusakan barang selama dalam
proses pengangkutan kami ikatkan dalam bentuk pertanggungan Asuransi
(pengiriman barang dilengkapi dengan Surat Pengantar Barang).
Sesampainya dilokasi penumpukkan sementara, barang kami bongkar digudang
yang sudah kami sediakan, Proses pembongkaran diawasi petugas kami dan minta
disaksikan oleh anggota Tim Teknis / Pemeriksa Barang untuk mengetahui kondisi
Kualitas dan Kuantitas barang kiriman. Setelah Barang siap dari pabrik ke gudang
di Penumpukkan sementara sesuai dengan volume kontrak dan tersusun rapi, diberi
pelindung dan pengaman, kemudian diambil foto Dokumentasi.
Barang yang sudah tersusun rapi dengan jumlah yang cukup minta diperiksa lagi
kualitas dan kuantitasnya oleh Direksi, Dimana hasil pemeriksaannya dituangkan
kedalam Berita Acara Pemeriksaan Kualitas dan Kuantitas Barang sesuai dengan
Kontrak yang sudah ditanda tangani.
2. Fitting dan Aksesoris Pipa
- Macam dan Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi:
 Tee All Socket
 Flange Spigot
 Flange Socket
 Flange Ring
 Bend 45 degree
 End Cap
 Karet Packing
 Baut dan Mur
- Persyaratan Bahan
Acessories pipa yang kita pergunakan adalah acesories pipa standar yang
sesuai Spesifikasi Teknis, yang sebelumnya harus ada persetujuan direki untuk
dipakai.
- Metode Kerja
 Accessories pipa yang akan dipasang terlebih dahulu diperiksa, harus bersih dari
segala kotoran, minyak dan gemuk.
 Pemasangan kita lakukan sedemikian rupa kita sesuaikan dengan yang
dimintakan dalam dokumen perencanaan.
 Selama Proses pemasangan kita pergunakan peralatan yang sesuai dengan
kebutuhan, sehingga proses pemasangan berjalan lancar dan berlangsung dengan
baik.
C. PEKERJAAN TANAH
Galian tanah dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi teknis dari direksi dan dokumen
kontrak. Galian dilaksanakan sesuai profil dan elevasi yang ditunjukkan oleh gambar
kerja dan sesuai dengan pengkuran yang telah disetujui oleh direksi. Galian harus dibuat
dengan dimensi penuh yang diminta dan disempurnakan menurut profil dan elevasi yang
diberikan, seandainya pada saat menggali ditemukan genangan air maka harus
melaksanakan pengeringan. Pekerjaan galian dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pipa dapat dipasang dengan posisi yang baik dan aman. Penggalian
dilakukan secara bertahap yang sesuai dengan perkiraan jumlah pipa yang akan dipasang.
Kedalaman galian harus selalu diperiksa untuk mendapatkan kedalaman jalur pipa yang
tepat.
Setelah pekerjaan pemasangan pipa selesai. Tanah bekas galian dipergunakan sebagai
bahan timbunan kembali dan dibersihkan dari kotoran dan batu – batu serta sampah dan
limbah organic. Penimbunan harus dikerjakan dengan cermat dan dilakukan selapis demi
lapis dipadatkan dengan alat pemadat. Galian dinyatakan selesai setelah mendapatkan
persetujuan direksi.

D. PEMASANGAN PIPA
Pada pemasangan dan installasi pipa selalu ada proses yang sangat penting, proses ini
dinamakan proses penyambungan, ketika sudah sampai proses pemasangan dan installasi
pipa terkadang pada suatu kondisi dimana kita harus melakukan penyambungan, kondisi-
kondisi tersebut dapat berupa medan pemasangan pipa, lokasi pemasangan pipa,
tinggi/rendahnya tempat pemasangan pipa, atau hal lain yang mengharuskan untuk
melakukan penyambungan, tidak mungkin hanya pipa lurus saja dipasang tanpa ada
penyambungan, proses penyambungan pada pipa terdapat berbagai macam metode
penyambungan dan pada proses penyambungan pipa Wavin Black memiliki 3 alternatif
sistem sambungan atau 3 Metode Penyambungan Pipa HDPE Wavin Black, berikut 3
Metode penyambungan pipa HDPE Wavin Black:
1. Penyambungan Pipa HDPE dengan Metode Mechanical Joint, Segmented dan
Injection
- Bukalah compression collar dan lepaskan union dan ring penjepitnya
- Pasanglah union dan ring penjepit ke ujung pipa
- Pasanglah kembali compression collar dan kencangkan dengan tangan datau
alat pengencang standar
- Lakukan hal yang sama pada pipa lainnya yang akan disambung
Direkomendasikan untuk sambungan diameter 20mm s/d diameter 63 mm,
penyambungan ini dapat dilakukan dengan sederhana, namun beberapa bagian jika
salah sedikit saja dapat berdampak fatal dengan rusaknya jaringan perpipaan
terutama dibagian sambungan, metode ini praktis hanya didukung oleh penggunaan
fitting, jenis fitting untuk mechanical joint atau dapat disebut dengan aksesoris
compression joint sangat beragam, sehingga kita dapat membuat beragam jalur
perpipaan sesuai keinginan, Fitting Mechanical Joint terbuat dari bahan Poly
Propilene, berbeda dengan sistem penyambungan butt fusion yang menggunakan
fitting berbahan sama, HDPE. Bahan Poly Propilene memiliki karakter istimewa,
dengan daya tahan cukup kuat terhadap panas dan tak mudah rusak.
2. Penyambungan Pipa HDPE dengan Metode Heat Fusion / Butt Fusion

Direkomendasikan untuk sambungan diameter ≥ 63 mm, sistem penyambungan Heat


Fusion / Butt Fusion pada dasarnya menggunakan prinsip melelehkan permukaan
pipa dengan menggunakan pemanas elektrik dan alat pengontrol temperatur. Setelah
Pemanasan mencapai titik leleh, maka kedua permukaan pipa ditemukan dan
terjadilah penyambungan. Penyambungan Butt Fusion melibatkan pemanasan secara
bersama di kedua ujung pipa yang akan disambung sampai kondisi leleh.
3. Penyambungan Pipa HDPE dengan Metode Electro Fusion

Direkomendasikan untuk penyambungan pada daerah sulit dan perbaikan instalasi /


repairing diameter 20 mm s/d diameter 400 mm, cara menyambung pipa HDPE / fitting
electrofusion dengan menggunakan mesin electrofusion. Sambungan pipa HDPE yang
menggunakan fitting electrofusion memiliki kekuatan 2x lebih kuat dibandingkan dengan
kekuatan pipanya. Hal ini disebabkan fitting electrofusion membungkus bagian yang
disambung, jadi ketebalan baigian yang disambung menjadi lebih tebal daripada bagian
lainnya. Sistem penyambungan dengan electro fusion socket yang telah dilengkapi
dengan built-in heating element. Electrical fusion socket dihubungkan dengan alat
peleburan otomatis.

