Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL ILMIAH

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018

Nama : Ade Sagita Wiguna


Nim : C51112265
Program Studi : Agroteknologi
Judul : Pertumbuhan dan Hasil Cabai Rawit pada Tanah PMK dengan
Kombinasi Pupuk Organik dan Anorganik

Pembimbing : 1. Ir. Nurjani, M.Sc


2. Dr. Tantri Palupi, SP., M.Si

Penguji : 1. Ir. Warganda, MMA


2. Agus Hariyanti, SP., MP
PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAI RAWIT PADA TANAH PMK DENGAN
KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK

Ade Sagita Wiguna(1) , Nurjani(2), Tantri Palupi(3)


(1)
Mahasiswa Fakultas Pertanian (2) dan Staf Pengajar Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura Pontianak
Email : Adeheadbanger1994@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis kombinasi pupuk organik dan
anorganik yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil cabai rawit pada tanah PMK.
Penelitian dilaksanakan di Desa Bodok Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau
Kalimantan Barat selama 5 bulan sejak bulan Juli sampai November 2016.
Metode eksperimen yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK)
6 perlakuan diulang sebanyak 4 kali terdapat 24 bedengan dan 4 sampel tanaman
per bedengan, sehingga seluruhnya berjumlah 96 tanaman sampel. Perlakuan yang
dimaksud adalah A= 100% pupuk kotoran ayam, B= 80% pupuk kotoran ayam + 20%
NPK Mutiara, C= 60% pupuk kotoran ayam + 40% NPK Mutiara, D= 40% pupuk
kotopran ayam + 60% NPK Mutiara, E= 20% pupuk kotoran ayam + 80% NPK
Mutiara, dan F= 100% NPK Mutiara. Variabel yang diamati dalam penelitian yaitu
tinggi tanaman, volume akar, berat kering tanaman, umur panen, jumlah buah per
tanaman, dan berat buah per tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
kombinasi 60% pupuk organik + 40% pupuk anorganik menunjukkan pertumbuhan dan
hasil cabai rawit yang terbaik pada tanah PMK.
Kata kunci : Cabai rawit, Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik, Tanah PMK
GROWTH AND RESULT CAYENNE PEPPER ON LAND YRP WITH
ORGANIC AND ANORGANIC FERTILIZER COMPONENTS

Ade Sagita Wiguna(1) , Nurjani(2), Tantri Palupi(3)


(1)
Students of Agriculture Faculty (2) and Lucturer of Agriculture of Faculty in
Tanjungpura University Pontianak

Email : Adeheadbanger1994@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine the best combination of organic and inorganic
fertilizers for growth and yield of cayenne pepper on YRP soil. The research was
conducted in Bodok Village, Parindu Sub-district, Sanggau District, West Kalimantan
for 5 months from July to November 2016. The experimental method used was
Randomized Block Design (RAK) 6 repeated treatments as many as 4 times there were
24 beds and 4 samples of plants per bed, so that all amounted to 96 plants sample.
The treatment is A = 100% chicken manure, B = 80% chicken manure + 20% NPK
Mutiara, C = 60% chicken manure + 40% NPK Mutiara, D = 40% chicken manure +
60% NPK Mutiara, E = 20% chicken manure + 80% NPK Mutiara, and F = 100% NPK
Mutiara. The variables observed in the study were plant height, root volume, plant dry
weight, harvest age, number of fruits per plant, and fruit weight per plant. The results
showed that treatment of 60% organic fertilizer + 40% of inorganic fertilizer showed the
best growth and yield of cayenne on YRP soil.

