Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI GROUP PROJECT

METODOLOGI PENELITIAN BIOLOGI MULTIVARIAT


PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK DAN KOTORAN KELINCI
TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI (Capsicum annuum l.)

Oleh:

ELLYZA YOHANA PUTRI P

17308144007

Biologi B 2017

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas unggulan nasional yang
penanamannya dilakukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kebutuhan akan cabai terus
meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya
industri yang membutuhkan bahan baku cabai seperti industri bumbu masakan, makanan dan
obat-obatan atau jamu. Selain itu tanaman cabai ini memiliki beberapa manfaat kesehatan,
salah satunya terdapat zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker.
Kebutuhan akan cabai merah tiap tahunnya semakin meningkat sehubungan dengan semakin
beragam dan bervariasinya jenis masakan yang menggunakan bahan asal cabai (Gardner,
1991).

Usaha untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan serta kualitas hasil adalah
dengan memberikan suplai hara yang cukup dan seimbang melalui pemupukan, unsur hara
utama yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang cukup besar yaitu unsur hara Nitrogen,
Fospor, dan Kalium. Sumber pupuk berpengaruh terhadap tinggi tanaman, lebar daun,
panjang daun, diameter daun dan hasil tanaman (Bahri, 2006).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengaruh Pemberian Pupuk NPK dan Pupuk Kotoran Kelinci terhadap
Pertumbuhan Tanaman Cabai ?
2. Bagaimana Perbedaan pertumbuhan terhadap pemberian pupuk NPK dan Pupuk
Kotoran Kelinci ?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh pemberian Pupuk NPK dan Pupuk Kotoran Kelinci terhadap
pertumbuhan tanaman cabai
2. Mengetahui perbedaan pertumbuhan (tinggi tanaman dan jumlah daun) terhadap
pemberian pupuk NPK dan Ppupuk Kotoran Kelinci.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Cabai merupakan tanaman sayuran yang sudah dibudidayakan sejak ratusan


tahun silam, tetapi belum diketahui dengan pasti kapan awal penyebarannya. Jika
ditinjau dari sejarahnya, tanaman tomat berasal dari Amerika, yaitu daerah
Andean yang merupakan bagian dari negara Bolivia, Cili, Kolombia, Ekuador,
dan Peru. Semula di negara asalnya, tanaman tomat hanya dikenal sebagai
tanaman gulma. Namun, seiring dengan perkembangan waktu, tomat mulai
ditanam, baik di lapangan maupun di pekarangan rumah, sebagai tanaman yang
dibudidayakan atau tanaman yang dikonsumsi . Di negara tropis seperti Indonesia,
tanaman cabai rawit memiliki daerah penyebaran yang cukup luas, yaitu di
dataran tinggi (≥ 700 m dpl), dataran medium tinggi (450 - 699 m dpl), dataran
medium rendah (200 - 499 m dpl), dan dataran rendah (≤ 199 m dpl) (Rismundar,
2003).

Klasifikasi Cabai Rawit (Capsicum annuum L.) Menurut Simpson (2010)


adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatofita

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dikotiledon

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annuum L.

Pupuk merupakan bahan alami atau buatan yang ditambahkan ke tanah dan
dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah satu atau lebih hara
esensial. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk
anorganik (Rismundar, 2003).
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan meramu
bahan – bahan kimia dan memiliki kandungan hara yang tinggi. Pupuk anorganik
memiliki beberapa keuntungan yaitu pemberiannya dapat terukur dengan tepat,
kebutuhan hara tanaman dapat terpenuhi dengan perbandingan yang tepat, dan
tersedia dalam jumlah yang cukup. Sedangkan kelemahan dari pupuk anorganik
yaitu hanya memiliki unsur hara makro, pemakaian yang berlebihan dapat
merusak tanah bila tidak diimbangi dengan pupuk kandang atau kompos, dan
pemberian yang berlebihan dapat membuat tanaman mati (Lingga dan Marsono,
2011).

