Anda di halaman 1dari 6

Nama : Richo Setiawan

NIM :20.86208.057
Kelas : V. A. PAI Khusus
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Nama Dosen : Drs. Dadang Nurdin, M. Pd. I
Tugas : Merangkum PPT

POPULASI SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING


MATERI BAHASAN:

1. PengertianPopulasi
2. Sampel
3. Tekhnik Sampling
4. JenisjenisTekhnik Sampling
-Ramdom Sampling
-Non Ramdom Sampling
5. PenetapanJumlahSampel
6. UkuranSampel

PENGERTIAN:
Populasi
Jumlah keseluruhan dari satuan satuan atau individu individu yang karakteristiknya
hendak diteliti. Dan satuan-satuan tersebut di namakan unit analisis, dan dapat berupa orang
orang, institusi-institusi, benda-benda, dll.
Sampel
Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti.
Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi, adalah sampel yang
bersifat representatif.
TEKNIK SAMPLING
1. Pengertian teknik sampling
Teknik pengambilan sample atau tekhnik sampling adalah teknik pengambilan sampel
dari populasi.
2. Manfaat sampling
- Menghemat biaya penelitian
- Menghemat waktu untuk penelitian
- Dapa tmenghasilkan data yang lebih akurat
-Memperluas ruang lingkup penelitian
3. Syarat syarat teknik sampling boleh dilakukan bila populasi bersifat homogen. Bila keadaan
populasi bersifat heterogen, sampel yang dihasilkannya dapat bersifat tidak representative.

JENIS JENIS TEKNIK SAMPLING


a. Random sampling
Teknik sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada
seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. Sampel yang diperoleh diharapkan merupakan
sampel yang repsentatif. Tekhnik sampling semacam ini dapat dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut.

CARA-CARA RANDOM SAMPLING


1. Tekhnik sampling secara rambang sederhana
Paling populer yang dipakai dalam proses penarikan sampel rambang sederhana adalah
dengan undian.
Syarat yang harus dipenuhi untuk rambang sederhana adalah;
a) ukuran populasi harus terhingga
b) anggota populasi homogen, dapat dilakukan dengan sampling acak
c) cara lain mengambil sampel secara acak ialah dengan menggunakan tabel bilangan
acak.
2. Tekhnik sampling secara sistematis
Prosedur ini berupa penarikan sample dengan cara mengambil setiap kasus [ nomor urut ]
yang kesekian dari daftar populasi.
Setiap elemen populasi dipilih dengan suatu jarak interval [ tiap ke n elemen ]dan dimulai
secara random dan selanjutnya dipilih sampelnya pada setiap jarak interval tertentu.
syarat yang perludiperhatikan oleh peneliti adalah adanya daftar semua anggota populasi
sampling ini bisa dilakukan dengan cepat dan menghemat biaya, tapi bisa menimbulkan bias.
3. Teknik sampling secara rambang proporsional
Jika populasi terdiri dari subpopulasi-subpopulasi maka sampel penelitian diambil dari
setiap subpopulasi. Adapun cara pengambilannya dapat dilakukan secara undian maupun
secara sistematis.
4. Teknik sampling secara rambang bertingkat (stratifiedsampling)
Bila subpopulasi-subpopulasi sifatnya bertingkat, cara pengambilan sampel sama seperti
pada teknik sampling secara proposional.
Digunakan untuk mengurangi pengaruh faktor heterogen dan melakukan pembagian
elemen-elemen populasi kedalam sastra .Selanjutnya dari masing-masing satrata dipilih
sempelnya secara random sesuai proporsinya.
Sampling ini banyak digunakan untuk mempelajari karakteristik yang berbeda , misalnya,
di sekolah ada kls I, kls II,dan kls III. Atau responden dapat dibedakan menurut jenis kelamin;
laki-laki dan perempuan, dll.
Keadaan populasi yang heterogen tidak akan terwakili, bila menggunakan teknik
random .Karna hasilnya mungkin satu kelompok terlalu banyak yang terpilih menjadi sample.
CARA PENGAMBILAN SAMPLE
 Pertama mengidentifikasikan karakteristik umum anggota populasi, kemudian
menentukan strata atau lapisan dari jenis karakteristik unit-unit tersebut.
 Setelah ditentukan stratatnya, baru dari masing-masing stratatnya diambil sample yang
mewakilinya.
 Penambilan sample tahap dua ini, biasanya di lakukan dengan cara acak, karenanya
disebut sratifled random sampling.
 Agar perimbangan sample dari masing-masing strata memadai, maka dalam teknik ini
sering pula dilakukan perimbangan antara jumlah anggota populasi berdasarkan masing-
masing strata.
 Apabila sampling memperihatinkan daerah (sampling area )maka dalam hal ini setiap
wilayah harus pula terwakili dalam sample
5. Teknik sampling secara kluster (cluster sampling)
Ada kalanya peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi yang ingin dijadikan subjek
penelitian karna populasi tersebar di wilayah, berupa kelompok klaster yang di tentukan
secara bertahap. Teknik penambilan stample semaca mini di sebut cluster samplingatau multi-
stage sampling.
 Elemen-elemen dalam populasi di bagi kedalam cluster atau kelompok, jika ada beberapa
kelompok dengan hetrogenitas dalam kelompoknya dan homogenitas antar kelompok.
Teknik cluster sering digunakan oleh para peneliti di lapangan yang mungkin wilayahnya
luas.
 Sampling ini mudah dan murah, tapi tidak efisien dalam hal ketepatan serta tidak umum

