Anda di halaman 1dari 2

Tumpangsari merupakan salah satu bercocok tanam yang mencampur proses penanaman (polyculture),

dalam suatu lahan yang sama dan waktu yang sama, hal ini di lakukan untuk mencapai produksi yang
tinggi karena dengan tumpang sari tanaman pokok bisa tumbuh selayaknya pertumbuhan dan tidak
terganggu oleh tanaman tumpangsarinya.

Tumpangsari dapat di lakukan untuk tanaman tunggal atau monokultur. Bukan hanya pada sektor
pertanian pada kehutanan ada yang namanya Wana Tani, suatu tumpangsari yang mengaitkan antara
tanaman semusim dan tanaman pohon hutan.

Jika kita amati sekilas tumpangsari memiliki pola yang hampir sama dengan pola monokultur namun
tumpangsari memiliki kelebihan yang jika kita sesuaikan dengan lahan dan kondisi kita. Berikut ini
adalah keuntungan dalam tumpangsari :

Menghemat lahan tanam, sehingga dalam satu lahan tanam (bedengan) bisa ditanami lebih dari satu
jenis tanaman;

1. Menambah hasil produktivitas hasil panen, karena tidak hanya satu jenis tanaman yang dipanen,
namun bisa lebih dari satu jenis;

2. Mengurangi ongkos/biaya pertanian, karena menghemat dana termasuk untuk pembelian pupuk dan
obat-obat pertanian;

3. Pertumbuhan rumput-rumput liar dan memanjat bisa dihilangkan;

4. Membantu memanfaatkan lahan seoptimal mungkin;

5. Jika perawatan dilakukan secara baik dan benar, maka akan menghasilkan buah dan sayur mayur yang
berkualitas;

6. Dalam satu lahan tanam (bedengan) bisa ditanami lebih dari satu jenis tanaman berbeda.

Kerugian/Kekurangan Bertanam dengan Sistem Tumpang Sar

Berikut ini kerugian/kelemahan dari teknik/metode tumpang sari, yakni:

1. Kehilangan kesuburan tanah, sebab ada pembagian unsur hara yang terkadang tidak adil antar satu
tumbuhan dengan tanaman lainnya;

2. Tanah semakin rentan terhadap erosi karena pengaruh kandungan air hujan yang tinggi;

3. Menimbulkan masalah penyakit serta hama. Terkadang hama bisa saja ditularkan dari tanaman jenis
lainnya;
4. Terjadi perebutan unsur hara antara satu tanaman dengan tanaman lainnya. Hal ini tentu saja
memicu kemungkinan terjadinya gejala defisiensi (kekurangan unsur hara) sebab tanaman tidak
memperoleh unsur hara dalam jumlah cukup.

Anda mungkin juga menyukai