Anda di halaman 1dari 28

Sejarah Legal Opinion Dan Peranannya Dalam

Pembentukan Hukum Perjanjian

Gilang Pratama Virgiana

11010111130124

Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro
2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dengan semakin berkembangnya zaman dan terus bertambahnya kebutuhan

masyarakat di bidang jasa hukum, saat ini tugas seorang pengacara tidak hanya

terbatas menjalankan fungsi beracara dimuka hakim/pengadilan. Sebagai

seseorang yang berkecimpung di dunia hukum, kita akan sering berhubungan

dengan banyak orang dalam lingkup perkerjaan maupun diluar pekerjaan kita,

baik dengan mereka yang mengerti hukum maupun tidak mengerti hukum.

Mereka akan menanyakan masalah-masalah dan bagaimana pendapat kita sebagai

orang hukum, tentu kita harus dapat menjawab dan menjelaskan dengan

penjelasan yang semudah mungkin sehingga dapat dimengerti oleh mereka yang

kurang mengerti tentang hukum.

Terbukti makin maraknya tenaga Konsultan Hukum yang dipakai di berbagai

bidang usaha yang salah satu perannya adalah mengemukakan Legal Opinion.

Selain itu tradisi hukum yang lebih menunjukan penjelasan putusan terhadap para

pengacara yang mungkin tidak mencoba menerjemahkan langsung putusan

dengan suatu bahasa yang mudah dimengerti kepada pihak terkait mewajibkan

seorang pengacara dapat merumuskannya dalam bahasa yang mudah dimengerti

2
kepada kliennya. 1Berdasarkan hal yang disebutkan diatas, maka diperlukannya

kemampuan bagi orang hukum untuk memberikan pendapat hukum miliknya

terhadap suatu permasalahan.

Selain itu dalam kehidupan keseharian, kita tidak terlepas pada perjanjian.

Pentingnya suatu perjanjian sebagai prestasi yang mengikat para pihak tidak

terlepas dari peranan Legal Opinion sebagai unsur pembentukan hukum

perjanjian. Oleh sebab itu penulis disini akan mencoba memaparkan mengenai

sejarah dari Legal opinion itu sendiri beserta perannya dalam pembentukan

hukum perjanjian.

B. RUMUSAN MASALAH

Menurut soerjono soekanto, masalah merupakan suatu proses yang

mengalami halangan didalam mencapai tujuannya. Biasanya halangan tersebut

hendak diatasi dan inilah yang hendak diatasi dan inilah yang antara lain menjadi

tujuan suatu penelitian. Sehingga akan sangat baik jika sebelum menentukan

penelitian ditentukan terlebih dahulu pokok-pokok permasalahannya agar didapat

suatu hasil penelitian yang memuaskan.2

Berdasarkan pemaparan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah sejarah dan perkembangan dari Legal Opinion?

1
Achmad Ali, Resep Hukum: Sebuah Bunga Serampai, (Jakarta:Kencana,2015), hlm 150
2
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitan Hukum, (Jakarta:UI-Press,2006), hlm 106

3
2. Bagaimana peran Legal Opinion dalam pembentukan hukum perjanjian?

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH

Dari permasalahan diatas maka secara keseluruhan tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan dari Legal Opinion

2. Untuk mengetahui dan mengkaji peran Legal Opinion dalam pembentukan

hukum perjanjian.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LEGAL OPINION

1. Pengertian Legal Opinion

Legal Opinion adalah dokumen yang dipersiapkan oleh seorang konsultan

hukum untuk kliennya, yang berisi pemahamannya dari sudut hukum yang

berlaku terhadap suatu fakta yang disampaikan kepadanya untuk itu.3

Menurut Henry Campbell Black dalam Edisi Ketujuh Black’s Law

Dictionary (1999:1120), legal opinion diartikan sebagai :

“A written document in which an attorney provides his or her understanding


of the law as applied to assumed facts. The attorney may be a private attorney
or attorney representing the state or other governmental antity”. A party may
entitled to rely on a legal opinion, depending on factors such as the identity of
the parties to whom the opinion was addressed and the law governing these
opinion. (Sekumpulan dokumen tertulis yang dijadikan padanan aplikasi bagi
para pengacara atau pengertian pendapat hukum yang berkaitan dengan
berbagai masalah hukum dari para pihak terkait sesuai dengan fakta-faktanya.
Seorang pengacara bisa saja secara pribadi mewakili berbagai aspek peraturan
institusi hukum yang mengatur tentang hal itu. Salah satu pihak berhak untuk
meyakinkan pendapat hukum, tergantung dari faktor-faktor identitas para
pihak terkait yang dibuat oleh seorang pengacara melalui pendapat hukum dan
undang-undang yang mengaturnya).
Pengertian diatas memberikan penjelasan bahwa objek dari suatu legal

opinion itu timbul dari adanya suatu fenomena atau polemik yang sangat

dilematis yang disebabkan dari implikasi hukum itu sendiri, serta mempunyai

3
Zen Umar Purba, Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Keterbukaan Melalui Pendapat Hukum, dimuat
dalam Jurnal Hukum dan Pembangunan, April 1990, hlm 115

