Anda di halaman 1dari 11

1.

Teknik Sampling (RISKA)


Sampel adalah bagian dari populasi dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Penelitian dengan menggunakan
sampel yang representatif akan memberikan hasil yang mempunyai kemampuan untuk
digeneralisasi. Kriteria sampel yang representatif tergantung dari dua aspek yang saling
berkaitan, yaitu akurasi sampel dan ketelitian (presisi) sampel.

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel


yang akan digunakan dalam penelitian terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan. Jika sampling dilakukan dengan metode yang tepat, analisis statistik dari
suatu sampel dapat digunakan untuk menggeneralisasikan keseluruhan populasi. Metode
sampling banyak menggunakan teori probabilitas dan teori statistika. Adapun tahapan
sampling ini adalah Mendefinisikan populasi hendak diamati, menentukan kerangka
sampel, yakni kumpulan semua item atau peristiwa yang mungkin, menentukan metode
sampling yang tepat, melakukan pengambilan sampel (pengumpulan data), melakukan
pengecekan ulang proses sampling. Teknik sampling pada sarnya dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Non Probability Sampling.
1.1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama untuk seluruh anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Ada empat macam teknik pengambilan sampel yang termasuk dalam teknik
pengambilan sampel dengan probabilitas sampling. Keempat teknik tersebut, yaitu :

1.1.1. Simple Random Sampling


Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel dilakukan
secara acak tanpa memperhatiakn strata yang ada dalam populasi. Pada teknik
acak ini, secara teoretis, semua anggota dalam populasi mempunyai
probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Untuk
mendapat responden yang hendak dijadikan sampel, satu hal penting yang
harus diketahui oleh para peneliti adalah bahwa perlunya bagi peneliti untuk
mengetahui jumlah responden yang ada dalam populasi.

1
Teknik memilih secara acak dapat dilakukan baik dengan manual atau
tradisional maupun dengan menggunakan tabel random.
a) Cara Tradisional
Teknik acak ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut :
1. Tentukan jumlah populasi yang dapat ditemui
2. Daftar semua anggota dalam populasi, masukkan dalam kotak yang
telah diberi lubang penarikan
3. Kocok kotak tersebut dan keluarkan lewat lubang pengeluaran yang
telah dibuat
4. Nomor anggota yang keluar adalah mereka yang ditunjuk sebagai
sampel penelitian, lakukan terus sampai jumlah yang diinginkan dapat
dicapai.
b) Menggunakan Tabel Acak
Pada cara kedua ini, proses pemilihan subjek dilakukan dengan
menggunakan tabel yang dihasilkan oleh computer. Tabel tersebut
umumnya terdiri dari kolom dan angka lima digit yang telah secara acak
dihasilkan oleh komputer. Dengan menggunakan tabel tersebut, angka-
angka yang ada digunakan untuk memilih sampel dengan langkah sebagai
berikut:
1. Identifikasi jumlah total populasi
2. Tentukan jumlah sampel yang diinginkan.
3. Daftar semua anggota yang masuk sebagai populasi.
4. Berikan semua anggota dengan nomor kode yang diminta, misalnya:
00-99 untuk jumlah populasi 100 orang.
5. Pilih secara acak (misalnya tutup mata) dengan menggunakan
penunjuk pada angka yang ada dalam tabel.
6. Pada angka-angka yang terpilih, lihat hanya angka digit yang tepat
yang dipilih. Jika populasi mempunyai anggota 90 maka hanya
diperlukan dua digit dari akhir saja.
7. Gerakan penunjuk dalam kolom atau angka lain, ulangi langkah
tersebut sampai jumlah sampel yang diinginkan tercapai.
8. Ketika jumlah sampel yang diinginkan telah tercapai maka langkah
selanjutnya adalah membagi dalam kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan sesuai dengan bentuk desain penelitian.
Teknik ini dapat digambarkan sebagai berikut :

2
Dalam hal ini, yang terpenting adalah prinsip bahwa seluruh elemen
memperoleh kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Beberapa
kelebihan dan kelemahan dari pemilihan random sederhana adalah sebagai
berikut:
Kelebihan :
1) Prosedur pemilihan sampel sangat mudah
2) Unit pemilihan sampel hanya satu macam
3) Kesalahan klasifikasi dapat dihindarkan
4) Cukup dengan gambaran garis besar dari populasi
5) Merupakan desain sampel yang paling sederhana dan mudah
Kelemahan :
1) Gambaran umum populasi yang mungkin sudah diketahui peneliti tidak
dipergunakan seluruhnya
2) Dengan menggunakan jumlah sampel yang sama, tingkat ketelitian dan
kecermatan penelitian menjadi lebih rendah daripada pemilihan random
stratifikasi.

