Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PEMBERIAN POC KULIT PISANG KEPOK TERHADAP

PERTUMBUHANDAN PRODUKSI TANAMAN SAWI PAHIT (Brassica juncea L)

Yusmaidar Sepriani, Jamaluddin dan Siswa Panjang Hernosa


Program Studi Agroteknologi, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Labuhabatu
Jl. SM. Raja No. 126 A Rantauprapat, Sumatera Utara
E:mail: Seprie87@gmail.com

ABSTRACT
The research was conducted on the land Village Acid Gambangan North Labuhan Batu. This
study was conducted in May until completed by design of a randomized (RAK) factorial one
factor of five treatments: P0: 0 ml / polybag, P1: 125 ml / polybag, P2: 250 ml / polybag, P3:
375 ml / polybag, P4: 500 ml / polybag, and continued with Duncan test. Parameters
measured were plant height (cm), leaf area (cm), plant fresh weight (g). From Reviews These
results we concluded as follows: (1) Providing a liquid organic fertilizer waste vegetable
markets significantly affected plant height swamp land at the age of 14 HST and 28 HST, (2)
Organic fertilizer liquid waste vegetable market significantly Affect the broad leaf kale land
at 14 HST and 28 HST. Provision of vegetable waste liquid organic fertilizer market real
impact on plant fresh weight.

Keywords: Oganik Liquid Manure, Banana Weevil, Growth, Land Water Spinach (Ipomea
reptans poir)

PENDAHULUAN
Sampah didefenisikan sebagai Susetya (2012) memaparkan bahwa
limbah padat yang terdiri dari zat organik kulit pisang mengandung protein, kalium,
dan zat anorganik yang dapat fosfor, magnesium, sodium dan sulfur,
membahayakan lingkungan jika tidak sedangkan hasil penelitian yang dilakukan
dikelola dengan baik Kulit pisang salah oleh Nasution et al., (2014) menunjukan
satu contoh sampah organik atau limbah bahwa kulit pisang mengandung unsur
yang belum dikelola dengan baik. Menurut kalium sebesar 1, 137% dan menurut
Sinaga (2010), kulit pisang berpotensi Dewanti (2008) unsur P yang terkandung
dimanfaatkan sebagai pupuk organik padat dalam kulit pisang sebesar 63 mg/100
maupun pupuk organik cair karena gram. Dengan banyaknya unsur hara yang
mengandung unsur hara yang dibutuhkan terkandung dalam kulit pisang ini
tanaman seperti nitrogen, kalium dan menunjukan bahwa kulit pisang sangat
fosfor. berpotensi untuk dijadikan bahan pupuk
Pemanfaatan sampah organik organik cair (POC).
selama ini lebih banyak digunakan sebagai Disamping itu Munadjim (2006)
pupuk organik dalam bentuk padat, menyatakan bahwa dari total produksi
masyarakat jarang memanfaatkan sampah tanaman pisang, 30% adalah jumlah
organik menjadi pupuk organik cair. Santi produksi buah pisang, 60% produksi
(2008) memaparkan pupuk organik cair batang pisang dan 10% produksi daun
memiliki kelebihan dari pupuk organik pisang. Penyebaran tanaman pisang di
dalam bentuk padat seperti lebih mudah Sumatera Barat memiliki luas area ±
diserap oleh tanaman karena unsur-unsur 1.322,00 Ha (Data BPS Sumatera Barat
hara yang terdapat didalamnya sudah 2006). Dengan total produksi tanaman
terurai dan pengaplikasiannya lebih pisang 130.439,33 ton/tahun. Dari total
mudah. produksi yang dihasilkan sebanyak 30%
adalah jumlah produksi buah pisang yakni