5
akses yang sangat luas di dalam masyarakat, sehingga diperlukan suatu

bentuk penjabaran yang konkret, aktual, dan faktual, untuk mengeliminasi

topik persoalan yang menjadi pergunjingan tersebut di dalam masyarakat.4

2. Fungsi Legal Opinion

Legal Opinion adalah penulisan hukum yang dibuat Kantor Hukum (Law

Office) untuk kepentingan kliennya. Legal Opinion biasanya digunakan untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan klien tentang suatu permasalahan hukum

tertentu. Legal Opinion ini memang dimaksudkan untuk memberikan

keterangan kepada klien yang ingin mengetahui segala hal yang berkenaan

dengan permasalahan yang dihadapinya, maka isinya juga harus dapat

memenuhi harapan si klien tersebut.5

Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi dari Legal

Opinion adalah untuk memberikan pendapat hukum atas suatu persoalaan

hukum agar didapat suatu keputusan atau tindakan yang tepat atas persoalan

hukum tersebut.

4
Hamzah Halim, Cara Praktis Memahami dan Menyusun Legal Audit & Legal Opinion,
(Jakarta:Kencana, 2015), hlm 201-202
5
Paulus Hadisuprapto, Pendapat Hukum (Legal Opinion), hlm 3-4
Makalah disajikan sebagai Materi Kuliah “Legal Opinion” pada Pendidikan Khusus Profesi Advokat,
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, 11 Maret 2007

6
3. Langkah Penyusunan Legal Opinion

Pada dasarnya Legal Opinion merupakan bagian dari Legal Memoranda

bersama dengan nasehat hukum (Legal Advice) dan pemecahan masalah

hukum (Problem solving). Oleh karena itu format penyusunannya sama

dengan Legal Memoranda.6

Dalam langkah-langkah penyusunannya, terdapat lima aturan dasar (five

golden rules) yang harus diikuti, yang terdiri dari :7

1. Issues atau Pokok Permasalahan

2. Facts atau Fakta-Fakta

3. Rules atau Aturan Hukum yang dapat atau mungkin dapat diterapkan

dalam kasus tersebut.

4. Application atau Penerapan Hukum

5. Conclusion atau Kesimpulan.

6
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Buku Panduan Penulisan Hukum (Skripsi), (Semarang,
2016), hlm 1
7
Yuliati, Teknik Penyusunan Legal Memorandum, Makalah disampaikan dalam Acara Pelatihan
Penyusunan Legal Opinion oleh Labolatorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 27-28
Oktober 2004

7
B. SUMBER-SUMBER HUKUM

1. Pengertian Sumber Hukum

Sumber hukum dalam pengertiannya adalah asalnya hukum ialah berupa

keputusan penguasa yang berwenang untuk memberikan keputusan tersebut

Artinya, keputusan itu haruslah dari penguasa yang berwenang untuk itu.

Sumber hukum dalam arti sebagai asalnya hukum, membawa kepada suatu

penyelidikan tentang wewenang, untuk menyelidiki apakah suatu keputusan

berasal dari penguasa yang berwenang atau tidak.8

Secara garis besar, sumber hukum dapat dibedakan menjadi sumber

hukum tertulis dan sumber hukum tidak tertulis. Selain itu sumber hukum

dapat ditinjau dari dua segi, yaitu secara formil dan material.

Sumber hukum formal adalah sumber hukum yang memiliki bentuk atau

forma tersendiri yang berlaku secara umum dan telah diketahui atau berlaku

umum. Adapun yang menjadi sumber hukum formal adalah undang-undang,

kebiasaan/ adat-istiadat/ tradisi, traktat/ perjanjian antar negara, yurisprudensi,

dan doktrin.