1.1.2. Proportionate Stratified Random Sampling


Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang
tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Misalnya suatu organisasi
yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan atau yang berstrata
atau bidang kerja yang berbeda. Keadaan populasi yang demikian akan tidak
tepat dan tidak terwakili jika digunakan teknik acak. Karena hasilnya mungkin
satu kelompok terlalu banyak yang terpilih sebagai sampel, sebaliknya
kelompok lain tidak terwakili karena tidak muncul dalam proses pemilihan.
Teknik stratifikasi juga mempunyai langkah-langkah untuk menentukan
sampel yang diinginkan. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat seperti
berikut :
3
1. Identifikasi jumlah total populasi.
2. Tentukan jumlah sampel yang diinginkan.
3. Daftar semua anggota yang termasuk sebagai populasi.
4. Pisahkan anggota populasi sesuai dengan karakteristik lapisan yang
dimiliki.
5. Pilih sampel dengan menggunakan prinsip acak seperti yang telah
dilakukan dalam teknik random di atas.
6. Lakukan langkah pemilihan pada setiap lapisan yang ada sampai jumlah
sampel dapat dicapai.

Teknik Proportionate Stratified Random Sampling dapat digambarkan sebagai


berikut.

Kelebihan dari pemilihan sampel random stratifikasi adalah dengan


digunakannya jumlah sampel yang proporsional dengan jumlah populasi pada
masing-masing strata, sampel secara keseluruhan akan mampu mewakili
populasi yang ada dengan baik. Selain itu, pengelompokkan sampel pada suatu
strata tertentu yang tidak mencerminkan populasi dapat dihindarkan dan
disamping itu karena data dari masing-masing strata dapat diperoleh, peneliti
dapat menyusun perbandingan dari masing-masing strata. Kelemahannya
adalah diperlukan informasi yang cukup banyak sehingga peneliti dapat
menentukan proporsi yang benar untuk masing-masing strata jika diinginkan
terjadinya bisa dalam penentuan jumlah sampel masing-masing strata.
Seandainya data tentang proporsi tidak diperoleh, penentuan proporsi ini akan
memerlukan biaya yang cukup besar disamping terdapatnya kesalahan
proporsi yang disusun (Kuncoro, 2009: 132).

1.1.3. Disproportionate Stratified Random Sampling


Teknik ini digunkan untuk menetukan jumlah sampel, bila populasi
berstrata namun kurang proporsional. Misalnya, populasi karyawan PT Bestari
Utama berjumlah 100 orang yang berstrata berdasarkan bidang kompetensi,
yaitu :
Akuntansi : 45
4
Pemasaran : 44
Perpajakan :6
Audit :5
Jumlah karyawan yang memiliki kompetensi perpajakan dan audit ini sangat
tidak seimbang (terlalu kecil dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga
dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan sebagai sampel.

Dalam pemilihan sampel random stratifikasi nonproporsional,


banyaknya sampel tidak proporsional dengan jumlah elemen setiap unit
pemilihan sampel karena beberaapa pertimbangan khusus. Ada dua macam
pemilihan random stratifikasi nonproporsioanal, yaitu alokasi optimal an
sampel tak sepadan. Dalam alokasi optimal, jumlah sampel yang tidak
proporsional disebabkan oleh perbedaan homogenitas elemen pada setiap unti
pemilihan sampel. Sebagaimana diketahui perbedaan homogenitas elemen
akan mempengaruhi jumlah sampel yang layak untuk unit pemilihan sampel
dengan jumlah elemen yang sama namun tingkat homogenitasnya lebih
rendah. Sampel tak sepadan merupakan jumlah sampel yang tidak
proporsional dengan jumlah elemen setiap unit pemilihan sampel karena
adanya berbagai macam syarat yang berhubungan dengan analisis data
(Kuncoro, 2009: 134).

1.1.4. Cluster Sampling (Area Sampling) (WAWIK)


Teknik sampel daerah digunakan untuk menetukan sampel bila obyek
yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal jumlah industri sejenis
dalam suatu negara atau karyawan perusahaan yang tersebar di sejumlah
provinsi. Untuk menentukan mana yang dijadikan sampelnya, maka wilayah
populasi terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan menentukan jumlah
sample yang digunakan pada masing-masing daerah tersebut dengan
menggunakan teknik proportionate stratified random sampling mengingat
jumlahnya yang bisa saja berbeda. Misalnya, di Indonesia terdapat 30 propinsi
dan sampelnya akan menggunakan 15 propinsi, maka pengambilan 15 propinsi
itu dilakukan secara random. Propinsi di Indonesia ada yang penduduknya
padat, ada yang tidak; ada yang mempunyai hutan banyak ada yang tidak, ada
yang kaya bahan tambang ada yang tidak. Karakteristik semacam ini perlu

5
diperhatikan sehingga pengambilan sample menurut strata populasi itu dapat
ditetapkan.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu
tahap pertama menentukan sample daerah, dan tahap berikutnya menentukan
orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga. Alasan yang
mendorong digunakannya sampel kluster adalah adanya kebtuhan efisiensi
ekonomis yang tidak bisa diperoleh penelitki jika menggunakan sampel
random sederhana dan tidak tersedianya kerangka sampel untuk elemen
tertentu. Kelemahan sebagian besar sampel kluster adalah efisiensi statistik
yang lebih rendah dibandingkan dengan sampel random sederhana karena
kluster biasanya homogen.
Teknik ini dapat digambarkan sebagai berikut.