Pupuk anorganik merupakan pupuk buatan yang di proses secara kimia


dengan bahan baku yang mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan
tanaman. Pupuk anorganik dibagi menjadi dua golongan, yaitu pupuk anorganik
majemuk dan pupuk anorganik tunggal. Pupuk anorganik majemuk merupakan
pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara utama seperti NP, NK, dan
NPK. Unsur hara N, P, dan K merupakan unsur hara makro yang diperlukan
dalam jumlah besar oleh tanaman, termasuk padi. Penggunaan pupuk anorganik
dipicu oleh proses penyerapan oleh tanaman lebih cepat dibandingkan dengan
pupuk organik. Hal lain yang menyebabkan pemakaian pupuk anorganik adalah
pemakaiannya sangat praktis dan penyediaannya mudah didapat di pasaran serta
lebih menghemat tenaga kerja dalam pengaplikasianya (Lingga dan Marsono,
2011).

Pupuk organik adalah Pupuk yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang
mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap, tetapi jumlahnya sedikit, dapat
memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah menjadi gembur, memiliki daya
simpan air ( water holding capasity) yang tinggi, tanaman lebih tahan terhadap
serangan penyakit, meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang
menguntungkan, memiliki residual effect yang positif, sehingga tanaman yang
ditanam pada musim berikutnya tetap bagus pertumbuhan dan produktivitasnya
(Rismundar, 2003).
BAB III

METODE

A. Waktu : Oktober 2019 - Desember 2019

B. Tempat : Roftoop FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan desain penelitian


perlakuan. Menggunakan desain penelitian acak lengkap dengan 9 perlakuan
kombinasi dan 3 ulangan.

D. Populasi dan sampel penelitian

Populasi dalam eksperimen ini adalah tanaman cabai, dengan sampelnya adalah
30 buah tanaman cabai

E. Variabel penelitian

a) Variabel bebas : pemberian kombinasi dosis pupuk

Perlakuan A : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 25 gr/bibit + Pupuk NPK 2 gr/bibit

Perlakuan B : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 25 gr/bibit + Pupuk NPK 4 gr/bibit

Perlakuan C : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 25 gr/bibit + Pupuk NPK 6 gr/bibit

Perlakuan D : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 50 gr/bibit + Pupuk NPK 2 gr/bibit

Perlakuan E : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 50 gr/bibit + Pupuk NPK 4 gr/bibit

Perlakuan F : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 50 gr/bibit + Pupuk NPK 6 gr/bibit

Perlakuan G : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 100 gr/bibit + Pupuk NPK 2 gr/bibit

Perlakuan H : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 100 gr/bibit + Pupuk NPK 4 gr/bibit

Perlakuan I : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 100 gr/bibit + Pupuk NPK 6 gr/bibit
b) Variabel tergayut : Pertumbuhan tanaman cabai

1. Tinggi batang

2. Jumlah daun

c) Variabel penggaggu :

1. Media Tanam

2. Umur bibit tanaman cabai

3. Waktu penyiraman

4. Volume air penyiraman

F. Alat dan Bahan

Alat:

1. Timbangan Analitik 3. Penggaris


2. Alat Tulis 4. Sekop

Bahan :

1. Tanaman cabai 4. Kotoran Kelinci


2. Tanah 5. Air
3. Pupuk NPK 6. Polybag

G. Cara Kerja

1. Pembuatan larutan pupuk tiap bibit


- Pupuk NPK/Kotoran kelinci X gr/bibit
1. Pupuk ditimbang seberat X gram
2. Pupuk kemudian di homogenkan dengan air sebanyak 20 ml

