Anda di halaman 1dari 17

Network Planning

1. Sejarah dan Pengertian Network Planning


Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan
tujuan. Untuk dapat melaksanakan proses ini perlu adanya informasi yang tepat dan kemampuan
pengambilan keputusan yang tinggi. Proses pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan serta
proses penyelenggaraan merupakan sistem operasi pada perencanaan proyek.
Bila perencanaan proyek merupakan sebuah total sistem, maka penyelenggaraan proyek
tersebut terdiri dari dua sub sistem, yaitu sub sistem operasi dan sub sistem informasi. Sub sistim
operasi menjawab pertanyaan “bagaimana cara melaksanakan kegiatan” sedang sub sistem
informasi menjawab pertanyaan “kegiatan apa saja yang sudah, sedang dan akan dilaksanakan”.
Network planning merupakan sub sistem informasinya.
Konsep network ini mula-mula disusun oleh perusahaan jasa konsultan manajemen Boaz, Allen
dan Hamilton (1957) yang berada dibawah naungan perusahaan pesawat terbang Lockheed.
Kebutuhan penyusunan network ini dirasakan perlu karena adanya koordinasi dan pengurutan
kegitan-kegiatan pabrik yang kompleks, yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama
lain. Hal ini dilakukan agar perencanaan dan pengawasan kegiatan dapat dilakukan secara
sistimatis, sehingga dapat diperoleh efisiensi kerja.
Adanya network ini menjadikan sistem manajemen dapat menyusun perencanaan
penyelesaian proyek dengan waktu dan biaya yang paling efisien. Di samping itu network juga
dapat dipergunakan sebagai alat pengawasan yang cukup baik untuk menyelesaikan proyek
tersebut. Diagram network merupakan kerangka penyelesaian proyek secara keseluruhan,
ataupun masing-masing pekerjaan yang menjadi bagian daripada penyelesaian proyek secara
keseluruhan.
Pada prinsipnya network dipergunakan untuk perencaan penyelesaian berbagai macam pekerjaan
terutama pekerjaan yang terdiri atas berbagai unit pekerjaan yang semakin sulit dan rumit.
Menurut Sofwan Badri (1997 : 13) dalam bukunya “Dasar-Dasar Network Planning” adalah
sebagai berikut :
“Network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian
pekerjaan (variabel) yang digambarkan / divisualisasikan dalam diagram network”. Dengan
demikian diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan, bila perlu dilembur
(tambah biaya), pekerjaan mana yang menunggu selesainya pekerjaan yang lain, pekerjaan mana
yang tidak perlu tergesa-gesa sehingga alat dan tenaga dapat digeser ke tempat lain demi efesiensi.
Sedangkan menurut Soetomo Kajatmo (1977: 26) adalah :
“Network planning merupakan sebuah alat manajemen yang memungkinkan dapat lebih luas dan
lengkapnya perencanaan dan pengawasan suatu proyek”. Adapun definisi proyek itu sendiri adalah
suatu rangkaian kegiatan-kegiatan (aktivitas) yang mempunyai saat permulaan dan yang harus
dilaksanakan serta diselesaikan untuk mendapatkan tujuan tertentu.
Pengertian lainnya yang dikemukakan oleh Tubagus Haedar Ali (1995: 38) yaitu:
“Network planning adalah salah satu model yang digunakan dalam penyelenggaraan proyek yang
produknya adalah informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam network diagram proyek
yang bersangkutan.
untuk membuatnya kita membutuhkan data-data yaitu
Jenis pekerjaan yang dibuat detail rincian item pekerjaan, contohnya jika kita akan membuat network
planning pondasi batu kali maka apabila dirinci ada pekerjaan galian tanah, pasangan pondasi batu kali
kemudian urugan tanah kembali.
Durasi waktu masing-masing pekerjaan, dapat ditentukan berdasarkan pengalaman atau menggunakan
rumus analisa bangunan yang sudah ada.
Jumlah total waktu pelaksanaan pekerjaan.
Metode pelaksanaan konstruksi sehingga dapat diketahui urutan pekerjaan.
Selain network planning kita kenal juga jenis jadwal lain yang digunakan dalam melaksanakan proyek
seperti kurva S, Bar chart, schedule harian mingguan bulanan dll.

