Oleh:
17308144007
Biologi B 2017
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas unggulan nasional yang
penanamannya dilakukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kebutuhan akan cabai terus
meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya
industri yang membutuhkan bahan baku cabai seperti industri bumbu masakan, makanan dan
obat-obatan atau jamu. Selain itu tanaman cabai ini memiliki beberapa manfaat kesehatan,
salah satunya terdapat zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker.
Kebutuhan akan cabai merah tiap tahunnya semakin meningkat sehubungan dengan semakin
beragam dan bervariasinya jenis masakan yang menggunakan bahan asal cabai (Gardner,
1991).
Usaha untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan serta kualitas hasil adalah
dengan memberikan suplai hara yang cukup dan seimbang melalui pemupukan, unsur hara
utama yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang cukup besar yaitu unsur hara Nitrogen,
Fospor, dan Kalium. Sumber pupuk berpengaruh terhadap tinggi tanaman, lebar daun,
panjang daun, diameter daun dan hasil tanaman (Bahri, 2006).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengaruh Pemberian Pupuk NPK dan Pupuk Kotoran Kelinci terhadap
Pertumbuhan Tanaman Cabai ?
2. Bagaimana Perbedaan pertumbuhan terhadap pemberian pupuk NPK dan Pupuk
Kotoran Kelinci ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh pemberian Pupuk NPK dan Pupuk Kotoran Kelinci terhadap
pertumbuhan tanaman cabai
2. Mengetahui perbedaan pertumbuhan (tinggi tanaman dan jumlah daun) terhadap
pemberian pupuk NPK dan Ppupuk Kotoran Kelinci.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatofita
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dikotiledon
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Pupuk merupakan bahan alami atau buatan yang ditambahkan ke tanah dan
dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah satu atau lebih hara
esensial. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk
anorganik (Rismundar, 2003).
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan meramu
bahan – bahan kimia dan memiliki kandungan hara yang tinggi. Pupuk anorganik
memiliki beberapa keuntungan yaitu pemberiannya dapat terukur dengan tepat,
kebutuhan hara tanaman dapat terpenuhi dengan perbandingan yang tepat, dan
tersedia dalam jumlah yang cukup. Sedangkan kelemahan dari pupuk anorganik
yaitu hanya memiliki unsur hara makro, pemakaian yang berlebihan dapat
merusak tanah bila tidak diimbangi dengan pupuk kandang atau kompos, dan
pemberian yang berlebihan dapat membuat tanaman mati (Lingga dan Marsono,
2011).
Pupuk organik adalah Pupuk yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang
mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap, tetapi jumlahnya sedikit, dapat
memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah menjadi gembur, memiliki daya
simpan air ( water holding capasity) yang tinggi, tanaman lebih tahan terhadap
serangan penyakit, meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang
menguntungkan, memiliki residual effect yang positif, sehingga tanaman yang
ditanam pada musim berikutnya tetap bagus pertumbuhan dan produktivitasnya
(Rismundar, 2003).
BAB III
METODE
C. Jenis Penelitian
Populasi dalam eksperimen ini adalah tanaman cabai, dengan sampelnya adalah
30 buah tanaman cabai
E. Variabel penelitian
Perlakuan G : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 100 gr/bibit + Pupuk NPK 2 gr/bibit
Perlakuan H : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 100 gr/bibit + Pupuk NPK 4 gr/bibit
Perlakuan I : Kosentrasi Pupuk Kotoran Kelinci 100 gr/bibit + Pupuk NPK 6 gr/bibit
b) Variabel tergayut : Pertumbuhan tanaman cabai
1. Tinggi batang
2. Jumlah daun
c) Variabel penggaggu :
1. Media Tanam
3. Waktu penyiraman
Alat:
Bahan :
G. Cara Kerja
Bagan Pengacakan
F1 C1 H1 D1 B2 A2 G1 D2 E1 C3
I2 H3 A1 C2 G3 F2 E2 G2 F3 I3
B1 D3 I1 X X B3 H2 A3 X E3
Keterangan :
1 : Ulangan 1
2 : Ulangan 2
3 : Ulangan 3
BAB IV
A. Hasil
B. Pembahasan
Cabai merah (Capsicum annuum L.) memiliki potensi sebagai jenis sayuran
buah untuk dikembangkan karena cukup penting peranannya baik untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi Nasional maupun komoditas ekspor. Dengan makin
beragamnya kebutuhan manusia dan makin berkembangnya teknologi obat-obatan,
kosmetik, zat warna, pencampur an minuman dan lainnya, maka kebutuhan bahan
baku cabai merah akan terus meningkat setiap tahunnya (Rismundar, 2003).
Tanaman cabai merah memiliki daya adaptasi yang luas, karena itu dapat
ditanam di berbagai lahan dan sembarang waktu, tanaman ini dapat diusahakan
baik di lahan sawah, kering, pinggir laut (dataran rendah ataupun pegunungan
(dataran tinggi). Pengusahaannya juga dapat dilakukan pada musim kemarau,
musim hujan maupun rendengan. Namun demikian ada beberapa persyaratan
tertentu yang harus diperhatikan antara lain :
a. Jenis Tanah
Tanah yang paling sesuai untuk tanaman cabai merah (terutama cabai
hibrida) adalah tanah yang bertekstur remah, gembur tidak terlalu liat, dan tidak
terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah yang terlalu liat kurang baik karena
sulit diolah, drainasenya jelek, pernafasan akar tanaman dapat terganggu dan
dapat menyulitkan akar dalam mengadopsi unsur hara. Tanah yang terlalu
poros/banyak pasir juga kurang baik, karena mudah tercucinya pupuk oleh air.