Keywords : Cayenne pepper, Organic Fertilizer and Inorganic Fertilizer, YRP soil
PENDAHULUAN

Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan komoditas rempah-rempah yang


mempunyai prospek menguntungkan untuk dapat dikembangkan. Cabai rawit tidak
hanya digunakan untuk konsumsi rumah tangga sebagai bumbu masak atau bahan
campuran pada berbagai industri pengolahan makanan, tetapi juga digunakan untuk
pembuatan obat-obatan. Secara umum buah cabai rawit mengandung zat gizi antara lain
lemak, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, B2, C dan senyawa
alkaloid seperti antioksidan, capsaicin, oleoresin, flavanoid dan minyak esensial
(Rukmana, 2002).
Dengan adanya berbagai kendala tersebut, untuk meningkatkan produksi
tanaman cabai rawit dapat menggunakan alternatif kombinasi pupuk organik dan
anorganik yang mempunyai keuntungan ekologis maupun ekonomis, Pemberian pupuk
organik dapat memperbaiki sifat-sifat tanah seperti sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Bahan organik merupakan perekat butiran lepas, sumber hara tanaman dan sumber
energi dari sebagian besar organisme tanah. Pemberian pupuk organik dapat
meningkatkan daya larut unsur P, K, Ca dan Mg, meningkatkan C- organik, kapasitas
tukar kation, serta kapasitas tanah memegang air. Pemberian pupuk ditingkat petani
masih sangat bervariasi dan belum menggunakan pemupukan yang seimbang yaitu
penggunaan pupuk organik dan an-organik. Pemupukan yang berimbang mampu
memberikan pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik, tahan terhadap kerebahan, tahan
terhadap hama dan penyakit, dan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil.
Pengunaan pupuk organik dapat memberikan tambahan bahan organik, hara,
memperbaiki sifat fi sik tanah, serta mengembalikan hara yang ter angkut hasil panen.
Selain itu juga dapat mencegah kehilangan air dalam anah dan laju infiltrasi air
(Soemarno, 1993).
Tanah PMK miskin akan unsur hara N, P, K, Ca dan unsur hara mikro lainnya.
Tanah PMK ini bereaksi masam yakni dengan pH 4,2 – 4,8. Kemasaman tanah yang
tinggi, kandungan bahan organik yang rendah dan adaanya bahaya keracunan
alumunium (Al) serta mangan (Mn) merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan
cabai rawit pada tanah PMK (Jaenudin dan Sudjadi, 1987).
Penggunaan pupuk NPK dapat menjadi solusi dan alternatif dalam
meningkatkan pertumbuhan tanaman sayuran. Pengunaan pupuk NPK di harapkan
dapat memberi kemudahan dalam pengaplikasian di lapangan dan dapat dimanfaatkan
langsung oleh tanaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutedjo (2008) bahwa
pemberian pupuk anorganik ke dalam tanah dapat menambah ketersediaan hara yang
cepat bagi tanaman.
Bahan organik juga berpengaruh cukup baik untuk meningkatkan kesuburan
PMK. Sumber bahan organik yang sering digunakan adalah kotoran ayam. Kotoran
ayam digunakan karena kandungan unsur N dan Ca-nya tergolong tertinggi
dibandingkan kotoran sapi, kuda dan kambing (Wiryanta, 2002; Sutanto, 2006).
Manfaat bahan organik pada tanah PMK yaitu tanah menjadi gembur dan aerasi
tanah lebih baik, meningkatnya kapasitas tukar kation (KTK) dan meningkatnya
ketersediaan hara serta meningkatnya populasi mikroorganisme tanah yang berperan
penting terhadap pertumbuhan tanaman.
Tanaman cabai rawit memerlukan unsur hara yang cukup maka dengan
penambahan pupuk kotoranan ayam dan Pupuk NPK Mutiara dapat memperbaiki
struktur tanah dan meningkatkan kesuburan tanah serta menambah mikroorganisme
tanah yang berperan penting dalam tersedianya unsur hara bagi tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik dan
anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil cabai rawit pada tanah PMK dan
mendapatkan dosis kombinasi pupuk organik dan anorganik yang terbaik terhadap
pertumbuhan dan hasil cabai rawit pada tanah PMK.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal l9 Juni sampai 12 November 2016. di