Sumber hukum material adalah sumber-sumber yang melahirkan isi

(materi) suatu hukum sendiri, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Biasanya yang menjadi sumber-sumber hukum materil adalah aneka gejala

8
Theresia Ngutra, Hukum dan Sumber-Sumber Hukum, dimuat dalam Jurnal Supremasi Vol. XI No. 2,
Oktober 2016, hlm 194

8
yang ada dalam kehidupan masyarakat, baik yang telah menjelma menjadi

peristiwa maupun yang belum menjelma menjadi peristiwa.9

2. Kedudukan Legal Opinion dalam Sumber Hukum

Legal Opinion memliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan

hukum. Kedudukan Legal Opinion sendiri dalam sumber-sumber hukum ada

pada Doktrin.

Doktrin adalah pendapat ahli-ahli hukum yang ternama, yang mempunyai

pengaruh dalam pengambilan putusan pengadilan. Dalam pertimbangan hukum

putusan mengadilan, seringkali hakim menjadikan pendapat ahli-ahli yang

terkenal sebagai alasan putusannya. Yaitu dengan mengutip pendapat-pendapat

para ahli hukum tersebut. Dengan demikian putusan pengadilan terasa lebih

berwibawa. Doktrin sebagai sumber hukum mempunyai pengaruh yang besar

dalam hubungan internasional. Bahkan dalam hukum internasional doktrin

(pendapat para sarjana hukum) merupakan sumber hukum yang sangat penting.

Biasanya hakim dalam memutuskan perkaranya di dasarkan kepada undang-

undang , perjanjian internasional, dan yurisprudensi. Apabila ternyata ketiga

sumber tersebut tidak dapat memberi semua jawaban mengenai hukumnya, maka

hukumnya dicari para pendapat para serjana hukum atau ilmu hukum. Ilmu

hukum adalah sumber hukum tetapi bukan hukum seperti undang-undang karena

tidak mempunyai kekuatan mengikat. Meskipun tidak mempunyai kekuatan

9
Pengertian Sumber Hukum dan Macam-Macam Sumber Hukum, diakses dari
http://www.ensikloblogia.com/2016/08/pengertian-sumber-hukum-dan-macam-macam.html pada
tanggal 14 Januari 2018 pukul 22.30

9
mengikat hukum, tetapi ilmu hukum itu cukup berwibawa karena dapat dukungan

para sarjana hukum.10

C. HUKUM PERJANJIAN

1. Pengertian Hukum

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah hukum berarti : “peraturan

atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh

penguasa atau pemerintah.11

Sedangkan menurut Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, S.H hukum adalah norma

yang mengajak masyarakat untuk mencapai cita-cita serta keadaan tertentu,

tetapi tanpa mengabaikan dunia kenyataan dan oleh karenanya ia digolongkan

kedalam norma kultur.12

Dengan demikian hukum dapat diartikan sebagai seperangkat aturan yang

dibuat oleh pihak penguasa untuk tujuan tertentu, bersifat mengikat dan

memiliki sanksi bagi yang melanggarnya.

2. Pengertian Perjanjian

Dalam KUHPerdata dalam Pasal 1313 perjanjian atau persetujuan

didefinisikan sebagai berikut :

10
Theresia Ngutra, Op.cit, hlm 208
11
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses dari https://kbbi.web.id/hukum pada tanggal 9
Januari 2018 pukul 15:26
12
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum Cetakan ke-6, (Bandung:Citra Aditya Bakti, 2006), hlm 27

10
“Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

lebihmengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud

perjanjian adalah persetujuan (tertulis atau dengan lisan) yang dibuat oleh dua

pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan menaati apa yang tersebut

dalam persetujuan itu.13

3. Pengertian Hukum Perjanjian

Salah satu bentuk hukum yang berperan nyata dan penting bagi kehidupan

masyarakat adalah hukum perjanjian. Hukum perjanjian merupakan hukum

yang terbentuk akibat adanya suatu pihak yang mengikatkan dirinya kepada

pihak lain. Atau dapat pula dikatakan hukum perjanjian adalah suatu hukum

yang terbentuk akibat seseorang yang berjanji kepada orang lain untuk

melakukan atau melaksanakan suatu prestasi. Adapun perjanjian itu sendiri

merupakan suatu Undang-undang bagi mereka yang membuatnya, dalam

artian para pihak telah terikat sehingga harus tunduk serta wajib bertindak dan

bersikap sesuai dengan perjanjian tersebut.14

13
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses dari https://kbbi.web.id/janji pada tanggal 9 Januari
2018 pukul 15:47
14
Hartana, Hukum Perjanjian (Dalam Perspektif Perjanjian Karya Pengusaha Pertambangan
Batubara), dimuat dalam Jurnal Komunikasi Hukum, Vol. 2 No.2, Agustus 2016, hlm 149

