GOR PADJAJARAN
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas Manajemen Properti yang diampu oleh
Dra. Katharina Priyatiningsih, M.Si
Disusun oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan mengenai Gor Padjajaran.
Kami penulis berterima kasih pada Dra. Katharina Priyatiningsih, M.Si selaku dosen
mata kuliah Manajemen Properti yang telah memberikan tugas ini kepada kami serta
bimbingannya pada saat mengerjakan laporan ini.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Sarana Properti terlebih dalam bidang
Sarana Olahraga. Kami menyadari bahwa laporan ini terdapat banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan ini dapat dipahami dan berguna bagi kami sendiri sebagai
penulis maupun pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3.1.1 Profil dan Sejarah Gor Padjajaran .............................................................. 11
3.1.2 Visi dan Misi............................................................................................... 12
3.1.3 Bagan Organisasi ........................................................................................ 13
3.2 Keadaan Gor Padjajaran .................................................................................... 14
3.3 Penerapan Fungsi Manajemen Properti ............................................................. 15
3.4 Penerapan Aktivitas Manajemen Properti ......................................................... 18
BAB IV ....................................................................................................................... 27
KESIMPULAN & SARAN ........................................................................................ 27
4.1 Kesimpulan ................................................................................................... 27
4.2 Saran ....................................................................................................................... 27
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Bagan Organisasi ................................................................................... 13
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Pengelolaan properti yang baik dan benar akan meningkatkan nilai dari
properti tersebut, seperti keterangan yang jelas dan sah atas suatu kepemilikan
properti tersebut, pemeliharaan dan perawatan yang rutin. Yang menjadi masalah
pada saat ini banyaknya masyarakat pada umumnya kurang mengetahui
bagaimana cara mengelola properti yang baik dan benar agar properti tersebut
bernilai serta properti bisa lebih produktif. Salah satu contoh properti produktif
adalah properti yang disewakan yang jelas menguntungkan. Namun bagaimana
pemilik dan pengelola bisa mengelola sebuah properti tersebut agar lebih bernilai
dan produktif.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3.2 Manfaat
1. Bagi pihak pengelola Gor Padjajaran Bandung
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau pengembangan yang lebih
lanjut mengenai pengoptimalan properti yang tersedia.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai masukan yang dapat menjadi acuan lebih mengenai properti dalam
bidang manajemen aset.
3. Bagi penyusun
Menambah wawasan mengenai properti sarana olahraga dalam bidang
Manajemen Properti serta sebagai bahan pembelajaran.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Fungsi
Fungsi- fungsi dari manajemen properti adalah sebagai berikut:
1. Membuat perencanaan manajemen dari suatu properti.
2. Membuat suatu anggaran kerja dari properti tersebut.
3. Memamerkan dan menyewakan ruangan.
4. Mengumpulkan uang sewa.
5. Mengutamakan hubungan baik dengan penyewa.
3
6. Membayar biaya- biaya operasional perusahaan dan menyimpan catatan-
catatan.
7. Membuat jadwal pemeliharaan.
8. Menghemat energi.
9. Menyediakan keamanan.
10. Mengawasi karyawan.
11. Mengasuransikan properti.
2.1.3 Tujuan
Tujuan dari Manajemen Properti adalah untuk melakukan:
1) Pengelolaan properti sebagai bisnis atau investasi: Tugas ini memerlukan
keahlian khusus terkait dengan faktor eksternal (peraturan pemerintah,
persaingan, permintaan dan penawaran, selera konsumen, teknologi dan lain-
lain)
2) Pengelolaan properti sebagai pelaksanaan aspek lingkungan: Tugas kedua ini
memfokuskan pada pengelolaan properti yang effektif dan effisien untuk
mengurangi terjadinya kerusakan pada properti dan lingkungannya serta
menghambat terjadinya penyusutan dari properti.