Daftar item pekerjaan pasangan pondasi batu kali dengan target total waktu pelaksanaan adalah 8
hari kerja
NO JENIS PEKERJAAN DURASI
WAKTU
A Persiapan 6 hari
B Galian tanah 2 hari
C Lantai kerja 2 hari
D Pasir urug 1 hari
E Pasangan batu kali 3 hari
F Urugan tanah kembali 0 hari
Jika kita jumlahkan total durasi waktu adalah 15 hari padahal targetnya hanya 8 hari, disinilah kita
memerlukan pembuatan network planning untuk mengatur perletakan jadwal yang bagus.
Dari tabel rincian pekerjaan dan durasi waktu tersebut maka dapat kita pikirkan bagaimana urutan
kegiatan pasangan pondasi batu kali akan kita lakukan, pada bagian mana pekerjaan yang harus
selesai sebelum dapat mengerjakan kegiatan lain, dan pada item pekerjaan mana yang waktu
pelaksanaanya tidak mempengaruhi kegiatan lain, secara umum dapat kita tuliskan bayangan
urutan kerja sebagai berikut

 pekerjaan persiapan dilakukan diawal pekerjaan sampai berkakhirnya kegiatan.


 Galian tanah harus selesai sebelum dapat melakukan pekerjaan pembuatan lantai kerja.
 Setelah membuat lantai kerja lalu dilanjutkan pekerjaan pasir urug dan pasangan batu kali.
 Urugan tanah kembali baru bisa dilakukan setelah kegiatan pemasangan selesai.

Dari data dan logika berpikir tersebut maka dapat kita tuangkan kedalam sebuah diagram network
planning agar fikiran kita dapat mengerti orang lain sekaligus sebagai pedoman dalam penentuan
jadwal pelaksanaan setiap item pekerjaan sehingga secara global pekerjaan dapat selesai dalam
waktu yang direncanakan.

Jadi cara membuat network planning adalah seperti gambar berikut

Kegunaan Network Planning


Data atau informasi yang diperoleh, namun tidak teratur dapat terorganisir dengan tepat. Dapat
menunjukkan urutan pekerjaan sebuah proyek kerja konstruksi yang paling efisien, diukur dari sudut biaya
dan waktu pelaksanaan proye tersebut.
• Dapat memfokuskan perhatian pada hal-hal yang kritis yang mungkin terjadi pada pelaksanaan sebuah
pekerjaan konstruksi.
• Mengarahkan seorang pimpinan mengambil keputusan dan mengelola resources (sumber daya) dalam
usaha mempercepat selesainya proyek.Resources yang dibutuhkan dapat berupa orang, peralatan dan
juga fasilitas-fasilitas khusus untuk mengerjakan proyek tesebut.
• Memudahkan koordinasi dengan orang-orang atau lembaga yang terlibat.
• Memudahkan pengawasan dan pengendalian.
• Pedoman bagi para pelaksana pekerjaan sebuah proyek.

Perkembangan Network Planning


a. CPM (Critical Path Method) dan PERT (Program Evaluation and Review Technique) atau
NETWORK DIAGRAM.

Semenjak dikenalkan pada tahun 1950 di Amerika oleh Du Pont Company secara independen, network
planning mulai berkembang di negara-negara lain. Dua metode awal pada network planning yang dikenal
yaitu CPM dan PERT. CPM bergantung pada PERT yang dapat mengatasi masalah penjadwalan kerja.
CPM lebih banyak mengarah pada bagian permasalahan biaya dan waktu. Karakteristik umum dari dua
metode ini adalah:- Sebuah proyek bisa menjadi diubah menjadi paket pekerjaan atau paket kegiatan yang
terdefinisi dengan baik.
- Sebuah pekerjaan harus dilaksanakan pada urutan kerja tertentu.- Dengan sebuah urutan kerja berbentuk
’S’, kegiatan dapat ditentukan awal proyek dan akhir proyek.Pada CPM, yang dilakukan adalah
menentukan dan mengoptimalkan terjadinya garis kritis. Sebuah pekerjaan yang dilakukan tanpa memiliki
garis kritis dapat dilaksanakan lebih cepat atau lebih lambat tanpa mempengaruhi pelaksanaan
keseluruhan sebuah proyek.Pada metode PERT, pelaksanaan berdasarkan pada perkiraan yang tidak
tentu. Didominasi oleh kecenderungan yakin akan waktu yang akan dikerjakan (optimis), berdasarkan
pelaksanaan yang paling sering digunakan (most likely) dan tidak yakin akan waktu yang direncanakan
(pesimis). Maka diambil rata-rata dari ketiga elemen tersebut.
Oleh karena itu, metoda ini menggunakan range untuk menentukan durasi pekerjaan. Bisa juga dilakukan
perhitungan untuk menentukan durasi yang diinginkan.Rumus perhitungan durasi dengan PERT yaitu:
Dengan PERT, kita bisa menghitung waktu yang dibutuhkan. Tetapi, kelemahannya adalah membutuhkan
banyak biaya dan tenaga kerja. Hanya bisa digunakan pada pekerjaan besar dan proyek yang kompleks.