Jurnal Agroplasma (STIPER) Labuhanbatu, Vol 3 No 1 Mei 2016 16


39.131,80 ton/tahun, 60% nya adalah dengan produksi 5.492 ton. Menurut data
produksi batang pisang yakni sebanyak diatas semakin tahun semakin menurun
78.253,00 ton/tahun, dan 10% nya hasil produksi sawi. Maka perlu
produksi daun pisang yakni sebanyak menemukan solusi yaitu salah satunya
7.826,36 ton/tahun dengan menggunakan pupuk organik baik
Jika melihat jumlah produksi buah padat maupun cair untuk mengurangi
pisang yang cukup tinggi tersebut maka kerusakan lingkungan. Penelitian ini
untuk mendapatkan kulit pisang sebagai bertujuan untuk mengetahui pengaruh
bahan pembuatan POC bukanlah hal yang POC kulit pisang terhadap pertumbuhan
sulit, sehingga dengan begini POC kulit dan produksi tanaman sawi pahit.
pisang bisa menjadi alternatif bagi para
petani untuk menggantikan peran pupuk METODE PENELITIAN
anorganik dalam meningkatkan hasil 2.1. Bahan Dan Alat
produksi pertaniannya. Terutama tanaman Bahan yang akan digunakan dalam
sawi pahit yang menghendaki tanah yang penelitian ini antara lain benih sawi pahit,
subur, gembur serta banyak mengandung POC kulit pisang kepok dan media tanam
bahan organik untuk pertumbuhannya. yang berupa tanah top soil, pupuk
Sawi merupakan tanaman jenis kandang. Adapun alat-alat yang digunakan
sayuran daun yang tergolong dalam antara lain cangkul, timba, ember meteran,
tanaman semusim. Tanaman sawi banyak gelas ukur, timbangan digital, alat tulis,
disukai karena rasa dan kandungan jangka sorong serta alat lain yang
beberapa vitaminnya. Kandungan gizi digunakan untuk melakukan penelitian ini.
dalam 100 g bahan sawi segar pada sawi
pahit adalah, kalori 22.00 kl, protein 2.30 2.2. Metode Penelitian
g, lemak 0.30 g, karbohidrat 4.00 g, Serat Metode penelitian ini
1.20 g, Kalsium (CA) 220.50 mg, fosfor menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(P) 38.40 mg, Besi (FE) 2.90 mg, Vitamin (RAK). Dengan 3 ulangan menggunakan
A 969.00 SI, Vitamin B1 0.09 mg, faktor tunggal yaitu Pupuk organik cair
Vitamin B2 0.10 mg, Vitamin B3 0.70 mg kulit pisang kepok dengan 5 taraf.
dan Vitamin C 102.00 mg. K0= sebagai kontrol
Jika melihat kandugan gizi dari K1= POC dengan dosis 20 ml/polybag
sawi maka sudah selayaknya jika budidaya
K2= POC dengan dosis 40 ml/polybag
sawi di Indonesia lebih ditingkatkan lagi.
Namun sayang belakangan ini produksi K3= POC dengan dosis 60 ml/polybag
tanaman sawi mengalami penurunan, hal K4= POC dengan dosis 80 ml/polybag
ini disebabkan oleh degradasi tanah,
pengolahan lahan yang kurang baik, tehnik 2.3. Metode Analisis
budidaya serta penggunaan pupuk yang Model linier pada penelitian ini
kurang baik dan tidak tepat, sehingga menggunakan Yij = µ + αi + uj + εij
pertumbuhan dan kualitas produksi tidak Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan
dapat mencapai nilai optimal. ke-i dengan ke-j
Berdasarkan data statistik µ = Nilai rataan umum
Labuhanbatu, luas panen untuk tanaman αi = Pengamatan perlakuan ke i
sayuran sawi yaitu 114 ha dengan produksi
uj = Pengaruh ulangan ke j
555 ton. Pada tahun 2013, luas panen
tanaman sawi yaitu 738 ha dengan εij = Pengaruh galat perlakuan ke-i
produksi 2.028 ton. Selanjutnya pada dan ulangan ke-j
tahun 2012, luas panen mencapai 744 ha i = 1, 2, 3. . . .
dengan produksi 2.928 ton, kemudian pada j = 1, 2, 3 . . . .
tahun 2011, luas panen sawi 894 ha

