Anda di halaman 1dari 6

LEMBAR KERJA MAHASISWA MODUL 4

PUPUK DAN PEMUPUKAN

Nama: Patricia Sukma Ditya Pramitha Sari

NIM: 195040100111070

Kelas: V

Asisten: Ersa Nur Trajeswan

Matakuliah: Dasar Budidaya Tanaman

Jawaban:

1. Pengaruh pupuk organik dan anorganik dari sudut pandang ekonomi dapat dijelaskan
sebagai berikut, Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa tanaman dan
hewan yang mengalami dekomposisi alami oleh bakteri, pupuk organik mengandung
senyawa organic. Pupuk organik digunakan para petani untuk memperbaiki sifat tanah
sedangkan anorganik adalah pupuk yang dibuat dengan menggunakan bahan kimia
biasanya digunakan untuk menambah unsur hara pada tanah. Akan tetapi pupuk organik
dan anorganik memiliki pengaruh yang berbeda-beda salah satunya dalam segi ekonomi.
Dalam segi ekonomi dipastikan memang pupuk organik dijual dengan harga yang lebih
murah per kg nya sedangkan pupuk anorganik biasanya lebih mahal per kg atau per
liternya (Sahardi et al., 2014). Menurut makalah yang ditulis oleh Alimoesoe (2010)
menjelaskan bahwa kebutuhan pupuk organik atau bahan organic mencapai 62,2 juta ton
per tahun sedangkan untuk pupuk anorganik seperti urea, NPK, dan lain-lain mencapai 6-
45 juta ton pertahun. Pupuk organik sendiri memiliki unsur hara yang lebih kecil sehingga
diperlukan jumlah pupuk yang banyak, sedangkan pada pupuk anorganik mengandung
unsur hara lebih banyak dibanding pupuk organik sehingga jumlah yang dibutuhkan lebih
rendah. Hal tersebut menyebabkan perbedaan pengaruh pupuk organik dengan anorganik
pada sisi ekonomi, pemakaian pupuk organik memang dapat membantu meningkatkan
produktivitas tanaman dan juga menjaga kelestarian lingkungan akan tetapi keuntungan
yang didapat dari hasil panen akan lebih kecil dibandingkan dengan pemakaian pupuk
anorganik (Salim, 2010). Membutuhkan waktu yang lebih panjang agar pupuk organik
dapat diserap tanaman dan menghasilkan produksi yang baik sehingga efektifitas pupuk
organik rendah (Salim, 2010). Pemakaian pupuk anorganik yang secara terus menerus
memang dapat merusak lingkungan akan tetapi peningkatan produktivitas akan lebih
tinggi dan keuntungan yang diperoleh akibat pemakaian pupuk lebih besar (Salim, 2010).
Pupuk anorganik seperti urea merupakan pupuk yang memiliki tingkat kebutuhan paling
tinggi di Indonesia berdasarkan Alimoesoe (2010) mengutip dari Bank Dunia (2009)
bahwa 1% peningkatan pemakaian urea akan meningkatkan produksi padi 0,3-0,5 %.
2. Gejala tanaman kekurangan unsur N (nitrogen) dicirikan dengan tanaman dengan
pertumbuhan lambat dan kerdil, daun akan menguning lalu kering dan rontok, daun yang
menguning akan ada dibagian bawah lalu atas dan perakaran yang sempit (Munir, 2016).
Cara atau solusi yang tepat untuk mengatasi defisiensi tersebut adalah dengan
pemupukkan nitrogen karena nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat atau NH4+
apabila memanfaatkan senyawa organic seperti asam nukleat atau asam amino larut akan
sulit karena senyawa tersebut tidak tersedia melimpah untuk dapat diserap langsung oleh
tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
3. Pupuk yang digunakan dalam praktikum tanam pada komoditas tanaman adalah pupuk
kandang, pupuk TSP, PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria), pupuk urea, dan
pupuk KCL. Pupuk kadang adalah jenis pupuk organic yang berasal sisa-sisa kotoran
hewan yang digunakan saat pengolahan lahan untuk komoditas jagung sebanyak 5-6 kali
pengambilan menggunakan gayung dan berguna untuk menyediakan unsur hara makro &
mikro juga berguna untuk memperbaiki sifat struktur tanah. Lalu digunakan pupuk hayati
yaitu PGPR pada saat benih ingin ditanam digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman dikarenakan bakteri berasosiasi dengan perkakaran serta meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap patogen atau jamur (Pertiwi, 2014), PGPR dipakai sebanyak
10 ml/L air bersih, pemakaian PGPR dilakukan dengan cara memasukkan benih pada
botol air sebanyak 500ml lalu masukkan PGPR sebanyak 5 ml diamkan selama 10 menit
setelah itu buang air dan benih siap ditanam. Lalu, pupuk TSP (Triple Super Phospat)
digunakan juga untuk komoditas jagung dengan dosis 150 kg/ha digunakan saat awal
tanam TSP dapat berguna untuk mendukung proses fotosintesis dan mempercepat sistem
perakaran pada tanaman muda, TSP diaplikasikan dengan cara larikan. Kemudian pupuk
urea juga digunanakan pada 14 hst dan 28 hst sebanyak 350 kg/ha untuk mempercepat
pertumbuhan tanaman dan menambah kandungan protein serta klorofil pada tanaman
(Aryadi, 2013), dan pupuk urea ini diaplikasikan dengan cara dibenam dalam lubang
tanah. Terakhir adalah pupuk KCL saat 14&28 hst yang digunakan sebanyak 350 kg/ha