b. Gantt (Bar) Chart


Merupakan sebuah metode network planning yang cukup banyak digunakan. Pada Gantt Chart ini
mengkombinasikan dua hal, yaitu penjadwalan dan fungsi perencanaan. Gantt chart ini lebih dikenal karena
penggunaannya yang mudah dan sederhana.
Sebuah Gantt chart digunakan dengan mudah karena pelaksanaan sebuah pekerjaan tidak terganggu oleh
kegiatan lainnya yang benar-benar dikerjakan sesuai dengan urutan pekerjaan tanpa mendahului atau
melewati waktu perencanaan.Milestone chart juga merupakan bagian dari Gantt chart ini. Dengan
menggunakan Gantt chart dapat diperoleh berbagai keuntungan seperti pada pelaksanaan pekerjaan,
sebuah aktivitas mudah untuk dipahami urutan pekerjaannya. Dengan bar chart sebuah urutan
pelaksanaan mudah dibuat dan diperbaiki.Namun, akibat dari ketidaktergantungnya pekerjaan yang satu
dengan yang lain, maka pelaksanaan pekerjaan akan menjadi lebih lama. Juga dengan menggunakan
metode ini, urutan kegiatan sebuah pekerjaan menjadi sulit untuk dilaksanakan.
Persamaan dan Perbedaan PERT dan CPM
A. Persamaan
· Digunakan untuk menangani proyek-proyek.
· Memerlukan prasyarat di dalam melaksanakan kegiatan.
· Melakukan pendataan waktu setiap operasi sehingga dapat menggunakan waktu semaksimum
mungkin dan pembiayaan.
· Sama-sama membentuk lintasan dari kegiatan
B. Perbedaan
Pada prinsipnya yang menyangkut perbedaan PERT dan CPM adalah sebagai berikut :
· PERT digunakan pada perencanaan dan pengendalian proyek yang belum pernah dikerjakan,
sedangkan CPM digunakan untuk menjadwalkan dan mengendalikan aktivitas yang sudah pernah
dikerjakan sehingga data, waktu dan biaya setiap unsur kegiatan telah diketahui oleh evaluator.
· Pada PERT digunakan tiga jenis waktu pengerjaan yaitu yang tercepat, terlama serta terlayak,
sedangkan pada CPM hanya memiliki satu jenis informasi waktu pengerjaan yaitu waktu yang paling tepat
dan layak untuk menyelesaikan suatu proyek.
· Pada PERT yang ditekankan tepat waktu, sebab dengan penyingkatan waktu maka biaya proyek
turut mengecil, sedangkan pada CPM menekankan tepat biaya.
· Dalam PERT anak panah menunjukkan tata urutan (hubungan presidentil), sedangkan pada CPM
tanda panah adalah kegiatan.
2.4 Tujuan Teknik Analisis Jaringan Kerja
a. Untuk mengkoordinir semua unsur (element) proyek kedalam suatu rencana utama (master plan)
dengan menciptakan suatu model kerja untuk melengkapai proyek sehingga diperoleh data sebagai berikut
:
1. Waktu terbaik untuk pelaksanaan kegiatan
2. Pengurangan/penekanan ongkos/biaya
3. Pengurangan resiko.
b. Mempelajari alternatif-alternatif yang terdapat didalam dan diluar proyek.
c. Untuk mendapatkan atau mengembangkan skedul yang optimum.
d. Penggunaan sumber-sumber secara efektif dan efisien.
e. Alat komunikasi antar pimpinan.
f. Pengawasan pembangunan proyek.
g. Memudahkan revisi atau perbaikan terhadap penyimpangan yang terjadi.
2.5 Manfaat Analisis Jaringan Kerja
a. Untuk melengkapi rancangan, untuk memperbaiki metode perencanaan dan pengawasan,
memperbaiki komunikasi dan pengambilan keputusan dan secara umum untuk mempertinggi effektivitas
manajemen dalam menyelesaikan proyek.
b. Untuk penghematan biaya, waktu dan mempertinggi daya guna (effisiensi) kerja, baik manusia
maupun peralatan serta menjamin ketepatan selesainya suatu proyek.