11
Dalam membuat suatu perjanjian, terdapat syarat sahnya perjanjian yang

harus dipenuhi agar berlakunya perjanjian tanpa cela. Syarat tersebut tertuang

dalam Pasal 1320 KUHPerdata seabagi berikut:15

Untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

3. Suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal

Selain itu dalam hukum perjanjian dikenal menganut 3 asas hukum,

yaitu:16

1. Asas Hukum Terbuka

Hukum perjanjian memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk

mengadakan perjanjian yang berisi apa saja sepanjang tidak melanggar

ketertiban umum dan kesusilaan.

2. Asas Konsensualitas

Asas ini menyatakan bahwa perjanjian sudah terjadi dan bersifat

mengikat sejak tercapai kesepakatan.

3. Asas Hukum Pelengkap

15
Achmad Busro, Hukum Perikatan Berdasar Buku III KUHPerdata Cetakan ke-2,
(Yogyakarta:Percetakan Pohon Cahaya, 2017), hlm 80
16
Hartana , Op.cit, hlm 150

12
Beberapa pasal dalam Hukum Perjanjian dikatakan sebagai hukum

pelengkap, karena pasal-pasal ini melengkapi perjanjian-perjanjian

yang dibuat secara tidak lengkap.

13
BAB III

PEMBAHASAN

A. Sejarah Legal Opinion

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa Legal Opinion atau

Pendapat Hukum ini adalah sekumpulan dokumen tertulis yang dijadikan

padanan aplikasi bagi para pengacara atau pengertian pendapat hukum yang

berkaitan dengan berbagai masalah hukum dari para pihak terkait sesuai

dengan fakta-faktanya. Istilah Legal Opinion dalam bahasa latin disebut Ius

Opinio, dimana Ius berarti Hukum dan Opinio berarti pandangan atau

pendapat.

Legal Opinion adalah istilah yang dikenal dalam sistem hukum Common

Law (Anglo Saxon), sedangkan dalam sistem hukum Civil Law (Eropa

Continental) dikenal sebagai Legal Critics yang dipelopori oleh aliran kritikus

hukum. 17

Legal Opinion mulai dikenal dalam praktek hukum penasehat hukum di

Indonesia yang terlibat dalam transaksi komersial internasional dan

berhadapan dengan penasehat hukum asing. Penasehat hukum asing ini

mensyaratkan sebagai persyaratan awal (a condition precedent) dari

17
Hamzah Halim, Op.cit, hlm 203

14
berlakunya perjanjian Legal Opinion harus dipersiapkan dan dikeluarkan oleh

penasehat hukum Indonesia bagi berlakunya suatu perjanjian.18

Seorang penasehat hukum tidaklah boleh gegabah dalam memberikan

Legal Opinionnya, apalagi bila berkaitan dengan dimensi Internasional. Agar

seorang penasehat hukum dapat memberikan Legal Opinion yang baik, maka

ia haruslah mengerti dan memahi mengenai masalah hukum yang ada dan

mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Praktek keharusan membuat dan menyampaikan pada yang

berkepentingan pada mulanya merupakan praktek hukum di Amerika Serikat

dalam bermacam macam transaksi komersial seperti peleburan dan

penggabungan perjanjian pinjaman uang dari bank dan penjualan surat surat

berharga. Para Penasehat Hukum Amerika begitu juga dengan klien klien

mereka bahwa selain dari akta jual beli tanah (conveyancing instruments),

perangkat Pendapat Hukum adalah dokumen hukum yang sangat

pentingdikeluarkan sebagai persyaratan bagi berlakunya suatu perjanjian.

Dapat dimengerti kalau Penasehat Hukum dari Negara lain diluar Amerika

Serikat, pada awalnya enggan mengeluarkan Pendapat Hukum, karena praktek

maupun kebudayaan hukumnya berbeda dari hukum Amerika Serikat.19

Termasuk didalamnya adalah Indonesia yang kebudayaannya bertentangan

18
D Didik Suraputra, Pendapat Hukum Dalam Transaksi Komersial, dimuat dalam Jurnal Hukum dan
Pembangunan, Tahun ke-35 No.2, April-Juni 2005, hlm 143
19
Ibid, hlm 144

15
dengan Amerika Serikat tentunya tidak serta merta mengikuti kebudayaan

yang berasal dari Amerika Serikat itu sendiri.