E. PEKERJAAN LAIN-LAIN
1. Pengadaan / Pemasangan Crossing Jalan Aspal lengkap termasuk fitting
accessories, pabrikasi, penyetelan dan alat bantu kerja.
- Lingkup Pekerjaan
Disini kami akan melaksanakan Pengadaan / Pemasangan crossing pipa lengkap
termasuk fitting, accessories dan alat bantu kerja
- Metode Pelaksanaan pekerjaan
Galian Tanah
Pekerjaan penggalian dilaksanakan sedemikian rupa sehinggamemungkinkan pipa
dapat dipasang dengan posisi yang baik dan aman. Penggalian harus bertahap sesuai
dengan perkiraan jumlah pipa yang dapat dipasang untuk setiap harinya.
Kedalaman galian adalah sedalam 2 meter.
Pembongkaran Aspal
Aspal dibongkar pada bagian yang akan dipasangkan pipa sesuai dengan gambar
dan pengawasan pengawa dan Sesuai gambar kerja.
Pemadatan dan penimbunan
Penimbunan dilakukan setelah itu baru dipadatkan dengan stemper.
Pengaspalan kembali
Setelah dipadatkan maka di aspal, untuk pengaspalan dapat dilihat pada gambar
kerja.
PEKERJAAN BANGUNAN SIPIL