2.6 Menggambar Jaringan Kerja


Panduan dalam menggambar jaringan kerja :
1. Buatlah anak panah dengan garis penuh dari kiri ke kanan, & garis putus-putus untuk Dummy.
2. Keterangan kegiatan ditulis diatas anak panah, sedangkan kurun waktu dibawahnya.
3. Hindarkan sejauh mungkin garis menyilang.
4. Peristiwa/ kejadian dilukiskan sebagai lingkaran, dengan nomor yg bersangkutan jika mungkin berada
didalamnya.
5. Nomor peristiwa sebelah kanan lebih besar dari sebelah kiri.
2.7 Penentuan Waktu
Setelah jaringan kerja dapat digambarkan, kemudian diestimasikan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan masing-masing aktivitas, dan menganalisis seluruh diagram network untuk menentukan
waktu terjadinya masing-masing event.
Dalam mengestimasi dan menganalisis waktu ini, akan terdapat satu atau beberapa lintasan tertentu dari
kegiatan-kegiatan pada jaringan kerja tersebut yang menentukan jangka waktu penyelesaian seluruh
proyek. Lintasan ini disebut lintasan kritis (critical path). Jalur kritis adalah jalur yang memiliki rangkaian
komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian yang
tercepat. Pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang bila pelaksanaannya terlambat akan menyebabkan
keterlambatan proyek secara keseluruhan
Selain lintasan kritis, terdapat lintasan-lintasan lain yang mempunyai jangka waktu yang lebih pendek
daripada lintasan kritis. Dengan demikian, maka lintasan yang tidak kritis ini mempunyai jangka waktu untuk
bisa terlambat, yang disebut float/slack.
Float/slack memberikan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas pada sebuah jaringan kerja, dan ini
dipakai pada waktu penggunaan network dalam praktek, atau digunakan pada waktu mengerjakan
penentuan jumlah material, peralatan, dan tenaga kerja.
Float terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Total float/slack,
Jumlah waktu di mana waktu penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur tanpa mempengaruhi saat paling
cepat dari penyelesaian proyek secara keseluruhan
b. Free float/slack,
Jumlah waktu di mana penyelesaian suatu aktivitas dapat diukur tanpa mempengaruhi saat paling cepat
dari dimulainya aktivitas yang lain atau saat paling cepat terjadinya event lain pada network.
Notasi yang digunakan
Untuk mempermudah perhitungan penentuan waktu digunakan notasi-notasi sebagai berikut:
TE = earliest event occurrence time, yaitu saat tercepat terjadinya event.
TL = latest event occurrence time, yaitu saat paling lambat terjadinya event.
ES = earliest activity start time, yaitu saat paling cepat dimulainya aktivitas.
EF = earliest activity finish time, yaitu saat paling cepat diselesaikannya aktivitas.
LS = latest activity start time, yaitu saat paling lambat dimulainya aktivitas.
LF = latest activity finish time, yaitu saat paling lambat diselesaikannya aktivitas.
t = activity duration time, yaitu waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu aktivitas.
S = total slack/float
SF = free slack/float