2. Pembuatan total larutan pupuk masing-masing konsentrasi


a. Larutan Pupuk Kotoran Kelinci 25 gr/bibit
= Besar konsentrasi x banyak faktor x banyak ulangan x banyak kali
pemupukan
= 25 gr x 3 x 3 x 1
= 225 gram
> Jadi diperlukan pupuk kotoran kelinci konsentrasi 25 gr/bibit sebanyak 225
gram
b. Larutan Pupuk Kotoran Kelinci 50 gr/bibit
= Besar konsentrasi x banyak faktor x banyak ulangan x banyak kali
pemupukan
= 50 gr x 3 x 3 x 1
= 450 gram
> Jadi diperlukan pupuk kotoran kelinci konsentrasi 50 gr/bibit sebanyak 450
gram
c. Larutan Pupuk Kotoran Kelinci 100 gr/bibit
= Besar konsentrasi x banyak faktor x banyak ulangan x banyak kali
pemupukan
= 100 gr x 3 x 3 x 1
= 900 gram
> Jadi diperlukan pupuk kotoran kelinci konsentrasi 100 gr/bibit sebanyak
900 gram
d. Larutan Pupuk NPK 2 gr/bibit
= Besar konsentrasi x banyak faktor x banyak ulangan x banyak pemupukan
= 2 gr x 3 x 3 x 1
= 18 gram
> Jadi diperlukan pupuk NPK konsentrasi 2 gr/bibit sebanyak 18 gram
e. Larutan Pupuk NPK 4 gr/bibit
= Besar konsentrasi x banyak faktor x banyak ulangan x banyak pemupukan
= 4 gr x 3 x 3 x 1
= 36 gram
> Jadi diperlukan pupuk NPK konsentrasi 4 gr/bibit sebanyak 36 gram
f. Larutan Pupuk NPK 6 gr/bibit
= Besar konsentrasi x banyak faktor x banyak ulangan x banyak pemupukan
= 6 gr x 3 x 3 x 6
= 54 gram
> Jadi diperlukan pupuk NPK konsentrasi 6 gr/bibit sebanyak 54 gram
g. Total pupuk kotoran kelinci yang diperlukan seluruh konsentrasi
= 225gr + 450gr + 900gr
= 1575 gram
h. Total pupuk NPK yang diperlukan seluruh konsentrasi
= 18 gr + 36 gr + 54 gr
= 108 gram
3. Penanaman
1. Tanah di gunakan sebagai media tanam dan dimasukkan kedalam polybag
2. Kemudian dimasukkan 1 bibit cabai pada 1 polybag sebanyak 3 ulangan
4. Pemupukan
- Pemupukan dilakukan 1 kali selama 1 bulan/ 30 hari
5. Penyiraman
- Penyiraman dilakukan sehari dua kali
6. Pengukuran
- Dilakukan pengukuran terhadap tinggi batang dan perhitungan jumlah daun
H. Teknik Pengambilan Sampel
 Sampel diambil menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan pengundian
Pemberian Pupuk
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
U1 T1 U1 T2 U1 T3 T4 U1 T5 U1 T6 U1 T7 U1 T8 U1 T9 U1
U1
U2 T1 U2 T2 U2 T3 T4 U2 T5 U2 T6 U2 T7 U2 T8 U2 T9 U2
U2
U3 T1 U3 T2 U3 T3 T4 U3 T5 U3 T6 U3 T7 U3 T8 U3 T9 U3
U3
Keterangan :
T = Taraf U = Ulangan

 Bagan Pengacakan

F1 C1 H1 D1 B2 A2 G1 D2 E1 C3
I2 H3 A1 C2 G3 F2 E2 G2 F3 I3

B1 D3 I1 X X B3 H2 A3 X E3

Keterangan :

A : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 25 gr/bibit + Pupuk NPK 2 gr/bibit

B : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 25 gr/bibit + Pupuk NPK 4 gr/bibit

C : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 25 gr/bibit + Pupuk NPK 6 gr/bibit

D : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 50 gr/bibit + Pupuk NPK 2 gr/bibit

E : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 50 gr/bibit + Pupuk NPK 4 gr/bibit

F : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 50 gr/bibit + Pupuk NPK 6 gr/bibit

G : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 100 gr/bibit + Pupuk NPK 2 gr/bibit

H : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 100 gr/bibit + Pupuk NPK 4 gr/bibit

I : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 100 gr/bibit + Pupuk NPK 6 gr/bibit