3) Pengelolaan properti melalui sistem: Tugas ketiga mencakup sistem organisasi
yang effektif, pengarahan, koordinasi dan pengawasan dari sumberdaya manusia
yang terampil untuk meningkatkan pendapatan properti termasuk melindungi
serta menjamin dengan pemeliharaan yang baik dan benar.
2.1.4 Aktivitas
Manajemen properti memiliki beberapa aktivitas yaitu :
1) Management Contract
4
4) Marketing and Lease Negotiation
2.1.5 Ketentuan
Apa yang dilakukan dalam mengelola properti oleh manajemen dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Management Contract:
Mempersiapkan dan membuat kontrak manajemen. Kontrak harus terperinci,
jelas dan memuat keseluruhan isi dari perjanjian yang harus ada sehingga tidak
menimbulkan konflik dikemudian hari.
2) Taking Over Management:
Menyusun rencana dan pengambil alihan tugas dari sebuah properti. Rencana
apa yang harus disusun secara detail, meliputi rencana jangka pendek, rencana
jangka menengah dan rencana jangka panjang serta kapan manajemen properti
terlibat, mulai dari pre-construction, under construction, atau pada saat
operational building (pada saat bangunan telah siap dioperasionalkan)
3) Maintenance and Building Management:
Memelihara dan mengelola bangunan terkait masalah biaya pemeliharaan
bangunan (Life Cycle Costing), masalah perencanaan dan aplikasi tepat sasaran,
masalah akibat kerugian yang muncul, masalah faktor keamanan, dan masalah
kenyamanan yang perlu diutamakan.
4) Marketing and Lease Negotiation:
Melaksanakan kegiatan pemasaran serta negosiasi harga sewa dari suatu
properti, hasilnya akan sangat menentukan keberhasilan manajemen properti
dalam melakukan investasi. Manajer properti suatu perumahan diharapkan dapat
memaksimalkan tingkat hunian dan meminimalisasi tingkat kekosongan.
5
5) Lease Management and Rental System:
Mengatur sistem penagihan dan pengelolaan uang sewa menggunakan data
base yang lengkap, akurat, dan up to date untuk meminimalkan collection loss
(tunggakan sewa) dan service charge.
6) Financial Management and Administration System:
Mengelola sistem administrasi dan keuangan yang diperlukan untuk memonitor
seluruh aktivitas berkaitan dengan keuangan dan administrasi sehingga dapat
dihindari keungkinan terjadinya kebocoran keuangan akibat lemahnya suatu
sistem.
7) Management Information System:
Membantu kemudahan manajemen dalam optimasi properti yang dikelola
melalui komputerisasi sistem informasi (intellegent biulding) yang
pengoperasiannya menggunakan teknologi tinggi, yang akurat dan cepat sesuai
kemajuan peradaban.
6
organisasi internal manajemen properti dengan pemilik properti merupakan
hubugan yang sifatnya antar pekerja dengan pemberi kerja.
2.2.2 Tujuan
Tujuan organisasi manajemen properti adalah ‘profit making’ terutama
pada sektor private, selain pendistribusian fungsi sosial (to provide social
need/non profit making), survival, dan nation interest.
2.3 Kontrak
2.3.1 Definisi
Dalam bahasa hukum bisnis, suatu kontrak didefinisikan sebagai suatu
persetujuan antara dua atau lebih pihak yang memiliki penawaran resmi yang
kuat kedudukannya dalam hukum peradilan.
2.3.2 Jenis
1. Adhesion Contracts
Kontrak yang digambarkan oleh salah satu pihak yang memiliki posisi
penawaran yang lebih besar. Pihak ini memiliki suatu keunggulan penawaran
dibanging pihak lain yang tidak memiliki pilihan untuk menerima atau tidak
menerima kontrak tersebut. Kontrak ini sering disebut sebagai kontrak yang
‘take it or leave it’, pihak yang melakukan kontrak ini mempertimbangkan
untuk digunakan dalam suatu bisnis karena sulitnya bernegosiasi dan membuat
penawaran dari keadaan dan kondisi setiap kontrak.