Jurnal Agroplasma (STIPER) Labuhanbatu, Vol 3 No 1 Mei 2016 17


Data yang diperoleh di analisis berikut: pertama dibuat potongan-
dengan menggunakan uji F pada taraf 5 %, potongan bambu sesuai dengan ukuran
jika berbeda nyata dilakukan uji lanjut sungkup, yaitu tinggi 30 cm, lebar 50 cm
Duncan Median Range Test (DMRT) pada (sesuai lebar plot), dan panjang
taraf 5 % (Madjid & Sumertajaya, 2006). disesuaikan dengan kebutuhan. Kedua
potongan potongan bambu tersebut
2.4 Prosedur Penelitian disusun menjadi kerangka sungkup,
2. 4.1 Persiapan Lahan Penelitian kemudian ditutup dengan plastik
Persiapan lahan: Langkah awal transparan. Sungkup digunakan 2 – 3
yang harus diperhatikan dalam budidaya minggu pada tanaman sawi untuk
sawi salah satunya adalah persiapan lahan menghindari sinar matahari secara
yang meliputi membersihkan lahan dari langsung.
rumput liar, meratakan permukaan tanah Penyiraman dan penyiangan:
serta mengukur lahan sesuai dengan Penyiraman tanaman sawi menggunakan
jumlah plot yang akan digunakan. gembor 10 liter pada pagi dan sore hari
Penyemaian: Biji sawi perlu dengan takaran 0,5 liter air per polybag.
dilakukan penyemaian terlebih dahulu Penyiangan bertujuan membersihkan
sebelum dilakukan penanaman. rumput dan gulma lain yang tumbuh
Penyemaian bisa dilakukan dengan disekitar tanaman dan bisa dilakukan 1
menggunakan rak semai, yaitu dengan cara minggu sekali.
dederan dimana benih di deder langsung di Pemupukan: Pemupukan dilakukan
permukaan tanah pada rak semai. dengan pupuk organik cair kulit pisang
Kemudian siapkan naungan agar benih kepok ketika tanaman telah berumur 14
tidak terkena hujan dan sinar matahari hari setelah tanam di polybag dengan
langsung. Lakukan penyiraman setiap 2 interval 2 hari sekali dan dihentikan 4 hari
hari sekali dengan menggunakan gembor sebelum panen yaitu setelah tanaman
halus. berumur 36 hari.
Persiapan media tanam: Media Panen: Pemanenan dilakukan
tanam menggunakan polybag berukuran 35 setelah tanaman berumur 40 hari setelah
× 60 cm (ukuran 5 kg). Media yang tanam. Panen dilakukan dengan cara
digunakan yaitu tanah top soil dan pupuk mencabut seluruh tanaman dengan
kandang dengan perbandingan 5 : 1 akarnya. Kemudian sawi dikumpulkan dan
kemudian jarak antar polybag adalah 30 × dibedakan sesuai perlakuan.
30 cm setelah proses media tanam selesai
kita bisa melakukan penanaman benih. 2.4.2. Aplikasi Pupuk Organik Cair
Penanaman benih: Bibit siap Kulit Pisang Kepok
dipindahkan dari media semai setelah Aplikasi POC kulit pisang kepok
berumur 10 hari. Pemindahan bibit sawi sesuai dengan perlakuan dilakukan dengan
sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar interval 2 hari sekali sampai 4 hari
mengurangi penguapan, kemudian cabut sebelum tanaman di panen sesuai dengan
benih dan jangan sampai akarnya terputus, dosis yang ditetapkan.
tanam sawi dengan kedalaman 2 cm
dengan posisi tegak lurus. 2.4.3. Parameter Yang diamati
Pembuatan dan pemasangan Tinggi tanaman (cm) : Pengukuran
sungkup plastik: bertujuan untuk menjaga tinggi tanaman dilakukan dari pangkal
kelembaban, mengatur suhu, dan batang sampai ujung daun. Pengukuran
mencegah masuknya sinar matahari secara dilakukan setelah tanaman berumur 7 hari
langsung ke dalam lahan pembibitan. setelah tanam dengan interval 1 minggu.
Adapun pembutan sungkup dilakukan
melalui langkah-langkah kerja sebagai

