Anda di halaman 1dari 4

Nama: Patricia Sukma Ditya P.S.

NIM: 195040100111070
Kelas: V Agribisnis

JAWABAN SOAL PPT BAB 5

 Apa keuntungan dan kerugian penggunaan bahan benih daripada bibit?


Kelebihan Perbanyakan Tanaman Melalui Benih
1. Cara perbanyakan tanaman yang paling mudah bila dibanding dengan cara
perbanyakan tanaman yang lain. Dengan demikian cara perbanyakan ini bisa
dikerjakan oleh semua orang.
2. Bisa sekaligus menanam dalam jumlah banyak.
3. Benih relatif mudah diperoleh sesuai keperluan. Bibit okulasi, cangkok, setek,
dan sambung biasanya hanya bisa diperoleh dalam jumlah terbatas.
4. Pertumbuhan tanaman serempak, sehingga bisa dipanen bersamaan.
5. Bisa mendapatkan varietas baru akibat terjadinya penyerbukan silang. Hal ini
sangat menguntungkan bagi tanaman hias, misalnya munculnya varietas baru
aglaonema dan anthurium.
6. Khusus untuk adenium atau sering disebut kamboja jepang, tanaman yang
berasal dari biji akan menghasilkan bonggol yang besar sehingga menjadi
sangat unik.
7. Tanaman yang berasal dari biji mempunyai perakaran yang kuat dan panjang
dibanding perbanyakan tanaman dengan setek dan cangkok. Khusus untuk
tanaman buah, tanaman seperti ini cocok untuk ditanam di daerah yang air
tanahnya dalam. Selain itu juga sangat sesuai digunakan untuk batang bawah
dalam perbanyakan sambung dan okulasi.
8. Tanaman pohon dari biji mampu berumur sampai ratusan tahun, tentu
tergantung jenis tanamannya.
9. Adapun kelemahan dari perbanyakan biji adalah sebagai berikut :
10. Biji merupakan hasil penyerbukan silang dari dua bunga. Hal ini sangat
raungkin benang sari disaat penyerbukan dihasilkan dari tanaman yang
kualitasnya kurang bagus. Sehingga kualitas tanaman yang dihasilkan bisa
menyimpang dari induknya.
11. Seringkali benih telah terinfeksi virus yang tidak tampak pada fisiknya. Saat
ditaman, barulah serangan virus tampak menyerang tanaman.
12. Memerlukan waktu lama untuk mendapatkan tanaman baru yang layak jual
(tanaman hias) atau umur berbuahnya Iebih lama (tanaman buah pohon).
Sebagai perbandingan, tanaman buah yang diperbanyak dengan cangkok,
sambung dan okulasi telah dapat berbuah pada usia 4 tahun. Sedangkan
tanaman yang berasal dari biji berbuah satu tahun lebih lambat, bahkan
lebih.
13. Tanaman yang dihasilkan memiliki perakaran yang kuat.
14. Biaya yang dikeluarkan relatif murah.
15. Umur tanaman akan lebih lama.
16. Dapat menghasilkan varietas-varietas baru, yaitu dengan cara menyilangkan.
Kekurangan Perbanyakan Tanaman Melalui Benih
1. Biji merupakan hasil penyerbukan silang dari dua bunga. Hal ini sangat
raungkin benang sari disaat penyerbukan dihasilkan dari tanaman yang
kualitasnya kurang bagus. Sehingga kualitas tanaman yang dihasilkan bisa
menyimpang dari induknya.
2. Seringkali benih telah terinfeksi virus yang tidak tampak pada fisiknya. Saat
ditaman, barulah serangan virus tampak menyerang tanaman.
3. Memerlukan waktu lama untuk mendapatkan tanaman baru yang layak jual
(tanaman hias) atau umur berbuahnya Iebih lama (tanaman buah pohon).
Sebagai perbandingan, tanaman buah yang diperbanyak dengan cangkok,
sambung dan okulasi telah dapat berbuah pada usia 4 tahun. Sedangkan
tanaman yang berasal dari biji berbuah satu tahun lebih lambat, bahkan
lebih.
4. Biji sebagai bibit tanaman buah memang sudah kurang tepat. Sebab, hasilnya
sering menyimpang dari induknya. Bahkan bisa lebih jelek.
5. Tanaman baru yang dihasilkan belum tentu memiliki sifat yang sama dengan
induknya.
6. Varietas yang baru muncul belum tentu lebih baik.
7. Waktu berbuah lebih lama.
8. Kualitas tanaman baru diketahui setelah tanaman berbuah.