A. PEKERJAAN BETON
1. Umum
Beton harus merupakan campuran dari semen, agragat halus, agregat kasar dan air,
dengan perbandingan sedemikian sehingga dalam beton yang dihasilkan, jumlah
semen yang terdapat di dalamnya minimum sesuai dengan persyaratan dalam
spesifikasi. Hasil akhir pekerjaan harus berupa beton yang baik, padat dan tahan
lama serta memiliki kekuatan dan sifat-sifat lai sebagaimana disyaratakan.
Perbandingan antara agregat halus dengan agregat kasar tergantung dari gradasi
bahannya, tetapi jumlah agragat halus harus selalu minimum dengan ketentuan
bahwa bila dicampur dengan semen akan menghasilkan adukan yang cukup untuk
mengisi ruang-ruang/rongga-rongga diantara agragat kasar dan terdapat sedikit sisa
untuk finishing. Untuk menjamin kekuatan dan ketahanan beton yang optimal,
jumlah air yang dipakai dalam adukan harus minimum sehingga menghasilkan
kemudahan untuk dikerjakan dan konsisitensi yang sesuai dengan kondisi dan cara
pengecoran beton. Semua bahan pengujian dan lain-lain yang diuraikan dalam
spesifikasi ini menikuti British Standart yang telah diterapkan dengan tujuan
menetapkan suatu standart yang dapat diterima. Standard lokal atau standar lainnya
dapat juga diterapkan asal sudah disetujui oleh Direksi sebagai setara.
2. Bahan Bangunan Secara Umum
Semua bahan harus merupakan mutu terbaik yang tersedia dan sesuai dengan
”Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (NI-3)”, British Standard yang
relevan atau yang setara. Kontraktor harus menyediakan contoh dari semua bahan
yang akan dipakai untuk pekerjaan beton untuk memperoleh persetujuan dari
direksi dan tidak boleh memesan bahan-bahan tersebut dalam jumlah besar sebelum
diberikan persetujuan untuk pemakaian tiap bahan. Direksi akan menahan contoh-
contoh bahan yang sudah disetujui sebagai patokan, pengiriman-pengiriman bahan
selanjutnya akan dicek kesesuaiannya dengan contoh tersebut, tidak boleh
melakukan penyimpangan yang berarti terhadap contoh yang sudan disetujui, tanpa
persetujuan dari direksi. Semua bahan yang ditolak oleh direksi harus segera
disingkirkan dari lapangan atas biaya.
3. Semen
Semen harus berupa Semen Portland ( PC ) biasa yang sesuai dengan Pedoman
Pekerjaan Beton sebagaimana dinyatakan dalam PPB/SKSNI T15-1991-03 atau
British Standard No. 12: 1958 untuk kelas I – Z475. Semua semen harus berasal
dari pabrikan yang sudah disetujui oleh Direksi. Bilamana dikehendaki, harus
memberikan pada direksi, satu copy sertifikat pengujian dari pabrikan yang
menyatakan bahwa semen yang dikirim sudah diuji dan dianalisa serta dalam segala
hal sesuai dengan standar.Semua semen harus diangkut dan disimpan dalamtempat
yang tidak tembus air serta dilindungi dari kelembaban sampai saat pemakaian.
Direksi berhak untuk menolak semen yang terbukti tidak memuaskan, sekalipun
sudah terdapat sertifikat dari pabrikan. Kontraktor harus menyediakan dan
memberikan gudang-gudang di tempat yang sesuai untuk penyimpanan dan
menangani semen. Gudang-gudang tersebut harus benar-benar kering, berventilasi
baik, tidak tembus air dan berkapasitas cukup serta berlantai minimum harus 30 cm
diatas tanah atau diatas air yang mungkin tergenang di lantai. Ketika diangkut ke
lapangan dengan lori/gerobak, semen harus ditutup dengan terpal atau bahan
penutup lain yang tidak tembus air. Semen harus segera mungkin digunakan setelah
dikirim tiap semen yang menurut pendapat direksi sudah rusak atau tidak sesuai
lagi akibat penyerapan air dari udara atau dari manapun, harus ditolak dan
disingkirkan dari lapangan atas biaya. Semen-semen yang berlainan jenis harus
disimpan dalam gudang terpisah. Semen-semen harus disimpan menurut
pangiriman sedemikian sehingga yang dikirim lebih dahulu dapat dipakai.
4. Aggregate
Agregat harus sesuai dalam segala hal dengan PBB/SKSNI T15-1991-03, Bagian 2
atau B.S. No. 852 : 1965. Agregat kasar adalah agregat yang bertahap pada saringan
5 mm dan agregat halus adalah agregat yang lolos saringan 5 mm. Untuk struktur
atas dan beton tumbuk, agregat kasarnya harus bergradasi dari 38 mm-5 mm.
Sebelum pembetonan dimulai, sejumlah contoh tiap ukuran dan jenis agregat harus
diserahkan kepada direksi untuk disetujui. Dari tiap jumlah tersebut harus
mengambil dua contoh yang representatif dan mengadakan analisa gradasi serta
pengujian lain sebagaimana diperintahkan oleh direksi. Semuanya harus sesuai
dengan British Standard No. 812 : 1968 atau yang setara. Bila agragat yang disetujui
oleh Direksi sudah terpilih, harus mengusahakan agar seluruh pemasukan untuk tiap
bahan berasal dari satu sumber yang disetujui untuk menjaga agar mutu dan gradasi
dapat dipertahankan pada seluruh pekerjaan.
5. Air
Air sebagai bahan campuran beton harus bersih, bebas dari unsur-unsur atau
kotoran yang dapat mempengaruhi daya pengikatan semen. Direksi dapat meminta
agar dilakukan pengujian kimia setiap saat dan biaya pengujian ini dibebankan pada
Kontraktor.
6. Penolakan Beton
Jika pengujian kekuatan tekan dari suatu kelompok kubus uji gagal mencapai
standar yang ditetapkan, maka direksi berwenang untuk menolak seluruh pekerjaan
beton darimana kubus- kubus tersebut diambil. Direksi juga berwenang untuk
menolak beton yang berongga, porous atau yang permukaan akhirnya tidak baik.
Dalam hal ini kontraktor harus menyingkirkan beton yang ditolak tersebut dan
menggantinya menurut instruksi dari Direksi sehingga hasilnya menurut penilaian
direksi sudah memuaskan.
7. Pengukuran Beton
Semua bahan untuk beton harus ditetapkan proporsinya menurut berat, kecuali air
yang boleh diukur menurut volume. Agregat halus dan kasar diukur secara terpisah
dengan alat perimbangan yang disetujui, yang memenuhi ketepatan + 1 %.
Pengukuran volume dapat diijinkan asal disetujui oleh Direksi. Peralatan yang
dipakai untuk menimbang semua bahan dan mengukur air yang ditambahkan serta
metoda penentuan kadar air harus sudah disetujui oleh direksi sebelum beton di cor.
8. Pengadukan Beton
Beton harus diaduk ditempat yang sedekat mungkin dengan tempat pengecoran.
Pengadukan harus memakai mixer yang digerakkan dengan daya yang tidak
kontinyu serta mempunyai kapasitas minimum 1 m3. Jenisnya harus disetujui oleh
direksi dan dijalankan dengan kecepatan sebagaimana dianjurkan oleh
pabrikan. Pengaturan, pengangkutan, pengukuran dan pengadukan bahan beton
harus mendapat persetujuan dari direksi bila mungkin, harus diatur sedemikian
sehingga seluruh operasi dapat dilihat dari suatu titik dan diawasi serta dicek oleh
seorang pengawas. Pengadukan beton dengan tangan tidak di ijinkan, kecuali jika
sudan disetujui oleh direksi untuk mutu beton kelas III. Pengadukan harus
sedemikian sehingga bahan beton tersebar merata ke seluruh massa, tiap partikel
terbungkus mortar dan mampu menghasilkan beton padat yang homogen tanpa
adanya air yang berlebihan.
9. Pengangkutan dan Pengecoran
Pengecoran beton di bagian manapun tidak boleh dimulai sebelum direksi
memeriksa dan menyetujui bekisting, penulangan, anker-anker, plastik konus dan
lain-lain dimana beton akan dicorkan. Pengadukan beton (mixer) harus dikeluarkan
dalamsatu operasi menerus dan beton harus diangkut tanpa terjadi seagregasi
komponen-komponennya. Beton harus diangkut dalam ember yang bersih dan tidak
tembus air atau gerogak dorong. Metoda pengangkutan yang lain dapat dipakai
asalkan sudah mendapat persetujuan dari Direksi dan harus tepat mengikuti
instruksi terinci yang diberikan untuk maksud tersebut. Alat-alat yang dipakai untuk
mengangkut dan mencor beton harus dibersihkan dan dicuci setiap hari setelah
selesai bekerja dan bilamana pengecoran dihentikan selama lebih dari 30 menit.
Semua beton yang diaduk dilapangan harus ditempatkan pada posisi akhirnya dan
dipadatkan dalam waktu 40 menit setelah ditambahkan dalam mixer. Pada
umumnya beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih dari 1.50 m,
tetapi jika bagian pekerjaan tertentu memerlukan agar beton dijatuhkan dari tempat
tinggi, maka harus dijaga agar aliran beton tidak terputus-putus. Seluruh operasi ini
harus mendapat persetujuan dari direksi. Beton harus ditempatkan selapis demi
selapis dengan tebal tiap lapis tidak lebih dari 60 cm dan dipadatkan sebagaimana
diuraikan di bawah tanpa terjadi segregasi komponen-komponennya. Pengecoran
suatu unit atau bagian pekerjaan harus dilaksanakan dalam satu operasi menerus
atau hingga mencapai sinar yang ditentuka. Beton dan penualangan yang menonjol
tidak boleh diganggu dengan cara apapun sampai sekurangnya empat puluh
delapanjam sesudah beton dicor, kecuali jika diperoleh ijin tertulis dari direksi.
Semua beton garus dicorkan pada siang hari, pengecoran bagian manapun tidak
boleh dimulai jika tidak dapat diselesaikan dalam siang hari, kecuali jika tertulis
dari direksi untuk pengerjaan melam hari. Ijin demikian tidak akan diberikan jika
tidak menyediakan sistem penerangan yang memeadai yang disetujui oleh Direksi.
Harus membuat catatan lengkap mengenai tanggal, waktu dan kondisi pengecoran
beton pada tiap bagian pekerjaan. Catatan ini harus tersedia untuk diperiksa oleh
direksi setiap saat.
10. Pemadatan Beton
Beton harus dipadatkan seluruhnya dengan memakai vibrator mekanis yang
dioperasikan oleh tenaga ahli, berpengalaman dan terlatih. Hasil pekerjaan beton
harus berupa masa yang seragam, bebas dari rongga, segregasi dan sarang lebah
(honey comb), memperlihatkan permukaan yang rata ketika bekisting dibuka dan
mempunyai kepadatan yang mendekati kepadatan kubu uji. Vibrator harus bertipe
“rotary out of balance” (berputar diluar kesinambungan) dengan frekwensi tidak
kuran dari 8.000 putaran per menit dan mampu menghasilkan percepatan sebesar
69 pada beton yang disentuhnya. Harus diperhatikanagar semua bagian beton
terkena vibrasi tanpa timbul segregasi agregat akibat vibrasi yang berlebihan.
Vibrator tidak boleh langsung mengenai penulangan terutama jika penulangan
menerus pada beton yang sudah mulai mengeras. Jumlah vibrator yang dipakai
dalam satu pengecoran harus sesuai dengan laju pengecoran.Juga harus
menyediakan sekurang-kurangnya satu vibrator cadangan untuk dipakai bila terjadi
kerusakan.
11. Lantai Kerja
Beton bertulang tidak boleh diletakkan langsung di atas permukaan tanah, kecuali
jika ditetapkan lain maka harus dibuat lantai kerja setebal 5 cm minimum, kelas III,
diatas tanah/urugan sebelum tulangan beton yan ditempatkan.
12. Spesi Semen (Cement Mortar)
Spesi harus terdiri dri satu bagian semen berbanding sejumlah bagian agregat halus
yang sudah ditetapkan dan ditambah dari air bersih sedemikian sehingga dihasilkan
campuran akhir yang konsistensi plastisnya disetujui oleh direksi. Spesi harus
diaduk pada suatu landasan kayu atau logam dalam jumlah kecil menurut keperluah
dan setiap spesi yang sudah mulai mengeras atau telah dicampur dalam waktu lebih
dari 30 menit tidak boleh dipakai dalam pekerjaan. Spesi yang sudah mengeras
sebagian tidak boleh diolah lagi untuk dipakai.
13. Perlindungan dan Pengeringan Beton
Semua permukaan yang terbuka harus dilindungi dari matahari dan semua beton
harus dijaga agar tetap lembab dengan cara dibasahi selama tujuh hari sekurang-
kurangnya setelah pengecoran. Perlindungan diberikan dengan cara menutupi
dengan pasir basah sekurang- kurangnya setebal 5 cm, atau dengan kantong-
kantong goni basah. Permukaan-permukaan yang baru saja dicor harus dilindungi
dari hujan maupun dari pengaruh-pangaruh lain yang dapat merusak permukaan
yang lunak sebelum terjadi pengerasan. Harus menjaga agar pekerjaan beton yang
baru selesai tidak diberi beban yang intensitasnya dapat menimbulkan kerusakan.
Setiap kerusakan yang timbul akibat pembebanan yang terlalu dini atau