Desa Bodok Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu : meteran, parang, cangkul, arit, pisau, timbangan elektrik, gunting,
ember plastik, termohigrometer, label, kamera handphone, alat tulis menulis, pH meter.
Bahan yang digunakan yaitu : benih cabai rawit Varietas Rinta F1, tanah PMK, pupuk
kotoran ayam, pupuk NPK Mutiara , mulsa plastik hitam perak, kapur dolomit,
gandasil D, gandasil B, pestisida, bak plastik untuk persemaian.
Metode penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK)
yang terdiri dari 6 pelakuan kombinasi pupuk kotoran ayam dan NPK mutiara dengan
4 ulangan dan 4 sampel tanaman per bedengan. Total keseluruhan diperoleh 96 tanaman
sampel. Perlakuan yang digunakan adalah kombinasi pupuk organik dan anorganik
yaitu A = (100% pupuk kotoran ayam), B = (80% pupuk kotoran ayam + 20% NPK
mutiara), C = (60% pupuk kotoran ayam + 40% NPK mutiara), D = (40% pupuk
kotoran ayam + 60% NPK mutiara), E = (20% pupuk kotoran ayam + 80% NPK
mutiara), dan F = (100% NPK). Pelaksanaan penelitian meliputi penyemaian benih,
pengolahan lahan, pemberian kapur, pemasangan mulsa, penanaman, pemupukan,
pemeliharaan tanaman serta panen. Variabel pengamatan yaitu Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran, mulai dari pangkal batang yang
sudah ditandai sebelumnya (± 1 cm di atas tanah) hingga titik tumbuh pucuk apikal.
Volume akar (cm3) Pengukuran volume akar dilakukan dengan cara memisahkan akar
dengan bagian atas tanaman, kemudian dibersihkan dan dicuci lalu akar dimasukkan ke
dalam gelas piala yang telah diisi air dengan volume 500 ml setelah itu air disedot
sampai garis 500 ml dengan menggunakan pipet volume, volume akar dilihat di pipet
volume. Berat kering tanaman (g) Berat kering tanaman dilakukan pada akhir panen,
tanaman dibersihkan dari tanah atau kotoran yang menempel kemudian dikeringkan
dengan oven pada suhu 700C selama 48 jam sampai berat kering tanaman konstan. Berat
kering tanaman ditimbang dengan menggunakan timbangan elektrik. Umur panen
(hari) dilakukan ketika panen pertama sampai panen terakhir dan data di hitung per
sampel. Jumlah buah per tanaman ( buah) dihitung setiap panen dan ditotalkan sampai
panen terakhir, dan Berat buah per tanaman (g) ditimbang setiap panen dan ditotalkan
sampai panen terakhir.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis keragaman semua variabel pengamatan diketahui bahwa


kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap variabel
tinggi tanaman, volume akar, berat kering tanaman, umur panen, jumlah buah
per tanaman, dan berat buah per tanaman. Rekapitulasi Uji BNJ untuk semua variabel
pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Rekapitulasi Uji BNJ Variabel Pengamatan Tinggi Tanaman Minggu ke-1
sampai Minggu ke-7 setelah tanam
Pupuk Variabel Pengamatan
organik + Tinggi Tanaman (cm)
pupuk
anorganik % 1 mst 2 mst 3 mst 4 mst 5 mst 6 mst 7 mst
A 100 + 0 10,12 b 12,46 b 15,12 b 18,49 b 21,61 bc 24,41 b 27,22 ab
B 80 + 20 8,87 c 11,10 c 14,13 cd 17,41 cd 20,40 cd 22,76 d 25,99 bc
C 60 + 40 11,32 a 14,15 a 17,76 a 20,89 a 23,95 a 26,81 a 29,96 a
D 40 + 60 9,44 b 12,15 b 15,11 b 18,21 bc 21,23 bc 24,28 b 27,38 ab
E 20 + 80 8,02 c 10,92 c 14,02 d 17,07 d 20,30 d 23,12 cd 25,83 bc
F 0 + 100 6,87 d 9,83 d 12,79 e 15,88 e 18,70 e 21,31 e 23,91 bc
BNJ 5 % 1,02 1,31 1,25 1,44 0,55 2,04 4,54
KK % 1,18 1,20 1,09 0,99 1,03 1,32 0,99
Fhit 75,52 54,26 62,39 63,28 55,24 32,83 63,28