2. Aleatory Contracts
Persetujuan yang saling menguntungkan dalam suatu akibat dari
kejadian yang pasti atau secara alami. Kontrak ini memiliki asumsi resiko dari
dua pihak, misal kontrak dalam asuransi perjalanan atau asuransi kebakaran,
pihak yang memegang kebijakan tidak akan menerima manfaat dari kontrak
jika terjadi suatu kecelakaan kebakaran dalam tabrakan pesawat terbang untuk
kasus asuransi perjalanan.
7
3. Bilateral dan Unilateral Contracs
Jika dua pihak melakukan tukar menukar yang saling menguntungkan
dan perjanjian timbal balik yang berakibat dilakukannya suatu tindakan atau
suatu transaksi yang menghargai semua pihak tang terlibat didalam kontrak,
diistilahkan sebagai suatu kontrak bilateral dalam bahasa hukum. Kontrak ini
sering disebut suatu ‘kontrak dua-sisi’, karena perjanjian dengan dua arah yang
dibuat oleh para pihak yang terlibat.
Kontrak Unilateral merupakan perjanjian yang dibuat oleh satu pihak
saja. Perjanjian yang ditawarkan untuk dilaksanakannya suatu tindakan yang
pasti dan sumbangan jika penawar menyetujui dalam suatu bentuk tindakan
yang diminta untuk dipahami sebagai suatu kontrak yang memiliki kekuatan
yang legal/sah. Permintaan untuk suatu bentuk penerimaan dari pihak lain
melaksanakan kontrak. Jadi kontrak ini merupakan kontrak ‘satu-sisi’ selama
pihak penawar mengemas dalam ranah hukum. Poin penting dalam hal ini
adalah penawar tidak menjadi refraining, abandoning atau gagal untuk
mengeksekusi tindakannya selama pihak penawar tersebut tidak menjanjikan
sesuatu.
4. Executed Contracts
Suatu pelaksanaan kontrak yang diistilahkan sebagai suatu perjanjian
pada suatu transaksi lain yang ditinggalkan dan untuk dilaksanakan oleh pihak
yang ada. Dalam suatu kasusu pelaksanaan kontrak terdapat beberapa tindakan
atau transaksi atau jaminan yang dibentuk pada beberapa poin waktu kedepan
sesuai kondisi kontrak.
8
5. Express Contracts
Tipe kontrak dimana para pihak yang menyatakan keadaan dan kondisi
dengan kata-kata atau tulisan pada saat dibuat kontrak tersebut. Usulan kontrak
yang lisan atau tertulis diterima oleh pihak yang menawar dalam suatu cara
yang nyata ditetapkan secara sah dalam kondisi kontrak itu sendiri.
6. Implied Contracts
Kontrak yang diimplikasikan dalam kenyataan dan keterbatasan hukum
diantara suatu bagian dari kontrak yang akan diterapkan. Kontrak ini pada
kenyataan terdiri dari pemberian yang pasti yang menaikkan suatu perjanjian
yang menguntungkan dan intensi perjanjian yang tidak diwujudkan secara
verbal. Suatu kontrak yang tidak dapat diberi label sebagai penerapan dalam
sisi hukum karena seperi suatu kekurangan kontrak yang memerlukan suatu
kontrak yang sesungguhnya. Istilah ‘kontrak Quasi’ adalah kontrak bentuk
‘implied’ yang dapat dikembangkan menjadi beberapa transaksi, tindakan, atau
hubungan antara para pihak secara legal.
7. Unconscionable contracts
Merupakan kontrak yang tidak cukup ‘fair’ karena satu arah yang
menguntungkan pihak yang berdiri pada posisi ‘superior’ akhir dalam kekuatan
penawaran. Istilah ‘unconcionbale’ berarti suatu ‘insult to justice and decency’.