pembebanan berlebih harus diperbaiki oleh biaya sendiri hingga memuaskan
direksi.
14. Pekerjaan Permukaan Beton dengan Sendok Semen (Trowelling)
Bilamana dilaksanakan perataan permukaan atas dari beton yang dicor setempat,
permukaan yang dihasilkan harus datar dengan hasil akhir yang rata tetapi
bertekstur kasar sebelum pengerasan pertama mulai, permukaan tersebut harus
diratakan lagi dengan sendok dimana perlu untuk menutup retakan-retakan dan
mencegah timbulnya lelehan yang berlebihan pada permukaan beton baru yang
terbuka.
15. Siar-siar Konstruksi
Semua siar konstruksi dalam beton harus dibentuk rata horizontal atau vertikal.
Siar-siar tersebut harus berakhir pada bekisting yang kokoh yang ditunjang dengan
baik, dibor guna melewati penulangan. Bila pekerjaan pengecoran ditunda sampai
beton yang sudah dicor mulai mengeras, maka dianggap terdapat siar konstruksi.
Jika diperlukan siar konstruksi ditempat yang lain dari pada yangtelah disetujui,
karena terjadi kerusakan alat atau alasan lain yang tak terduga, harus disediakan
penopang tegak lurus pada garis tegangan-tegangan utama, tetapi jika lokasinya
dekat tumpuan suatu pelat atau balok, atau ditempat lain yang dianggap tidak
menguntungkan Direksi, maka beton yang sudah dicor harus dipecah kembali dan
disingkirkan sehingga dicapai suatu lokasi yang cocok untuk siar konstruksi
sebagaiamana disetujui direksi. Pengecoran beton dilaksanakan menerus dari satu
siar ke siar berikutnya, tanpa memperhatikan jam-jam istirahan dan makan. Siar-
siar konstruksi pada permukaan-permukaan yang terbuka harus sungguh-sungguh
horizontal atau vertikal dan jika diperlukan dipasang juga beading di dalam dinding
bekisting pada permukaan terbuka untuk menjamin penampilan siar yang
memuaskan sebelum menempatkan beton baru pada beton yang sudah mengeras,
permukaan siar beton yang sudah dicor harus dibersihkan seluruhnya dari benda-
benda asing atau serpihan- serpihan. Jika beton kurang dari 3 hari umurnya,
permukaan tersebut harus disiapkan dengan penyikatan seluruhnya, tetapi jika
umumnya sudah lebih dari 3 hari atau sudah terlalu keras, permukaan tersebut harus
dicetak secara ringan atau diembus dengan pasir (sandblasted) untuk
memperlihatkan agregat. Setelah permukaan tersebut dibersihkan dan disetujui oleh
direksi bekisting akan diperiksa dan dikencangkan.
16. Penyusutan
Siar-siar kontraksi harus dikerjakan sebagaimana ditetapkan pada gambar atau
spesifikasi. Jenis seal, bila ada harus diserahkan untuk disetujui oleh tenaga
ahli/direksi.
17. Bekisting
Semua bekisting harus dirancang dan dibuat hingga dinilai sesuai oleh direksi.
Harus menyerahkan rancangannya untuk disetujui, dalam jangka waktu yang cukup
sebelum pekerjaan dimulai. Semua bekisting harus diperkuat dengan klam dari
balok kecil dan harus yang kuat serta cukup jumlahnya untuk menjaga agar tidak
terjadi distorsi ketika beton dicorkan, dipadatkan dan mengeras. Bekisting dari kayu
dan triplex 3 mm harus dibuat dari kayu yang sudah diolah dengan baik. Semua
sambungan harus cukup kencang agar tidak terjadi kebocoran. Agar beton tidak
menempel pada bekisting bagian permukaan dalam bekisting diberi selapis minyak
yang jenisnya sudah disetujui sebelum beton dicorkan. Minyak pelumas baik yang
sudah atau belum dipakai tidak boleh dipakai untuk maksud ini. Harus diperhatikan
agar besi tulangan tidak terkena bahan pelapis semacam ini. Pengikat baja untuk di
dalam atu blok antara (sapcer) yang sudah disetujui boleh dipakai. Bagian dari
pengikat atau pengantara yang ditanam permanen dalam beton sekurang-kurangnya
harus berjarak 5 cm dari permukaan akhir beton. Setiap lubang dalam permukaan
beton yang timbul akibat pengikat atau pengantara harus ditutup dengan raih segera
setelah bekisting dibuka dengan spesi semen yang campuran serta konsistensinya
sama dengan mutu beton induknya. Semua permukaan beton yang terbuka harus
licin dan halus maka bekisting harus dilapisi dengan triplek bermutu tinggi yang
sudah disetujui Direksi. Pada umumnya bekisting dari kayu lapis tidak boleh
dipakai ulang lebih dari 3 kali.
Sebelum memasang kayu bekisting, Direksi akan memilih panil kayu lapis yang
boleh dipakai ulang. Panil kayu lapis yang ditolak oleh direksi harus disingkirkan.
Direksi sama sekali tidak bertanggungjawab atas mutu permukaan akhir setelah
memberikan persetujuan atas bekisting. Semua sudut kolom dan balok yang terbuka
harus diberi alur (1,5 cm ) kecuali jika ditetapkan lain pada gambar. Bekisting untuk
kolom dan dinding harus diberi lubang agar kotoran, debu dan benda lainnya dapat
disingkirkan sebelum beton dicorkan. Beton di bagian mananpun tidak boleh
dicorkan sebelum bekistingnya diperiksa dan disetujui oleh direksi.
18. Pembukaan Bekisting
Permukaan bekisting harus dikerjakan sedemikian sehingga tidak timbul
kerusakanpada beton. Bekisting tidak boleh dibuka sebelum beton mencapai
kekuatan yang cukup untuk menahan tegangan-tegangan yang timbul akibat
pembukaan dan jika diperlukan harus membuktikannya sehingga dianggap baik
oleh direksi. Jangka waktu minimum antara pengecoran dan pamadatan beton
dengan pengangkatan bekisting adalah 3 hari, namun demikian hal ini tidak
membebaskan dari kewajibannya untuk menunda pengangkatan bekisting sampai
beton mencapai kekuatan yang memadai. Harus bertanggungjawab dan wajib
memperbaiki semua kerusakan yang timbul akibat pengangkatan bekisting yang
terlalu dini, atas biaya sendiri. Jika setelah pengangkatan bekisting ternyata terdapat
“sarang lebah” pada beton atau cacat lainnya, harus segera dilaporkan kepada
direksi. Perbaikan atau pengerjaan apapun tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan
dari Bekisting. Setelah struktur selesai, semua bekisting harus dibongkar
seluruhnya, namun demikian, pembongkaran tidak boleh dilakukan tanpa adanya
persetujuan dari Direksi.
19. Penulangan
Semua baja tulangan harus bebas dari serpihan karat lepas, minyak, gemuk, cat,
debu atau zat lainnya yang dapat mengganggu perletakan yang sempurna antara
tulangan dan beton. Jika diinstruksikan oleh Direksi, baja harus disikat dan
dibersihkan sebelum dipakai. Beton tidak boleh dicorkan sebelum penulangan
diperiksa dan disetujui oleh Direksi.
20. Bahan-bahan
Baja tulangan sedang harus BJTP 24 yang sesuai dengan SII 0136 1984, British
Standard No. 785 atau yang setara untuk baja tulangan sedang yang polos. Baja
tulangan bertegangan tinggi harus BJTP 40 yang sesuai dengan SII 0136-1984,
British Standard No. 4449:1969 atau yang setara untuk baja ulir bertegangan tinggi.
Tegangan leleh baja tulangan bertegangan tinggi harus minimum 40,4 kg/cm2. Baja
tulangan pabrik harus sesuai dengan bagian yang relevan pada British Standard
4483 : 1969 atau yang setara.
21. Penyimpanan
Baja tulangan harus disimpan di bawah atap yang tahan air dan diberi alas dari muka
tanah atau air yang tergenang serta harus dilindungi dari kemungkinan kerusakan
dan karat.
22. Penekukan
Pada tahap awal pekerjaan harus mempersiapkan daftar tekukan (bending schedule)
untuk disetujui Direksi. Semua baja tulangan harus ditekuk secara tepat menurut
bentuk dan dimensi yang diperlihatkan dalam gambar yang sesuai dengan British
Standard 4483 : 1969 atau yang setara dipasang pada posisi yang tepat seperti
diperlihatkan pada gambar sehingga beton deking yang ditetapkandapat dipenuhi
di semua tempat. Baja harus ditekuk atau diluruskan dengan cara yang dapat
menimbulkan kerusakan, tulangan yang mempunyai lengkungan atau tekukan yang
tidak sesuai dengan gambar tidak boleh dipakai. Harus diperhatikan agar panjang
keseluruhan dari tulangan yang mempunyai banyak tekukan, tepat dan sesudah
penekukan dan pemasangan batang baja tetap di tempat tanpa timbul lengkungan
atau puntiran. Bila diperlukan suatu radius untuk tekuak atau lengkungan, maka
dikerjakan dengan sebuah per yang mempuyai diameter 4 kali besar batang yang
ditekuk.
23. Pemasangan
Tulangan harus dipasang dengan tepat pada posisi yang diperlihatkan pada gambar
dan harus ditahan jaraknya dari bekisting dengan memakai dudukan beton atau
gantungan logam menurut kebutuhan, dan pada persilangan-persilangan diikat
dengan kawat baja yang dipilar dingin dengan diameter tidak kurang dari 16 mm,
ujung kawat harus diarahkan ke bagian tubuh utama beton. Baja tidak boleh
ditumpu dengan penahan logam yang menonjol sehingga permukaan beton,
pada tumpuan kayu atau kepingan-kepingan agregat kasar. Bila pengatur jarak dari
spesi pra cetak untuk mengatur tebal beton deking sekurang-kurangnya harus
mempunyai kekuatan yang sama dengan kekuatan yang ditetapkan untuk beton
yang sedang dicor dan harus sekecil mungkin. Blok-blok ini harus dikencangkan
dengan kawat yang ditanam di dalamnya dan harus dicelupkan dalam air sebelum
dipakai. Selama pengecoran berlangsung, seorang pemasang tulangan yang ahli
harus berada ditempat untuk mengecek, menyesuaikan dan memperbaiki tulangan.
Tulangan yang untuk sementara dibiarkan menonjol keluar dari beton pada siar
konstuksi atau lainnya tidak boleh ditekuk selama pengecoran ditunda kecuali
diperoleh persetujuan dari Direksi. Sebelum pengecoran, seluruh tulangan harus
dibersihkan dengan teliti dari beton yang sudah mengering sebagian yang munkin
menempel dari pengecoran sebelumnya. Sebelum pengecoran, tulangan yang sudah
dipasang pada tiap bagian pekerjaan harus disetujui oleh Direksi. Pemberitahuan
pada Direksi untuk melakukan pemeriksaan harus disampaikan dengan tenggang
waktu yang cukup. Jarak minimum dari permukaan suatu barang termasuk
sengkang ke permukaan beton terdekat harus sesuai dengan gambar untuk tiap
bagian pekerjaan.
24. Toleransi untuk Beton yang tidak Terbuka (tidak Di Exposes)
Posisi bagian-bagian struktur antara lain as-as blok/dinding/pelat harus tepat dalam
atas- batas toleransi 1 cm, tetapi akumulasi toleransi tidak diperbolehkan, Ukuran
bagian antara lain pada potongan-potongan balok/pelat harus tepat dengan toleransi
-0,3 cm sampai dengan +0,5 cm
25. Toleransi Untuk Beton Dengan Muka Halus (Fair Face)
Toleransi untuk beton dengan muka halus adalah 0,6 cm, posisi bagian struktur dan
maksimum 0,3 cm untuk ukuran bagian struktur. Penggeseran papan bekisting pada
sinar-sinar tidak boleh melebihi 0,1 cm dan perbedaan garis sempadan (alignment)
bagian struktur harus dalam batas 0,1 % Akumulasi toleransi tidak diperbolehkan.
26. Komponen Kolom-Kolom Pracetak
Komponen-komponen dari beton pracetak harus dibentuk menurut gambar dan
dibuat dari beton K225. Permukaan-permukaan yang terbila harus licin dan rata.
Tepi-tepi dibulatkan dengan alat yang sesuai. Radius pembulatan yang dihasilkan
harus 1 cm.
27. Pemasangan Kolom-Kolom Pracetak
Kolom-kolom pracetak harus dipasang sedemikian sehingga tidak timbul kerusakan
pada kolom. Sebelum mulai pemasangan kolom, level yang tepat harus ditentukan
dengan memakai blok-blok datar yang dicor pada pondasi, semuanya harus
disetujui oleh Direksi. Posisi kolom yang tepat selama pengerasan spesi dijaga
dengan penopang-penopang yang didesain dengan baik dan dianker pada balok atau
pelat pondasi. Penopang-penopang ini dapat dilepaskan menurut persyaratan
kekuatan bahan spesi, tetapi tidak boleh kurang dari 7 hari setelah spesi diterapkan.
Direksi berhak untuk menolak kolom yang mengalami kerusakan.
28. Pemberian Lapisan Permukaan
Lantai permukaan sebagaimana ditunjukkan pada gambar arsitektur harus
merupakan master cron non metallic floor hardener. Pemberian lapisan harus
mengikuti petunjuk dari pabrikan.
29. Kemiringan Plat Lantai
Semua kemiringan pelat lantai sebagaimana ditunjukkan pada gambar harus
dihitung dari tebal minimum pelat lantai yang diperlukan. Bagian bawah dari pelat
lantai yang miring harus horizontal.