Jurnal Agroplasma (STIPER) Labuhanbatu, Vol 3 No 1 Mei 2016 18


Diameter rumpun dihitung masing- konsentrasi 80 ml/polybag tidak signifikan
masing rumpun tanaman sawi dengan jika dibanding dengan K3 dengan
menggunakan meteran. Pengukuran ini konsentrasi 60 ml/polybag. Berdasarkan
dilakukan setelah tanaman berumur 14 hari hasil sidik ragam K4 berbeda nyata dengan
dengan interval waktu 2 minggu sekali K0 sebagai kontrol. Rata-rata tinggi
sampai minggu ke 6 atau akhir penelitian. tanaman disajikan pada Tabel 1.
Jumlah daun (luas): Daun yang
dihitung adalah daun yang sudah terbuka Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman Sawi
sempurna dengan kriteria panjang tangkai Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
daun sudah mencapai 2 cm. Penghitungan 2 MST 4 MST 6 MST
juga dilakukan pada daun tua yang sudah
K0 (0 ml) 6.80 e 15.77 e 26.34 d
menguning tetapi daun belum gugur.
Selanjutnya pengukuran dilakukan setelah K1 (20 ml) 7.19 d 16.70 d 26.90 c
tanaman berumur 7 hari setelah tanam K2 (40 ml) 7.54 c 16.36 c 27.53 b
dengan interval 1 minggu sampai tanaman K3 (60 ml) 8.05 b 17.09 b 27.57 b
dipanen. K4 (80 ml) 8.33 a 17.10 a 28.78 a
Berat segar tanaman: Berat Keterangan : Angka-angka yang diikuti
tanaman dihitung pada semua tanaman notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
menurut Uji F Duncan pada taraf 5 %.
yang ada di plot, penghitungan dilakukan
pada saat pemanenan dengan cara
Berdasarkan tabel diatas perlakuan
mencabut tanaman dari semua plot yang
K4 yaitu dengan dosis 80 ml/polybag
ada pada setiap ulangan kemudian
menunjukkan nilai rataan tertinggi pada
dibersihkan dan ditimbang.
parameter tinggi tanaman yaitu 28.78 cm
yang berbeda nyata dengan P0 dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
nilai rataan 26.34 cm. Perlakuan K4
3.1. Hasil
dengan konsentrasi 80 ml/polybag
Hasil penelitian menunjukkan
mengindikasikan bahwa kandungan unsur
bahwa pemberian POC limbah kuit pisang
hara paling optimal diantara konsentrasi
kepok dengan dosis 80 ml/polybag (K4)
yang lain. Sehingga memberikan tinggi
adalah dosis yang terbaik dan
batang yang paling tinggi diantara
menunjukkan hasil yang berbeda nyata
perlakuan lain dengan konsentrasi yang
berdasarkan tolak ukur pengamatan
lebih rendah.
parameter tinggi tanaman, luas daun dan
Pertambahan tinggi tanaman sangat
berat segar tanaman. Hasil pengamatan
erat kaitannya dengan unsur hara makro
dan analisis sidik ragam diketahui bahwa
seperti nitrogen. Dengan adanya
perlakuan pemberian pupuk organik cair
kandungan unsur nitrogen pada pupuk
limbah kulit pisang kepok dengan dosis 80
organik cair dari limbah kulit buah pisang
ml/polybag berpengaruh nyata terhadap
kepok, maka dapat berpengaruh terhadap
semua parameter pengamatan yaitu tinggi
pertambahan tinggi tanaman sawi. Unsur
tanaman (cm) diameter rumpun (mm), luas
nitrogen berperan dalam merangsang
daun (cm) serta berat segar tanaman (gr).
pertumbuhan vegetatif yaitu menambah
tinggi tanaman, hal ini sejalan dengan
3.1.1. Tinggi Tanaman (cm)
pendapat Hakim et al., dalam Hidayat
Hasil penelitian menunjukkan
(2013) bahwa terjadinya pertumbuhan
bahwa pemberian POC limbah kulit pisang
tinggi dari suatu tanaman karena adanya
kepok memberikan pengaruh nyata
peristiwa pembelahan dan perpanjangan
terhadap tinggi tanaman sawi baik pada
sel yang didominasi pada ujung pucuk
pengamatan 2, 4 dan 6 minggu setelah
tanaman tersebut. Proses ini merupakan
tanam (MST) namun perbedaan tinggi
sintesa protein yang diperoleh tanaman
tanaman pada perlakuan K4 dengan
dari lingkungan seperti bahan organik