1 : Ulangan 1

2 : Ulangan 2

3 : Ulangan 3
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Tinggi
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 610,659a 8 76,332 2,972 ,026
Intercept 2055,828 1 2055,828 80,033 ,000
DosisKotoran 52,412 2 26,206 1,020 ,380
DosisNPK 37,401 2 18,700 ,728 ,497
DosisKotoran * 520,846 4 130,211 5,069 ,006
DosisNPK
Error 462,373 18 25,687
Total 3128,860 27
Corrected Total 1073,032 26
At . R Squared = ,569 (Adjusted R Squared = ,378)
Tabel 1 : Hasil analisis univariat pada SPSS untuk parameter tinggi tanaman

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: JumlahDaun
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 145,333a 8 18,167 1,030 ,450
Intercept 408,333 1 408,333 23,162 ,000
DosisKotoran 66,889 2 33,444 1,897 ,179
DosisNPK 30,889 2 15,444 ,876 ,433
DosisKotoran * 47,556 4 11,889 ,674 ,618
DosisNPK
Error 317,333 18 17,630
Total 871,000 27
Corrected Total 462,667 26
a. R Squared = ,314 (Adjusted R Squared = ,009)
Tabel 2 : Hasil analisis univariat pada SPSS untuk parameter jumlah daun

B. Pembahasan

Cabai merah (Capsicum annuum L.) memiliki potensi sebagai jenis sayuran
buah untuk dikembangkan karena cukup penting peranannya baik untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi Nasional maupun komoditas ekspor. Dengan makin
beragamnya kebutuhan manusia dan makin berkembangnya teknologi obat-obatan,
kosmetik, zat warna, pencampur an minuman dan lainnya, maka kebutuhan bahan
baku cabai merah akan terus meningkat setiap tahunnya (Rismundar, 2003).
Tanaman cabai merah memiliki daya adaptasi yang luas, karena itu dapat
ditanam di berbagai lahan dan sembarang waktu, tanaman ini dapat diusahakan
baik di lahan sawah, kering, pinggir laut (dataran rendah ataupun pegunungan
(dataran tinggi). Pengusahaannya juga dapat dilakukan pada musim kemarau,
musim hujan maupun rendengan. Namun demikian ada beberapa persyaratan
tertentu yang harus diperhatikan antara lain :
a. Jenis Tanah
Tanah yang paling sesuai untuk tanaman cabai merah (terutama cabai
hibrida) adalah tanah yang bertekstur remah, gembur tidak terlalu liat, dan tidak
terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah yang terlalu liat kurang baik karena
sulit diolah, drainasenya jelek, pernafasan akar tanaman dapat terganggu dan
dapat menyulitkan akar dalam mengadopsi unsur hara. Tanah yang terlalu
poros/banyak pasir juga kurang baik, karena mudah tercucinya pupuk oleh air.
Penambahan pupuk kandang 20-25 ton/ha dapat memperbaiki tanah terlalu liat
atau terlalu poros.
b. Derajat Kemasaman (pH)
Derajat kemasaman tanah yang sesuai adalah berkisar antara pH 5,5-6,8
dengan pH optimum 6,0-6,5. Cendawan berkembang pada hampir semua
tingkatan pH, cendawan penyebab layu Fusarium dan cendawan penyebab rebah
kecambah seperti Rhizoctoma sp, Phythium sp. berkembang baik pada tanah-
tanah asam. Cendawan yang hidup pada pH > 5,5 kehidupannya bersaing dengan
bakteri, karena bakteri berkembang baik pada pH > 5,5. Pengaturan pH dapat
dilakukan dengan penambahan kapur pertanian pada pH rendah dan belerang (S)
pada pH tinggi.
c. Air
Air berfungsi sebagai pelarut dan pengangkut unsur hara ke organ tanaman,
air berperan dalam proses fotosintesis (pemasakan makanan) dan proses respirasi
(pernafasan). Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan
akhirnya mati. Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber air
yang bersih yang membawa mineral atau unsur hara yang dibutuhkan tanaman,
bukan air yang berasal dari suatu daerah penanaman cabai yang terserang
penyakit, karena air ini dapat menyebabkan tanaman cabai yang sehat akan
segera tertular, dan bukan air yang berasal dari limbah pabrik yang berbahaya
bagi tanaman cabai.
d. Iklim
Faktor iklim yang penting dalam usaha budidaya cabai merah adalah angin,
curah hujan, cahaya matahari, suhu dan kelembaban. Angin sepoi-sepoi akan
membawa uap air dan melindungi tanaman dari terik matahari sehingga
penguapan yang berlebihan akan berkurang. Selain lebah, angin juga berperan
penting sebagai perantara penyerbukan, namun angin yang kencang justru akan
merusak tanaman. Curah hujan yang diperlukan adalah 1500-2500 mm/tahun.
Tanaman dapat tumbuh dan berproduksi baik pada iklim A, B, C, dan D (tipe
iklim menurut Schmid dan Ferguson). Hujan yang terlalu keras akan
mengakibatkan bunga tidak terserbuki dan banyak rontok. Lamanya penyinaran
(foto periodisitas) yang dibutuhkan tanaman cabai antara 10-12 jam/hari,
intensitas cahaya ini dibutuhkan untuk fotosintesis, pembentukan bunga,
pembentukan buah dan pemasakan buah. Suhu untuk perkecambahan benih
paling baik antara 25-30 0C. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 24-28 0C.
Pada suhu <15 0C >32 0C buah yang dihasilkan kurang baik, suhu yang terlalu
dingin menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, pembentukan bunga
kurang sempurna, dan pemasakan buah lebih lama (Rosmarkam, 2002).
Peningkatkan pertumbuhan dan perkembangan serta kualitas hasil adalah
dengan memberikan suplai hara yang cukup dan seimbang melalui pemupukan,
unsur hara utama yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang cukup besar yaitu
unsur hara Nitrogen, Fospor, dan Kalium. Sumber pupuk berpengaruh terhadap
tinggi tanaman, lebar daun, panjang daun, diameter daun dan hasil tanaman
(Bahri, 2006).

