Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil 2 Juli 2020

EVALUASI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROYEK RUSUNAWA ASN PEMKAB


MALANG MENGGUNAKAN METODE CRASHING DENGAN SISTEM SIHFT KERJA
(Studi kasus: Pembangunan Rusunawa ASN Pemkab Malang, Jalan.Trunojoyo 210, Kepanjen-
Malang)
Ninda Rizki Apriliana
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember
E-mail:nindarizka47@gmail.com

Abstrak: Proyek konstruksi adalah pekerjaan mendirikan suatu bangunan dalam waktu tertentu dengan menggunakan sumber daya proyek yang
terbatas. Dalam suatu proyek konstruksi terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan yaitu waktu, biaya dan mutu. Namun demikian, pada
kenyataannya sering terjadi pembengkakan biaya sekaligus keterlambatan waktu pelaksanaan. Bila dilihat dari segi waktu, cara untuk mengatasi dan
mengembalikan tingkat kemajuan suatu proyek konstruksi yang mengalami keterlambatan adalah dengan melakukan penjadwalan waktu proyek
sehingga akan terlihat perbedaan jumlah durasi dan biaya dalam keadaan normal maupun setelah crashing. Penelitian ini akan dilakukan pada Proyek
Pembangunan Rusunawa ASN Pemkab Malang. Analisa percepatan jadwal yang digunakan pada penelitian ini adalah metode crashing menggunakan
shift kerja. Perhitungan kebutuhan shift menggunakan pedoman perhitungan Analisis Harga Satuan Pekerja 2018 (AHSP). Setelah dilakukan perhitungan
tersebut, akan menghasilkan jumlah durasi shift yang dibutuhkan sesuai dengan volume pekerjaan Proyek Pembangunan Rusunawa ASN Pemkab
Malang. Selanjutnya bisa dihitung perubahan biaya yang dibutuhkan. Dari data yang didapat setelah dilakukan analisis, proyek dapat dipercepat selama
24 hari kerja, sehingga durasi proyek yang semula 197 hari kerja menjadi 173 hari kerja. Biaya langsung proyek mengalami kenaikan yang semula
Rp.12.763.192.497.58 dalam 197 hari menjadi Rp. 12,937,000,000.00 dalam 173 hari (naik 1,3554%).

Kata kunci : Rusunawa, Analisis Harga Satuan Pekerja 2018, shift, dan Manajemen Proyek
--------------------------------------------------

1. PENDAHULUAN produktifitas pekerjaan kurang maksimal. Faktor cuaca yang


Keterlambatan pekerjaan proyek dapat diantisipasi dengan tidak dapat di prediksi selama perkerjaan berlangsung juga
melakukan percepatan dalam pelaksanaannya. Namun harus menjadi penyebab keterlambatan pembangunan proyek
tetap memperhatikan faktor biaya. Pertambahan biaya yang Rusunawa ASN Pemkab Malang.
dikeluarkan diharapkan dapat seminimum mungkin dan tetap Untuk meminimalisir keterlambatan maka dilakukan
memperhatikan standart mutu. Percepatan dapat dilakukan percepatan penyelesaian proyek yang harus dilakukan
dengan mengadakan sistem shift, alat bantu yang lebih dengan perencanaan yang baik. Alternatif yang biasa
produktif, penambahan jumlah pekerja, menggunakan digunakan untuk menunjang percepatan aktifitas adalah
material yang lebih cepat pemasangannya, dan dengan melakukan shift kerja, sehingga berpengaruh pada
menggunakan metode konstruksi yang lebih tepat. Karena biaya total proyek. Untuk mengetahui hal ini perlu dipelajari
permasalahan keterlambatan memang sering muncul dalam tentang jaringan kerja yang ada, hal tersebut disebut
pekerjaan proyek konstruksi di Indonesia yang sebagai Metode PDM (Precedence Diagram Method).
mengakibatkan pembengkakan biaya yang harus dikeluarkan Permasalahan pada Proyek Pembangunan Rusunawa ASN
oleh proyek tersebut. Hal ini dinilai sangat merugikan bagi Pemkab Malang dipilih sebagai objek penelitian karena
para kontaktor dalam melaksanakan proyek-proyek tersebut. mengalami keterlambatan pada pelaksanaannya.Untuk
Tidak terkecuali di Malang, dalam pembangunan Rusunawa mengatasi keterlambatan tersebut, diperlukan upaya
ASN Pemkab Malang ini juga mengalami keterlambatan yang percepatan penyelesaian proyek dengan analisis
cukup lama yakni 3 bulan atau 90 hari (kalender) di menggunakan Metode crashing denagn sistem shift kerja.
bandingkan dengan waktu pekerjaan normal yang hanya 197 Maksudnya adalah mempercepat waktu pelaksanaan
hari, berarti keterlambatan pada proyek ini mencapai 287 hari proyek menggunakan shift kerja (shift pagi dan shift malam)
(waktu keterlambatan di tambah dengan waktu pekerjaan dan menganalisis sejauh mana waktu dapat dipersingkat
normal). Hal ini disebabkan karena para pekerja mengalami dengan penambahan biaya terhadap kegiatan yang bisa
masalah pada jam kerja yang kurang efektif sehingga dipercepat dan kurun waktu pelaksanaannya sehingga
menjadikan dapat diketahui percepatan waktu dan biaya yang di
inginkan.
2. METODE planning pada penyelenggaraan proyek memerlukan
Tahap-Tahap Network Planning persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat dilaksanakan
persyaratan tersebut. Adanya kepastian tentang proyek
Network Planning pada prinsipnya merupakan hubungan yang akan dilaksanakan. Jika sudah ada ketetapan
ketergantungan antara bagian-bangian pekerjaan yang mengenai proyek yang akan dilaksanakan, maka
digambarkan dalam diagram network, sehingga diketahui selanjutnya dilakukan tahap aplikasi network planning
bagian-bagian mana yang harus didahulukan dan pekerjaan yang terdiri dari tiga kelompok yaitu: pembuatan desain,
mana yang harus menunggu selesainya pekerjaan yang pemakaian desain, dan perbaikan desain.
lainnya (Soeharto, 1997). Aplikasi atau penerapan network
Proses menyusun jaringan kerja dilakukan secara
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil 2 Juli 2020