Jurnal Agroplasma (STIPER) Labuhanbatu, Vol 3 No 1 Mei 2016 19


dalam tanah. Penambahan bahan organik Berdasarkan Tabel 2 diatas rataan
yang mengandung nitrogen akan diameter rumpun tertinggi ada pada
mempengaruhi kadar nitrogen total dan perlakuan K4 dengan nilai rataan 20.35
membantu mengaktifkan sel-sel tanaman mm yang menunjukkan beda nyata dengan
dan mempertahankan jalannya proses perlakuan K0 dengan nilai rataan 15.64.
fotosintesis yang pada akhirnya Perbedaan diameter rumpun tanaman sawi
pertumbuhan tinggi tanaman dapat yangnyata akibat substitusi pupuk organik
dipengaruhi. cair limbah kulit pisang kepok ini diduga
Pada perlakuan K4 erat kaitannya dengan proses pembelahan
mengindikasikan bahwa kandungan unsur dan diferensiasi sel, terutama terjadi pada
hara yang terdapat pada POC limbah kulit jaringan meristematik pada titik tumbuh
pisang kepok telah mencukupi kebutuhan batang dan ujung akar. Pembelahan dan
unsur hara yang diperlukan oleh tanaman diferensiasi sel yang terjadi selama fase
sawi dalam proses pertumbuhannya dan vegetatif ini membutuhkan karbohidrat
berdampak pada tinggi tanaman yang dalam jumlah besar karena dinding sel
optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat terdiri dari selulosa dan protoplasma yang
Rosmarkam dan Nasih (2002) yang juga mengandung karbohidrat (Harjadi,
menyatakan bahwa kulit buah pisang 2007). Pada waktu terjadi pembelahan sel,
kepok mengandung banyak unsur hara karbohidrat yang dihasilkan akan
seperti fosfor dan kalium yang dapat ditransfer ke titik tumbuh batang yang
digunakan oleh tanaman dalam menyebabkan terjadinya pembesaran
memperkuat tegaknya batang serta ukuran diameter batang.
perkembangan akar tanaman. Dalam proses pembelahan tersebut
tanaman membutuhkan unsur hara untuk
3.1.2. Diameter Rumpun (mm) membantu terjadinya proses pembelahan
Hasil penelitian menunjukkan tersebut. Salah satu unsur yang dibutuhkan
pemberian POC kulit pisang kepok dengan salah satunya adalah nitrogen N sama
konsentrasi 80 ml/polybag (K4) seperrti peningkatan tinggi tanaman
berpengaruh nyata pada pengamatan mengingat hasil produksi yang
diameter rumpun tanaman sawi. Dimana dimanfaatkan sawi adalah daunnya. Pupuk
pada K4 menunjukkan nilai rataan organik cair limbah kulit pisang kepok
tertinggi jika dibanding perlakuan lain. telah menyediakan kandungan unsur hara
Namun pada penelitian ini perlakuan lain yang lengkap untuk proses tersebut karena
juga memberikan perbedaan diameter POC kulit pisang kepok mengandung C-
rumpun jika dibanding dengan kontrol organik 6,19%; N-total 1,34%; P2O5
(K0) sebagai pembanding Sedangkan 0,05%; K2O 1,478%; C/N 4,62% dan pH
rataan terendah ada pada perlakuan K0. 4,8 sedangkan pupuk organik cair kulit
pisang kepok yaitu, C-organik 0,55%, N-
Tabel 2. Rataan Diameter Rumpun total 0,18%; P2O5 0,043%; K2O 1,137%;
Diameter Rumpun (mm) C/N 3,06% dan pH 4,5 (Nasution et al.,
Perlakuan
2 MST 4 MST 6 MST 2014). Dengan kandungan yang tersedia
15.64 e pada POC kulit pisang kepok maka akan
K0 (0 ml) 5.48 e 10.74 e
sangat membantu dalam meningkatkan
K1 (20 ml) 6.07 d 11.63 d 16.41 d
diameter rumpun tanaman sawi.
K2 (40 ml) 6.48 c 12.12 c 17.86 c
K3 (60 ml) 7.04 b 14.04 b 18.69 b 3.1.3. Luas Daun (cm)
K4 (80 ml) 7.48 a 14.16 a 20.35 a Berdasarkan hasil pengamatan dan
Keterangan : Angka-angka yang diikuti sidik ragam menunjukkan pemberian POC
notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata kulit pisang kepok berpengaruh nyata
menurut Uji F Duncan pada taraf 5 %.
terhadap luas daun tanaman sawi. Pada