Orang yang tidak sehat secara mental dan jujur yang pernah menerima kontrak
seperti ini dan mengalaminya. Hal ini dapat ditentukan melalui analisis situasi
dan keadaan dari pihak yang terlibat dalam kontrak etika kontrak tersebut
dibuat.
9
8. Void and voidable contracts
Void contracts adalah suatu kontrak yang melibatkan pihak-pihak yang
tidak mengingkari (liable) dalam beberapa kewajiban atau hak-hak, artinya para
pihak tidak secara legal terikat dengan pilihan kontrak. Kontrak ini dapat terjadi
dan tidak ada yang hanya melibatkan dua belah pihak saja.
Voidable contracts adalah suatu perjanjian antara dua atau lebih pihak
yang memiliki penawaran legal. Kontrak ini dapat menjadi perbaikan bagi satu
pihak yang tidak pernah mempunyai legalitas yang dapat menjadi korban dari
pelaksanaan ‘fraudulent’ atau jika pihak yang bertahan dari ketidakmampuan
legalnya. Selain itu, kontrak seperti ini tidak berkurang ‘void’nya dan sampai
melibatkan beberapa pihak, memilih untuk perbaikan sebagai suatu kontrak
‘void’ dengan mempertentangkan pelaksanaannya.
10
BAB III
PEMBAHASAN
Dispora Kota Bandung mengelola beberapa aset sarana dan prasarana pada
bidang olahraga khususnya. Terdapat selebihnya 17 SOR maupun GOR yang dikelola
oleh Dispora Kota Bandung. Salah satunya yaitu Gor Padjajaran yang terletak di jalan
Jl. Pajajaran No.37, Pasir Kaliki, Kec. Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat. Selain Gor,
di wilayah tersebut Dispora mengelola selebihnya 7 unit kios dengan berdalih untuk
kegiatan komersil. Gelanggang Olahraga Padjadjaran adalah sebuah gelanggang
olahraga serbaguna di Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Gelanggang olahraga ini
umumnya digunakan untuk olahraga basket dan bulu tangkis. Dibangun pada tahun
1974 dengan skala nasional dengan kapasitas 2.500 penonton, pada tahun 2010 (dalam
kurun 36 tahun) kondisinya sudah tidak memungkinkan lagi untuk skala nasional yang
standar kapasitasnya 6.000 penonton. Kondisi GOR Pajajaran hanya menampung
2.500 penonton saja, sehingga apabila digunakan untuk pertandingan tingkat nasional
akan terjadi jajaran mobil parkir di luar lokasi di sepanjang jalan Pajajaran dan
menimbulkan kemacetan.
11
3.1.2 Visi dan Misi
Dispora Kota Bandung memiliki visi dan misi yang begitu terstruktur. Visi
Dispora Kota Bandung yaitu bertujuan untuk Mewujudkan Pemuda dan Olahraga yang
Berprestasi, Inovatif dan Sehat. Adapun untuk misinya, Dispora Kota Bandung
berkomitmen untuk:
12
3.1.3 Bagan Organisasi
13
3.2 Keadaan Gor Padjajaran
Berdasarkan kondisi eksisting mengenai properti yang dimiliki oleh Dispora Kota
Bandung khususnya Gor Padjajaran sudah baik, bahkan Gor Padjajaran ini sering
dijadikan sebagai venue pertandingan nasional maupun internasional. Dari segi
keandalan bangunan ini cukup begitu mempuni karena dilengkapi fasilitas – fasilitas
yang mendukung sarana prasarana ini dan bisa dikatakan mencakup keamanan,
kenyamanan, keselamatan, dan kemudahan. Namun kekurangannya masih ada fasilitas
yang tidak begitu baik kondisinya seperti lampu pencahayaan, kursi dan sebagainya
untuk pengoperasian properti tersebut. Jika melihat dari aksesibilitas, Gor Padjajaran
bisa dilewati oleh :
14
- Kendaraan pribadi
Dari lokasi tersebut dapat terlihat bahwa kemudahan yang dapat dinikmati oleh
penyewa properti begitu adanya sehingga dapat meningkatkan tingkat daya penyewaan
kios ataupun sekedar menyewa fasilitas Gor Padjajaran tersebut
15
3.3.2 Membuat anggaran kerja
16
penyewaan properti ini khususnya Gor Padjajaran. Adapun untuk melihat
keuntungan yang diperoleh tiap tahun, kita dapat melihatnya melalui
riwayat laporan keuangan. Sedangkan pada penyewaan kios pengelola
menawarkan sistem pembayaran berkala yaitu dengan pembayaran
seharinya mencapai Rp. 20.000,00.-. Semua harga tersebut sudah termasuk
biaya-biaya utilitas, kebersihan, pemeliharaan dan keamanan.