B. BESI TULANGAN
1. Umum
- Bidang Lingkup
Mengadakan, membuat dan memasang semua pembesian tulangan yang tertera
digambarkan dan yang dijelaskan dalam persyaratan ini. Pekerjaannya
mencakup pemasangan semua kawat ikat, jepitan penunjang dan perlengkapan
lainnya yang dibutuhkan guna memenuhi ketentuan persyaratan ini dan akan
menghasilkan bangunan beton jadi, sesuai dengan teknik praktis yang terbaik.
- Gambar Kerja
Sebelum pembuatan besi tulangan, harus menyiapkan dan menyampaikan
kepada Direksi gambar kerja, diagram pembengkokan, daftar pemasangan.
Persetujuan terhadap gambar dagang terbatas untuk mengikuti secara umum
gambar kontrak. Harus bertanggungjawab akan ketelitian ukuran dan perincian,
ukuran dan perincian tersebut harus diteliti oleh direksi sewaktu pemasangan.
Persetujuan direksi terhadap gambar kerja tersebut tidak membebaskan dari
kesalahan-kesalahan salah satu macam di dalam gambar kerja.
- Standard
Apabila peraturan lokal tidak memiliki persyaratan yang dapat digunakan,
memperinci dan menempatkan batangan tulangan harus sesuai dengan pedoman
standart praktis. (ACI – Designation 318).
2. Bahan
Besi tulangan adalah besi beton polos atau berulir dengan tegangan 2400 kg/cm2
dan harus sesuai dengan persyaratan PBI, 1971-NI-2 atau JIS-G-3112, Batangan
Besi Tulangan Beton ”atau standart International lainnya yang dapat diterima.
3. Pembuatan
Tulangan harus dibuat seteliti mungkin berukuran seperti yang ditunjukkan dalam
gambar. Diperhatikan secara khusus tidak menggunakan cincin (Beugel) yang
berkelebihan ukurannya agar mendapatkan selimut beton (beton dekking) Tulagan
tidak boleh ditekuk atau diluruskan dengan cara yanga akan melukai bahannya.
Tulangnya yang dipanaskan untuk membengkokkan tidak diperbolehkan.
Pembengkokan dan penekukan harus secara dingin, kecuali ditentukan lain dalam
gambar atau diperintahkan; dibengkokkan melalui melingkari sebuah pen
berdiameter tidak kurang dari 6 x diameter batangnya, kecuali batangan yang 25
mm lebih, bagaimanapun pen berdiameter yang tidak kurang dari 8 x diameter
batangnya. Batang untuk sengkang (beugel) dan pengikat harus dibengkokkan
mengelilingi pen yang berdiameter tidak kurang dari 2,5 kali tebal batang yang
terkecil.
4. Pemasangan
Besi tulangan didudukkan secara tidak tepat sesuai dengan gambar, diperkokoh
dengan diikatan kawat beton atau jepitan yang cocok, setiap jarak tertentu,
ditunjang atau diberi anatara dengan bantalan beton atau logam atau dengan
gantungan dari logam. Jepitan atau ganjalan dari logam tidak boleh terpasang
berhubungan dengan scuan. Kawat ikat diharuskan ditekuk menghindari acuan agar
menghasilkan selimut beton yang disyaratkan.
- Sambungan Batang
Kecuali lain tertera ditentukan digambarkan, sambungan tulangan vertiakal
dalam kolom dan semua sambungan batangan yang lain harus ada lewatan
minimal 64 x diameter batangnya. Panjang lewatan bagi batang yang beda
diameternya berdasarkan diameter yang terbesar. Batang lewatan dapat dilas
sesuai dengan persyaratan lokal.
- Izin Direksi
Tidak diperbolehkan menutupi besi tulanagan dengan beton sebelum diperiksa
oleh Direksi jumlah dan letak tulangan dan diberi izin melanjutkan dengan
pembetonan. Sebelum Direksidiberi cukup waktu untuk memeriksanya.
- Pelurusan
Besi tulangannya tidak boleh diluruskan dalam hal ini mencakup pekerjaan
pembuatan saluran air hujan, gorong-gorong dan lain-lain serta perbaikan
kembali bangunan/pagar yang terkena proyek.