Jurnal Agroplasma (STIPER) Labuhanbatu, Vol 3 No 1 Mei 2016 20


penelitian ini sama seperti tinggi tanaman produksi protein yang digunakan untuk
dan diameter rumpun K4 dengan membentuk sel-sel serta klorofil. Klorofil
konsentrasi 80 ml/polybag merupakan membantu proses fotosintesis yang
dosis terbaik dengan rataan tertinggi kemudian hasilnya akan dirombak melalui
diantara perlakuan lain (Tabel 3) yang proses respirasi dan meng-hasilkan energi
berbeda nyata dengan (K0) sebagai kontrol yang diperlukan oleh sel untuk
yang menunjukkan rataan terendah. pembelahan sel sehingga daun dapat
tumbuh menjadi lebih panjang dan lebar.
Tabel 3. Rataan Luas Daun Tanaman Sawi. Selain nitrogen unsur hara yang berperan
dalam meningkatkan luas daun adalah
Perlakuan Luas Daun (cm fosfor. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Nyakpa et al., dalam Hidayat (2013) yang
menyatakan bahwa unsur fosfor (P) sangat
K0 (0 ml) 68.74 e berperan dalam proses respirasi dan
K1 (20 ml) 72.38 d fotosintesis sehingga mampu mendorong
K2 (40 ml) 76.04 c pertumbuhan tanaman (luas daun).
Pendapat ini sesuai dengan
K3 (60 ml) 80.78 b
penyataan yang terdapat di dalam
K4 (80 ml) 88.40 a Agriculture (2009) Nitrogen merupakan
Keterangan : Angka-angka yang diikuti
notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
salah satu unsur kimia utama yang di
menurut Uji F Duncan pada taraf 5 %. butuhkan untuk pertumbuhan dan produksi
tanaman dan nitrogen juga merupakan
Berdasarkan hasil sidik ragam dan komponen klorofil dan karenanya penting
dengan uji lanjut DMRT menunjukkan K4 untuk fotosintesis. Tanaman menggunakan
dengan konsentrasi 80 ml/polybag juga nitrogen untuk menyerap baik ion nitrat
berpengaruh nyata pada luas daun tanaman atau amonium melalui akar. Sebagian
sawi dan memberikan pertumbuhan luas besar nitrogen digunakan oleh tanaman
daun yang optimal diantara perlakuan yang untuk menghasilkan protein (dalam bentuk
lain. Konsentrasi 80 ml/polybag enzim) dan asam nukleat.
mengindikasikan kandungan unsur hara
yang paling optimal diantara konsentrasi 3.1.4. Berat Segar Tanaman (gr)
yang lain untuk pertumbuhan luas daun. Hasil penelitian menunjukkan
Hal ini dikarenakan pada konsentrasi bahwa pemberian POC limbah kulit pisang
tersebut unsur hara yang dibutuhkan untuk kepok memberikan pengaruh nyata
proses pertumbuhan daun telah terpenuhi terhadap berat segar tanaman sawi.
dengan baik. Berdasarkan hasil sidik ragam K4 dengan
Ketersediaan unsur hara pada dosis 80 ml/polybag berbeda nyata dengan
pupuk organik cair dari limbah kulit buah K0 sebagai kontrol. Rataan berat segar
pisang kepok berpengaruh terhadap luas tanaman disajikan pada Tabel 4.
daun tanaman sawi Brassica juncea L. Berdasarkan hasil sidik ragam
Dengan penggunaan pupuk organik cair perlakuan K4 menunjukkan rataan berat
dari limbah kulit buah pisang kepok maka segar tanaman paling tinggi jika dibanding
ketersediaan hara akan terpenuhi, sehingga perlakuan lain dan berbeda nyata dengan
apabila hara cukup maka daun akan K0 sebagai pembanding. Dimana K0
semakin luas. Unsur hara yang menunjukkan rataan yang terendah hal ini
berpengaruh terhadap luas daun tanaman disebabkan pada K0 tanaman tidak diberi
Brassica juncea L. salah satunya adalah perlakuan POC limbah kulit pisang kepok
nitrogen. Hal ini sesuai dengan teori yang sehingga pertumbuahn tanaman sawi
dikemukakan Hakim et al., dalam Hidayat menjadi lambat dan menurunkan jumlah
(2013) bahwa N sangat diperlukan untuk produksinya. Sedangkan pada perlakuan