Asumsi dan perhitungan


Asumsi yang digunakan dalam melakukan perhitungan adalah:
1. Proyek hanya memiliki satu initial event dan satu terminal event.
2. Saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol
3. Saat paling lambat terjadinya terminal event adalah TL = TE untuk event ini.
Adapun cara perhitungan yang harus dilakukan terdiri atas dua cara, yaitu:
Perhitungan maju (forward computation)
Pada perhitungan ini, perhitungan bergerak dari initial event menuju ke terminal event. Tujuannya adalah
untuk menghitung saat yang paling cepat terjadinya events dan saat paling cepat dimulainya serta
diselesaikannya aktivitas-aktivitas.
2. Perhitungan mundur (backward computation)
Pada perhitungan ini, perhitungan bergerak dari terminal event menuju ke initial event. Tujuannya adalah
untuk menghitung saat paling lambat terjadinya events dan saat paling lambat dimulainya dan
diselesaikannya aktivitas-aktivitas.
Untuk melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur, lingkaran event di bagi atas tiga bagian.

Keterangan:
a = Nomor event
b = Saat tercepat terjadinya event, yang merupakan hasil perhitungan maju
c = Saat paling lambat terjadinya event, yang merupakan hasil perhitungan mundur
Setelah kedua perhitungan di atas selesai, kemudian dilakukan perhitungan untuk mencari nilai slack/float.

Adapun cara perhitungannya adalah sebagai berikut:


1. Total float/slack dihitung dengan cara mencari selisih antara saat paling lambat dimulainya aktivitas
dengan saat paling cepat dimulainya aktivitas, atau dengan mencari selisih antara saat paling lambat
diselesaikannya aktivitas dengan saat paling cepat diselesaikannya aktivitas.
2. Free float/slack aktivitas dihitung dengan cara mencari selisih antara saat tercepat terjadinya event di
ujung aktivitas dengan saat tercepat diselesaikannya aktivitas tersebut.

2. Manfaat
Network planning merupakan teknik perencanaan yang dapat mengevaluasi interaksi antara
kegiatan-kegiatan. Manfaat yang dapat dirasakan dari pemakaian analisis network adalah sebagai
berikut :
a. Dapat mengenali (identifikasi) jalur kritis (critical path) dalam hal ini adalah jalur elemen yaitu
kegiatan yang kritis dalam skala waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan.
b. Dapat diketahui dengan pasti kesukaran yang akan timbul jauh sebelum terjadinya sehingga
dapat diambil tindakan yang presentatif.
c. Mempunyai kemampuan mengadakan perubahan-perubahan sumber daya dan memperhatikan
efek terhadap waktu selesainya proyek.
d. Sebagai alat komunikatif yang efektif.
e. Memungkinkan tercapainya penyelenggaraan proyek yang lebih ekenomis dipandang dari sudut
biaya langsung dan penggunaan sumber daya yang optimum.
f. Dapat dipergunakan untuk memperkirakan efek-efek dari hasil yang dicapai suatu kegiatan
terhadap keseluruhan rencana.

3. Bentuk Network Planning


Network adalah grafik dari suatu rencana produk yang menunjukkan interelasi dari berbagai
aktivitas. Network juga sering disebut diagram panah, apabila hasil-hasil perkiraan dan
perhitungan waktu telah dibubuhkan pada network maka ini dapat dipakai sebagai jadwal proyek
(project schedulle). Untuk membentuk gambar dari rencana network tersebut perlu digunakan
simbol-simbol, antar lain:

Arrow / anak panah yang menyatakan aktivitas / kegiatan yaitu


suatu kegiatan atau pekerjaan dimana penyelesaiannya membutuhkan durasi (jangka waktu
tertentu) dan resources (tenaga, alat, material dan biaya). Kepala anak panah menjadi pedoman
arah tiap kegiatan, dimana panjang dan kemiringan tidak berpengaruh.
.

Node / event, yang merupakan lingkaran bulat yang artinya saat peristiwa
atau kejadian yaitu pertemuan dari permulaan dan akhir kegiatan.
.

Dummy /anak panah terputus-putus yang menyatakan kegiatan semu yaitu


aktivitas yang tidak membutuhkan durasi dan resources.
.

Double arrow / dobel anak panah yang menunjukkan kegiatan di lintasan


kritis (critical path).
.
Contoh penggunaan simbol tersebut adalah sebagai berikut:

Kegiatan A harus dilaksanakan sebelum kegiatan


B demikian pula sebelum menyelesaikan kegiatan 3 maka kegiatan 1 dan 2 harus diselesaikan.
.