1.2. Non Probability Sampling


Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:
a. Tidak mungkinnya diperoleh daftar yang lengkap dari populasi
b. Adanya kondisi yang tidak memungkinkan peneliti memiliih anggota
populasinya dengan cara memberikan kesempatan yang sama.
Pada sampel nonprobabilitas umumnya peneliti tidak bisa membuat generalisasi
yang lebih luas. Dengan kata lain, hasil analisisnya berlaku hanya untuk anggota
populasi yang diteliti. Pada sampel nonprobabilitas yang domain berperan adalah
kemampuan atau pengetahuan peneliti terhadap populasi penelitiannya. Semakin
baik pengetahuan peneliti tentang populasi, semakin baik pula tingkat prediksinya
terhadap aspek keterwakilan dari anggota populasinya (Rahyuda,2004; 51)

6
Teknik sampel ini meliputi ; sampling sistematis, kuota, purposive, jenuh, dan
snowball.
SAMPEL
1.2.1. Sampling Sistematis 3 24
6 27
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan 9 30
sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang 12 33 telah
15 36
diberi nomor urut, dimana anggota pertama saja dari
18 39
sampel yang diambil secara random; sedangkan 21
anggota-anggota selanjutnya dipilih secara sistematis menurut pola tertentu.
Penarikan sampel sistematis dilakukan melalui tiga tahap:
a. Mengecek keadaan daftar populasi, harus dalam keadaan acak
b. Menetapkan jarak interval yang akan digunakan atau menetapkan angka
kelipatan (k)
c. Tentukan secara acak nomor mulai pengambilan sampel.
Contoh dari sampling sistematis ini misalnya anggota populasi yang
terdiri dari 40 orang, dari semua anggota populasi itu diberi nomor urut yaitu
nomor 1 sampai dengan nomor 40. Pengambilan sampel dapat dilakukan
dengan mengambil nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan
tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan 3. Untuk itu maka yang diambil
sebagai sampel adalah nomor urut 3, 6, 9, 12, 15 dan seterusnya.

Adapun beberapa kelebihan dan kelemahan dari pemilihan sampel


sistematis adalah sebagai berikut (Kuncoro,2009:131):
Kelebihan : Diambil secara
1. sistematis
Apabila nomor urut elemen disusun berdasarkan kriteria tertentu
(misalnya besarnya indeks prestasi mahasiswa, besarnya penjualan
tahunan untuj pedagang atau perusahaan), elemn yang terpilih menjadi
sampel secara otomatis sudah mewakili setiap suara yang ada dalam
populasi;
2. Prosedur pemilihan sampel sangat mudah;
3. Unit pemilihan sampel hanya satu macam;
4. Kesalahan klasifikasi dapat dihindarkan.

7
Kelemahan desain pemilihan sistematis adalah apabila nomor urut
elemen berdasarkan lokasi atau variable lain yang tidak ada hubungannnya
dengan kriteria stratifikasi penelitian, dengan sampel yang sama akan
mempunyai tingkat akurasi yang lebih rendah dari pada sampel random
stratifikasi.

1.2.2. Sampling Kuota

Sampling kuota adalah teknik untuk menetukan sampel dari populasi


yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan
terpenuhi. Menurut Rahyuda (2004;52), penarikan sampel jatah (kuota) ini
dilakukan bila peneliti tidak dapat mengetahui jumlah yang rinci dari tiap
strata populasinya. Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel
dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan. Cara penarikan sampel kuota, peneliti membagi populasi menjadi
beberapa sub populasi atau strata kemudian menetapkan jatah untuk masing-
masing strata yang kurang lebih isinya seimbang. Hal penting dalam kuota
sampling adalah teknik ini digunakan peneliti ketika peneliti tidak dapat
mengetahui jumlah rinci dari tiap strata populasinya kemudian dalam
penarikan sampel harus sesuai dengan kuota yang telah ditentukan dan apabila
ada subgroup dalam populasi metode ini akan memastikan bahwa setiap grup
sudah diwakilkan sesuai kuota yang telah ditentukan.
Teknik sampling ini memiliki sifat yang tidak jauh berbeda dengan
purposive sampling, yaitu lebih mementingkan tujuan penelitian dalam
menentukan sampling penelitian. Sampel penelitian adalah unit populasi yang
telah ditentukan lebih dulu, sehingga kuota sampling digunakan hanya untuk
menentukan unit populasi yang akan dijadikan sampel penelitian. Penentuan
siapa yang akan dijadikan sampel pada penelitian ini dapat menggunakan
teknik sampel kebetulan (accidental) atau sengaja (purposive)
Hal yang perlu digaris bawahi disini adalah semua unit populasi yang
telah ditentukan sebagai sampel penelitian, haruslah diinterview atau diberikan
kuisioner, dengan kata lain semua unit populasi yang termasuk dalam kuota
haruslah dijadikan responden dalam penellitian tersebut.