3.3.5 Mengutamakan hubungan baik dengan penyewa
Dispora Kota Bandung sangat menjaga hubungan baik dengan penyewa
nya. Karena, pengelola mengoptimalkan setiap pelayanan nya agar di
kemudian hari penyewa mendapatkan rasa puas. Alhasil, banyak
klien/penyewa yang menjadi langganan untuk menyewa properti ini.
3.3.6 Membayar biaya- biaya operasional perusahaan dan menyimpan
catatan – catatan
Adapun biaya-biaya operasional yang harus di keluarkan antara lain
biaya ongkos pegawai, biaya pemeliharaan gor, biaya pemeliharaan kios
dll.
3.3.7 Membuat jadwal pemeliharaan
Pengelola properti membuat jadwal rutin tentang pemeliharaan Gor
setiap sehari dua kali pagi dan siang, menyesuaikan apabila ada event besar
yang menyewa dan memprediksi kapan harus dilakukan penggantian
barang utamanya pada hal ini yaitu alat – alat kebersihan. Biasanya dalam
hal ini terutama pengelola Gor Padjajaran mendapatkan alat – alat yang
dibutuhkan setiap 3 bulan sekali bahkan tidak menentu tergantung
keputusan dari pusat.
3.3.8 Menghemat energi
Untuk penghematan energi GOR Padjajaran belum menggunakan
teknologi yang dapat mengurangi atau menghemat energi secara signifikan,
tetapi hanya terbatas pada penggunaan energi yang efektif dan efisien saja.
17
Adapun kegiatan untuk menghemat energi, pengelola membatasi
pemakaian gor sesuai dengan jam operasional. Biasanya tidak melebihi jam
10 malam tergantung pada kesepakatan. Hal ini berpengaruh pada
hematnya listrik, air, dan utilitas lainnya.
Dalam hal ini Pengelola properti menyeleksi dan mengawasi kinerja dari cara
mereka melayani penyewa ataupun pengunjung yang dapat dilihat dari tingkat
kepuasannya.
Pengelola properti pada saat ini tidak mengasuransikan propertinya. Oleh karena itu
apabila terjadi hal yang tidak diinginkan pihak dispora bertanggung jawab penuh atas
properti yang dikelolanya. Namun, ada rencana kedepannya untuk mengasuransi kan
properti tersebut. Untuk waktu kapan mengasuransikannya belum ada kejelasan yang
pasti tentang itu.
Pada hal ini, pengelola properti telah merancang dan membuat kontrak
perjanjian khususnya bagi para penyewa kios. Dalam kenyataanya, pihak pengelola
dan pihak penyewa telah bersepakat secara jelas dan rinci sesuai dengan kesepakatan
18
bersama. Kontrak perjanjian disimpan baik – baik oleh penyewa agar aspek legalnya
bisa terjaga. Berikut penjelasan foto dari kontrak tersebut :
19
( Yogiawan & Ganiasyah, 2019 )
20
( Yogiawan & Ganiasyah, 2019 )
21
( Yogiawan & Ganiasyah, 2019 )
22
( Yogiawan & Ganiasyah, 2019 )
23
Dari foto diatas, terlihat lebih jelas kesepakatan antara pihak penyewa dan pihak
pengelola. Semua hak dan kewajiban ditulis dan disetujui oleh kedua belah pihak yaitu
dispora dan penyewa. Jika salah satunya melanggar aturan tersebut maka sanksi akan
diberikan sesuai dengan kontrak yang tercatat dan ditanda tangani diatas materai.