untuk daya tahan tanaman terhadap penyakit dan memperkuat dinding sel tanaman (Putri,
2018) pupuk ini diaplikasikan dengan cara penugalan.
4. Tiga merk dagang pupuk unsur mikro yang beredar dipasaran ialah
a. MerokeFITAFLEX merupakan pupuk majemuk dengan kandungan Mn (7%), Zn
(5%), Fe (2,5%), Cu (2%), B (2%), dan Mo (0,1%). Bentuknya tepung kristal dan
warna kekuningan. Diaplikasikan dengan fertigasi.
b. MerokeVITAFLEX merupakan pupuk majemuk mikro untuk hidroponik memiliki
kandungan Fe (7,5%), Zn (1,65%), Cu (1,6%), Mn (1,5%), B (1%), dan Mo (0,25%)
dengan bentuk tepung Kristal dan warna kekuningan. Diaplikasikan dengan beerbagai
sistem fertigasi.
c. Pupuk Superb KMg mengandung unsur hara mikro dengan kandungan K2O 16-20%,
MgO 15-19%, CaO 8-12%, P2O5 1-2%, dan S 1-2%. Berupa butiran diaplikasikan
dengan penebaran merata pada tanah.
5. Pengaplikasian pupuk tidak dianjurkan pada saat siang hari dan hujan dikarenakan pada
siang hari sinar matahari akan langsung memberikan proses radiasi pada tanah sehingga
membuat pupuk yang diberikan pada tanah untuk tanaman cepat menguap dan hilang
dikarenakan proses evapotranspirasinya tinggi (Wasonowato, 2009). Kemudian pada saat
hujan juga tidak dianjurkan dilakukan pemberian pupuk karena menurut Balitbang (2013)
pemupukkan pada musim penghujan akan memiliki resiko hilangnya pupuk karena
pencucian atau erosi atau disperse air hujan.
6. Lahan 1
Diketahui:
Luas lahan = 1,2 ha = 12.000 m2
Komoditas tomat
Jarak tanam = 60 cm × 60 cm = 0,6 m × 0,6 m = 0,36 m2
Rekomendasi pupuk kandang = 10 kg/ha
Jawab:
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛
 Jumlah populasi tomat =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚
12.000 𝑚²
=
0,36 𝑚²
= 33.333,33
= 33.333 bibit tanaman tomat
10 𝑘𝑔
 Kebutuhan pupuk kandang yang harus dibeli = 12.000 m2 ×
10.000 𝑚²
= 12 kg pupuk kandang
Lahan 2
Diketahui:
Luas lahan = 7.000 m2
Komoditas bawang merah
Dibuat parit = 15% dari total lahan = 1.050 m2
Rekomendasi pupuk = TSP 100 kg/ha
NPK 750 kg/ha
ZA 400 kg/ha
Jawab:
 Luas lahan tanam bawang merah = 7.000 m2 – 1.050 m2
= 5.950 m2
100 𝑘𝑔
 Kebutuhan pupuk TSP yang harus dibeli = 5.950 m2 ×
10.000 𝑚²
= 59,5 kg pupuk TSP
750 𝑘𝑔
 Kebutuhan pupuk NPK yang harus dibeli = 5.950 m2 ×
10.000 𝑚²
= 446,25 kg pupuk NPK
400 𝑘𝑔
 Kebutuhan pupuk ZA yang harus dibeli = 5.950 m2 ×
10.000 𝑚²
= 238 kg pupuk ZA
Lahan 3
Diketahui:
Luas lahan = 0,65 ha = 6.500 m2
Komoditas jagung
Jarak tanam = 70 cm × 40 cm = 0,7 m × 0,4 m = 0,28 m2
Rekomendasi pupuk = SP-36 150 kg/ha → awal tanam
Urea 400 kg/ha → 2 mst (⅓ bagian) & 4 mst (⅔ bagian)
KCl 100 kg/ha→ 2 mst (⅓ bagian) & 4 mst (⅔ bagian)
Jawab:
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛
 Jumlah populasi jagung =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚
6.500 𝑚²
=
0,28 𝑚²
= 23.214,28
= 23.214 tanaman jagung
Awal Tanam
(150 𝑘𝑔)/(10.000 𝑚²) × 6.500 𝑚²
 Kebutuhan pupuk SP-36 /tanaman =
23.214 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛
= 0,0042 kg/tanaman
= 4,2 gr/tanaman
Pada 2 MST
⅓(400 𝑘𝑔)/(10.000 𝑚²) × 6.500 𝑚²
 Kebutuhan pupuk Urea /tanaman =
23.214 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛
= 0,0037 kg/tanaman
= 3,7 gr/tanaman
⅓(100 𝑘𝑔)/(10.000 𝑚²) × 6.500 𝑚²
 Kebutuhan pupuk KCl /tanaman =
23.214 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛
= 0,00093 kg/tanaman
= 0,93 gr/tanaman
Pada 4 MST
⅔(400 𝑘𝑔)/(10.000 𝑚²) × 6.500 𝑚²
 Kebutuhan pupuk Urea /tanaman =
23.214 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛
= 0,00746 kg/tanaman
= 7,46 gr/tanaman
⅔(100 𝑘𝑔)/(10.000 𝑚²) × 6.500 𝑚²
 Kebutuhan pupuk KCl /tanaman =
23.214 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛
= 0,00186 kg/tanaman
= 1,86 gr/tanaman
Lahan 4
Diketahui:
Luas lahan = 0,8 ha = 8.000 m2
Komoditas sawi
Jarak tanam = 30 cm × 30 cm = 0,3 m × 0,3 m = 0,9 m2
Rekomenasi pupuk = P2O5 85 kg/ha
N 250 kg/ha
K2O 50 kg/ha
Jawab:
85 𝑘𝑔
 Kebutuhan pupuk SP-36 yang harus dibeli = 8.000 m2 ×
10.000 𝑚²
= 68 kg pupuk SP-36
250 𝑘𝑔
 Kebutuhan pupuk Urea yang harus dibeli = 8.000 m2 ×
10.000 𝑚²
= 200 kg pupuk Urea
50 𝑘𝑔
 Kebutuhan pupuk KCl yang harus dibeli = 8.000 m2 ×
10.000 𝑚²
= 40 kg pupuk KCl
Lahan sisa untuk Glass House
Diketahui:
Komoditas strawberry
Ukuran polybag 30 cm × 30 cm
Rekomendasi pupuk NPK = 650 kg/ha
Berat isi = 900 kg/m3
Volume tanah dalam polybag = 6 kg
Kedalaman Lapisan Olah (KLO) = 20 cm = 0,2 m
Jawab:
 Luas sisa lahan untuk Glass House = 40.000 m2 – 33.500 m2
= 6.500 m2
= 0,65 ha
 Hektar Lapis Olah (HLO) = KLO × Berat Isi × Luas lahan
= 0,2 m × 900 kg/m3 × 6.500 m2
= 1.170.000 kg
𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑙𝑦𝑏𝑎𝑔
 Kebutuhan pupuk NPK /polybag = × dosis pupuk
𝐻𝐿𝑂
6 𝑘𝑔
= × 650 kg/ha
1.170.000 𝑘𝑔
= 0,0033 kg/polybag
= 3,3 gr/polybag
DAFTAR PUSTAKA