berulang-ulang sebelum sampai pada suatu perencanaan akhir ke awal (FS). Pada garis konstrain dibubuhkan
atau jadwal yang dianggap cukup realistis. Metode jaringan penjelasan mengenai waktu mendahului (lead) atau
kerja memungkinkan aplikasi konsep management by terlambat/ tertunda (lag). Bila kegiatan (i) mendahului
exception, karena metode tersebut dengan jelas kegiatan (j) dan satuan waktu adalah hari.
mengidentifikasikan kegiatan-kegiatan yang bersifat kritis bagi Perhitungan Metode PDM
proyek, terutama dalam aspek jadwal dan perencanaan. Parameter yang digunakan dalam perhitungan metode
Umumnya kegiatan kritis tidak boleh lebih dari 20% total PDM akan dijelaskan sebagai berikut:
kegiatan proyek, dengan telah diketahuinya bagian ini maka
penelola dapat memberikan prioritas perhatian (Soeharto,  TE = E, adalah waktu paling awal peristiwa (node/
1997). event) dapat terjadi (earliest time of occurrence).
ringkas dapat digambarkan seperti pada Gambar 1  TL = L, adalah waktu paling akhir pe- ristiwa boleh
terjadi (latest allowable event occurrence time).
 ES adalah waktu mulai paling awal suatu kegiatan
Identifikasi lingkup proyek dan menguraikannya (earliest start time).
menjadi komponen-komponen kegiatan.
 EF adalah waktu selesai paling awal suatu kegiatan
(earliest finish time).
 LS adalah waktu paling akhir kegiatan boleh
Menyusun komponen-komponen kegiatan sesuai dimulai (latest allowable start time)
urutan logika ketergantungan menjadi jaringan  LF adalah waktu paling akhir kegiatan boleh selesai
kerja. (latest allowable finish time).
 D = Durasi, adalah kurun waktu suatu kegiatan,
umumnya dengan satuan waktu hari, minggu, bulan, dan
Memberikan perkiraan kurun waktu lain-lain.
masing-masing pekerjaan. Tenggang waktu total (Total Float) adalah jumlah waktu
tenggang yang didapat bila semua kegiatan yang
mendahuluinya dimulai pada waktu sedini mungkin dan
semua kegiatan yang mengikutinya terlaksana pada waktu
Identifikasi jalur kritis, float dan kurun waktu
yang paling lambat. Rumusan yang akan dipakai dalam
penyelesaian proyek.
perhitungan waktu pada penyusunan network planning
dengan metode preseden diagram adalah sebagai berikut
:
Meningkatkan daya guna dan hasil guna Hitungan maju
pemakaian sumber daya. Rumusan perhitungan waktu maju adalah sebagai
berikut:
Gambar 1. Ringkasan langkah-langkah dalam  Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang
menyusun jaringan kerja (Sumber: Soeharto, 1997) ditinjau ES (j), adalah sama dengan angka terbesar dari
jumlah angka kegiatan yang terdahulu ES (i) atau EF (i)
Penyusunan Network Planning dengan ditambah konstrain yang bersangkutan.
Metode Preseden Diagram  Angka waktu selesai paling awal kegiatan yang
Metode diagram preseden/Preceden Diagram Method sedang ditinjau WF (j), adalah sama dengan angka
(PDM) merupakan penyempurnaan dari CPM, karena pada waktu mulai paling awal kegiatan tersebut ES (j),
prinsipnya CPM hanya menggunakan satu jenis hubungan ditambah kurun waktu kegiatan yang bersangkutan D (j).
aktifitas yaitu hubungan akhir-awal dan sebuah kegiatan dapat
dimulai apabila kegiatan yang mendahuluinya selesai. Metode Hitungan mundur
preseden diagram adalah jaringan kerja yang termasuk Rumusan perhitungan waktu mundur adalah sebagai
klasifikasi AON (Activity On Node). Kegiatan dan peristiwa berikut:
pada metode preseden diagram ditulis dalam node yang
berbentuk kotak segi empat. Kotak-kotak tersebut menandai  Hitung LF (i), waktu selesai paling akhir kegiatan (i)
suatu kegiatan, dimana harus dicantumkan identitas kegiatan yang ditinjau, yang me rupakan angka terkecil dari
dan kurun waktunya. Sedangkan peristiwa merupakan ujung- jumlah kegiatan LS dan LF ditambah konstrain yang
ujung kegiatan. Setiap node memiliki dua peristiwa yaitu awal bersangkutan. Waktu mulai paling akhir kegiatan yang
dan akhir. Pada preseden diagram hubungan antar kegiatan sedang ditinjau LS (i), adalah sama dengan waktu
berkembang menjadi beberapa kemungkinan berupa selesai paling akhir kegiatan tersebut LF (i), dikurangi
konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan antar kegiatan kurun waktu yang bersangkutan.
dengan satu garis dari node terdahulu ke node berikutnya.  Jalur dan kegiatan kritis pada jalur dan kegiatan kritis
Satu konstrain hanya dapat menghubungkan dua node. metode preseden diagram sebagai berikut:
Karena setiap node memiliki dua ujung yaitu ujung awal  Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama (ES
atau mulai (S) dan ujung akhir (F), maka ada empat macam = LS).
konstrain yaitu awal ke awal (SS), awal ke akhir (SF), dan  Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil 2 Juli 2020