Awal dari seluruh kegiatan adalah kegiatan 1 dan


untuk menyelesaikan seluruh proyek maka setelah kegiatan 1 ada 3 kegiatan yang harus
diselesaikan yaitu menyelesaikan kegiatan 2, 3 dan 4 kemudian melaksanakan kegiatan 5 dan 6.
.

Kegiatan A harus selesai sebelum kegiatan C,


kegiatan B harus selesai sebelum kegiatan D Kegiatan C dan D harus selesai sebelum kegiatan F
dimulai, tetapi kegiatan E sudah dapat dimulai walaupun hanya kegiatan D saja yang selesai dan
seterusnya.
.

Kegiatan B harus diselesaikan dalam jangka waktu


yang pendek / kritis sedangkan kegiatan A, C, dan D harus Diselesaikan dengan adanya
kelonggaran waktu untuk terlambat (float).
.
Pada dasarnya network planning adalah suatu cara penggambaran kegiatan proyek dalam bentuk
simbol-simbol network.
Simbol-simbol yang digunakan adalah:
1) Event (Kejadian= Peristiwa=Saat).
Event adalah saat dimulainya atau berakhirnya suatu kegiatan. Simbul yang digunakan biasanya
berupa lingkaran atau ellips. Ruangan sebelah kiri digunakan untuk memberi identitas dari event
itu, biasanya berupa bilangan (tak berdimensi).
Ruangan kanan digunakan kapan terjadinya kejadian itu, bagian kanan atas menunjukkan kapan
paling cepat saat itu terjadi (EET=Earliest Event Time) dan kanan bawah menunjukkan paling
lambat saat itu boleh terjadi (LET=Latest Event time). Setiap kegiatan selalu dimulai oleh sebuah
event (disebut Start event atau saat dimulai) dan berakhir pada event lain (disebut finísh event atau
saat selesai). Event tidak membutuhkan waktu.
2) Kegiatan (Activity).

Kegiatan adalah setiap bagian dari pekerjaan proyek yang membutuhkan waktu untuk
dilaksanakan, juga membutuhkan biaya, tenaga kerja serta peralatan, simbol yang digunakan
adalah anak panah. Bagian ekor anak panah terdapat saat mulai dan bagian ujungnya terdapat saat
berakhirnya. Karena network merupakan
rangkaian anak panah maka network disebut directed network (terarah). Diatas anak panah
tertuliskan (secara singkat) nama kegiatan (misal: Pembelian mesin, galian pondasi dsb).
Dibawahnya dituliskan lamanya kegiatan tersebut, dalam satuan waktu yang seragam dengan
kegiatan lainnya (misal: dalam jam, hari, minggu dsb). Dalam rangka menempatkan suatu anak
panah dalam suatu jaringan kerja harus bisa menjawab dua pertanyaan dibawah ini:

 Kegiatan apakah yang sudah harus selesai sebelum sesuatu kegiatan tertentu dapat
dimulai?
 Adakah kegiatan-kegiatan lain yang dapat dikerjakan secara bersama-sama?
3) Dummy Activity (Kegiatan Semu)

Kegiatan semu (dummy activity) dalam network planning digunakan simbul anak panah yang
terputus-putus. Adanya kegiatan semu bisa terjadi karena hal-hal sebagai berikut:
1. Setiap kegiatan harus mempunyai identitas tersendiri yang dinyatakan oleh nomor start event
dan nomor finish event

Karena itu diperlukan ” Dammy”, gambar diatas dirobah menjadi sebagai berikut:
Dummy adalah: suatu kegiatan yang tidak memerlukan sumberdaya dan tanpa dimensi waktu.
Kegiatan B identitasnya 2-4
Kegiatan C identitasnya 2-5
Kegiatan D identitasnya 4-5
b) Misalnya hubungan (relationship) antar kigiatan adalah sebagai berikut:
Kegiatan B baru bisa dimulai setelah kegiatan A selesai, sedangkan kegiatan D baru bisa dimulai
setelah kegiatan A dan C selesai.
Untuk menggambarkan relationship seperti tersebut diperlukan dummy