Menurut pendapat Penasehat Hukum Perancis: “It is inconsistent with the

dignity of our profession and contrary to our ethics to render a legalopinion”.

Sebagian besar dari praktek Penasehat Hukum Perancis, tidak menaruh

perhatian dan tidak merasakan ada kegunaannya untuk mengeluarkan

Penadapat Hukum bagi masalah hukum domestik. Hanya sebagian kecil saja

dari Penasehat Hukum Perancis yang terlibat dalam transaksi komersial


20
transnasional dan mengeluarkan pendapat hukum. Artinya di Perancis pun

sama sekali tidak menyambut baik tentang kebudayaan membuat Legal

Opinion karena sebagian besar penasehat hukum di Perancis merasa Legal

Opinion tidak diperlukan dalam permasalahan hukum.

Pada mulanya Penasehat Hukum Inggris yang terlibat dalam transaksi

internasional pinjaman uang dari bank Amerika juga berkeberatan

mengeluarkan Legal Opinion berdasarkan dua alasan. Pertama-tama,

memberikan pendapat hukum pada kliennya sendiri mengenai keabsahan

dokumen-dokumen yang dipersiapkan untuk transaksi, tidak lain hanya

menyimpulkan kembali hasil kerja, yang seharusnya dilakukan dalam rangka

hubungan kerja antara klien dan Penasehat Hukumnya. Dalam keadaan

tersebut maka sebenarnya pengeluaran Pendapat Hukum adalah tidak perlu

dan tidak memberikan tambahan keuntungan maupun kemungkinan

20
Ibid

16
dikemudian hari menderita kerugian. Kedua memberi Penadapat Hukum pada

pihak lain bukan klien, maka para Penasehat Hukum akan dihadapkan pada

benturan kepentingan dimana Penasehat Hukum harus memberikan informasi

yang konfidensial pada pihak lain yang seharusnya tidak diberikan. Dalam

konteks tersebut maka penyampaian Pendapat Hukum adalah tidak sehat dan

juga membawa kemungkinan tambahan kerugian yang potensial. Keberatan

pertama telah ditinggalkan, karena dari pihak Bank tetap menghendaki

dikeluarkannya Pendapat Hukum sebagai syarat utama dilaksanakanya pada

perjanjian pinjaman uang. Keberatan kedua dapat diatasi dengan izin resmi

dari klien pada Penasehat Hukumnya agar semua informasi yang diperlukan

disampaikan pada pihak-pihak yang berkepentingan.21 Kemudian praktek

mengeluarkan Pendapat Hukum pun yang tadinya merupakan praktek

transaksi komersial domestik Amerika Serikat, menyebar ke sebagian besar

negara-negara lain, tanpa harus ada keterlibatan Penasehat Hukum Amerika

Serikat lagi.

Hal yang terjadi pada para panasehat hukum di Inggris ini pada dasarnya

sama seperti yang dialami oleh para penasehat hukum di Indonesia. Karena

berdasarkan Kode Etik Advokat Pasal 4 huruf h dinyatakan bahwa “Advokat

wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan oleh klien

secara kepercayaan dan wajib tetap menjaga rahsia itu setelah berakhirnya

hubungan antara Advokat dengan klien itu”. Ketentuan ini juga berkaitan

21
Ibid, hlm 144-145

17
dengan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat

mengenai kewajiban seorang Advokat.22

Pasal 19

(1) Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau


diperoleh dari kliennya karena hubungan profesinya, kecuali
ditentukan lain oleh Undang-undang.
(2) Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien,
termasuk perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap
penyitaan atau pemeriksaan dan perlindungan terhadap penyadapan
atas komunikasi elektronik Advokat.

Selain itu dalam pelaksanaanya, terdapat prinsip-prinsip yang harus

diperhatikan dalam menyusun Legal Opinion, biasanya advokat berpegang

pada prinsip-prinsip sebagai berikut:23

a. Legal Opinion dibuat dengan mendasarkan pada hukum Indonesia

Advokat yang berpraktek dalam wilayah Republik Indonesia

dimana hukum yang dikuasai adalah hukum Indonesia, tidak

berkompeten untuk menyampaikan pendapat hukum yang

didasarkan pada hukum selain hukum Indonesia.

b. Legal Opinion disampaikan secara lugas, jelas dan tegas dengan

tata bahasa yang benar dan sistematis

22
Maharani Roya Ananta, Implementasi Kewajiban Advokat Dalam Menjaga Rahasia Klien, Jurnal
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang Tahun 2014, hlm 4
23
Dexdei Law Office, Membuat Legal Opinion, diakses dari
http://dexdeilawoffice.blogspot.co.id/p/surat-kuasa_24.html pada tanggal 9 Januari 2018 pukul
18:35