Jurnal Agroplasma (STIPER) Labuhanbatu, Vol 3 No 1 Mei 2016 21


K4 dengan konsentrasi 80 ml/tanaman Berdasarkan pndapat diatas dapat
POC limbah kulit pisang kepok yang disimpulkan bahwa pemberian POC
diaplikasikan ke tanaman telah tersedia limbah kulit pisang kepok telah dapat
unsur hara yang cukup sesuai kebutuhan memenuhi keseluruhan unsur hara dan
tanaman sehingga tanaman dapat kadar air yang tepat bagi tanaman yang
berproduksi dengan optimal. Hal ini akan meningkatkan produksi. Maka POC
sejalan dengan pendapat pendapat yang kulit pisang kepok sangat cocok untuk
dikemukaan oleh Murbandono (2005) dijadikan alternatif pengganti pupuk
bahwa dengan tersedianya unsur hara yang anorganik sehingga dapat mengurangi
men-cukupi maka tanaman yang tumbuh pencemaran lingkungan akibat
akan memberikan produksi yang optimal. penggunaan pupuk anorganik secara terus
menerus.
Tabel 4. Rataan Berat Segar Tanaman
KESIMPULAN DAN SARAN
Perlakuan Berat Segar Tanaman (gr) Kesimpulan
POC Limbah Kulit Pisang Kepok
dengan Konsentrasi 80 ml/polybag
K0 (0 ml) 67.04 e merupakan konsentrasi yang paling baik
K1 (20 ml) 79.69 d untuk meningkatkan produksi tanaman
K2 (40 ml) 84.59 c sawi. Berdasarkan tolak ukur tinggi
K3 (60 ml) 88.25 b tanaman, diameter rumpun, luas daun dan
berat segar tanaman pada penelitian ini.
K4 (80 ml) 102.33 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang Pada konsentrasi 80 ml/tanaman
samamenunjukkan tidak berbeda menunjukkan peningkatan pada semua
nyata menurut Uji F Duncan pada parameter pengamatan baik pada 2 minggu
taraf 5 %. pertama maupun sampai minggu ke 6
setelah tanam.
Selain kebutuhan unsur hara yang
cukup tanaman juga membutuhkan air 6.2. Saran
untuk produksinya dimana pada berat Perlu dilakukan penelitian lanjutan
segar tanaman sangat dipengaruhi oleh mengenai bahan baku POC dengan
kandungan air didalamnya. Pendapat ini menggunakan kulit pisang dari jenis lain
sejalan dengan Latarang dan Syakur sehingga dapat bermanfaat bagi petani di
(2006:), pemberian pupuk kulit buah daerah lain.
pisang dapat meningkatkan aktivitas
fotosintesis yang digunakan tanaman. DAFTAR PUSTAKA
Dalam kulit buah pisang me ngandung
unsur magnesium yang berperan dalam Agriculture S. 2009. The role of Nitrogen
pembentuan klorofil untuk me lakukan in agriculture produkction systems.
fotosintesis. Salah satu faktor yang Australia .Charles Sturt University.
menentukan laju fotosintesis adalah
membukanya stomata agar aliran atau Badan Pusat Statistik Labuhanbatu. 2014.
pertukaran udara berlangsung dengan baik Labuhanbatu Dalam Angka. 2014.
dan gerak membuka menutupnya mulut Palu. Hal: 207
daun atau stomata disebabkan oleh
keseimbangan air. Karena di dalam kulit Badan Pusat Statistik Sumatera Barat
buah pisang juga mengandung unsur 2014.Sumatera Barat Dalam angka
sodium yang bersifat mudah menyerap air 2014.
dan menahan air begitu kuat sehingga
tanaman tahan akan kekeringan.

