OLEH:
NAMA : ANDI MUCHLIS
STAMBUK : 213 02 056
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
2018
1. Pendahulan
Berbicara masalah kontak kontruksi erat kaitannya dengan suatu kegiatan proyek
yang mana didalamnya terdapat hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa
dalam menyelenggarakan suatu pekerjaan konstruksi. Sebagai mana dijelaskan dalam
“Pasal 1 UU No. 18/1999 bahwa kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen
yang mengatur hubungan hokum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam
menyelenggarakan pekerjaan konstruksi”.
Dokumen kontrak kontruksi yang ada di Indonesia maupun diluar Indonesia
misalnya di Eropa, Inggris dan AS terdapat 4 aspek/sidit pandang, diantaranya yaitu Aspek
Perhitungan Biaya, Aspek Perhitungan Jasa, Aspek Cara Pembayaran dan Aspek
Pembagian Tugas.
Dari keempat poin di atas terlihat bahwa di dalam kontrak demikian pihak penyedia
jasa memikul resiko yang cukup besar, misalnya volume pekerjaan yang sesungguhnya
(seandainya diukur ulang) lebih besar dari pada yang tercantum didalam kontrak maka
yang dibayarkan kepada penyedia jasa adalah volume yang tercantum di dalam kontrak.
Akan tetapi bila sebaliknya yang terjadi, maka pihak penyedia jasa mendapatkan
keuntungan mendadak (windfall profit).
2.2. Harga Satuan (Unit Price)
Beberapa pengertian Unit Price adalah sebagai berikut:
Volume pekerjaan dalam kontrak baru merupakan perkiraan (bukan volume
pasti). Volume pekerjaan yang sesungguhnya dilaksanakan, akan diukur ulang
bersama.
PP. No.29/2000 Pasal 21 ayat 2: penyelesaian pekerjaan berdasarkan harga
satuan yang pasti dan tetap dengan volume pekerjaan berdasarkan hasil
pengukuran bersama atas pekerjaan yang benar-benar dilaksanakan.
"Gilbreath": harga satuan x volume yang sesungguhnya dilaksanakan. Tidak
ada resiko kelebihan membayar bagi Pengguna Jasa, tapi juga tidak ada
windfall profit bagi Penyedia Jasa. Perlu pengawasan seksama.
"Stokes": pekerjaan dibayar sesuai yang dikerjakan. Tidak ada resiko kelebihan
membayar.
Dari keempat poin diatas masalah yang timbul dalam kontrak ini adalah banyaknya
pekerjaan pengukuran ulang yang harus dilakukan secara bersama-sama yang
berpeluang menimbulkan kolusi antara petugas pengguna jasa dan petugas penyedia
jasa. Dikrenakan dalam bentuk kontrak harga satuan tidak mengandung resiko bagi
pihak pengguna jasa untuk membayar lebih karena volume pekerjaan yang tercantum di
dalam kontrak lebih besar daripada kenyataan sesungguhnya sehingga pihak penyedia
jasa mendapat keuntungan tak terduga. Sebaliknya, pihak penyedia jasa juga tidak
menanggung resiko kerugian apabila volume pekerjaan sesungguhnya lebih besar
daripada yang tercantum di dalam kontrak karena yang dibayarkan kepada penyedia jasa
adalah pekerjaan yang benar-benar dilaksanakan
4.3. Cara Pembayaran Pra Pendanaan Penuh dari Penyedia Jasa (Contractor’s Full
Prefinanced)
Dalam bentuk kontak dengan sistem/cara pembayaran seperti ini, Penyedia Jasa
harus mendanai dahulu seluruh pekerjaan sesuai kontrak. Setelah pekerjaan selesai
100% dan diterima pengguna jasa, barulah penyedia jasa mendapatkan pembayaran
sekaligus.
Intinya dalam pelaksanaan pekerjaannya didanai terlebih dahulu oleh penyedia jasa
sampai selesai. Setelah pekerjaan selesai dan diterima barulah penyedia jasa
mendapatkan bayaran dari pengguna jasa.
5. Aspek Pembagian Tugas