18
Legal Opinion disampaikan secara lugas, jelas dan tegas, artinya

legal opinion tersebut harus mudah dipahami oleh klien atau bagi

pihak yang membacanya. Karena disampaikan dengan bahasa yang

baik dan sistematis serta tegas maka Legal Opinion tersebut tidak

menimbulkan tafsiran berganda (bias) dan diharapkan melalui

Legal Opinion tersebut terciptalah suatu kepastian hukum.

c. Legal Opinion tidak memberikan jaminan terjadinya suatu keadaan

Dalam Legal opinion, advokat tidak boleh memberikan jaminan

atau kepastian akan kondisi suatu penyelesaian persoalan dalam

praktek. Hal ini sesuai pula dengan ketentuan yang terdapat dalam

Pasal 4 butir c Kode Etik Advokat yang berbunyi: “Advokat tidak

dibenarkan menjamin kepada kliennya bahwa perkara yang

ditanganinya akan menang”. Dilihat dari isi Kode Etik Advokat

tersebut dapat disimpulkan bahwa advokat di dalam Legal

Opinionnya tidak dapat memberikan jaminan kepada klien bahwa

perkara yang ditanganinya akan menang.

d. Legal Opinion harus diberikan secara jujur dan lengkap

Jujur, artinya Legal Opinion harus disampaikan kepada klien

sebagaimana adanya, tidak dibuat-buat dan tidak semata-mata

memberikan pendapat hanya untuk mengakomodir keinginan

klien. Jika berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku keinginan

klien tidak dapat terpenuhi, maka hal tersebut harus dikemukakan

19
dengan jelas dalam Legal Opinion, tanpa ada yang ditutupi.

Penjelasan dalam Legal Opinion harus diberikan dengan

selengkapnya. Dalam Legal Opinion advokat tidak memberikan

pendapat yang mengharuskan klien untuk melakukan tindakan

tertentu. Legal Opinion hanya bersifat memberikan pendapat

mengenai tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan oleh klien

tetapi klien sendiri yang akan memutuskan apakah akan

melakukan tindakan tersebut atau tidak. Oleh karena itu Legal

Opinion harus memberikan penjelasan yang selengkapnya,

sehingga klien memiliki bahan pertimbangan yang cukup untuk

mengambil suatu keputusan.

e. Legal Opinion tidak mengikat bagi advokat dan bagi klien

Advokat bertanggung jawab atas isi dan juga bertanggung jawab

atas kebenaran dari Legal Opinion yang dibuatnya, tetapi advokat

tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban atas kerugian yang

timbul akibat klien mengambil tindakan berdasarkan Legal

Opinion tersebut. Legal Opinion yang dibuat oleh advokat yang

ditunjuk tersebut tidak mengikat klien atau pihak-pihak yang

meminta Legal Opinion untuk melaksanakan sebagian atau seluruh

isi dari Legal Opinion. Keputusan untuk mengambil atau tidak

mengambil tindakan berdasarkan Legal Opinion, sepenuhnya

20
tergantung dari klien yang bersangkutan dan menjadi tanggung

jawab dari pengambil keputusan.

B. Peran Legal Opinion Dalam Pembentukan Hukum Perjanjian

Seperti yang telah diketahui bahwa hukum perjanjian adalah bagian dari

hukum perdata (privat) yang mengacu pada KUHPerdata. Hukum ini

memusatkan perhatian pada kewajiban untuk melaksanakan kewajiban

sendiri. Dipandang sebagai hukum privat karena pelanggaran terhadap

kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam kontrak itu sendiri murni

menjadi urusan pihak-pihak yang berkontrak.