(EF = LF). titik A dengan B disebut kurva waktu-biaya. Pada umumnya


 Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan garis ini dapat dianggap sebagai garis lurus, bila tidak
waktu selesai paling akhir dengan waktu mulai paling awal (misalnya, cekung) maka diadakan perhitungan persegmen
(LF- ES = D). yang terdiri atas beberapa garis lurus. Seandainya
 Bila hanya sebagian kegiatan bersifat kritis,maka diketahui bentuk kurva waktu-biaya suatu kegiatan, artinya
kegiatan tersebut secara utuh dianggap kritis. dengan mengetahui berapa slope atau sudut
kemiringannya, maka bisa dihitung berapa besar biaya
Percepatan Durasi Penyelesaian Proyek (Crashing)
untuk mempersingkat waktu satu hari.
Pelaksanaan proyek. Besarnya/jumlah umur proyek sama Penambahan biaya langsung (direct cost) untuk
dengan besarnya/jumlah waktu yang ada pada suatu lintasan mempercepat suatu aktivitas persatuan waktu disebut cost
kritis. Percepatan pelaksanaan pekerjaan berarti upaya slope.
memperpendek lintasan kritis pada jaringan rencana kerja Dari uraian di atas dapat ditulis sebagai berikut:
yang bersangkutan. Sementara menurut Husen (2010) project
crashing dilakukan agar pekerjaan selesai dengan pertukaran
silang waktu dan biaya dan dengan menambah jumlah shift 1. Rumus Biaya Normal :
kerja, jumlah jam kerja, jumlah tenaga kerja, jumlah Biaya Bahan/upah
ketersediaan bahan, serta memakai peralatan yang lebih Koefisien= …….……..…....…....
Biaya ahan danupah
produktif dan metode instalasi yang lebih cepat sebagai (2.1)
komponen biaya direct cost. Project crashing atau crash
program dilakukan dengan cara perbaikan jadwal Total Biaya Normal = Koefisien x Biaya Normal x
menggunakan network planning yang berada pada lintasan Volume pekerjaan
kritis. Konsekuensi project crashing adalah meningkatnya 2. Rumus Durasi Crashing :
biaya langsung (direct cost). Tujuan utama dari program Durasi Crashing =
mempersingkat waktu adalah memperpendek jadwal Volume Pekerjaan
penyelesaian kegiatan atau proyek dengan kenaikan biaya (2.
minimal. (Soeharto, 1995).
Kapasitas kerja shift x jumlah tenaga ke rja
2)
Untuk menganalisis lebih lanjut hubungan antara waktu dan
3. Rumus total upah tenaga kerja :
biaya suatu kegiatan, maka dipakai definisi sebagai berikut
(Soeharto, 1995): ((upah shift pagi + upah shift malam) x durasi proyek x
jumlah tenaga kerja))…………………………….(2.3)
1. Kurun waktu normal adalah kurun waktu yang diperlukan
untuk melakukan kegiatan sampai selesai, dengan cara 4. Rumus Cost Slope :
yang efisien tetapi diluar pertimbangan adanya kerja (slope biaya) =
lembur dan khusus lainnya, seperti menyewa peralatan biaya dipersingkat−Biaya normal
lebih canggih. …....
Waktu Normal−Waktu diper singkat
2. Biaya normal adalah biaya langsung yang diperlukan (2.4)
untuk menyelesaikan kegiatan dengan kurun waktu
5. Produktivitas pada shift kerja dihitung dengan rumus
normal. Terdapat biaya normal bahan dan biaya normal
sebagai berikut:
upah.
Produktivitas Shift = Prod. Kerja/ hari normal + (prod.
3. Kurun waktu dipersingkat (Crash time) adalah waktu
Kerja/hr- (prod. Kerja/hr x 11%…………………....(2.5)
tersingkat untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang
secara teknis masih mungkin. Disini dianggap sumber 6. Menenentukan jumlah tenaga kerja yang akan
daya bukan merupakan hambatan. digunakan dengan menggunakan rumus :
4. Biaya untuk waktu dipersingkat (Crash cost) adalah jumlah Jumlah Tenaga Kerja =
biaya langsung untuk menyelesaikan pekerjaan dengan Volume Pekerjaan
kurun waktu tersingkat. ……………
Kapasitas kerjat x Durasi Pekerjaan
………..(2.6)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penjadwalan Proyek dengan Pendekatan Metode
PDM
PDM merupakan salah satu bentuk penyajian
grafis dari rencana kegiatan proyek selain metode CPM
atau ADM. PDM digambarkan dalam bentuk segiempat
dan dihubungkan dengan anak panah. Penggunaan PDM
Gambar 2.1 Hubungan waktu-biaya normal dan sangat efektif untuk pekerjaan yang sifatnya berulang, atau
dipersingkat untuk satu kegiatan. aktifitas yang dilakukan secara bersamaan. karena
(Sumber : Iman Soeharto, 1995) aktivitas yang sama dan berulang akan dimasukkan dalam
Titik A pada Gambar 2.1 menunjukkan titik normal, sedangkan satu aktivitas namun harus menggunakan beberapa tipe
titik B adalah titik dipersingkat. Garis yang menghubungkan hubungan antar aktivitas, seperti misalnya start to start
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil 2 Juli 2020

