Anda di halaman 1dari 4

Kontrak dinyatakan kritis apabila:

a. Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0% 70% dari kontrak), realisasi fisik
pelaksanaan terlambat lebih besar 10% dari rencana;

b. Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak), realisasi fisik pelaksanaan
terlambat lebih besar 5% dari rencana;

c. Rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak, realisasi fisik pelaksanaan terlambat kurang
dari 5% dari rencana dan/atau akan melampaui tahun anggaran berjalan.
Mendekati batas akhir tahun anggaran, banyak hal yang menjadi pertanyaan antara lain: apakah
dalam sisa waktu yang ada Penyedia mampu menyelesaikan pekerjaannya?; bagaimana jika sampai
dengan batas akhir tahun anggaran ternyata pekerjaan tidak selesai?; dan apa yang harus dilakukan
oleh para pihak yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa maupun pengelolaan keuangan dalam
menghadapi pekerjaan yang belum selesai menjelang akhir tahun anggaran?

Penyelesaian suatu pekerjaan sangat tergantung dari beberapa hal, antara lain: lamanya jangka
waktu pelaksanaan, kemampuan Penyedia dalam melaksanakan pekerjaan (modal, peralatan dan
tenaga ahli), Pengendalian pelaksanaan kontrak, dan jenis kontrak yang digunakan.

Lamanya jangka waktu pelaksanaan harus disesuaikan dengan kompleksitas suatu pekerjaan.
Penyedia dengan modal, peralatan, dan tenaga ahli yang memadai harus mampu menyelesaikan
pekerjaan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak. Disamping itu, PPK wajib
melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kontrak. Tak kalah pentingnya juga adalah jenis
kontrak yang digunakan. Untuk kontrak tahun tunggal, jangka waktu pelaksanaan pekerjaannya
harus memperhatikan batas akhir tahun anggaran.

Dalam kontrak pengadaan barang/jasa, terdapat 2 (dua) alternative yang dilakukan untuk
mengakhiri kontrak, yaitu penghentian kontrak atau pemutusan kontrak. Pemilihan salah satu dari
dua alternative tersebut harus didasarkan pada situasi dan kondisi terkahir suatu pekerjaan.

Penghentian Kontrak adalah dikhirinya kewajiban kontraktual penyedia untuk melaksanakan
pekerjaan pengadaan barang/jasa oleh PPK, karena pekerjaan sudah selesai atau terjadi keadaan
kahar. Dalam hal Kontrak dihentikan, maka PPK wajib membayar kepada Penyedia sesuai dengan
prestasi pekerjaan yang telah dicapai. Penghentian kontrak karena keadaan kahar, selain
pembayaran terhadap prestasi pekerjaan juga pembayaran terhadap bahan yang sudah ada di
lapangan (material on site) yang masih dapat dimanfaatkan.

Pemutusan Kontrak adalah dikhirinya kewajiban kontraktual oleh salah satu (secara sepihak) atau
para pihak yang terikat dalam kontrak karena para pihak cidera janji dan/atau tidak memenuhi
kewajiban dan tanggungjawabnya sebagaimana diatur didalam kontrak.


Dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 beserta semua perubahannya tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah ditekankan bahwa PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak, apabila: 1).
kebutuhan barang/jasa tidak dapat ditunda melebihi batas berakhirnya kontrak; 2). berdasarkan
penelitian PPK, Penyedia Barang/Jasa tidak akan mampu menyelesaikan keseluruhan pekerjaan
walaupun diberikan kesempatan sampai dengan 50 hari kalender sejak masa berakhirnya
pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan; 3). setelah diberikan kesempatan
menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50 hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan
pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa tidak dapat menyelesaikan pekerjaan; 4). Penyedia Barang/Jasa
lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan; 5). Penyedia Barang/Jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan
dan/atau pemalsuan dalam proses Pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang;
dan/atau 7). pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau pelanggararan
persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dinyatakan benar oleh instansi yang
berwenang.

Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa, maka PPK
melakukan tindakan berupa: 1). Pencairan Jaminan Pelaksanaan; 2). sisa Uang Muka harus dilunasi
oleh Penyedia Barang/Jasa atau Jaminan Uang Muka dicairkan (jika ada pencairan uang muka); 3).
Penyedia Barang/Jasa membayar denda keterlambatan; dan 4). Penyedia Barang/Jasa dimasukkan
dalam Daftar Hitam (black list).

Khusus untuk pekerjaan konstruksi, Permen PU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Standar Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi mengatur tentang criteria dan tindak lanjut
keterlambatan pekerjaan. Apabila penyedia terlambat melaksanakan pekerjaan sesuai jadual, maka
PPK harus memberikan peringatan secara tertulis atau dikenakan ketentuan tentang kontrak kritis.