Pada awalnya hukum perjanjian di Indonesia ini sangat dipengarui oleh

hukum adat, yaitu aturan-aturan yang berkembang sesuai dengan adat-istiadat

dari masing-masing suku yang ada di Indonesia yang mengatur kehidupan

mereka sehari-hari. Salah satu ciri khas dari perjanjian berdasarkan hukum

adat ini yaitu perjanjian menjadi mengikat ketika obyek dari perjanjian itu

sudah diserahkan. Hal tersebut berbeda dengan hukum Eropa yang mengacu

pada KUHPerdata. Selain itu berdasarkan KUHperdata, sebagai konsekuensi

dari sistem terbuka, hukum memberikan kesempatan kepada semua orang

untuk bebas membuat perjanjian. 24

24
Samuel Hutabarat, Harmonisasi Hukum Kontrak Dan Dampaknya Pada Hukum Kontrak Indonesia,
hlm 118

21
Selanjutnya, teori hukum perjanjian tampak jelas terlihat pada abad

sembilan belas dengan teori hukum kontrak klasiknya, terbentuknya teori baru

ini merupakan reaksi dan kritik terhadap tradisi abad pertengahan mengenai

substantive justice. Abad ke-19 para sarjana hukum kontrak memiliki

kecenderungan untuk memperlakukan atau menempatkan pilihan individual

(individual choice) tidak hanya sebagai suatu elemen kontrak, tetapi seperti

yang dinyatakan ahli hukum Perancis adalah kontrak itu sendiri. Mereka

memiliki kecenderungan mengidentifikasi pilihan tersebut dengan kebebasan,

dan kebebasan menjadi tujuan tertinggi keberadaan individu.25

Dalam perkembangannya, penerapan kebebasan berkontrak mengalami

pembatasan-pembatasan, terutama terhadap akibat negatif yang ditimbulkan

yaitu ketidakadilan dalam berkontrak. Dengan otoritas yang dimilikinya,

Negara melalui peraturan perundang-undangan maupun oleh putusan

pengadilan memberi pembatasan terhadap penerapan asas kebebasan

berkontrak. Hukum kontrak berkembang menjadi lebih publik dengan

mengubah nuansa kepentingan privat menjadi kepentingan masyarakat. Dapat

dicermati menyusutnya elemen-elemen hukum privat dan sebaliknya

bertambahnya elemen-elemen hukum publik. Akibat nyata dari perkembangan

ini adalah berkurangnya kebebasan individu. Namun seperti juga dikatakan

oleh Friedman, kebebasan berkontrak masih dianggap aspek yang essensial

25
Ridwan Khairandy, Landasan Filosofis Kekuatan Mengikatnya Kontrak, dimuat dalam Jurnal Hukum,
No. Edisi Khusus Vol, 18 Oktober 2011, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta,
hlm 41

22
dari kebebasan individu, tetapi tidak lagi mempunyai nilai absolut seperti satu

abad lalu. 26

Dalam pembentukan hukum perjanjian ini Legal Opinion memiliki

kedudukan penting yaitu sebagai dasar pemikiran yang diungkapkan oleh para

sarjana dan ahli hukum dalam hal perkembangan hukum perjanjian. Pendapat

hukum atau Legal Opinion atau bila ditinjau dari sumber-sumber hukum

masuk kedalam Doktrin ini merupakan pendapat dari para pakar tersebut yang

dirangkum untuk dijadikan suatu acuan baru bagi perkembangan hukum

perjanjian. Sebagai contoh seperti pada abad sembilan belas dengan teori

hukum kontrak klasiknya sebagai reaksi dan kritik terhadap tradisi abad

pertengahan mengenai substantive justice, kritik yang dikemukakan oleh para

sarjana dan ahli hukum ini merupakan suatu pendapat hukum atau Legal

Opinion. Selanjutnya pendapat Friedman tentang kebebasan berkontrak masih

dianggap aspek yang essensial dari kebebasan individu. Pendapat ini

merupakan suatu Legal Opinion atas suatu permasalahan yang timbul karena

pergeseran aturan mengenai kebebasan berkontrak. Akan tetapi agar suatu

Legal Opinion ini mempunyai kekuatan hukum mengikat, pendapat hukum ini

harus memenuhi syarat tertentu yaitu pendapat hukum yang telah menjadi

putusan hakim.

26Fatmah Paparang,
Misbruik Van Omstandigheden Dalam Perkembangan Hukum Kontrak, dimuat dalam jurnal Hukum
Vol.22 No.6, Juli 2016, Fakultas Hukum Universitas Samratulangi, hlm 46-47

23
Dengan demikian Legal Opinion ini sangat berperan penting dalam

pembangunan hukum bukan hanya dalam aspek perjanjian melainkan dapat

lebih luas daripada itu. Legal Opinion bisa juga dijadikan suatu kritikan

terhadap suatu kebijakan yang tentunya dapat menjadi suatu masukan yang

positif demi mendorong perubahan kebijakan kearah yang lebih baik.