atau finish to finish. Dalam melakukan penjadwalan langkah


pertama yang harus dilakukan adalah dengan menentukan
item pekerjaan dengan durasi normal yang didapat dari data
sebagai tabel berikut:
Menentukan Hubungan Antar Kegiatan
Penggambaran PDM dapat dilakukan dengan menggunakan
satu atau lebih dari empat jenis hubungan kegiatan, yaitu:
1. Hubungan Finish to Start (FS) Gambar 4.4 PDM Bentuk 1 dengan Jenis Hubungan SS
Hubungan FS menunujukkan suatu hubungan 5. Hubungan Lead Time dan Lag Time
ketergantungan dimana start dari suatu kegiatan a. Lead Time terjadi bila terjadi penumpukan waktu
tergantung pada finish kegiatan lain. Gambar 4.1 antara selesainya suatu kegiatan dengan dimulainya
menunjukkan hubungan antara item pekerjaan nomor 7 kegiatan lain seperti gambar 4.5
( Pekerjaan tiang pancang) dengan item pekerjaan nomor
9 (Pekerjaan Pemotongan Kepala tiang), pekerjaan
pemotongan kepala tiang dimulai setelah pekerjaan tiang
pancang selesai.

Gambar 4.5 PDM Bentuk 1 dengan Adanya Lead Time


b. Lag Time merupakan tenggang waktu antara
Gambar 4.1 PDM Bentuk 1 dengan Jenis Hubungan FS selesainya satu pekerjaan dengan dimulainya suatu
2. Hubungan Finish to Finish (FF) kegiatan lain seperti gambar 4.6.
Hubungan FF menunjukkan suatu hubungan
ketergantungan dimana finish dari suatu kegiatan ES LS ES EF
tergantung pada finish kegiatan yang lain. Gambar 4.2 Galian FS + 2 Urugan
menunjukkan bahwa pekerjaan nomor 7 memiliki hubungan Item
Tanah Pek. 73 Item
Pasir Pek. 94
FF dengan pekerjaan nomor 9, karena kedua jenis TF D TF D
pekerjaan tersebut merupakan suatu pekerjaan yang harus
diselesaikan secara bersamaan. Gambar 4.6 PDM Bentuk 1 dengan Adanya Lag Time

Tabel.4.1 Penentuan hubungan jaringan kerja dalam bentuk


kegiatan sebelumnya (prodesessor)
Durasi
No Item Pekerjaan Prodesessor
(hari)
Gambar 4.2 PDM Bentuk 1 dengan Jenis Hubungan FF PEMBANGUNAN
3. Hubungan Start to Finish (SF) 1 RUMAH SUSUN
Hubungan SF menunjukkan suatu hubungan PEMKAB MALANG
ketergantungan dimana finish dari suatu kegiatan 2 SPMK
tergantung pada start kegiatan lain. Gambar 4.3 3 PEKERJAAN STRUKTUR
menunjukkan bahwa item pekerjaan nomor 9 tidak dapat PEKERJAAN STRUKTUR
4
selesai sampai sekian hari setelah item pekerjaan nomor 7 STANDART
dimulai. Pondasi Tiang Pancang dan
5
Tie Beam (Sloof)
Pekerjaan Pondasi Tiang
6
Pancang
Pekerjaaan pondasi 2
7 10
tiang pancang
Pekerjaan test PDA 9
8 2
tiang
Pemotongan kepala 7 FS – 10 days,
Gambar 4.3 PDM Bentuk 1 dengan Jenis Hubungan SF 9 10
tiang 11 SS + 3days
4. Hubungan Start to Start (SS) 10 Pekerjaan galian tanah
Hubungan ketergantungan dimana suatu kegiatan harus 11 Pile cap 14 7
dimulai bersamaan dengan kegiatan lain seperti gambar 4.4. 12 Tie beam/sloof 14 11 SS
13 Pekerjaan urugan pasir
14 Pile cap 14 9 SS + 1day
15 Tie Beam /sloof 14 9
16 Pekerjaan lantai kerja
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil 2 Juli 2020