5. Penerima Bantuan prasarana olahraga, jenis dan jumlah prasarana olahraga yang
diberikan sesuai dengan alokasi jumlah dana yang tersedia dalam DIPA Kementerian
Pemuda dan Olahraga pada tahun anggaran yang bersangkutan.
24
3.4.3 Maintenance and Building Management
Pengelolaan dan pemeliharaan bangunan seperti gor dan kios – kios memiliki
kewenangannya masing – masing. Terkait dengan biaya pemeliharaan, Gor Padjajaran
ini dianggarkan dari APBD dan biasanya pengecekan akan barang akan dilakukan
setiap 3 bulan sekali, untuk pemeliharaan rutin setiap hari hanya melakukan
pembersihan yang dilakukan sehari dua kali pagi dan sore, apabila ada event besar
perawatan pembersihan dilakukan tentatif sesuai kebutuhan dan pemakaiannya.
Mengenai keamanan dan kenyamanan, sejauh ini wilayah tersebut masih menjadi
wilayah yang aman bagi para penyewa maupun para pengunjung karena dilengkapi
dengan fasilitas security dan cctv.
Pengelola properti sejauh ini tidak begitu secara besar dalam memasarkan
propertinya. Karena, pada kasus ini properti Dispora Kota Bandung khususnya Gor
Padjajaran telah lama dikenal oleh masyarakat sekitar sehingga tanpa dipasarkan
penyewa akan datang. Hubungan dengan para penyewa begitu penting, tak terkecuali
pihak pengelola yang selalu bersikap ramah kepada penyewa nya dan berkomunikasi
secara intensif langsung dengan penyewa apabila ada masalah. Dengan itu, investasi
akan muncul ke permukaan tanpa dipancing secara dalam.
Untuk sistem sewa yang digunakan oleh GOR Padjajaran adalah perjam dengan
harga satu jamnya yaitu Rp.100.000,00 yang harus dibayarkan sebelum GOR
digunakan. Adapun untuk kios yang disewakan yaitu dengan sistem harga perhari yang
dibayarkan tiap bulan dan dibayarkan sebelum tanggal 5 tiap bulannya dengan harga
sewa Rp. 20.000,00/hari
25
3.4.6 Financial Management and Administration System
26
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
4.1 Kesimpulan
Aset properti yang dikelola oleh DISPORA Kota Bandung salah
satunya yaitu GOR Padjajaran belum baik, masih banyak yang harus diperbaiki
dalam mengelola aset properti tersebut. Pemeliharaan dan perawatan aset yang
dimiliki masih minim, pencatatan keuangan yang belum transparan,
penggunaan teknologi sistem informasi yang belum terlaksana, dan asuransi
yang belum dilakukan. Namun untuk hubungan dengan penyewa dan
pembuatan kontrak sudah berjalan dengan baik.
4.2 Saran
Pengelola dapat mengamankan propertinya dengan
mengasuransikannya, pemeliharaan dan perawatan pada aset yang rusak bisa
dilaksanakan dengan baik, mencatat dan melaporkan keungan dengan
transparan karena aset ini milik pemerintah dan harus transparan sebagai
pertanggung jawaban terhadap rakyat, dan penggunaan teknologi dan sistem
informasi yang dapat menambah nilai terhadap properti tersebu serta
penghematan penggunaan energi yang digunakan oleh properti tersebut.
27
SUMBER
28