Contoh dari Sampling Kuota, misalnya jika akan melakukan penelitian


tentang perilaku karyawan dalam penerapan Good Corporate Governance,

8
jumlah sampel yang ditentukan 500 orang, jika pengumpulan data belum
memenuhi kuota 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai.
Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5 orang
pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus dapat menghubungi
100 orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat mencari data dari
500 anggota sampel.

1.2.3. Sampling Insidental (GUNTUR)


Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau secara insidental
bertemu dengan peneliti dan dipandang cocok dengan objek yang diteliti dan
cocok sebagai sumber data, maka dapat digunakan sebagai sampel.
Misalnya penelitian tentang kepuasan pelanggan pada pelayanan Mall
Lais dalam rangka kriteria penilaian Balanced Scorecard. Sampel ditentukan
berdasarkan ciri-ciri usia di atas 15 tahun dan baru pernah ke Mall Lais
tersebut, maka siapa saja yang kebetulan bertemu di depan Mall Lais dengan
peneliti (yang berusia di atas 15 tahun) akan dijadikan sampel.
1.2.4. Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Teknik sampling ini digunakan pada penelitian-
penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi
dalam menentukan sampel penelitian. Walaupun demikian, untuk
menggunakan teknik ini peneliti seharusnya orang yang pakar terhadap
karakteristik populasi. Berdasarkan pengetahuan yang jeli terhadap populasi,
maka unit-unit populasi yang dianggap kunci, diambil sebagai sampel
penelitian. Menurut Sugiono (2013;122), sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini paling cocok
digunakan untuk penelitian kualitatif yang tidak melakukan generalisasi.
Misalnya, peneliti ingin meneliti kualitas laporan audit berdasarkan fee yang
diberikan. Maka sampel ditentukan adalah para auditor berpangalaman,
memiliki jam terbang tinggi, dan reputasi baik. Teknik ini biasanya dilakukan
pada penelitian kualitatif atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan
generalisasi.

1.2.5. Sampling Jenuh


Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
9
populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel
jenuh adalah sensus, yaitu semua anggota populasi dijadikan sampel.

1.2.6. Snowball Sampling

Snowball sampling merupakan teknik penetuan sampel yang mula-mula


jumlahnya kecil kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding
yang lama-lama semakin besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama
dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa
lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang
dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua
orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin
banyak. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel Purposive
dan Snowball. Menurut Rahyuda (2004;52), dalam penarikan sampel bola
salju dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu:
1. Menentukan satu atau beberapa orang responden untuk diwawancarai.
Responden ini merupakan titik awal penarikan sampel.
2. Responden selanjutnya ditetapkan berdasarkan petunjuk dari responden
sebelumnya. Demikian seterusnya sampai jumlah responden dianggap telah
mencukupi.
Menurut Rahyuda (2004;52), teknik penarikan sampel bola salju banyak
digunakan para peneliti kualitatif dan juga peneliti kuantitatif, dimana
informasi tentang populasi sangat terbatas. Misalnya seorang peneliti akan
meneliti siapa provokator kerusuhan, maka akan cocok menggunakan
Purposive dan Snowball sampling.
Keuntungan metode ini adalah memungkinkan ditekannya ukuran
sampel dan biaya yang dikeluarkan dalam mengumpulkan data dapat
diminimalkan. Sedangkan, kelemahannya adalah bias, karena orang yang
direkomendasikan oleh responden yang terdahulu untuk diwawancarai
memiliki kemungkinan kemiripan jawaban. (Kuncoro, 2009; 141).

10
DAFTAR PUSTAKA

Donald R Cooper & C. W Emory. 1998. Business Research Methods (5th ed). USA : Richard
Irwin. Inc.
Fred N. Kerlinger, 2002. Azas-asas Penelitian Behavioral (edisi ketiga). Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Moh. Nazir, 1999. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia
Moleong, 2001. Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Belajar
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 1999. Metodologi Penelitian Bisnis : untuk
Akuntansi dan Manajemen (edisi pertama). Yogyakarta: BPFE
Rahyuda, I Ketut, dkk. 2004. Metodologi Penelitian. Universitas Udayana: Udayana Press

11

Anda mungkin juga menyukai