Durasi Mandor = 1 = 10 m3/hari


No Item Pekerjaan Prodesessor
(hari)
17 Pile cap 5 15SS + 5days 0,1
18 Tie Beam/sloof 5 17SS Perhitungan produktivitas tenaga kerja perhari pada
19 Pekerjaan pilecap pekerjaan bekisting Tie Beam adalah sebagai berikut:
20 Bekisting 15 18SS + 5days Diketahui Koefisien Tenaga kerja
21 Pembesian 14 20 SS + 2 days sebagai berikut:
22 Pengecoran 7 21 Pekerj = 0,32
… ……………………. ……… … a
… ……………………. ……… … Tukan = 0,10
… ……………………. ……… … g kayu
285 PEKERJAAN Kepala = 0,01
ARSITEKTUR NON tukang
STANDART kayu
286 Pekerjaan perkerasan
Mando = 0,00
keliling bagian luar
r 5
bangunan
287 Pekerjaan pekerasan 11 251 Sehingga produktivitas tenaga kerja perharinya
dibangunan adalah :
288 Pekerjaan perkerasaan jalan 15 287 Pekerja = 1 = 3,13 m3/hari
keliling bangunan 0,32
… ……………………. ……… …
… ……………………. ……… …
Tukang = 1 = 10 m3/hari
kayu
… ……………………. ……… … 0,1
… ……………………. ……… … Kepala = 1 = 100 m3/hari
339 PEKERJAAN MEKANIKAL tukang
DAN ELEKTRIKAL NON kayu
0,01
STANDART Mandor = 1 = 200 m3/hari
340 Pekerjaan Meknaikal
341 Catu air bersih 2 334 0,05
342 Pompa sumur 4 334 Menentukan jumlah tenaga kerja per hari
343 Pekerjaan Elektrikal Langkah selanjutnya setelah mementukan nilai
344 Catu daya listrik 2 334 produktivitas tenaga kerja ialah mencari jumlah tenaga
345 Pekerjaan MATV 5 334 kerja per hari. Jumlah tenaga kerja perhari dicari
dengan menggunakan rumus :
Perhitungan biaya normal
Analisis produktivitas tenaga kerja Jumlahtenaga kerja=
Produktivitas tenaga kerja per hari digunakan untuk mencari volume pekerjaan
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada pekerjaan yang produktivitas normal x durasi pekerjaan
berada pada jalur kritis, sebelum mendapatkan angka
produktivitas dibutuhkan nilai koefisien dari tenaga kerja Jumlah tenga kerja per hari pada pekerjaan urugan pasir
tersebut. Produktivitas tenaga kerja dapat dicari menggunakan
rumus sebagai berikut :
Volume =16,11 m3
1 Durasi = 14 hari
Produktivitas tenaga kerja =
koefisien tenaga kerja 16,11
Pekerja = = 0,4602 OH
14 x 2,5
Perhitungan produktivitas tenaga kerja per hari pada
pekerjaan 16,11
Mandor = = 0,115 OH
urugan pasir Tie Beam adalah sebagai berikut: 14 x 10
Diketahui Koefisien Tenaga kerja sebagai berikut:
Pekerja = 0,4 Jumlah tenaga kerja per hari pada pekerjaan bekisting tie
Mandor = 0,1 beam
Sehingga produktivitas tenaga Volume = 610,44 m2
kerja perharinya adalah Durasi = 10 hari
Pekerja = 1 = 2,50 610,44
Pekerja = = 19,5339 OH
m3/hari 10 x 3,13
0,4
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil 2 Juli 2020

610,44
Tukang Kayu = = 6,1044 OH
10 x 10
610,44
Kepala Tukang Kayu = = 0,614 OH
10 x 100
610,44
Mandor = = 0,3052 OH
10 x 200