Pupuk merupakan bahan alami atau buatan yang ditambahkan ke tanah dan
dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah satu atau lebih hara
esensial. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk
anorganik (Parnata, 2010).

Pada Praktikum dengan waktu kurang lebih tiga bulan yaitu Bulan Oktober –
Desember dilakukan di Rooftop FMIPA UNY dengan perlakuan pemberian
kombinasi pupuk organik dan anorganik, yang dalam hal ini penggunaan pupuk
organik ialah dengan pupuk kotoran kelinci dan pupuk anorganik menggunakan
pupuk NPK.

Dari beberapa perlakuan dilakukan pengukuran tinggi batang, panjang batang,


dan jumlah daun yang kemudian dianalisis pada program SPSS dan di dapatkan
hasil bahwa perlakuan pupuk kotoran kelinci diperoleh signifikansi 0,380 > 0,05
maka tidak terdapat pengaruh perlakuan pupuk kotoran kelinci terhadap
pertambahan tinggi tanaman cabai. Sedangkan pada perlakuan pupuk NPK
diperoleh hasil signifikansi 0,497 > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh perlakuan
pupuk NPK terhadap pertambahan tinggi tanaman cabai. Kemudian pada hasil
interaksi antara perlakuan pupuk kotoran kelinci dan pupuk NPK diperoleh hasil
signifikansi 0,006 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa interaksi dari perlakuan
pupuk kotoran kelinci dan pupuk NPK memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman cabai.