Keterangan :
Mst = Minggu setelah tanam

Tabel 2. Rekapitulasi Uji BNJ Variabel Pengamatan Volume Akar, Berat Kering
Tanaman, Berat Buah Per Tanaman, Jumlah Buah Per Tanaman dan Umur
Panen.
Pupuk organik + Variabel Pengamatan
pupuk anorganik % VA(cm3) BKT(g)` BB (g) JB (buah) UP (hari)
A 100+0 5,04 c 48,25 cd 36,20 bc 35,00 b 93,93 a
B 80+20 4,81 d 57,06 c 38,43 b 37,75 b 93,56 a
C 60+40 7,32 a 118,30 a 55,63 a 54,75 a 92,68 ab
D 40+60 7,26 a 92,67 b 38,32 b 36,50 b 91,81 bc
E 20+80 6,07 b 68,60 c 27,93 d 30,50 d 90,95 c
F 0+100 5,16 c 32,95 d 27,62 d 22,25 e 90,95 c
BNJ 5 % 1,16 15,53 3,26 3,32 0,73
KK % 6,44 19,95 2,89 3,04 0,66
Fhit 29,10 16,83 302,09 321,46 17,92

Keterangan :
A, B, C, D, E, dan F = Dosis Perlakuan
VA = Volume Akar
BKT = Berat Kering Tanaman
BB = Berat Buah
JB = Jumlah Buah
UP = Umur Panen