Menghitung upah kerja per satuan pada pekerjaan


normal
Untuk menghitung upah kerja per satuan pada
pekerjaan normal, maka digunakan jumlah tukang
pada pekerjaan normal. Rumus yang digunakan Analisis Percepatan Durasi Penyelesaian Proyek
adalah sebagai berikut : Harga upah = volume x upah Analisis percepatan kali ini menggunakan sistem shift.
kerja per satuan Selanjutnya hasil dapat dibandingkan dengan biaya dan
durasi proyek pada keaadan normal. Produktivitas masing-
masing tenaga kerja per hari sudah diketahui sebelumnya
Harga upah total per satuan pada pekerjaan urugan dengan durasi kerja normal adalah delapan jam/ hari.
pasir Koefisien produktifitas pada sistem shift diambil angka 11%
Pekerja = 15.600 x 16,11 = Rp 251.245,80 dari 11%-17% (Hanna, 2008) dan upah tenaga kerja shift
Mandor = 5.925 x 16,11 = Rp 95.425,09 malam akan ditambah 15% dari upah normal.
1. Menentukan percepatan dengan shift pada pekerjaan
Total = Rp 346.670,888
urugan pasir
Harga upah total per satuan pada pekerjaan bekisting a. Menentukan produktivitas tenaga kerja dengan
tie beam sistem shift
Pekerja =610,44 x 12.480 = Rp 7.618.228,80 Produktivitas tenaga kerja shift = Prod. Kerja/
hari normal + (prod. Kerja/hr- (prod. Kerja/hr x
11%)
Tukang Kayu =610,44 x 4.725 = Rp 2.884.305,38
Pekerja =2,5 + (2,5-(2,5 x 11%) = 4,725 m3/hari
Mandor = 10 + (10-(10 x 11%) = 18,9 m3/hari
KepalaTukang Kayu =610,44 x 502,5 = Rp 306.743,59
b. Menentukan durasi kerja
Mandor =610,44 x 296,25 = Rp 180.841,37 volume pekerjaan
durasi crashing =
Total = Rp10.990.110,131 ∏ . tenaga kerja shift x jumlah tena
Adapun harga upah kerja per satuan didapat dari perhitungan AHSP sebagai berikut: 16,11
Pekerja = = 7,4074
Nama pekerjaan : Urugan Pasir 4,725 x 0,4602
Sub pekerjaan : All 16,11
Satuan : m3 Mandor = = 7,4074
18,9 x 0,115
Maka di dapat durasi crashing selama = 8 hari

c. Menentukan biaya tambahan dan upah kerja


Upah shift pagi
Pekerja = Rp. 39000
Mandor = Rp. 59250
Nama pekerjaan : Bekisting Upah shift malam
Sub pekerjaan : Pile cape/ Tie beam (sloof) ((15% x upah shift pagi ) + upah shift pagi)
Satuan : m2 pekerja = (15% x 39000) + 39000 = Rp 44.850
mandor = (15% x 59250) + 59250 = Rp 68.137

Upah total tenaga kerja


Upah total = upah shift pagi + upah shift malam
pekerja = 39000+ 44.850 = Rp 83.850
mandor = 59250 + 68.137 = Rp 127.387,5
Koefisien tenaga kerja
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil 2 Juli 2020

1 610,44
Pekerja = = 0,4 Kepala T.kayu = =5,291
2,5 189 x 0,6104

1 610,44
Mandor = = 0,1 Mandor = =5,291
10 378 x 0,3052
Biaya upah tenga kerja per satuan
pekerja = 0,4 x 83.850 = Rp 33.540 Maka di dapat durasi crashing selama = 6 hari
mandor = 0,1 x 127.387,50 = Rp 12.738,750
c. Menentukan biaya tambahan dan upah pekerja
Biaya upah tenaga kerja total Upah shift pagi
Upah tenaga kerja total = pekerja =Rp. 39000
upah tenaga kerja per satuan x volume Tukang kayu = Rp. 47250
pekerja = 16,11 x 33,540 = Rp 540.178,470 Kepala tukang kayu = Rp. 50250
mandor = 16,11 x 12.738,750 = Rp 205.163,408 mandor = Rp. 59250
Total = Rp 745.342,408
Upah shift malam
d. Cost Slope Pekerja = (15% x 39000) + 39000 = Rp 44.850
crash cost−normal cost Tukang kayu = (15% x 47250) + 47250 = Rp. 54.338
Cost slope = Kepala T.kayu=(15% x 50250) + 50250 = Rp 57.788
normal duration−crash duration
Mandor = (15% x59250) + 59250 = Rp 68.138
398.671,52
Cost slope/hari = = Rp 66.445,25 / hari Upah total tenaga kerja
14−8 Upah total = upah shift pagi + upah shift malam
Pekerja = 39.000 + 44.850 = Rp 83.850
Cost Slope total = crash cost – normal cost Tukang kayu = 47.250 + 54.337,50 = Rp 101.587
= 745.342,408 – 346.670,888 Kepala T.kayu =50.250+57.787,50 = Rp 108.037,50
= Rp 398.671,52 Mandor = 59250 + 68.137 = Rp 127.387,5
2. Menentukan percepatan dengan shift pada
pekerjaan bekisting tie beam.
Koefisien tenaga kerja
a. Menentukan produktivitas tenaga kerja dengan
sistem shift 1
pekerja = = 0,32
Produktivitas tenaga kerja shift = 5,90625
Prod. Kerja/ hari normal + (prod. Kerja/hr- (prod. 1
Kerja/hr x 11%) Tukang kayu = = 0,1
10
Pekerja = 3,13+(3,13-(31,13x 11%)= 5,90625 m 2 / hari
Tukang Kayu = 10+(10-(10 x 11%) = 18,9 m2 / hari
1
Kepala tukang kayu = = 0,01
Kepala T.kayu = 100+(100-(100x11%)= 189 m2 / hari 100
Mandor = 200 + (200-(200 x 11%) = 378 m2 / hari 1
Mandor = = 0,005
200
b. Menentukan durasi kerja shift
volume pekerjaan Biaya upah tenaga kerja per satuan
Durasi crashing =
Pekerja = 0,32 x 83.850 = Rp 26.832
∏ . tenaga kerja shift x jumlahtebaga kerja Tukang kay = 0,1 x 101.587,50 = Rp 10.158,750
Kepala T.kayu = 0,01 x 108.037,50 = Rp 1.080,375
610,44
Pekerja = =5,291 mandor = 0,1 x 127.387,50 = Rp 12.738,750
5,90625 x 19,5339
Biaya upah tenaga kerja total
610,44 Upah tenaga kerja total = upah tenaga kerja
Tukang kayu = =5,291
18,9 x 6,1044 persatuan x voulume
Pekerja = 610,44 x 26.832 = Rp.16.379.191,920
Tukang kayu= 610,44x101.587,50=Rp. 6.201.256,556
Kepala T.kayu= 610,44x1.080,375=Rp. 659.498,713
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil 2 Juli 2020