C. PEKERJAAN STEEL STRUCTURES


1. Umum
Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Konsultan
Pengawas/Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Bahan yang tidak disetujui
harus diganti tanpa biaya tambahan.
2. Pekerjaan Steel Structures
Pekerjaan steel structures meliputi pekerjaan fabrikasi baja struktur dan pekerjaan
pemasangan baja struktur. Untuk detail pekerjaan dapat dilihat pada dokumen
“Spesifikasi Teknis” Pasal 14 tentang Pekerjaan Steel Structures untuk Menara Air.
METODE PELAKSANAAN
PEMBUATAN SUMUR DANGKAL

Tahapan pada pengeboran air tanah meliputi :


1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Pengeboran Sumur
3. Pekerjaan Pengambilan Contoh/Sampel Batuan
4. Pekerjaan Pencucian Sumur
5. Pekerjaan Electric Logging Test
6. Pekerjaan Konstruksi Sumur
7. Pekerjaan Pengisian Gravel Pack
8. Pekerjaan Pengisian Lumpur Penyekat
9. Pekerjaan Sementasi (Grouting)
10. Pekerjaan Penyelesaian Sumur

1. Pekerjaan Persiapan
Dalam pelaksanaan pekerjaan pemboran tahap pekerjaan persiapan meliputi :
a. Pekerjaan Mobilisasi
b. Pekerjaan Persiapan Lokasi

a. Pekerjaan Mobilisasi
Sebelum pekerjaan lapangan dimulai, dilakukan mobilisasi atau mendatangkan
peralatan dan bahan-bahan pemboran beserta personelnya ke lokasi pemboran. Tahap
mobilisasi ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan lapangan. Untuk melakukan
mobilisasi alat berat hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah pemilihan jenis alat bor
dan kondisi medan.