4) Prosedur.
Langkah-langkah yang harus diambil dalam melakukan perencanaan dengan network adalah sbb:

 Menentukan batasan-batasan dari pekerjaannya. Tentukan kapan dapat dimulai dan


kapan harus diakhiri.
 Memecah (break down) pekerjaan itu menjadi kegiatan-kegiatan.Untuk ini perencana
harus bekerjasama dengan pelaksana. Secara lengkap semua kegiatan yang akan
dilaksanakan harus dicatat, apabila ada kegiatan yang terlupakan akibatnya sangat
fatal. Oleh karena itu dalam tahapan ini perlu mendapatkan perhatian dan usaha yang
intensif. Dan juga pemecahan pekerjaan kedalam kegiatan-kegiatan itu harus
menghasilkan kegiatankegiatan yang setingkat, dalam istilah network. Misalnya
kegiatan memaku tidak setingkat dengan kegiatan pengurugan tanah, dan sebagainya.
 Tentukan urutan-urutan dari kegiatan diatas, urutan-urutan ini disebut precedence
relationship, dalam menentukan urutan-urutan ini kita harus berpihak pada
pengetahuan logika, (kita tidak bisa memasang atap kalau penunjangnya belum
terpasang).
 Kegiatan mana yang harus mendahului kegiatan yang lain.
 Kegiatan mana yang harus mengikuti kegiatan yang lain.
 Kegiatan mana yang harus dilaksanakan secara serentak.
 Dari informasi mengenai hubungan (relationship) antara setiap kegiatan dalam
pekerjaan dibuatkan diagram jaringannya, dalam hal ini harus dingat bahwa suatu
pekerjaan dimulai pada suatu event (saat mulai atau start event) dan berakhir pada
suatu event lain (saat selesai atau finish event). Hubungan ini bisa digambarkan
sebagai berikut:

Misalnya : Kegiatan D baru bisa dimulai setelah kegiatan A, B dan C selesai.


Simbol:

5. Waktu
Untuk dapat menghitung jangka waktu proyek (Total Project time) serta semua event time, terlebih
dahulu harus diperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap kegiatan (activity
duration).
EET = Earlist Event Time (saat paling cepat terjadi)
LET = Latest Event Time (saat paling lambat terjadi)
X(1-2) = Jenis kegiatan.
D(1-2) = Duration (waktu pelaksanaan)
EET2 = EET1 + X (1-2). LET1 = LET2 – D (1-2).
EST = Earlist Start Time (waktu tercepat kegiatan dapat dimulai).
LST = Lastest Start Time (waktu paling lambat kegiatan masih dapat dimulai).
EST = EET1 (EET1 + D (1-2) = EET2).
LST = LET1 + D (1-2) ≤ LET2.
6) Lintasan Kritis = Waktu Kritis.
Lintasan kritis atau waktu kritis adalah jumlah waktu pelaksanaan didalam suatu event yang tidak
boleh dilampaui dalam melaksanakan suatu rangkaian kegiatan. Apabila waktu pada salah satu
event didalam rangkaian lintasan kritis tersebut ada yang terlampaui maka penyelesaian proyek
tersebut dapat dipastikan mengalami keterlambatan dari jadwal yang ditentukan, oleh karena itu
pada lintasan kritis ini perlu perhatian dan pengawasan yang ekstra ketat.
Lintasan kritis terjadi pada suatu event yang mempunyai: EET=LET.
EET (Saat paling cepat terjadi):
o Mulai dari event yang pertama kearah kanan menuju event yang terakhir.
o Dengan cara penjumlahan.
o Apabila EET dari satu event tergantung oleh lebih dari satu kegiatan maka yang menentukan
adalah hasil penjumlahan yang terbesar.
LET (Saat paling lambat terjadi).

o Mulai dari event yang terakhir kearah kiri menuju event yang pertama dengan cara pengurangan.
o Apabila LET dari suatu event tergantung pada lebih dari satu kegiatan, maka yang menentukan
adalah hasil pengurangan yang terkecil.
7) Float (Slack) Time atau Waktu Mengambang.
Total Float = LET2 – EET1 – D (1-2).
Free Float = EET2 – EET1 – D (1-2).

Anda mungkin juga menyukai