 Tanam dan strategi keberhasilan tanam


Tanam: menempatkan bahan tanam berupa benih atau bibit pada meida tanam
baik media tanah maupun media bukan tanah dalam suatu bentuk pola tanam
sebagai awal dari suatu budidaya tanaman.
Syarat penanaman:
1. Lahan/media tanam harus dalam keadaan terolah dengan baik
2. Lahan kering: terbentuk lapisan olah, gembur dan tidak ada gulma
3. Lahan basah: terbentuk media lumpur, merata dan tidak ada gulma
4. Tanaman pohon: dibuat lubang tanam
5. Bahan tanam: benih atau bibit
Faktor keberhasilan tanam:
1. Bahan tanam
berasal dari benih/bibit yang jelas, bersertifikat dan harus sesuai dengan habitat
tumbuh
2. Media tanam
mengetahui karakteristik dan kandungan nutrisi pada setiap jenis media tanam,
menggunakan peralatan yang sesuai dengan media tanam
3. Lingkungan
memahami faktor intensitas radiasi matahari, curah hujan, suhu, kelembaban,
iklim & cuaca, fase pertumbuhan, serta kesesuaian tanaman dengan lingkungan
4. Pendidikan (Education)
tingkat pengetahuan akademik petani tentang komoditas pertanian
5. Keterampilan (Skill)
kemampuan kreatif petani dapat meningkatkan keberhasilan tanam
6. Inovasi (Inovation)
dengan munculnya inovasi-inovasi baru seperti alat pertanian berbasis teknologi
modern dapat meningkatkan kondisi pertanian yang ada
7. Perencanaan dan Evaluasi (Plan and Evaluation)
pembuatan rencana yang baik akan membantu petani dalam menjalankan
usaha, serta mengadakan evaluasi per musim tanam
8. Jarak tanam
memungkinkan semua tanaman dalam satu hamparan mendapatkan kebutuhan
lingkungan (Air, cahaya, nutrisi) secara optimal sehingga produksi dapat
meningkat
9. Pola Tanam
usaha penanaman pada sebidang tanah dengan mengatur susunan tata letak
dan urutan tanaman selama periode waktu tertentu termasuk masa pengolahan
tanah

 Pola tanam secara umum


Pola tanam adalah usaha penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur
susunan tata letak dan urutan tanaman selama periode waktu tertentu
termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode
tertentu. Pola tanam ada tiga macam, yaitu : monokultur, rotasi tanaman dan
polikultur (Anwar, 2012).
Macam Jenis Pola Tanam
1) Monokultur
Pertanian monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman sejenis.
Misalnya sawah ditanami padi saja, jagung saja, atau kedelai saja. Penanaman
monokultur menyebabkan terbentuknya lingkungan pertanian yang tidak
mantap. Hal ini terbukti dari tanah pertanian harus selalu diolah, dipupuk dan
disemprot dengan insektisida sehingga resisten terhadap hama.
2) Rotasi Tanaman (crop rotation)
Rotasi tanaman atau pergiliran tanaman adalah penanaman dua jenis atau lebih
secara bergiliran pada lahan penanaman yang sama dalam periode waktu
tertentu. Seperti tanaman semusim yang ditanam secara bergilir dalam satu
tahun, dan tanaman tersebut semisal tanaman jagung, padi, dan ubi kayu.
Rotasi tanam dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum.
Faktor-faktor tersebut adalah :
a) Pengolahan yang bisa dilakukan dengan menghemat tenaga kerja, biaya
pengolahan tanah dapat ditekan, dan kerusakan tanah sebagai akibat terlalu
sering diolah dapat dihindari
b) Hasil panen secara beruntun dapat memperlancar penggunaan modal dan
meningkatkan produktivitas lahan
c) Dapat mencegah serangan hama dan penyakit yang meluas
d) Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu mencegah
terjadinya erosi
e) Sisa komoditi tanaman yang diusahakan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
hijau
3) Polikultur
Tanaman polikultur terbagi menjadi beberapa pola tanam, pola tanam tersebut
adalah:
a) Tumpang sari (Intercropping)
Tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu atau
periode tanam yang bersamaan pada lahan yang sama (Thahir, 1999).
b) Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping )
Merupakan pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman
selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang
berbeda). Kegunaan dari sistem ini yaitu pada tanaman yang ke dua dapat
melindungi lahan yang mudah longsor dari hujan sampai selesai panen pada
tahun itu.
c) Tanaman Campuran ( Mixed Cropping )
Merupakan penanaman jenis tanaman campuran yang ditanam pada lahan dan
waktu yang sama atau jarak waktu tanam yang singkat, tanpa pengaturan jarak
tanam dan penentuan jumlah populasi. Kegunaan sistem ini dapat melawan
atau menekan kegagalan panen total (Kustantini, 2012).
Dari berbagai pola tanam tersebut, pola rotasi tanam merupakan pola tanam
yang paling sesuai dengan kondisi lahan sawah. Hal ini dikarenakan pemilihan
komoditas untuk dirotasikan dengan tanaman padi sebagai tanaman pokok
dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan air komoditas lain
seperti jagung dan ubi kayu. Pola rotasi juga dapat menekan perkembangan
hama dan penyakit yang mengganggu tanaman yang berakibat pada penurunan
produktivitas tanaman.
Pola tanam digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan produktivitas
lahan. Hanya saja, dalam pengelolaannya diperlukan pemahaman kaedah
teoritis dan keterampilan yang baik tentang semua faktor yang menentukan
produktivitas lahan tersebut. Biasanya, pengelolaan lahan sempit untuk
mendapatkan hasil atau pendapatan yang optimal maka pendekatan pertanian
terpadu, ramah lingkungan, dan semua hasil tanaman merupakan produk utama
adalah pendekatan yang bijak (Handoko, 2008).

Anda mungkin juga menyukai