B.Non-random sampling
 Penarikan sampel secara purposive merupakan cara penaikan sample yang dilakukan
memilih subjek berdasarkan criteria spesifik yang di tetapkan peneliti berdasarkan cirri
atau sifat-sifat populasi yang sudah di ketahui sebelumnya.
 Pelaksanaan pengambilan semple yang menggunakan teknik ini, mula-mula peneliti
harus mengindetifikasi semua karakteristik populasi ,maupun dengan cara dalam
mempelajari berbaga ihal yang berhubungan dengan populasi.
 Setelah itu barulah penelitian penetapan berdasarkan pertimbangan.
 Jadi teknik pengambilan sampel dengan pupossive sampling berdasarkan pada
pertimbangan pribadi peneliti.

Snow –ballsampling( penarikan sample secara bola salju )


 Proses pengambilan sample dengan cara sambung menyambung informasi dari unit satu
dengan unit lain sehingga menjadi satu kesatuan unit yang banyak.
 Penarikan sample pola ini dilakukan dengan cara pertama-tama menetapkan berapa
besarnya jumlah sampel yang diperlukan.
 Kemudian menetapkan banyaknya jatah atau quotum maka jatah atau kuotum itulah yang
dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan.
 Anggota populasi manapun yang akan diambil, tidak menjadi masalah, yang penting
jumlah quotum yang sudah ditetapkan dapat dipenuhi
Accidental sampling atau convenience sampling
 Metode yang proses pengambilan sampelnya cukup dengan mengambil siapa saja yang
kebetulan di temui oleh observer di lapangan sesuai kebutuhan studi.
 Dalam penelitian bisa saja terjadi diperolehnya sampel yang tidak direncanakan telebih
dahulu ,melainkan secara kebetulan ,yaitu unit atau subjek tersedia bagi peneliti saat
pengumpulan data dilakukan.

PENETAPAN JUMLAH SAMPEL


 Berapakah besarjumlah yang dinyatakan memenuhi syara tuntuk penelitian ?
 Apa saja yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan jumlah sampel?

PENETAPAN JUMLAH SAMPEL


Ada beberapa pertimbangan untuk penetapan jumlah sampel:
1. sejauh mana homogenita spopulasi .jika populasi 100 persen homogeny besar sampel tak jadi
persolan (missal menentukan golongan darah ) namun jika populasi kurang homogenya besar
jumlah sampel harus di pertimbangkan .
2.Apakah sampel memenuhi jumlah minimum untuk analisis statistic ( untuk penelitian
kuantitatif analitik)
Ukuran sampel
Kuantitatif:
Dapat di taksir dengan akurat, berdasarkan analisis yang akan dilakukan, presisi estimasi
yang di inginkan, kesalahan random yang masih bisa ditoleransi, kuasa statistik yang di harapkan
Kualitatif:
Ukuran sampel cukup besar jika peneliti telah puas bahwa data yang di peroleh cukup
kaya dan cukup meliput dimensi yang diteliti .
Umumnya sekitar 40 responden ,jarang >200
Penentuan besarnya sampel
Penetapan jumlah sampel tergantung pada
1. adanya sumber data yang dapat digunakan untuk menetapkan batas maksimal dari besarnya
sample.
2. kebutuhan dari rencana analisis yang menentukan batas minimal dan besarnya sampel.
3. hitung jumlah/besar sampel.

Menentukan jumlah subjek eksperimental


Rumus Federer adalah rumus jumlah subjek untuk penelitian eksperimental
(n – 1) x (t-1) >15
Komponen uji klinik
Bukti ilmiah adanya kemanfaatan klinik suatu obat tidak ada didasarkan pada hasil yang
diperoleh dari uji klinik, tetapi juga perlu mengingat faktor – faktor lain yang secara objektif
dapat mempengaruhi pelaksanaan suatu uji klinik . Idealnya, suatu uji klinik hendaknya
mencakup beberapa komponen berikut:
1. seleksi/pemilihan subjek
2. rancangan
3. perlakuan pengobatan yang diteliti dan pembandingnya
4. pengacakan perlakuan
5. besar sampel
6. penyamaran (blinding)
7. penilaian respons
8. analisis data
9. protocol uji klinik
10. etika uji klinik

Anda mungkin juga menyukai