Gambar: Mobilisasi alat bor menuju lokasi pemboran.

Page 1 of 10
b. Pekerjaan Persiapan Lokasi
Pada tahap pekerjaan ini meliputi :
1) Pembersihan, perataan dan pengerasan lokasi untuk posisi tumpuan mesin bor.
Tujuan dilakukannya pekerjaan ini adalah untuk membuat persiapan lokasi yang baik
sehingga dapat berdirinya alat bor. Kondisi lokasi yang kurang baik, seperti miringnya
lokasi pembora n, akan menimbulkan gangguan pada saat melakukan pemboran.
Sama halnya dengan kondisi tumpuan mesin bor yang lunak akan membuat rig bor
tertanam pada saat melakukan pemboran.
2) Pembuatan Bak Lumpur, Bak Kontrol dan Selokan.
Pembuatan bak lumpur, bak kontrol dan selokan bertujuan untuk sirkulasi lumpur
bor pada saat proses pemboran. Fungsi lumpur dalam suatu operasi pemboran antara
lain adalah sebagai berikut :
- Mengangkat cutting ke permukaan.
- Mendinginkan dan melumasi bit dan drill string.
- Memberi dinding lubang bor dengan mud cake.
- Mengontrol tekanan formasi.
- Membawa cutting dan material-material pemberat pada suspensi bila sirkulasi
lumpur dihentikan sementara.
- Melepaskan pasir dan cutting dipermukaan.
- Menahan sebagian berat drill pipe dan cutting (bouyancy efect).
- Mengurangi efek negatif pada formasi
- Mendapatkan informasi (mud log, sampel log).
- Media logging.

Gambar . Pembuatan Bak Penampung lumpur pemboran

Page 2 of 10
Gambar . Bak Sirkulasi yang lebih sederhana

3) Penanaman casing pengaman sedalam 1-2 m/sesuai kebutuhan pada posisi titik
bor apabila formasi lapisan tanah paling atas yang akan dibor merupakan lapisan
formasi yang mudah runtuh.
4) Penyetelan (setting) mesin bor beserta menara (rig), penyetelan (setting) pompa
Lumpur beserta selang-selangnya.
5) Penyedian air serta pengadukan Lumpur bor untuk sirkulasi pemboran.

Gambar . Proses Pendirian rig bor

2. Pekerjaan Pengeboran
Pengeboran dilakukan dengan mata bor, misalnya dengan mata bor jenis wing bit sampai
kedalaman melebihi kedalaman konstruksi sumur yang direncanakan, dengan tujuan agar sisa
kedalaman tersebut dapat berfungsi sebagai kantong-kantong yang tidak terangkat.

Page 3 of 10
Sistem pemboran yang digunakan adalah sistem bor putar (rotary drilling) dan tekanan
bawah (pull down pressure) yang dibarengi dengan sirkulasi lumpur bor (mud flush)
kedalam lubang bor. Pemboran yang digunakan berukuran 8 ¾”.
Hal-hal yang perlu diamati dalam pekerjaan pemboran adalah :
 Kekentalan (viskositas) Lumpur bor
 Kecepatan mata bor dalam menebus formasi lapisan tanah setiap meternya
(penetrasi waktu permeter)
 Contoh gerusan (pecahan) formasi lapisan dalam setiap meternya.

3. Pekerjaan Pengambilan Contoh/Sampel Batuan


Contoh (sample) pecahan formasi lapisan tanah (cutting) dimasukkan dalam plastik kecil atau
kotak sample dan masing-masing diberi nomor sesuai dengan kedalamanya. Sampel di ambil
per 1 m. Adapun maksud pengambilan sample cutting adalah sebagai data pendukung hasil
electrical logging untuk menentukan posisi kedalaman lapisan penyimpan air (akuifer).

4. Pekerjaan Pencucian Sumur (Well Development)


Untuk memperoleh lubang bor dan contoh batuan yang baik, maka dilaksanakan sirkulasi
pembilasan lubang bor dengan lumpur pemboran, atau sirkulasi lumpur tanpa penetrasi setiap
operasi pemboran akan melalkuakn penyambungan drill pipe, sirkulasi tersebut dimaksudkan
agar tidak terdapat lagi sisa cutting dalam lubang bor yang berpotensi mengedap atau menyumbat
pada dasar lubang bor.
Pelaksanaan tahap pencucian sumur (Well Development) dilakukan dengan cara :
a. Water Jetting
Peralatan yang digunakan disebut Jetting Tool, yaitu suatu alat dari pipa yang mempunyai 4
lobang (dozzle). Alat ini dimasukkan kedalam sumur dalam pada tiap-tiap interval saringan
secara berurutan dari bawah keatas dengan penghantar pipa bor yang dihubungkan dengan
pompa yang dihubungkan dengan pompa tekan yang memompakan air bersih kedalam sumur
dalam. Pada pengoperasiannya, alat ini digerakkan berputar-putar atau dengan memutar-
mutar pipa penghantarnya dan naik turun sepanjang saringan (screen).
b. Air Lift
Pada metode air lift ini dimulai dengan pelepasan tekanan udara kedalam sumur dalam dari
tekanan kecil kemudian perlahan-lahan diperbesar. Pekerjaan air lift ini dilakukan mulai dari
interval saringan paling atas ke bawah secara berurutan hingga ke dasar sumur dalam.

Page 4 of 10
5. Pekerjaan Electric Logging Test
Logging adalah metode atau teknik untuk mengkarakterisasi formasi di bawah permukaan
dengan pengukuran parameter – parameter fisis batuan dalam lubang bor, sedangkan log adalah
hasil rekaman dalam fungsi kedalaman terhadap proses logging (Serra, 1984).
Tujuan dilakukannya logging adalah untuk mengetahui karakter fisik batuan di dalam lubang
sumur secara in-situ sehingga dapat mengetahui kondisi bawah permukaan seperti litologi,
porositas, saturasi air, permeabilitas, dan kandungan serpih yang ada dalam formasi. Loging
dalam hal ini dalam pemboran air tanah tujuannya adalah untuk mengetahui letak (posisi) akuifer
air, tahap pekerjaan ini sebagai penentu konstruksi saringan (screen).
Umumnya well logging menggunakan pengukuran yang memanfaatkan prinsip – prinsip
fisika, seperti resistivitas, radioaktif, gelombang akustik, konduktifitas dll. Dengan bantuan
peralatan tersebutlah kegiatan eksplorasi geosaintis dapat lebih optimal. Pada kegiatan well
logging secara konvensional, maka peralatan logging akan mengukur secepatnya setelah
peralatan pengeboran tidak lagi berada didalam lubang bor. Pengukuran tersebut biasanya
dilakukan dengan sampling rate sebesar setengah feet atau 6 inchi, walaupun untuk
kasus tertentu, sampling rate tersebut bisa didetilkan lagi hingga 2.5 mm.
Electrical Loging dilakukan dengan menggunakan suatu alat, dimana alat tersebut
menggunakan konfigurasi titik tunggal dimana eletroda arus dimasukakan kedalam lubang bor
dan elektroda yang lain ditanam dipermukaan. Arus dimasukkan kedalam lubang elektroda yng
kemudian menyebar kedalam formasi disekitar lubang bor. Sebagian arus kembali ke elektroda
di permukaan dengan arus yang telah mengalami penurunan. Penurunan inilah yang diukur.