Kontrak dinyatakan kritis apabila: 1). Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0% 70% dari
kontrak), realisasi fisik pelaksanaan terlambat > 10% dari rencana; 2). Dalam periode II (rencana fisik
pelaksanaan 70% 100% dari kontrak), realisasi fisik pelaksanaan terlambat > 5% dari rencana; atau
3). Rencana fisik pelaksanaan 70% 100% dari kontrak, realisasi fisik pelaksanaan terlambat < 5%
dari rencana dan akan melampaui tahun anggaran berjalan.

Pada saat kontrak dinyatakan kritis maka PPK segera menerbitkan surat peringatan yang dilanjutkan
dengan rapat pembuktian (show cause meeting/SCM). Dalam SCM dibahas dan disepakati besaran
kemajuan fisik yang harus dicapai oleh penyedia dalam periode waktu tertentu (Test case/uji coba
pertama) yang dituangkan dalam berita acara SCM Tahap I. SCM dan test case dilakukan maksimal
tiga kali. Dalam setiap uji coba yang gagal, PPK menerbitkan surat peringatan.

Jika keterlambatan < 5% dari rencana fisik pelaksanaan 70% 100% namun akan melampaui tahun
anggaran, maka PPK dapat langsung melakukan pemutusan kontrak secara sepihak sebelum tahun
anggaran berakhir. Pemutusan kontrak ini dilakukan setelah PPK melakukan rapat bersama dengan
atasannya.

Factor penyebab keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang umumnya terjadi antara lain: 1).
Keterlambatan PA/KPA menyusun dan mentapkan RUP (Rencana Umum Pengadaan); 2).
Keterlambatan PPK menyusun dan mentapkan rencana pelaksanaan (Spesifikasi teknis, Harga
Perkiraan Sendiri, dan rancangan kontrak); 3). Keterlambatan Pokja ULP/Panitia/Pejabat Pengadaan
melakukan proses pemilihan penyedia barang/jasa; 3). Kurangnya tindakan pengendalian kontrak
oleh PPK; 4). Kelalaian Penyedia; 5). Tindakan PA/KPA dalam menganggarkan kegiatan dalam
Perubahan APBD/APBN tanpa memperhitungkan kompleksitas suatu pekerjaan; dan 6). Terjadi
keadaan kahar berupa bencana alam, bencana non alam, dan bencana social, sehingga kewajiban
yang ditentukan dalam Kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi.

Memasuki awal tahun 2013 PA/KPA perlu melakukan evaluasi dan identifikasi permasalahan terkait
keterlambatan atau tidak selesainya suatu pekerjaan. Sangat disayangkan jika suatu pekerjaan
mengalami pemutusan kontrak. Selain Penyedia dikenakan sanksi, output pekerjaan juga tidak
tercapai. Tidak jarang dampak akhirnya adalah masyarakat belum bisa memanfaatkan fasilitas yang
dibangun.

Untuk kegiatan dengan sumber dana APBN sudah ada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
25/PMK.5/2012 tentang Pelaksanaan Sisa Pekerjaan Tahun Anggaran Berkenaan Yang Dibebankan
Pada DIPA Tahun Anggaran Berikutnya. Namun untuk kegiatan dengan sumber Dana APBD, belum
ada regulasi khusus yang mengatur tentang tata cara pelaksanan sisa pekerjaan yang dibebankan
pada DPA tahun anggaran berikutnya, kecuali dalam keadaan kahar.

Pemerintah Daerah sebenarnya dapat mengadopsi Peraturan Menteri Keuangan Nomor
25/PMK.5/2012 melalui Peraturan Kepala Daerah. Ada salah satu Kabupaten di Indonesia yang mulai
tahun ini mengadopsi Permenkeu tersebut dengan menerbitkan Peraturan Bupati tentang
Pelaksanaan Sisa Pekerjaan Tahun Anggaran Berkenaan Yang Dibebankan Pada DPA-SKPD Tahun
Anggaran Berikutnya. Peraturan Kepala Daerah dapat dijadikan solusi untuk mengatasi pekerjaan
menjelang akhir tahun anggaran.

Di penghujung akhir tahun anggaran, butuh nyali yang besar bagi seorang PPK untuk melakukan
pemutusan kontrak. Dalam kondisi tertentu, pemutusan kontrak bukanlah sekadar suatu pilihan
tetapi menjadi suatu keharusan.

Anda mungkin juga menyukai