Mandor = 610,44 x 1.080,375 = Rp. 388.808,943 percepatan menggunakan metode crashing


Total = Rp. 23.628.756,132 dengan menerapkan sistem shift kerja (shift pagi
dan shift malam) di dapat biaya sebesar
Rp.12.971.000.000.00 atau lebih mahal dari biaya
d. Cost Slope proyek pada kondisi normal di karenakan adanya
crash cost−normal cost penambahan upah pada saat pekerjaan shift
Cost slope = dilakukan.
normal duration−crash duration
2. Dri kesimpulan nomor 1 dapat diambil kesimpulan
kembali bahwa dengan menerapkan sistem shift
12.638.637 kerja (shift pagi dan shift malam) merupakan
Cost slope/hari = = 3.159.659,25/hari alternative program crashing yang lebih efektif
10−6 menghemat durasi pekerjaan metode ini dapat
Cost Slope total = crash cost – normal cost mengurangi jumlah durasi waktu yang awalnya
= 23.628.756.132 – 10.990.119,131 adalah 197 hari menjadi 173 hari, maka didapat
= Rp. 12.638.637 pengurangan durasi waktu sebnyak 24 hari.

Perbandingan Durasi Crashing terhadap Durasi


Normal
5. SARAN
Durasi normal dapat menghasbiskan waktu pekerjaan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data,
selama 197 hari sedangkan hasil perhitungan crashing diharapkan untuk penelitian selanjutnya pada
dapat mengefisiensikan pekerjaan sebesar 26 hari pelaksanaan proyek Pembangunan Rusunawa ASN
yaitu pekerjaan setelah di crashing menjadi 173 hari. Pemkab Malang agar dapat mempertimbangkan hal-hal
berikut :
Perbandingan Biaya terhadap Durasi Normal dan Durasi Metode percepatan yang digunakan dalam penelitian
Crashing ini menngunakan 2 metode yaitu metode PDM dan
Seiring dengan waktu yang dipercepat dapat berdampak metode crashing dengan alternatif sistem shift (shift
pula pada penambahan biaya agar percepatan tersebut pagi dan shift malam). Maka akan lebih baik apabila
dapat terlaksana, adapun grafik perbandingan biaya mungkin ditambahkan dengan metode-metode
normal dan biaya crashing termasuk durasi pekerjaan crashing yang lainnya, seperti metode crashing dengan
adalah sebagai berikut: alternatif penambahan tenaga kerja, menggunakan
waktu lembur, dan lain-lain. Agar dapat lebih banyak
pembanding dan dapat mengetahui metode crashing
mana yang lebih efektif dari segi waktu dan efisiensi
biaya.
REFERENSI
[1]. Sofwan Badri. 1988. Dasar-Dasar Network
Planning. Rineka Cipta Jakarta.Jakarta
[2]. Michael T. Callahan. 1992. Construction Project
Scheduling. McGraw Hill. NewYork.
[3]. Ariany Frederika. 2010. Analisis Percepatan
Pelaksanaan Dengan Menambah Jam Kerja
Optimum Pada Proyek Konstruksi. (Studi Kasus:
Proyek Pembangunan Super Villa, Peti Tenget-
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa Badung) Skripsi. Bali : Universitas Udayana.
dengan dipercepatnya waktu pekerjaan akan [4]. I. Dipohusodo. 1996. Manajemen Proyek dan
menimbulkan peningkatan biaya. Dimana pada Konstruksi Jilid II. Kanisius.Yogyakarta
pekerjaan yang dilakukan normal (tanpa [5]. Idzurnida Ismael. 2013. Keterlambatan Proyek
percepatan) dapat diselesaikan dalam waktu 197 Konstruksi Gedung, Faktor Penyebab Dan Tindakan
hari dengan biaya Rp.12.764.000.00. sedangkan Pencegahannya. Skripsi. Padang : Institut Teknologi
jika dilakukan peercepatan dengan shift kerja Padang.
maka diaya pekerjaan akan menjadi Rp. [6]. Abrar Husen. 2009. Manajemen Proyek. Andi
12.973.000.00 yaitu meningkat sebesar 1,3554% Offset. Yogyakarta.
dari biaya normal namun waktu penyelesaian [7]. Deden Matri Wirabakti. 2014. Studi Faktor-Faktor
menjadi lebih singkat yakni menjadi 173 hari. Penyebab Keterlambatan Proyek Konstruksi
Bangunan Gedung. Skripsi: Banten. Universitas
4. KESIMPULAN
Sultan Ageng Tirtayasa.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka
[8]. Amri Gunasti. 2019. Penerapan Metode Barchart,
dapat ditarik kesimpulan yang sebagai berikut:
CPM, PERT, dan Crashing Project dalam Penjadwalan
1. Total biaya proyek dalam kondisi normal ialah
Proyek Pembangunan Gedung G Universitas
sebesar Rp.12.764.000.000.00 setelah dilakukan
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil 2 Juli 2020