Jurnal Agroplasma (STIPER) Labuhanbatu, Vol 3 No 1 Mei 2016 22


Dewanti R. 2008. Limbah Kulit Pisang Santi. 2008. Kajian Pemanfaatan Limbah
Kepok Sebagai Bahan Baku Nilam Untuk Pupuk Cair Organik
Pembuatan Ethanol. Surabaya : UPN dengan Proses Fermentasi. Jurnal
Veteran Jawa Timur. Teknik Kimia. 2. (2) : 335-340

Fadhila A. Sugianto H, Hadi K, Sinaga D. 2010. Pembuatan Pupuk


Firmandhani SW, Murtini TW dan Organik Cair dari Sampah Organik
Pandelaki EE. 2011. Kajian dengan Menggunakan Biosca Sebagai
Pengolahan Sampah Jurusan Starter. Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Arsitektur Teknik Universitas Medan : Universitas Sumatera Utara.
Diponegoro. Jurnal Modul 11 (2): 66-
67. Susetya D. 2012. Panduan Lengkap
Membuat Pupuk Organik. Jakarta :
Harjadi SS. 2007. Pengantar Agronomi. Baru Press
Gramedia.Jakarta.

Hidayat T. 2013. Pertumbuhan dan


produksi sawi (Brassica juncea L)
pada inceptiol dengan aplikasi kompos
tandan kosong kelapa sawit. Jurnal
Agroteknologi Universitas Riau.Vol 7
(2): 1-9.

Latarang dan Syakur. 2006. Pengaruh


Pemberian Bahan Organik Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Bawang
Merah. Jurnal Hort. 5(5).

Madjid AA, Sumertajaya M. 2006.


Perancangan Percobaan dengan
Aplikasi SAS dan Minitab IPB press.

Munadjim. 2006. Teknologi Pengolahan


Pisang. Gramedia. Jakarta.

Murbandono HS. 2005. Membuat Kompos.


Jakarta: Penebar Swadaya.

Nasution FJ, Mawarni, Lisa dan Meiriani.


2014. Aplikasi Pupuk Organik Padat
dan Cair dari Kulit Pisang Kepok
Untuk Pertumbuhan dan Produksi
Sawi (Brassica Juncea L.). Jurnal
Online Agroteknologi. 2. (3) : 1029-
1037.

Rosmarkam A dan Nasih WY. 2002. Ilmu


Kesuburan Tanah. Yogyakarta.
Kanisius.

Jurnal Agroplasma (STIPER) Labuhanbatu, Vol 3 No 1 Mei 2016 23

Anda mungkin juga menyukai