Kontrak konstruksi adalah dokumen yang mempunyai kekuatan hukum yang memuat
persetujuan bersama secara sukarela di mana pihak kesatu berjanji untuk memberikan jasa
dan menyediakan material untuk pembangunan proyek bagi pihak kedua, sedangkan pihak
kedua berjanji untuk membayar sejumlah uang sebagai imbalan untuk jasa dan material yang
telah digunakan.
Kontrak pembangunan proyek konstruksi pada umumnya mengandung hal-hal sebagai
berikut:
Adanya pasal yang melindungi kepentingan pemilik terhadap kemungkinan tidak
tercapainya sasaran proyek.
Adanya pasal yang memperhatikan hak-hak kontraktor
Memberikan keleluasaan kepada pemilik untuk dapat meyakini tercapainya sasaran-
sasaran proyek tanpa mencampuri tanggung jawab kontraktor. Hal ini dijelaskan dengan
memberikan kesempatan pemantauan dan pengawasan yang luas sewaktu proyek
berjalan, seperti laporan berkala, pengetesan, uji coba dan lain-lain.
Penjabaran yang jelas akan segala sesuatu yang diyakini pemilik. Misalnya definisi
lingkup kerja, spesifikasi material dan peralatan. Demikian pula syarat-syarat dan kondisi
aspek komersial.
Dalam pekerjaan pembangunan proyek konstruksi, pada dasarnya ada 2 jenis kontrak
yang dikenal, yaitu : Kontrak dengan Harga Tetap (Fixed Price Contract) dan Kontrak
berdasarkan Biaya ditambah Jasa.
1. Kontrak dengan Harga Tetap (Fixed Price Contract)
Kontrak dengan harga tetap mewajibkan kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan
hingga selesai sesuai dengan yang disyaratkan dalam kontrak. Resiko yang terjadi akibat
adanya perbedaan antara biaya total dengan biaya yang dikeluarkan oleh kontraktor dalam
menyelesaikan pekerjaan tersebut merupakan resiko dari kontraktor. Perbedaan antara biaya
total yang dikeluarkan kontraktor dan biaya yang tercantum dalam kontrak, pada akhir
pekerjaan merupakan keuntungan digunakan pada pekerjaan-pekerjaan yang sulit ditentukan
dan lump sum digunakan pada pekerjaan-pekerjaan yang dapat ditentukan dengan baik.
2. Kontrak Berdasarkan Biaya ditambah Jasa
Jenis kontrak ini mewajibkan Pemberi Tugas membayar biaya nyata yang dikeluarkan
kontraktor untuk menyelesaikan pekerjaan ditambah biaya atas jasa yang dilakukan
kontraktor. Kontrak seperti ini sangat jarang dilakukan, karena sulitnya mengendalikan biaya
yang dikeluarkan kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan. Kalaupun digunakan, umumnya
jenis-jenis pekerjaan yang kecil atau sulit sekali menetapkan terlebih dahulu harga
satuan/harga lump sum pekerjaan.
Kontrak berdasarkan biaya ditambah jasa dibedakan atas cara menetapkan besarnya
biaya atas jasa yang diberikan kontraktor.
Adapun cara menetapkan besarnya biaya atas jasa sebagai berikut :
a. Biaya atas jasa (fee) yang ditetapkan terlebih dahulu pada suatu jumlah yang tetap.
b. Biaya atas jasa yang besarnya berdasarkan prosentase biaya nyata yang dikeluarkan
oleh kontraktor. Prosentase ini ditetapkan terlebih dahulu pada suatu nilai yang tetap.
c. Biaya atas jasa yang besarnya berdasarkan prosentase biaya nyata yang dikeluarkan
oleh kontraktor, di mana prosentase tersebut bervariasi terhadap besarnya biaya
nyata. Kontrak jenis ini disebut juga target kontrak.
d. Biaya atas jasa ditetapkan berdasarkan suatu formula yang disepakati oleh Pemberi
Tugas dan Kontraktor, tetapi berbeda dengan yang telah disebut di atas, misalnya
dengan ‘bonus’ bila jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan pekerjaan
lebih kecil dari yang direncanakan dan dikenakan ‘penalty’ bila biaya yang
dikeluarkan lebih besar dari yang direncanakan.