Page 5 of 10
Gambar . Electric Logging

6. Tahap Konstruksi Sumur


Kontruksi sumur berdasarkan pada rencana konstruksi sumur dan hasil pengukuran
penampang lubang bor, maka konstruksi sumur harus dilakukan secepat mungkin setelah
dilakukan pembersihan sumur (spulling), untuk menghindari terjadinya runtuhan dinding
lubang bor yang dapat menyumbat lubang dan menjepit stang bor sehingga mengganggu
pekerjaan berikutnya.
Pada tahap ini peletakan pipa casing dan saringan (screen) harus sesuai dengan gambar
konstruksi yang telah direncanakan. Terutama peletakan konstruksi saringan (screen) harus
didasarkan atas hasil electrical logging dan analisa cutting. Selain itu juga didasarkan atas kondisi

Page 6 of 10
hydrogeology daerah pemboran. Dari pemahaman aspek-aspek hydrogeology diharapkan
perencanaan sumur dalam yang dihasilkan mampu memberikan sumur pemanfatan (life time)
yang maksimal dan kapasitas yang optimal dengan memperhatikan kelestarian lingkungan
didaerah sekitar pemboran.

Gambar. Pemasangan Casing pipa

7. Pekerjaan Pengisian Gravel Pack


Setelah konstruksi sumur selesai, tahapan berikutnya adalah pengisian kerikil/koral (gravel
pack), dengan mengisikan gravel (kerikil) yang berukuran 2-5 mm kedalam ruang antara
dinding lubang bor dengan dinding saringan melalui pipa penghantar dari dasar sumur sampai
kedalaman direncanakan. Bersamaan dengan pengerjaan pengisian gravel dilakukan pemompaan
lumpur (spulling) dari pompa kedalam sumur melalui ruang pipa konstruksi, tapi harus
diusahakan agar lumpur keluar melalui dinding pipa konstruksi dan dinding lubang bor tempat
beradanya gravel dengan menutup ruangan didalam pipa konstruksi. Spulling ini bertujuan untuk
membuat gradasi gravel yang dimasukkan sehingga gravel tersusun dengan baik dan padat.

8. Pekerjaan Pengisian Lumpur Penyekat


Sebelum melakukan pekerjaan sementasi (grouting), area antara gravel pack dengan grouting
perlu diberi penyekat lumpur setebal minimal 3 m.

9. Pekerjaan Sementasi (Grouting)


Tahap selanjutnya adalah melakukan “grouting cement”, yaitu dengan cara memasukkan
adonan semen keatas permukaan gravel (ruang antara dinding pipa konstruksi dengan dinding

Page 7 of 10
lubang bor) melalui pipa penghantar. Selanjutnya pipa dicabut satu persatu sampai semen
mencapai permukaan.
Pekerjaan grouting cement dilakukan dengan maksud untuk :
 Menyekat air yang tidak dikehendaki (agar air permukaan tidak masuk kedalam sumur)
 Mengikat pipa konstruksi dengan dinding lubang bor agar kondisi pipa konstruksi kokoh
dan tidak meluncur turun.

Gambar. Tahap Grouting Cement


Pemasangan ini bertujuan untuk membuat lapisan dengan koefisien permeabilitas tinggi
di sekeliling saringan pada rongga annulus, dimana partikel-partikel halus dari akuifer yang
terbawa dapat tersaring sehingga air dapat mengalir ke dalam sumur melalui zona ini tanpa
membawa pasir dan dengan kehilangan tinggi-tekan (head loss) dapat diabaikan. Penyetoran
kerikil pembalut (gravel pack) bertujuan untuk menyaring masuknya air dari formasi lapisan
akuifer kedalam saringan (screen) dan mencegah masuknya partikel kecil seperti pasir ke
dalam lubang saringan (screen).

10. Pekerjaan Penyelesaian Sumur


a. Pumping Test
Maksud dan tujuan uji pemompaan (pumping test) ini adalah untuk mengetahui kondisi akuifer
dan kapasitas jenis sumur dalam, sehingga dapat untuk memilih jenis serta kapasitas pompa
ang sesuai yang akan dipasang disumur dalam tersebut.

Page 8 of 10
Gambar Pumping Test

Data-data yang dicat dalam uji pemompaan adalah :


1) Muka air tanah awal (pizometrikawal)
2) Debit pemompaan
3) Penurunan muka air tanah selama pemompaan (draw-down)
4) Waktu sejak dimulai pemompaan
5) Kenaikan muka air tanah setelah pompa dimatikan
6) Waktu setelah pompa dimatikan
Uji pemompaan yang dilakukan pada sumur bor air adalah Uji Pemompaan Menerus (Long
Term Test). Uji pemompaan ini umumnya dilakukan selama 2x24 jam dengan debit
tetap. Pada uji pemompaan ini dimbil sample air 3 kali, yaitu pada awal pemompaan,
pertengahan dan akhir pemompaan. Maksud dan tujuan pengambilan sample air adalah
untuk pemeriksaan (analisa) kualitas air, apakah air yang dihasilkan dari sumur dalam
tersebut memenuhi standar air minum yang diizinkan.
b. Kualitas Air
Kualitas air yang dianalisa adalah :
1) PH (keasaman atau kebasaan) air tersebut.
2) Kadar unsure-unsur kimia terkandung dalam air tersebut.
3) Jumlah zat pada terlarut (TDS).
c. Tahap Pemasangan Pompa
Pompa diletakan di bawah muka air tanah sedalam maksimal 5 m. Setelah itu dihubungan
dengan pipa hisap dan kabel power yang terhubung ke panel pompa.

Page 9 of 10
d. Lantai Beton dan Rumah Pompa
Di sekeliling sumur bor produksi harus dibuat lantai beton semen dengan luas minimal 1 meter
persegi untuk menghindari erosi dari tanah. Serta rumah pompa yang tertutup untuk
menghindari material – material asing masuk ke dalam sumur baik sengaja atau tidak.

Page 10 of 10

Anda mungkin juga menyukai