Alimoesoe, Sutarto. 2010. Ketersediaan Pupuk 2010-2014 dan Subsidi Pupuk. Jurnal
Pangan. 19(1): 40-50.
Aryadi, D.P., Nurmauli N., Hamim H. 2013. Defoliasi dan Pemberian Pupuk Urea Dalam
Meningkatkan Hasil Jagung (Zea mays L.) Varietas Pioneer 27. Jurnal Agrotek
Tropika. Vol 1(2).
Munir. M.S. 2016. Klasifikasi Kekurangan Unsur Hara N,P,K Tanaman Kedelai
Berdasarkan Fitur Daun Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan. Institut Teknologi
Surabaya. Surabaya.
Sahardi, Herniwati., Fauzih K. 2014. Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi Lahan Sawah Irigasi di Sulawesi
Selatan. http://sulut.litbang.pertanian.go.id/index.php/publikasi/prosiding-68/387-
pengaruh-pupuk-organik-dan-anorganik-terhadap-pertumbuhan-dan-produksi-
tanaman-padi-lahan-sawah-irigasi-di-sulawesi-selatan diakses Rabu, 25 Maret
2020.
Salim, Agus. 2016. Efektivitas Pupuk Organik terhadap Produktivitas Tanaman Kakao di
Sulawesi Tenggara. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
19(2): 167-176.
Pertiwi, 2014. Apakah PGPR itu?. http://distan.jogjaprov.go.id/apakah-pgpr-itu/ diakses
Kamis, 26 Maret 2020.
Putri, Anissa T. 2018. Pengaruh Dosis Pupuk Urea dan Dosis Pupuk KCl terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt).
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Rosmarkam, A. dan Yuwono N. W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius: Yogyakarta.
Wasonowati, Catur. 2009. Kajian Saat Pemberian Pupuk Dasar Nitrogen dan Umur Bibit
Pada Tanaman Brokoli (Brassica oleraceae var. Italica Planck). Jurnal Agrovigor.
2(1): 14-22.

Anda mungkin juga menyukai