24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan yang telah dibahas pada bab sebelumnya,

maka hasil dari pembahasan dapat disimpulkan sebagi berikut:

1. Legal Opinion mulai dikenal dalam praktek hukum penasehat hukum di

Indonesia yang terlibat dalam transaksi komersial internasional dan

berhadapan dengan penasehat hukum asing. Praktek pembuatan Legal

Opinion berasal dari kebiasaan para penasehat hukum di Amerika Serikat

dalam bermacam macam transaksi komersial. Pendapat Hukum adalah

dokumen hukum yang sangat penting dikeluarkan sebagai persyaratan

bagi berlakunya suatu perjanjian. Akan tetapi karena terbentur dengan hal-

hal lain tidak serta merta Negara-negara lainpun ikut membuat Legal

Opinion dalam proses transaksinya, hal ini karena sebagian besar

penasehat hukum tidak diperlukan dalam permasalahan hukum. Baru

setelah para penasehat hukum Inggris menggunakannya Legal Opinion

pun mulai menyebar ke Negara-negara lain.

2. Legal Opinion memiliki kedudukan penting yaitu sebagai dasar pemikiran

yang diungkapkan oleh para sarjana dan ahli hukum dalam hal

perkembangan hukum perjanjian. Pendapat hukum atau Legal Opinion

25
dari para pakar tersebut dirangkum untuk dijadikan suatu acuan baru bagi

perkembangan hukum perjanjian. Dapat juga berupa kritikan terhadap

suatu kebijakan dengan maksud memberikan saran atau masukan. Agar

memiliki kekuatan hukum tetap, pendapat hukum ini harus termuat dalam

suatu putusan hakim.

B. Saran

Adanya peran aktif dari para civitas akademis, ahli beserta pakarnya yang

diharapkan dapat secara langsung merubah suatu kebijakan yang tentunya

diharapkan kearah yang lebih baik.

26
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Achmad Ali, Resep Hukum: Sebuah Bunga Serampai, (Jakarta:Kencana,2015)


Achmad Busro, Hukum Perikatan Berdasar Buku III KUHPerdata Cetakan ke-2,
(Yogyakarta:Percetakan Pohon Cahaya, 2017)
Hamzah Halim, Cara Praktis Memahami dan Menyusun Legal Audit & Legal
Opinion, (Jakarta:Kencana, 2015)
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum Cetakan ke-6, (Bandung:Citra Aditya Bakti, 2006)
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitan Hukum, (Jakarta:UI-Press,2006)

Jurnal dan Makalah

D Didik Suraputra, Pendapat Hukum Dalam Transaksi Komersial, Jurnal Hukum dan
Pembangunan, Tahun ke-35 No.2, April-Juni 2005
Fatmah Paparang, Misbruik Van Omstandigheden Dalam Perkembangan Hukum
Kontrak, Jurnal Hukum Vol.22 No.6, Juli 2016, Fakultas Hukum Universitas
Samratulangi

Hartana, Hukum Perjanjian (Dalam Perspektif Perjanjian Karya Pengusaha


Pertambangan Batubara), Jurnal Komunikasi Hukum, Vol. 2 No.2, Agustus 2016
Maharani Roya Ananta, Implementasi Kewajiban Advokat Dalam Menjaga Rahasia
Klien, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang Tahun 2014
Paulus Hadisuprapto, Pendapat Hukum (Legal Opinion), Makalah Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro, Semarang, 11 Maret 2007

Ridwan Khairandy, Landasan Filosofis Kekuatan Mengikatnya Kontrak, Jurnal


Hukum, No. Edisi Khusus Vol, 18 Oktober 2011, Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia (UII), Yogyakarta
Samuel Hutabarat, Harmonisasi Hukum Kontrak Dan Dampaknya Pada Hukum
Kontrak Indonesia

27
Theresia Ngutra, Hukum dan Sumber-Sumber Hukum, Jurnal Supremasi Vol. XI No.
2, Oktober 2016
Yuliati, Teknik Penyusunan Legal Memorandum, Makalah Pelatihan Penyusunan
Legal Opinion, Labolatorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 27-28
Oktober 2004
Zen Umar Purba, Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Keterbukaan Melalui Pendapat
Hukum, Jurnal Hukum dan Pembangunan, April 1990

Sumber Online

Dexdei Law Office, Membuat Legal Opinion, diakses dari


http://dexdeilawoffice.blogspot.co.id/p/surat-kuasa_24.html
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses dari https://kbbi.web.id/hukum
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses dari https://kbbi.web.id/janji
Pengertian Sumber Hukum dan Macam-Macam Sumber Hukum, diakses dari
http://www.ensikloblogia.com/2016/08/pengertian-sumber-hukum-dan-macam-
macam.html

Instrumen Hukum dan Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

28

Anda mungkin juga menyukai