Kemudian dilakukan analisis lagi untuk parameter jumlah daun, berdasarkan


tabel didapatkan hasil bahwa bahwa perlakuan pupuk kotoran kelinci diperoleh
signifikansi 0,179 > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh perlakuan pupuk kotoran
kelinci terhadap pertambahan jumlah tanaman cabai. Sedangkan pada perlakuan
pupuk NPK diperoleh hasil signifikansi 0,433 > 0,05 maka tidak terdapat
pengaruh perlakuan pupuk NPK terhadap pertambahan jumlah daun tanaman
cabai. Kemudian pada hasil interaksi antara perlakuan pupuk kotoran kelinci dan
pupuk NPK diperoleh hasil signifikansi 0,618 > 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa interaksi dari perlakuan pupuk kotoran kelinci dan pupuk NPK tidak
memberikan pengaruh terhadap pertambahan jumlah daun tanaman cabai.
Dari hasil sig yang telah didapatkan dalam analisis SPSS dapat didapatkan
hasil bahwa interaksi antara Pupuk Kotoran Kelinci dan Pupuk NPK memberikan
pengaruh terhaadap tinggi tanaman, tetapi tidak mempengaruhi jumlah daun yang
ada. Hal ini tidak sesuai dengan teori dari (Gardner et al, 1991), bahwa
kandungan nitrogen yang ada pada tanah akan berpengaruh nyata terhadap
perluasan daun terutama pada lebar dan luas daun, serta jumlah daun.

Pada pemberian pupuk NPK dan Pupuk kotoran kelinci, hasil yang didapat
ketika memberi 1 jenis pupuk saja menunjukkan hasil bahwa tidak adanya
pengaruh terhadap pertumbuhan maupun jumlah daunnya. Hal ini juga tidak
sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa Pemberian Pupuk NPK dan
Kotoran kelinci yang di dalamnya terkandung unsur hara N, P, dan K akan
meningkatkan pertumbuhannya.

Menurut Hadisuwito (2012), kelebihan pupuk organik adalah mengandung


unsur hara makro dan mikro lengkap, tetapi jumlahnya sedikit, dapat
memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah menjadi gembur, memiliki daya
simpan air ( water holding capasity) yang tinggi, tanaman lebih tahan terhadap
serangan penyakit, meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang
menguntungkan, memiliki residual effect yang positif, sehingga tanaman yang
ditanam pada musim berikutnya tetap bagus pertumbuhan dan produktivitasnya.

Tidak adanya pengaruh dari pemupukan yang dilakukan mungkin dapat di


sebabkan oleh beberapa faktor misalnya seperti Menurut Parnata (2010)
kelemahan pupuk organik yang berupa padatan memiliki kuantitas yang besar,
sehingga biaya pengangkutannya lebih mahal, kecepatan penyerapan unsur hara
oleh tanaman lebih lama dibandingkan dengan penyerapan unsur hara dari pupuk
anorganik. Dari teori tersebut sesuai dengan hal yang terjadi pada pupuk kotoran
kelinci yang mana belum dihancurkan sehingga masih berupa bulatan – bulatan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Interaksi dari Pemberian pupuk kotoran kelinci dan pupuk NPK diperoleh
hasil signifikansi 0,006 < 0,05 yang artinya memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman cabai.
2. Interaksi dari Pemberian pupuk kotoran kelinci dan pupuk NPK diperoleh
hasil signifikansi 0,618 > 0,05 yang artinya tidak memberikan pengaruh
terhadap jumlah daun tanaman cabai.
3. Pemberian 1 macam jenis pupuk tidak menunjukkan hasil adanya
pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi dan jumlah daun tanaman cabai.
B. SARAN

Untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil Cabai dapat digunakan

kombinasi pupuk organik yaitu pemberian pupuk kandang kotoran kelinci

dan Pupuk NPK. Tetapi hal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

membuat dosis yang pas untuk skala yang lebih besar.


DAFTAR PUSTAKA

Bahri. 2006. Pengaruh Sumber Pupuk Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

Selada. Sumatera Barat : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Gardner, F.P,.R.B. Pearce dan R.L. Mitchel. (1991). Fisiologi Tanaman Budidaya.
Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Hadisuwito, Sukamto. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Jakarta : Agro Media

Pustaka.

Hakim, N, M. Y. Nyakpa, AM. Lubis, SG Nugroho, MR Saul, MA Diha, GB Hong

dan HH Bailey.(1986). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Universitas


Lampung.

Lingga dan Marsono. (2003). Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta : Penebar


Swadaya.

Parnata, Ayub. 2010. Meningkatkan Hasil Panen dengan Pupuk Organik. Jakarta:

AgroMedia Pustaka.
Rismunandar. 2003. Pengetahuan dasar tentang perabukan. Bandung: Sinar Baru.
Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. (2002). Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta :
Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai