Anda di halaman 1dari 8

Vol.1 No.

11 April 2021 2263


…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
PEMANFAATAN SABUT KELAPA MENGGUNAKAN MOL SEBAGAI PUPUK
ORGANIK CAIR UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL TERUNG GELATIK
(Solanum Melongena L.)

Oleh
Junaidi
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Unversitas Madako Tolitol
Email: junaidi.saja@gmail.com

Abstract
The research objective was to determine the effect of fermentation time and dose of coconut husk
liquid organic fertilizer on the growth and yield of wrench eggplant, both the single effect of
fermentation time and the dose of coconut husk liquid organic fertilizer, as well as the combination
interaction on the growth and yield of wrench eggplant. This research was conducted in the
experimental garden of Madako Tolitoli University, Baolan District, Tolitoli Regency, Central
Sulawesi Province. Conducted from May to July 2020. This study used a factorial randomized
block design (RBD) consisting of 2 (two) factors. Factor I: Long fermentation which consists of 2
levels; F1: 7 days fermentation, F2: 14 days of fermentation. Second factor: The dosage of coconut
husk liquid organic fertilizer which consists of 4 levels; D0: Control, D1: Dose 18 ml / plot, D2:
Dose 36 ml / plot, D3: Dose 54 ml / plot. The results showed that the single factor treatment of
coconut husk POC dosage at a dose of 18 ml / plot gave better results in the observation parameters
of wrench eggplant height and leaf number at 5 and 6 MST. Likewise, the interaction between the
combination of fermentation time and the dosage of coconut husk liquid organic fertilizer gave
better results in the observed parameters of fruit diameter and weight.
Keywords: Eggplant Wren, Fermentation & Coconut Coir POC Dosage.

PENDAHULUAN Data Badan Pusat Statistik dua tahun


Terung merupakan jenis tumbuhan yang terakhir ini menunjukkan bahwa produksi
dikenal sebagai sayur-sayuran dan ditanam tanaman terung di Indonesia pada tahun 2017
untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan. mencapai 535.436 ton dengan luas panen
Sebagai salah satu sayuran pribumi, buah 43.905 ha dan tahun 2018 sebesar 551.552 ton
terung hampir sering ditemukan di pasar tani dengan luas panen sebesar 44.016 ha (BPS,
maupun pasar tradisional dengan harga yang 2019). Permintaan terung tiap tahun cenderung
relatif murah. Kecenderungan berbisnis meningkat namun produksi terung di Indonesia
tanaman terung masih memberikan peluang masih rendah. Usaha-usaha untuk mengurangi
pasar yang cukup baik terutama untuk tingginya angka impor buah terung, perlu
memenuhi permintaan pasar dalam negeri. dilakukan peningkatkan produksi terung dalam
Beberapa varietas terung lokal contohnya negeri (Firmanto, 2011). Kabupaten Tolitoli
terung ungu (bentuk memanjang) dan terung sendiri, berdasarkan data BPS tahun 2017
gelatik (terung lalap) (Muryanti, 2000). produksi terung sebesar 43,3 ton dengan luas
Permintaan terhadap buah terung selama panen 53 ha dan tahun 2018 sebesar 30,1 ton
ini terus mengalami peningkatan sejalan dengan luas panen 56 ha (BPS, 2019).
dengan meningkatnya kesadaran akan manfaat Salah satu penyebab rendahnya produksi
sayur-sayuran memenuhi gizi keluarga, terung adalah penggunaan pupuk kimia yang
sehingga poduksi tanaman terung terutama berlebihan sehingga dapat merusak kualitas
terung gelatik perlu ditingkatkan (Huruna dan tanah dan tanaman akan kekurangan asupan
Marupey, 2015). hara yang diperlukan (Huruna dan Marupey,
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2264 Vol.1 No.11 April 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
2015). Untuk memperbaiki kualitas tanah guna limbah sayur-sayuran dan buah-buahan, gula
meningkatkan produksi terung maka perlu merah, air cucian beras, air dan dedak padi.
dilakukan upaya salah satunya dengan cara Alat yang digunakan adalah blender,
pemupukan organik yaitu dengan pemberian ember, cangkul, parang, gelas ukur, gembor,
pupuk organik cair (Sakti, 2013). handsprayer, meteran, jangka sorong,
Pertanian organik menuntut agar lahan timbangan, label, alat tulis dan kamera.
yang di gunakan tidak tercemar oleh bahan Data hasil peenelitian di olah dengan
kimia, mempunyai aksesibilitas yang baik dan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
berkesinambungan. Pemberian pupuk organik (RAK) Faktorial, dengan dua faktor yang
kedalam tanah dapat mempengaruhi dan diteliti, yaitu :
memperbaiki sifat–sifat tanah baik fisik, kimia 1. Lama fermentasi (F), terdiri dari 2 taraf
maupun biologis tanah (Parnata, 2010). Oleh yaitu :
karena itu pemberian pupuk organik dinilai F1 = Lama fermentasi 7 hari
sangat mendukung upaya meningkatkan F2 = Lama fermentasi 14 hari
produktivitas tanaman pertanian (Musnamar, 2. Pemberian dosis pupuk organik cair
2003). sabut kelapa (D), terdiri dari 4 taraf
Menurut Pardosi et al., (2014) alternatif yaitu :
bahan untuk pembuatan pupuk cair berbahan D0 = 0 ml/petak (Kontrol)
organik adalah limbah sabut kelapa. Sabut D1 = 18 ml/petak
kelapa merupakan salah satu limbah buah D2 = 36 ml/petak
kelapa yang selama ini jarang dimanfaatkan. Di D3 = 54 ml/petak
dalam sabut kelapa terkandung unsur-unsur Dengan demikian dari jumlah taraf
hara yang mampu meningkatkan pertumbuhan perlakuan diperoleh 8 kombinasi percobaan dan
tanaman yaitu berupa Kalium (K) dan Fospor diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 24
(P), selain itu juga terdapat kandungan unsur- satuan percobaan.
unsur lain (Wijaya et al., 2017). Untuk melihat pengaruh perlakuan,
Pupuk organik cair sabut kelapa dapat dilakukan sidik ragam, sidik ragam yang
dibuat sendiri melalui fermentasi dengan menunjukan perlakuan berpengaruh nyata
memanfaatkan mikroorganisme- maka dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple
mikroorganisme yang dikembangbiakan seperti Range Test (DMRT) 5%.
pada EM-4 atau mikroorganisme lokal (MOL). Pelaksanaan Penelitian
Berfungsi sebagai perombak bahan organik, Pembuatan POC Sabut Kelapa dengan
perangsang pertumbuhan dan agen pengendali Menggunakan MOL
hama dan penyakit tanaman sehingga baik a. Pembuatan Mikroorganisme Lokal
digunakan sebagai dekomposer, pupuk hayati, Menyiapkan limbah sayur dan buah
dan pestisida organik (Purwasasmita, 2009). sebanyak 4 kg, dedak padi sebanyak 1 kg, gula
merah sebanyak 1 kg dan air cucian beras
METODE PENELITIAN sebanyak 2 liter. Pembuatan mol dilakukan
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun secara bertahap selama 4 minggu. Tahap
Percobaan Fakultas Pertanian Universitas pertama dengan memasukkan limbah sayur dan
Madako Kelurahan Tambun Kecamatan Baolan buah yang sudah dihaluskan sebanyak 2 kg
Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah, kedalam wadah, dedak padi sebanyak 0.5 kg
yang di laksanakan pada bulan Mei 2020 dan gula merah yang sudah dilarutkan kedalam
sampai dengan bulan Juli 2020. 2 liter air cucian beras sebanyak 0,5 kg. Setelah
Bahan yang digunakan dalam penelitian itu ditutup rapat dan didiamkan selama satu
ini adalah bibit terung gelatik, sabut kelapa, minggu. Tahap kedua dengan menambahkan
limbah sayur dan buah yang sudah dihaluskan

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.11 April 2021 2265
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
sebanyak 2 kg lalu ditutup rapat kembali dan tanam yang telah disediakan. dengan cara
diamkan selama satu minggu. Tahap ketiga mencabut bibit terung secara perlahan dan hati-
dengan menambahkan dedak padi dan gula hati agar tidak merusak akar, ciri dari bibit
merah masing-masing sebanyak 0,5 kg lalu tanaman terung yang siap tanam adalah
didiamkan selama satu minggu. Selanjutnya munculnya 3-4 lembar helai daun sempurna.
Tahap keempat hanya mendiamkan cairan mol Penanaman dilakukan pada sore hari setelah
tahap ketiga yang sudah disaring selama satu dilakukan penyiraman untuk mempermudah
minggu. Setelah satu minggu mol disaring dan pemindahan dan masa adaptasi pertumbuhan
siap digunakan. awal.
b. Pembuatan pupuk organik cair dari Aplikasi Pupuk Organik Cair Sabut Kelapa
Sabut Kelapa menggunakan Mol Pupuk organik cair sabut kelapa
Sabut kelapa sebanyak 3 kg dibersihkan disemprotkan kepermukaan tanah dan daun
dari kulit luarnya. Larutkan gula merah sesuai perlakuan. Sebelum disemprotkan
sebanyak 300 gr dengan air 30 liter. Campurkan masing-masing pupuk dilarutkan dengan air
300 ml mol dengan larutan gula merah tersebut, sebanyak 3 liter pada setiap dosis perlakuan.
tuangkan larutan tersebut kedalam drum yang Pengaplikasian pupuk organik cair sabut kelapa
berisi sabut kelapa. Tutup rapat drum dan dilakukan sebanyak 4 kali dan dimulai pada
letakkan di tempat teduh. Usahakan drum saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam
terhindar dari sinar matahari dan air hujan. dengan interval pemberian dua minggu sekali.
Diamkan selama 15 hari. Pada hari ke 16 Pemeliharaan
dicek, apabila warna air rendaman telah Pemeliharaan tanaman terung gelatik
berubah menjadi kuning kehitaman, maka selama penelitian meliputi tahapan sebagai
pupuk cair dari sabut kelapa sudah siap untuk berikut : Penyiraman, penyulaman, penyiangan
digunakan (Marheyantoz, 2011). gulma, serta pengendalian hama dan penyakit.
Penyemaian Bibit Terung Gelatik Penyiraman dilakukan dengan melihat kondisi
Penyemaian dilakukan dengan membuat tanaman dilapangan, penyulaman dilakukan
area penyemaian dengan ukuran 50 x 50 cm, apabila ada tanaman yang tidak tumbuh atau
gemburkan tanah. Setelah itu, taburkan benih mati, pengendalian hama dan penyakit
terung secara merata sesuai kebutuhan. Siram dilakukan bila ada gejala serangan dengan
setiap pagi dan sore hari hingga bibit terung menggunakan insektisida maupun fungisida
siap dipindahkan. yang sesuai dengan gejala serangan tersebut.
Persiapan Lahan dan Pembuatan Bedengan Panen
Lahan yang akan digunakan untuk Panen dilakukan setelah tanaman terung
penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gelatik berumur 70-80 hari setelah tanam.
gulma dan akar-akar tanaman maupun Panen dilakukan secara bertahap, dengan
pepohonan dengan menggunakan parang melihat ciri-ciri terung gelatik yang siap
ataupun cangkul. Setelah lahan dibersihkan, dipanen yaitu bila kulit buahnya berwarna
dilakukan pembentukan bedengan dengan ungu, dagingnya tidak terlalu keras dan
menggunakan cangkul dengan ukuran 2 x 1,5 m buahnya berukuran bulat sedang. Buah dapat
, tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 60 cm. dipanen dua kali dalam seminggu.
Bedengan dibuat sebanyak 24 bedengan,
setelah itu dibuatkan lubang tanam sedalam 8 Peubah Pengamatan
cm yang mana setiap satu bedengan terdapat 6 1. Tinggi Tanaman (Cm)
lubang tanam dengan jarak tanam 80 cm. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari
Pemindahan Bibit Terung Gelatik ke pangkal batang sampai titik tumbuh
Bedengan tanaman pada batang utama. Pengukuran
Bibit yang telah disemai selama 21 hari dilakukan pada saat tanaman berumur 2, 3,
setelah semai (HSS) dapat ditanam pada lubang

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2266 Vol.1 No.11 April 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
4, 5 dan 6 MST dan diukur menggunakan Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat pada
mistar atau meteran. umur 5 MST hasil uji DMRT 5% menunjukkan
2. Jumlah Daun (Helai) bahwa tinggi tanaman dengan rata-rata tertinggi
Pengamatan atau penghitungan jumlah terhadap dosis pupuk organik cair sabut kelapa
daun dilakukan pada daun yang telah terdapat pada perlakuan D1 (18 ml/petak) yaitu
membuka sempurna. Pengamatan 45,95 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan
dilakukan pada saat tanaman berumur 2, 3, lainnya. Sedangkan tinggi tanaman dengan rata-
4, 5 dan 6 MST. rata terendah terdapat pada perlakuan D0 (tanpa
3. Jumlah Buah Per Tanaman (Buah) perlakuan) yaitu 37,59 cm. Pada umur 6 MST
Jumlah buah tanaman diamati pada saat hasil uji DMRT 5% menunjukkan bahwa tinggi
panen pertama dengan cara menghitung tanaman dengan rata-rata tertinggi terhadap
jumlah buah per tanaman pada tanaman dosis pupuk organik cair sabut kelapa terdapat
sampel. pada perlakuan D1 (18 ml/petak) yaitu 52,74 cm
4. Diameter Buah (Cm) yang berbeda nyata dengan perlakuan D0 tetapi
Pengamatan dan penghitungan diameter tidak berbeda nyata dengan perlakuan D2 dan
buah dilakukan pada saat panen dan diukur D3. Sedangkan tinggi tanaman dengan rata-rata
dengan menggunakan jangka sorong terendah terdapat pada perlakuan D0 (tanpa
dibagian tengah buah terung. perlakuan) yaitu 44,92 cm. Hal ini dikarenakan
5. Berat Buah (Gram) bahwa pemberian pupuk organik cair sabut
Pengukuran berat buah pertanaman kelapa dapat mencukupi kebutuhan kandungan
dilakukan pada saat tanaman dipanen. unsur hara untuk tanaman sehingga
Penimbangan dilakukan dengan cara meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan
menimbang buah yang dipanen dengan tanpa pemberian pupuk organik cair sabut
menggunakan timbangan analitik. kelapa. Pemberian dosis pupuk organik cair
sabut kelapa yang rendah yang diberikan pada
HASIL DAN PEMBAHASAN tanaman menunjukkan hasil yang lebih tinggi
Tinggi Tanaman (cm) dibandingkan dengan pemberian penambahan
Hasil analisis sidik ragam dengan taraf dosis pupuk organik cair sabut kelapa yang
kesalahan 5% menunjukkan bahwa perlakuan menunjukkan hasil yang lebih rendah. Dosis 18
tunggal dosis pupuk organik cair sabut kelapa ml/petak (D1) merupakan dosis yang optimal
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman bagi pertumbuhan tinggi tanaman sehingga
terung gelatik pada umur 5 dan 6 MST. ketika penambahan dosis POC sabut kelapa
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman terung tinggi tanaman malah mengalami penurunan.
gelatik umur 5 MST dan 6 MST pada Menurut Lakitan (2012) menyatakan
perlakuan dosis pupuk organik cair sabut pemberian dosis yang tepat pada tanaman akan
kelapa meningkatkan pertumbuhan tanaman sehingga
meningkat pula metabolisme tanaman.
Tersedianya unsur hara dalam jumlah yang
cukup dan seimbang bagi pertumbuhan
tanaman. Pada umur 2, 3 dan 4 MST tidak
terjadi pengaruh yang signifikan, hal ini diduga
karena pada saat umur 2 sampai 4 MST terjadi
curah hujan yang cukup tinggi pada saat
penelitian. Curah hujan yang tinggi
menyebabkan kandungan unsur hara yang ada
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf
pada pupuk organik cair sabut kelapa ikut
yang sama pada baris yang sama berarti
tercuci oleh air yang menjadi penyebab
berbeda tidak nyata
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.11 April 2021 2267
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
hanyutnya unsur hara sehingga hara tidak jumlah daun dengan rata-rata terendah terdapat
maksimal diserap oleh akar tanaman, akibatnya pada perlakuan D3 (54 ml/petak) yaitu 7,50
pertumbuhan tanaman terung gelatik tidak helai. Hal ini dikarenakan pertumbuhan
optimal. Suciantini (2015) menyatakan bahwa vegetatif tanaman sangat membutuhkan asupan
salah satu unsur iklim yang digunakan sebagai unsur hara N. Tersedianya unsur hara N yang
indikator dalam kaitannya dengan tanaman cukup untuk tanaman akan membantu proses
adalah curah hujan. pertumbuhan tanaman. Pada dosis pupuk
Jumlah Daun (Helai) organik cair sabut kelapa pemberian pupuk
Hasil analisis sidik ragam dengan taraf yang semakin tinggi dosisnya tidak
kesalahan 5% menunjukkan bahwa perlakuan memperlihatkan pertumbuhan yang baik pada
lama fermentasi dan dosis pupuk organik cair jumlah daun tanaman terung gelatik sehingga
sabut kelapa serta interaksi dari kedua faktor perlakuan kontrol lebih baik dari pada
tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun perlakuan dosis 54 ml/petak (D3). Tanaman
pada umur 2, 3 dan 4 MST. Namun, faktor mampu menyerap unsur hara dengan baik
tunggal perlakuan dosis pupuk organik cair ketika tanaman mendapatkan unsur hara dalam
sabut kelapa berpengaruh nyata terhadap jumlah yang cukup dan tepat. Kelebihan unsur
jumlah daun terung gelatik pada umur 5 dan 6 hara dapat menyebabkan hambatan pada
MST. pertumbuhan, hal ini sejalan dengan literatur
Tabel 2. Rata-rata jumlah daun terung Sutanto (2002) yang menyatakan bahwa
gelatik umur 5 dan 6 mst pada perlakuan pemberian pupuk dengan takaran yang tinggi
dosis pupuk organik cair sabut kelapa dapat menyebabkan bertambahnya hara yang
terdapat dalam tanah, hal ini dapat mengganggu
keseimbangan hara yang diserap oleh tanaman,
sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh
tanaman dan menghambat pertumbuhan
tanaman. Selain kelebihan pupuk, kelebihan air
juga yang mempengaruhi pertumbuhan jumlah
daun. Hal ini diduga yang menjadi penyebab
tidak signifikannya jumlah daun pada umur 2
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf sampai 4 MST. Kelebihan air disebabkan
yang sama pada baris yang sama berarti karena pada saat penelitian terjadi musim
berbeda tidak nyata hujan. Selain tanah yang basah, tanda tanaman
Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat pada kelebihan air adalah daunnya layu, menguning
umur 5 MST hasil uji DMRT 5% menunjukkan sampai gugur sehingga pertumbuhan daun
bahwa jumlah daun dengan rata-rata tertinggi kurang maksimal. Lestari (2003)
terhadap dosis pupuk organik cair sabut kelapa mengemukakan bahwa tanaman familia
terdapat pada perlakuan D1 (18 ml/petak) yaitu Solaneceae sangat rentan terhadap kekurangan
7,79 helai yang tidak berbeda nyata dengan dan kelebihan air selama masa pertumbuhan.
perlakuan lainnya.. Sedangkan jumlah daun Jumlah Buah Per Tanaman (Buah)
dengan rata-rata terendah terdapat pada Hasil analisis sidik ragam dengan taraf
perlakuan D3 (54 ml/petak) yaitu 6,96 helai. kesalahan 5% menunjukkan bahwa perlakuan
Pada umur 6 MST hasil uji DMRT 5% lama fermentasi dan dosis pupuk organik cair
menunjukkan bahwa jumlah daun dengan rata- sabut kelapa serta interaksi dari kedua faktor
rata tertinggi terhadap dosis pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah buah.
sabut kelapa terdapat pada perlakuan D1 (18 rata-rata jumlah buah per tanaman tertinggi
ml/petak) yaitu 8,42 helai yang berbeda nyata pada tanaman terung gelatik terhadap
dengan perlakuan D0 dan D3 tetapi tidak fermentasi pupuk organik cair sabut kelapa
berbeda nyata dengan perlakuan D2. Sedangkan terdapat pada perlakuan F2 (14 hari) yaitu 3,98

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2268 Vol.1 No.11 April 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
buah dan terendah pada F1 (7 hari) yaitu 3,81 meningkatkan ukuran sel. Hal ini berkaitan
buah. Kemudian pada pemberian dosis pupuk dengan aktivitas mikroba yang berperan selama
organik cair sabut kelapa rata-rata tertinggi fermentasi. Menurut Yuli dkk (2010), pada saat
terdapat pada D3 (54 ml/petak) yaitu 4,21 buah proses fermentasi peranan mikroba sangat
dan yang paling rendah terdapat pada perlakuan menentukan produk yang dihasilkan. Mikroba
D0 (kontrol) yaitu 3,42 buah. pada awal fermentasi berfungsi sebagai
Diameter Buah (Cm) aktivator untuk membantu meningkatkan
Hasil analisis sidik ragam dengan taraf proses degradasi bahan organik menjadi
kesalahan 5% menunjukkan bahwa interaksi senyawa sederhana yang siap diserap oleh
lama fermentasi dengan dosis pupuk organik tanaman. Semakin lama proses fermentasi
cair sabut kelapa berpengaruh sangat nyata semakin bertambah pula kandungan hara pada
terhadap diameter buah. pupuk organik cair. Tetapi waktu fermentasi
Tabel 3. Rata-rata diameter buah yang melewati batas maksimal juga akan
(Cm) terung gelatik pada interaksi membuat kandungan hara akan menjadi rendah.
perlakuan lama fermentasi dan dosis pupuk Pemberian dosis tertinggi pupuk organik cair
organik cair sabut kelapa sabut kelapa dapat menigkatkan produksi pada
buah dikarenakan dalam pupuk organik cair
Perlakuan Rata-Rata sabut kelapa terkandung unsur hara kalium
Duncen yang berperan penting dalam perkembangan
akar, membantu proses pembentukan protein
F1D0 7,69ab dan karbohidrat pada tanaman. Hal ini sesuai
F1D1 8,81ab dengan literatur Roswarkam dan Yuwono
F1D2 8,90ab (2002) yang menyatakan fungsi penting dari
F1D3 8,17ab 0,59 Kalium adalah membentuk dan mengangkut
F2D0 7,34a karbohidrat, sehingga translokasi karbohidrat
F2D1 9,47bc dari daun ke organ lainnya berjalan dengan baik
F2D2 7,65ab yang meningkatkan kemampuan tanaman
F2D3 10,93c untuk membentuk jaringan baru sehingga dapat
memacu pertumbuhan tanaman. Faktor lain
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang mempengaruhi pertumbuhan buah adalah
yang sama pada baris yang sama berarti adalah jumlah buah yang sedikit dalam satu
berbeda tidak nyata tanaman sehingga menyebabkan peningkatan
Berdasarkan Tabel 6. hasil uji DMRT 5% ukuran buah karena buah yang sedikit
pada diameter buah menunjukkan bahwa mengurangi persaingan antar buah. Hal ini
kombinasi perlakuan fermentasi 14 hari dengan sejalan dengan Adijaya dan Yasa (2014),
dosis 54 ml/petak (F2D3) memberikan hasil semakin banyak jumlah buah yang dijarangkan
diameter buah tertinggi dengan rata-rata 10,93 dalam satu tandan dapat menyebabkan
cm yang berbeda nyata dengan perlakuan F1D0, peningkatan ukuran buah karena penjarangan
F1D1, F1D2, F1D3, F2D0 dan F2D2 tetapi tidak buah mengurangi persaingan antar buah dalam
berbeda nyata dengan perlakuan F2D1. mendapatkan asimilat yang digunakan untuk
Sedangkan diameter buah dengan rata-rata pertumbuhan buah, sehingga buah yang
terendah terdapat pada perlakuan F2D0 dihasilkan lebih besar dan bentuk buah lebih
(kontrol) yaitu 7,34 cm. Hal ini diduga karena baik.
pada saat hari ke-7 proses fermentasi belum Berat Buah (Gram)
maksimal dan mikroba masih dalam fase awal Hasil analisis sidik ragam dengan taraf
untuk menyesuaikan diri dan melakukan kesalahan 5% menunjukkan bahwa interaksi
mmetabolisme sehingga aktivitasnya hanya lama fermentasi dengan dosis pupuk organik

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.11 April 2021 2269
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
cair sabut kelapa berpengaruh sangat nyata membantu proses pembentukan protein dan
terhadap berat buah. karbohidrat pada tanaman. Menurut Tifani dkk
Tabel 4. Rata-rata berat buah (Cm) (2013) bahwa pemberian pupuk organik cair
terung gelatik pada interaksi perlakuan sabut kelapa membrikan hasil terbaik terhadap
lama fermentasi dan dosis pupuk organik jumlah per tanaman, berat buah per tanaman
cair sabut kelapa dan berat per petak. Faktor lain yang
mempengaruhi pertumbuhan buah adalah
Perlakuan Rata-Rata diameter buah. Pertambahan diameter buah
Duncen berbanding lurus terhadap berat buah. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
F1D0 144,58a erat antar variabel tersebut, yang artinya
F1D1 154,03a semakin besar diameter buah maka berat buah
F1D2 229,63b semakin tinggi.
F1D3 152,14a 15,71
F2D0 122,84a PENUTUP
F2D1 236,24b Kesimpulan
F2D2 122,84a 1. Kandungan pupuk organik cair sabut
F2D3 336,41c kelapa dapat berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman dan jumlah daun.
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf Pertumbuhan yang lebih baik diperoleh
yang sama pada baris yang sama berarti pada perlakuan pupuk organic cair sabut
berbeda tidak nyata kelapa dosis 18 ml.
Berdasarkan Tabel 4. hasil uji DMRT 5% 2. Lama fermentasi tidak berpengaruh nyata
pada berat buah menunjukkan bahwa perlakuan terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun..
fermentasi 14 hari dengan dosis 54 ml/petak 3. Terjadi interaksi antara kombinasi lama
(F2D3) memberikan hasil berat buah tertinggi fermentasi dan dosis pupuk organik cair
dengan rata-rata 336,41 gram yang berbeda sabut kelapa terhadap diameter buah dan
nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan berat buah. Pengaruh terbaik kombinasi
berat buah dengan rata-rata terendah terdapat perlakuan lama fermentasi dan dosis pupuk
pada perlakuan F2D0 (kontrol) yaitu 144,58 organik cair sabut kelapa adalah 14 hari
gram. Hal ini diduga karena lama fermentasi dan 54 ml.
hari ke-14 terjadi pembelahan sel dari Rekomendasi
mikroorganisme yang sempurna sehingga Penelitian lebih lanjut dengan
bahan organik dapat terurai dengan baik. penggunaan pupuk organic cair sabut kelapa
Selama proses fermentasi terjadi dekomposisi dengan lama fermentasi yang berbeda
pada bahan organik sehingga sangat dibutuhkan sebaiknya dilanjutkan untuk mendapatkan hasil
peranan mikroorganisme. Menurut Yuli dkk yang lebih baik.
(2010), pada saat proses fermentasi peranan Ucapan Terima Kasih
mikroba sangat menentukan produk yang Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji
dihasilkan. Mikroba pada awal fermentasi syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT
berfungsi sebagai aktivator untuk membantu atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya
meningkatkan proses degradasi bahan organik sehingga penelitian dan penulisan jurnal ini
menjadi senyawa sederhana yang siap diserap dapat diselesaikan. Penulisan jurnal ini tidak
oleh tanaman. Pupuk organik cair sabut kelapa akan terwujud tanpa petunjuk, bantuan dan
dapat menigkatkan produksi pada buah dukungan dari semua pihak yang terkait.
dikarenakan dalam pupuk organik cair sabut Olehnya itu pada kesempatan ini penulis
kelapa terkandung unsur hara kalium yang menyampaikan terima kasih yang tulus dan
berperan penting dalam perkembangan akar, iklas kepada Bapak Dr. Ir. Hj. Nursida K

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2270 Vol.1 No.11 April 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Bantilan, MM selaku Ketua Yayasan Pupuk Organik Cair Limbah Sayuran
Pendidikan Tolitoli, Dr. Drs. Hi. Moh. Ma’ruf Pada Lahan kering Ultisol. Prosiding
Bantilan, MM selaku Rektor Universitas Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014.
Madako Tolitoli, Fandi Ahmad SP.,MP selaku Palembang 26-27 September 2014. ISBN :
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Madako 979-587-529-9.
Tolitoli yang telah memberi kesempatan untuk [11] Parnata, A. 2010. Meningkatkan Hasil
melakukan penelitian sampai selesainya Panen Dengan Pupuk Organik. Agromedia
penulisan jurnal ini. Pustaka. Cet. I. Jakarta.
[12] Purwasasmita, M. 2009. Mikroorganisme
DAFTAR PUSTAKA Lokal Sebagai Pemicu Siklus Kehidupan
[1] Adijaya, I. N., dan I. M. R. Yasa. 2014. dalam Bioreaktor Tanaman. Seminar
Pengaruh Penjarangan Buah Terhadap Nasional Teknik Kimia Indonesia.
Produktivitas dan Kualitas Buah Salak [13] Roswarkam, A., dan Yuwono, N. W. 2002.
Gula Pasir Pada Panen Raya. Prosiding Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Seminar Nasional. Inovasi Teknologi Yogyakarta.
Pertanian Spesifik Lokasi: 445-451. [14] Sakti. 2013. Pembuatan POC (Pupuk
[2] [BPS]. 2019. Data Produksi dan Luas Organik Cair). Skripsi. Fakultas Pertanian
Panen Tanaman Terung di Indonesia Universitas Hasanuddin. Makassar.
Tahun 2017 Dan 2018. Statistik Pertanian. [15] Suciantini. 2015. Interaksi Iklim (Curah
[3] Badan Pusat Statistik. 2019. Data Produksi Hujan) Terhadap Produksi Tanaman
dan Luas Panen Tanaman Terung di Pangan di Kabupaten Pacitan. Balai
Kabupaten Tolitoli Tahun 2017 Dan 2018. Penelitian dan Hidrologi. Balitbang
Tolitoli: Badan Pusat Statistik. Kementan.
[4] Firmanto, B. 2011. Sukses Bertanam [16] Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik:
Terung Secara Organik. Angkasa: Menuju Pertanian Alternatif dan
Bandung. 98 hal. Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius.
[5] Huruna, B., dan Maruapey, A. 2015. [17] Tifani, I., I. Sasli., dan E. Gusmayanti.
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman 2013. Pengaruh Lama Perendaman Sabut
Terung (Solanum melongena L.) Pada Kelapa Sebagai Pupuk Cair Terhadap
Berbagai Dosis Pupuk Organik Limbah Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Ubi
Biogas Kotoran Sapi. Jurnal Agroforestri. Jalar. Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian
10(3):218-226. Universitas Tanjungpura. Pontianak. Vol 2
[6] Lakitan, B. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi (2) (2013).
Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. [18] Yuli, A. H., Ellin, H., dan Eulis, T. M.
Jakarta. 2010. Pengaruh Imbangan Feses Sapi
[7] Lestari, E. 2003. Simulasi Potensi Hasil Potong dan Sampah Organik Pada Proses
dan Pengaruh Cekaman Air Pada Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos.
Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri
L.) di Kecamatan Lembang Kabupaten Sains. Vol 12 No 3 Bulan Agustus.
Bandung. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
[8] Muryanti, 2000. Beberapa Varietas
Tanaman Terung. Yogyakarta.
[9] Musnamar, E. I. 2003. Pupuk Organik Cair
dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Jakarta:
Penebar Swadaya.
[10] Pardosi, Andri H., Irianto., dan Mukhsin.
2014. Respons Tanaman Sawi Terhadap

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)

Anda mungkin juga menyukai