Sistematika tahap penyusunan dan pengelolaan kontrak menurut Gilbreath (1992)
adalah bebagai berikut :
Secara garis besar ini conditions of contract meliputi pokok-pokok uraian sebagai
berikut:
a. Kedudukan/status Pemberi Tugas dan Kontraktor
b. Macam pekerjaan yang dikerjakan,
c. Ketentuan peraturan yang berlaku sebagai dasar pelaksanaan pekerjaan
d. Jaminan pelaksanaan/pekerjaan (performance bond)
e. Jangka waktu pelaksanaan,
f. Jangka waktu pemeliharaan
g. Harga borongan (contract sum)
h. Peraturan pembayaran (progress payment)
i. Denda dan sanksi,
j. Pekerjaan tambah dan kurang
k. Kenaikan harga dan force majeure
l. Pembatalan pekerjaan
m. Direksi/pengawas pekerjaan,
n. Wakil kontraktor
o. Pengamanan pelaksanaan,
p. Bea materai,
q. Perselisihan dan penyelesaiannya
r. Dan lain-lain yang dipandang perlu.
Untuk komponen ini di industri konstruksi Indonesia sudah banyak dipakai bentuk
Conditions of Contract yang standar antara lain : AV 41, FIDIC, dll.
Selain jenis kontrak, terdapat pula bentuk kontrak. Bentuk kontrak konstruksi
bermacam-macam dipandang dari aspek-aspek tertentu. Ada empat aspek atau sisi pandang
bentuk kontrak konstruksi, yaitu:
b. Unit Price
c. Pra Pendanaan Penuh dari Penyedia Jasa (Contractor’s Full Pre-financed)
d. Bentuk Kontrak Engineering, Procurement dan Construction (EPC)
Secara substansial, kontrak konstruksi memiliki bentuk yang berbeda dari bentuk kontrak
komersial lainnya, hal ini dikarenakan komoditas yang dihasilkan bukan merupakan produk
standar, namun berupa struktur yang memiliki sifat yang unik dengan batasan mutu, waktu,
dan biaya. Dalam kenyataannya, kontrak konstruksi terdiri dari beberapa dokumen yang
berbeda dalam tiap proyek. Namun secara umum kontrak konstruksi terdiri dari:
1. Agreement (Surat Perjanjian)
Menguraikan pekerjaan yang akan dikerjakan, waktu penyelesaian yang diperlukan, nilai
kontrak, ketentuan mengenai pembayaran, dan daftar dokumen lain yang menyusun
kelengkapan kontrak..
Berupa gambar yang memperlihatkan lokasi, dimensi dan detil pekerjaan yang harus
dilaksanakan.
4. Spesification (Spesifikasi)
Keterangan tertulis yang memberikan informasi detil mengenai material, peralatan dan cara
pengerjaan yang tidak tercantum dalam gambar.
c. Penawaran
b. Konsiderasi
Prinsip dari urutan kekuatan (prioritas untuk diikuti/dilaksanakan) adalah dokumen yang
terbit lebih akhir adalah yang lebih kuat/mengikat untuk dilaksanakan. Apabila tidak
ditentukan lain, sesuai dengan prinsip tersebut diatas, maka urutan prioritas dokumen
kontrak adalah berdasarkan:
4. Surat Perintah Kerja (Notice to Proceed), Surat Penunjukan (Letter of Acceptance)
a. Lingkup pekerjaan : berisi tentang uraian pekerjaan yang termasuk dalam kontrak.
c. Harga borongan menjelaskan nilai yang harus dibayarkan oleh pemilik proyek kepada
kontraktor untuk melaksanakan seluruh lingkup pekerjaan, Sifat kontrak lumpsum fixed
price atau unit price, Biaya-biaya yang termasuk dalam harga borongan.