Penambahan pupuk kandang 20-25 ton/ha dapat memperbaiki tanah terlalu liat
atau terlalu poros.
b. Derajat Kemasaman (pH)
Derajat kemasaman tanah yang sesuai adalah berkisar antara pH 5,5-6,8
dengan pH optimum 6,0-6,5. Cendawan berkembang pada hampir semua
tingkatan pH, cendawan penyebab layu Fusarium dan cendawan penyebab rebah
kecambah seperti Rhizoctoma sp, Phythium sp. berkembang baik pada tanah-
tanah asam. Cendawan yang hidup pada pH > 5,5 kehidupannya bersaing dengan
bakteri, karena bakteri berkembang baik pada pH > 5,5. Pengaturan pH dapat
dilakukan dengan penambahan kapur pertanian pada pH rendah dan belerang (S)
pada pH tinggi.
c. Air
Air berfungsi sebagai pelarut dan pengangkut unsur hara ke organ tanaman,
air berperan dalam proses fotosintesis (pemasakan makanan) dan proses respirasi
(pernafasan). Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan
akhirnya mati. Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber air
yang bersih yang membawa mineral atau unsur hara yang dibutuhkan tanaman,
bukan air yang berasal dari suatu daerah penanaman cabai yang terserang
penyakit, karena air ini dapat menyebabkan tanaman cabai yang sehat akan
segera tertular, dan bukan air yang berasal dari limbah pabrik yang berbahaya
bagi tanaman cabai.
d. Iklim
Faktor iklim yang penting dalam usaha budidaya cabai merah adalah angin,
curah hujan, cahaya matahari, suhu dan kelembaban. Angin sepoi-sepoi akan
membawa uap air dan melindungi tanaman dari terik matahari sehingga
penguapan yang berlebihan akan berkurang. Selain lebah, angin juga berperan
penting sebagai perantara penyerbukan, namun angin yang kencang justru akan
merusak tanaman. Curah hujan yang diperlukan adalah 1500-2500 mm/tahun.
Tanaman dapat tumbuh dan berproduksi baik pada iklim A, B, C, dan D (tipe
iklim menurut Schmid dan Ferguson). Hujan yang terlalu keras akan
mengakibatkan bunga tidak terserbuki dan banyak rontok. Lamanya penyinaran
(foto periodisitas) yang dibutuhkan tanaman cabai antara 10-12 jam/hari,
intensitas cahaya ini dibutuhkan untuk fotosintesis, pembentukan bunga,
pembentukan buah dan pemasakan buah. Suhu untuk perkecambahan benih
paling baik antara 25-30 0C. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 24-28 0C.
Pada suhu <15 0C >32 0C buah yang dihasilkan kurang baik, suhu yang terlalu
dingin menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, pembentukan bunga
kurang sempurna, dan pemasakan buah lebih lama (Rosmarkam, 2002).
Peningkatkan pertumbuhan dan perkembangan serta kualitas hasil adalah
dengan memberikan suplai hara yang cukup dan seimbang melalui pemupukan,
unsur hara utama yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang cukup besar yaitu
unsur hara Nitrogen, Fospor, dan Kalium. Sumber pupuk berpengaruh terhadap
tinggi tanaman, lebar daun, panjang daun, diameter daun dan hasil tanaman
(Bahri, 2006).
Pupuk merupakan bahan alami atau buatan yang ditambahkan ke tanah dan
dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah satu atau lebih hara
esensial. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk
anorganik (Parnata, 2010).
Pada Praktikum dengan waktu kurang lebih tiga bulan yaitu Bulan Oktober –
Desember dilakukan di Rooftop FMIPA UNY dengan perlakuan pemberian
kombinasi pupuk organik dan anorganik, yang dalam hal ini penggunaan pupuk
organik ialah dengan pupuk kotoran kelinci dan pupuk anorganik menggunakan
pupuk NPK.
Pada pemberian pupuk NPK dan Pupuk kotoran kelinci, hasil yang didapat
ketika memberi 1 jenis pupuk saja menunjukkan hasil bahwa tidak adanya
pengaruh terhadap pertumbuhan maupun jumlah daunnya. Hal ini juga tidak
sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa Pemberian Pupuk NPK dan
Kotoran kelinci yang di dalamnya terkandung unsur hara N, P, dan K akan
meningkatkan pertumbuhannya.
A. KESIMPULAN
1. Interaksi dari Pemberian pupuk kotoran kelinci dan pupuk NPK diperoleh
hasil signifikansi 0,006 < 0,05 yang artinya memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman cabai.
2. Interaksi dari Pemberian pupuk kotoran kelinci dan pupuk NPK diperoleh
hasil signifikansi 0,618 > 0,05 yang artinya tidak memberikan pengaruh
terhadap jumlah daun tanaman cabai.
3. Pemberian 1 macam jenis pupuk tidak menunjukkan hasil adanya
pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi dan jumlah daun tanaman cabai.
B. SARAN
dan Pupuk NPK. Tetapi hal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
Bahri. 2006. Pengaruh Sumber Pupuk Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Gardner, F.P,.R.B. Pearce dan R.L. Mitchel. (1991). Fisiologi Tanaman Budidaya.
Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Hadisuwito, Sukamto. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Jakarta : Agro Media
Pustaka.
Parnata, Ayub. 2010. Meningkatkan Hasil Panen dengan Pupuk Organik. Jakarta:
AgroMedia Pustaka.
Rismunandar. 2003. Pengetahuan dasar tentang perabukan. Bandung: Sinar Baru.
Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. (2002). Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta :
Kanisius.