Muhammadiyah Jember. Universitas Muhammadiyah Dari Konseptual Sampai Operasional Jilid 2. Erlangga.
Jember. Jakarta.
[9]. A.A Gede Agung Yana. 2009. Pengaruh Jam [27] Irika Widiasanti & Lengggogeni. 2013.
Kerja Lembur Terhadap Biaya Percepatan Proyek Manajemen Konstruksi. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Dengan Time Cost Trade Off Analysis. Skripsi: Bali.
Universitas Udayana.
[10]. Hakim. 2016. Percepatan Durasi Proyek
Menggunakan Jam Kerja Shift, Analisis Menggunakan
PDM (Precedence Diagram Method). Skripsi:
Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.
[11]. Elisabeth Riska Anggraeni. 2016. Analisis
Percepatan Proyek Menggunakan Metode Crashing
dengan Penambahan Tenaga Kerja dan Shift Kerja.
Skripsi: Surakarta. Universitas Sebelas Maret.
[11]. Azzam. 2016. Analisis Percepatan Proyek
Pembangunan Java Village Resort Dengan
Menambahkan Tenaga Kerja dan Jam Kerja. Skripsi:
Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.
[12]. Wahyu Santoso. 2017. Analisis Percepatan
Proyek Menggunakan Metode Crashing Dengan
Penambahan Jam Kerja Empat Jam Dan Sistem Shift
Kerja. Skripsi: Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.
[13]. Ajeng Afifah Hendriputri. 2018. Percepatan
Jadwal (Crashing) Menggunakan Sistem Shift Dengan
Analisis PDM (Precedence Diagramming Method).
Skripsi: Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.
[14]. Kerzner, 2000. Project Management A
System Approach to Planning, Schedulling, and
Controlling. Singapore.
[15]. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. KEP-102/MEN/VI/2004 Tentang
Waktu Kerja Lembur Dan Upah Kerja Lembur. Jakarta.
[16]. Richard I. Levin & Charles A. Kirkpatrick.
1978.Quantitative Approaches To Management.
McGraw Hill. New York.
[17]. Moh.Nazir. 2005. Metode Penelitian. Ghalia
Indonesia. Bogor.
[18]. Fika GA Ningrum. 2017. Penerapan Metode
Crashing Dalam Percepatan Durasi Proyek Dengan
Alternatif Penambahan Jam Lembur Dan Shift Kerja
(Studi Kasus: Proyek Pembangunan Hotel Grand
Keisha, Yogyakarta). Skripsi. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret.
[19]. Barry Render & Heizer Jay. 2004. Manajemen
Operasi. Salemba Empat. Jakarta. Render, Barry &
Jay Heizer. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen
Operasi. Edisi Ketujuh. Salemba Empat. Jakarta.
[20]. Barry Render & Heiz er Jay. 2012. Quantitative
Analysis For Management. 11th Edition. Pearson
Prentice-Hall Inc. New Jersey.
[21]. Muchdarsyah Sinungan. 2005. Produktifitas:
Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara.Yogyakarta.
[22]. H.B Siswanto. 2007. Pengantar Manajemen.
Bumi Aksara. Jakarta.
[23]. Iman Soeharto. 1997. Manajemen Proyek Dari
Konseptual Sampai Operasional.Erlangga. Jakarta.
[24]. Iman Soeharto. 1999. Manajemen Proyek
Dari Konseptual Sampai Operasional Jilid 1. Erlangga.
Jakarta.
[26]. Iman Soeharto. 1999. Manajemen Proyek
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil 2 Juli 2020

Anda mungkin juga menyukai