Hasil analisis keragaman cabai rawit terhadap pemberian kombinasi pupuk


organik dan anorganik pada tanah PMK menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap
semua variabel pengamatan. Pemberian kombinasi pupuk organik dan anorganik pada
tanah PMK memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
cabai rawit.
Pupuk kotoran ayam yang diberikan pada tanah PMK mengandung bahan
organik berfungsi memperbaiki sifat fisik tanah PMK sehingga tanah menjadi gembur.
Struktur tanah menjadi lebih baik sehingga memudahkan perkembangan akar.
Sifat fisik tanah juga menjadi lebih baik akibat perubahan sifat kimia pada tanah dengan
pemberian pupuk kotoran ayam.
Pupuk kotoran ayam dapat menyumbangkan unsur hara yang diperlukan tanaman,
seperti N, P, K, dan beberapa unsur hara mikro berupa Fe, Zn dan Mo (Harsono, 2009 ).
SedangkanPupuk NPK Mutiara 16-16-16 merupakan salah satu jenis pupuk majemuk
yang mengandung unsur hara utama nitrogen, fosfor dan kalium, pemberian pupuk ini
diharapkan bisa menjadi solusi yang efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan
hara utama tersebut bagi tanaman. Jika unsur hara dalam tanah tidak tersedia maka
pertumbuhan tanaman akan terhambat dan produksinya menurun. Kekurangan salah
satu atau beberapa unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak
sebagaimana mestinya yaitu ada kelainan atau penyimpangan-penyimpangan dan
banyak pula tanaman yang mati muda (Thania, 2011).
Hasil penelitian pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian kombinasi
60% pupuk kotoran ayam + 40% NPK Mutiara menghasilkan rata-rata volume akar
tertinggi yaitu 7,32 ml. Komposisi media yang sesuai menyebabkan akar mudah
mengalami perkembangan. Unsur hara dari pupuk kotoran ayam dan NPK mutiara yang
tersedia di dalam tanah menyebabkan akar lebih mudah menyerapnya. Perkembangan
akar yang baik akan meningkatkan volume akar tanaman. Harjadi dan Yahya (1988),
mengatakan bahwa bila unsur yang dapat diabsorbsi cukup akan menciptakan keadaan
media tumbuh yang baik untuk memperlancar proses-proses yang berlangsung di dalam
tubuh tanaman. Pembelahan sel terjadi pada pembuatan sel-sel baru di dalam jaringan
meristematik dan sel-sel baru ini memerlukan karbohidrat dalam jumlah yang besar,
sehingga berpengaruh langsung dalam pengembangan batang, daun serta perakaran.
Menurut Lingga dan Marsono (2005) , peranan utama dari nitrogen bagi tanaman
adalah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang,
cabang dan daun. Selain itu juga penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat
berguna dalam proses fotosintesis. Ketersediaan unsur hara N yang optimal akan
mengakibatkan terjadinya pertambahan tinggi tanaman karena dalam kondisi optimal
tersebut akan mendorong proses pembelahan maupun pembesaran sel.
Pembentukan daun pada tanaman cabai rawit terjadi pada fase pertumbuhan vegetatif
sebelum umur 3 mst. Organ daun tanaman cabai rawit akan memproduksi hormon
auksin yang berpengaruh untuk proses pemanjangan sel. Menurut Salisbury dan Ross
(1995) auksin dapat mempercepat pembentukan danperpanjangan batang.
Selain itu hormon auksin berguna dalam peningkatan jumlah akar serabut dan
pertumbuhan akar sehingga dapat memaksimalkan penyerapan unsur hara dalam tanah
oleh akar tanaman.
Kebutuhan N tanaman disediakan oleh tiga sumber yaitu pupuk NPK mutiara
16-16-16, fiksasi, dan unsur hara di dalam tanah merupakan sumber yang cukup banyak
yang diserap dalam bentuk NO3- dan NH4+ oleh tanaman sehingga terjadi konversi
energi yang tinggi dan selanjutnya digunakan dalam proses pertumbuhan vegetatif
tanaman (Munarman, 2011). Unsur N yang tersedia berfungi sebagai salah satu unsur
yang dibutuhkan untuk pembentukan klorofil sehingga berpengaruh pada laju
fotosintesis.
Hasil analisis keragaman pemberian kombinasi pupuk organik dan anorganik
terhadap berat kering tanaman pada Tabel 2 berpengaruh nyata. Nilai rerata tertinggi
dihasilkan oleh perlakuan pemberian kombinasi 60% pupuk kotoran ayam + 40% NPK
Mutiara yaitu 118,30 g. Hal ini disebabkan kombinasi yang di berikan ke tanah
sehingga unsur hara lebih banyak tersedia. Proses fotosintesis berlangsung dengan baik
sehingga fotosintat yang dihasilkan lebih banyak.
Menurut Agustina (1990), berat kering tanaman ditentukan oleh karbohidrat, sebagian
besar dinding sel tersusun dari karbohidrat.
Hasil penelitian untuk tinggi tanaman pada minggu terakhir pengamatan
menunjukkan bahwa pemberian kombinasi 60% pupuk kotoran ayam + 40% NPK
Mutiara menghasilkan rata-rata tertinggi yaitu 29,96 cm. Ketersediaan unsur N yang
lebih banyak menyababkan fotosintat juga semakin banyak sehingga berpengaruh pada
pertumbuhan vegetatif tanaman cabe rawit.
Proses fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman memerlukan kondisi
lingkungan yang baik, keadaan lingkungan di tempat penelitian yang terukur seperti
suhu udara menunjukan data suhu udara selama penelitian berkisar antara
24,56 – 26,050C merupakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman cabe
rawit. Menurut Nawangsih dkk. (2003), suhu untuk pembungaan tanaman cabai rawit
berkisar 24– 270C, artinya suhu udara pada saat penelitian tergolong sesuai dalam
pembentukan buah. Ketersediaan unsur hara N, P dan K yang cukup bagi tanaman jelas
untuk memberi jaminan ketersediaan hara bagi tanaman agar tetap diperoleh hasil yang
maksimal (Cahyono, 2007).
Sutedjo (2008) mengemukakan bahwa untuk mendorong pembentukan dan
mempercepat pembungaan dan pembentukan bunga dan buah sangat diperlukan unsur P
yang terdapat pada tanah, pupuk kotoran ayam dan NPK mutiara. Unsur Ca dan Mg
yang terkandung dalam pupuk kotoran ayam juga sangat berperan dalam pembentukan
buah. Hal ini sejalan dengan pendapat Hardjowigeno (2010) yang menyatakan bahwa
unsur hara Ca dan Mg penting untuk proses pembentukan buahkarena pada saat
pembentukan bunga dan buah tanaman akan membutuhkan fotosintat dalam jumlah
yang banyak.
Suplai hara yang membantu terjadinya proses fotosintesis dalam tanaman
menghasilkan senyawa organik yang akan diubah ke bentuk ATP saat berlangsungnya
respirasi, untuk membantu pertumbuhan tanaman dalam pembentukan bunga, dan buah.
Menurut Reinoso dkk (2011), pada fase pembentukan hasil dibutuhkan lajuproduksi dan
alokasi asimilat yang tinggi ke biji. Laju fotosintesis untuk produksi asimilat tentu
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara.
Pada penelitian ini, kandungan unsur hara P yang terdapat pada pupuk kotoran
ayam dan NPK mutiara membantu proses asimilasi tersebut. Menurut Lingga dan
Marsono (2005) unsur P bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar,
khususnya benih dan tanaman muda. Selain itu berfungsi juga sebagai bahan mentah
untukpembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan pernafasan, serta
mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Selain itu adanya kandungan hara
mikro dan hormon dapat membantu pembentukan buah. Munarman (2011) menyatakan
bahwa unsur hara P merupakan bagian esensial proses fotosintesis dan metabolisme
karbohidrat sebagai fungsi regulator pembagian hasil fotosintesis ke organ
reproduksi tanaman. Ketersediaan P yang cukup dapat meningkatkan hasil tanaman,
dalam hal ini termasuk berat dan jumlah buah per tanaman.
Hasil penelitian untuk variabel pengamatan berat dan jumlah buah menunjukkan
bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan anorganik 60% pupuk kotoran ayam
+ 40% NPK Mutiara menghasilkan rata-rata tertinggi yaitu 55,63 g dan 54,74 buah.
Berat dan jumlah buah merupakan hasil proses reproduksi tanaman yang tercapai akibat
tersedianya unsur hara N, P, dan K. Menurut Hardjowigeno (2010), untuk mendukung
pertumbuhan reproduktif, tanaman membutuhkan unsur N, P, dan K.

KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis kombinasi 60% pupuk organik
dan 40% pupuk anorganik memberikan pertumbuhan dan hasil cabai rawit yang terbaik
pada tanah PMK.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L . 1990, Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta.


Cahyono, B. 2007. Kedelai, Budidaya dan Hasil Analisis Usaha Tani. Aneka ilmu ,
Semarang.
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Harjadi, S.S dan S. Yahya. 1988. Fisiologi Stress Tanaman. PAU IPB. Bogor.
Harsono. 2009. Pupuk Organik Kotoran Ayam http://thlbanyumas.com/kandungaan -
pupuk - pada- kotoran-hewan.html. Diakses tanggal 28 November 2017
Jaenudin dan Sudjadi. 1987. Sumber Daya Lahan Pertanian Tercadang di Empat Pulau
dalam Menghadapi Tahun 2000, Dalam Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pertanian no. 3 Pusat Penelitian Tanah Bogor. Bogor.
Lingga dan Marsono. 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Munarman, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor
Nawangsih, A., H. P. Imdaddan. Dan Agung. 2003. Cabai Hot Beauty. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Rukmana, R.H 2002.Usaha Tani Cabai Rawit. Yogyakarta.
Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB Press. Bandung.
Soemarno, 1993. Kalium tanah dan pengelolaannya. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Sutanto, R. 2006. Penerapan Pertanian Organik. Penerbit Kanisius.Yogyakarta.
Sutedjo, MM. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Syaifudin, A., L. Mulyani, M. Ariesta, 2010. Pupuk Kosarmas Sebagai Upaya
Revitalitas Lahan Kritis Guna Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Hasil
Pertanian, Universitas Negeri Solo. Solo.
Taniwiryono, D. dan Isroi, 2008. Pupuk Kimia Buatan, Pupuk Organik, dan Pupuk
Hayati. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI). Bogor.
Thania. 2011. Http://tha.co.id/berita-3-akibat-kekurangan-salah-satu-unsur-hara.html.
Diakses tanggal 27 juli 2017
Wiryanta, W. 2002. Bertanaman Tomat. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai