ABSTRAK
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman legum terpenting setelah kedelai yang memiliki
peran strategis dalam pangan nasional sebagai sumber protein dan minyak nabati. MOL (Mikroorganisme lokal)
adalah sekelompok mikroorganisme yang aktif dan berada dilingkungan sekitar, yang didapat dari tanaman atau
bagian tanaman.
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor yaitu
konsentrasi (K) dan frekuensi (F) pemberian larutan MOL bonggol pisang kepok dengan masing-masing 3 taraf
perlakuan dan 3 kali ulangan. Apabila menunjukkan pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan Uji BNT 5% untuk
pengaruh tunggal dan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) 5% untuk pengaruh interaksi.
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah: 1) Perlakuan konsentrasi (K) memberikan pengaruh berbeda nyata
terhadap umur berbunga dengan perlakuan K1 (1 kg bonggol pisang kepok + 200 gram gula merah + 2 liter air
cucian beras) mampu mengahasilkan rerata umur berbunga lebih cepat yaitu 26,78 HST. 2) Perlakuan frekuensi (F)
pemberian larutan MOL bonggol pisang kepok memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap umur
berbunga dengan perlakuan F3 (3x seminggu) mampu mengahasilkan rerata umur berbunga lebih cepat yaitu 26,56
HST. Dan untuk perlakuan F1 (1x seminggu) memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap jumlah bunga pada
umur 38 HST dengan rerata tertinggi yaitu 4,09. 3) Terjadi interaksi yang memberikan pengaruh berbeda sangat
nyata terhadap umur berbunga yang lebih cepat pada perlakuan K1F3 (1 kg bonggol pisang kepok + 200 gram + 2
liter air cucian beras, dengan 3x seminggu) yaitu 25,00 HST, dan yang paling lama berbunganya pada perlakuan
K1F1 (1 kg bonggol pisang kepok + 200 gram + 2 liter air cucian beras, dengan 1x seminggu) yaitu 28,67 HST.
Kata Kunci: Konsentrasi, frekuensi, MOL (Mikroorganisme Lokal), bonggol pisang kepok, tanaman kacang
tanah
8
Korelasi Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang ..... Hartanti A; Y Jhevi
Pemanfaatan bahan lokal sebagai teknologi pisang kepok dimana masing-masing faktor terdiri
terapan dan ramah lingkungan akan mampu dari 3 taraf perlakuan dengan 3 kali ulangan.
meningkatkan produksi pertanian dan mewujudkan Faktor I adalah konsentrasi MOL bonggol pisang
lingkungan hidup yang baik. Ketersediaan bonggol terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu : KІ = 1 kg
pisang sangat melimpah karena petani pisang pada bonggol pisang kepok+200 gram gula merah+2 liter
umumnya hanya membiarkan bonggol pisang dan air cucian beras
batang pisang tersebut hingga membusuk begitu saja KЇ = 2 kg bonggol pisang kepok+200 gram gula
setelah memanen buahnya. Terlepas dari keadaan merah+2 liter air cucian beras
tersebut, ternyata dapat dijadikan bahan dasar dalam KЈ = 3 kg bonggol pisang kepok+200 gram gula
pembuatan larutan MOL (Mikroorganisme lokal). merah+2 liter air cucian beras
Faktor II adalah Frekuensi pemberian larutan MOL
MOL (Mikroorganisme lokal) adalah bonggol pisang terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu:
sekelompok mikroorganisme yang aktif dan berada di FІ = 1x seminggu
lingkungan sekitar, yang didapat dari tanaman atau FЇ = 2x seminggu
bagian tanaman. MOL ini dapat dibuat dengan FЈ = 3x seminggu
memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar, Data hasil pengamatan apabila menunjukkan
seperti buah-buahan busuk, limbah sayuran, keong pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan Uji BNT
mas, bonggol pisang, batang pisang, rebung bambu 5% untuk pengaruh tunggal dan Uji Jarak Berganda
dan lain-lain. Adapun bahan utama MOL terdiri dari Duncan (DMRT) 5% untuk pengaruh interaksi.
beberapa komponen, yaitu karbohidrat, glukosa dan
sumber mikroorganisme. Bahan dasar untuk 1. Pembuatan Larutan Mikroorganisme Lokal
fermentasi larutan MOL dapat berasal dari hasil Bonggol Pisang
pertanian, perkebunan, maupun limbah organik a. Siapkan bonggol pisang kepok, gula merah dan air
rumah tangga (Anonim, 2013). Menurut Sutaryat dan cucian beras setelah itu timbang sesuai dengan
Supardiyono (2011) menjelaskan bahwa perlakuannya yaitu:
mikroorganisme lokal bonggol pisang merupakan KІ = 1 kg bonggol pisang kepok+200 gram gula
sumber nitrogen dan fosfor bagi tanaman. MOL merah+2 liter air cucian beras
bonggol pisang mengandung hormon tumbuhan yakni K = 2 kg bonggol pisang kepok+200 gram gula
giberelin dan sitokinin. Jenis mikrobia yang telah merah+2 liter air cucian beras
diidentifikasi pada MOL bonggol pisang antara lain K = 3 kg bonggol pisang kepok+200 gram gula
Bacillus sp., Aeromonas sp., dan Aspergillus nigger. merah+2 liter air cucian beras
Mikrobia inilah yang biasa menguraikan bahan b. Selesai ditimbang bonggol pisang kepoknya
organik (Suhastyo, 2011). dipotong-potong menjadi kecil kemudian ditumbuk
hingga halus.
METODOLOGI c. Hancurkan gula merahnya, kemudian campurkan
dalam air cucian beras yang telah disiapkan diember
Penelitian dilaksanakan di Desa Gebangan sesuai dengan perlakuannya.
Kecamatan Krejengan Kabupaten Probolinggo, yang d. Masukkan bonggol pisang kepok yang sudah
berada diketinggian ± 12 m dpl. Penelitian ini ditumbuk kedalam ember yang telah disiapkan
dilaksanakan pada tanggal 24 Maret sampai 21 Juni kemudian aduk sampai semua bahan tercampur.
2017. e. Tutup ember tersebut untuk proses fermentasi
selama 7-14 hari sampai tercium seperti bau tape, jika
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lebih dari 14 hari maka mikrobia pada MOL akan
: 1. Benih kacang tanah, 2. Bonggol pisang kepok 3. cenderung menurun.
Air cucian beras 4. Gula merah 5. Air f. Pada hari ke-7 larutan MOL bonggol pisang kepok
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : sudah mulai digunakan.
1. Cangkul, 2. Ember, 3. Pisau, 4. Gelas ukur , 5. g. Saring terlebih dahulu untuk memisahkan ampas
Sprayer 6. Timbangan, 7. Penggaris , 8. Alat tulis, ,9. bonggol pisangnya.
Kamera, 10. Papan perlakuan h. Selesai disaring maka larutan MOL bonggol pisang
kepok sudah bisa diaplikasikan ketanaman kacang
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan tanahnya (150 ml larutan MOL : 14 liter air).
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan i. Pengaplikasian larutan MOL ini disemprotkan pada
2 faktor yaitu konsentrasi dan frekuensi pemberian tanamannya yaitu sesuai perlakuan yang diberikan
larutan MOL (Mikroorganisme Lokal) bonggol
9
Korelasi Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang... Hartanti A; Y Jhevi
dan diaplikasikan pada saat tanaman umur 15 HST, berpenyakit segera dicabut, dibuang dan
26 HST dan 36 HST. dimusnahkan, sanitasi lingkungan dan menanam
varietas tanaman yang tahan penyakit.
2. Budidaya Tanaman kacang Tanah. e. Panen
a. Memilih Benih Kacang Tanah Kacang tanah dipanen pada umur 90 HST.
Benih berasal dari tanaman yang sehat, bebas Panen dilakukan apabila tanaman sudah tua dengan
dari hama dan penyakit, kualitas bijinya baik, pilih tanda-tanda sebagian besar daun sudah berubah
benih yang berumur kurang lebih 100 hari atau sudah warna dari hijau menjadi kekuningan dan mulai
tua berwarna kehitaman dan apabila dibuka tidak rontok, warna bagian dalam polong menunjukkan
memiliki selaput pada bagian dalam cangkang. coklat kehitaman dengan kulit biji yang tipis dan
Cangkang kacang tanah sebaiknya tidak dikupas batangnya mengeras.
selama masa penyimpanan. Buka cangkang apabila
benih digunakan. Adapun parameter pengamatan yang diamati
b. Persiapan lahan pada penelitian ini meliputi :
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, 1. Panjang Tanaman (cm)
tanah harus digemburkan terlebih dahulu dengan cara Panjang tanaman diamati mulai dari 25,
mencangkul sedalam 20-30 cm hingga menjadi 50, 75 dan 90 HST. Pengukuran dilakukan dengan
butiran halus. Setelah pengolahan lahan selesai maka menggunakan penggaris, cara mengukurnya mulai
dapat dibuat blok atau ulangan sebanyak 3 blok pada dari atas permukaan tanah sampai pucuk terakhir
lahan, kemudian membuat petak perlakuan dengan pada cabang-cabang yang telah ditelungkupkan.
ukuran panjang 150 cm dan lebar 125 cm sebanyak 2. Jumlah daun (helai)
27 petak perlakuan. Jarak antar petak perlakuan 25 Jumlah daun (helai) diamati mulai dari
cm dan jarak antar ulangan atau blok 50 cm. Jika umur 25, 50, 75 dan 90 HST. Pengamatan jumlah
lahan mudah tergenang air maka buatlah bedengan daun diperoleh dengan cara menghitung
agar drainase lancar. banyaknya daun (helai) yang telah membuka
c. Penanaman sempurna.
Penanaman kacang tanah menggunakan jarak 3. Umur berbunga (HST)
tanam 25x25 cm. Untuk benih kacang tanah yang Umur berbunga diamati dengan cara
digunakan adalah varietas Tuban. Setiap lubang mengamati munculnya bunga pertama kali dan
ditanaman 2 butir benih. Kacang tanah akan diamati mulai dari umur 20 HST dan diamati
berkecambah setelah 4-7 hari. setiap hari pada saat pagi hari.
4. Jumlah bunga
d. Pemeliharaan Tanaman Pengamatan jumlah bunga dengan cara
1. Penyulaman menghitung bunga yang sudah mekar dan diamati
Penyulaman dilakukan apabila benih setiap hari serta diamati setiap pagi.
mengalami tidak tumbuh maka penyisipan akan 5. Jumlah polong per petak
dilakukan dengan cara membuat lubang lagi dan Pengamatan jumlah polong diamati pada
ditanam kembali. Penyulaman dilakukan pada saat panen dengan cara menghitung banyaknya
saat tanaman berumur 7 HST. polong.
2. Penyiangan 6. Berat polong basah per petak (gram)
Penyiangan dilakukan jika ada gulma yang Pengamatan bobot polong basah diamati
mengganggu. pada saat panen dengan cara menimbang polong
3. Penyiraman yang baru dipanen.
Penyiraman dilakukan setiap hari bila 7. Berat brangkasan basah per petak (gram)
tidak hujan atau pada waktu yang diperlukan Pengamatan berat brangkasan basah
sesuai kebutuhan tanaman. Penyiraman dilakukan diperoleh dengan cara menimbang tanaman pada
tidak perlu basah karena tanah becek atau air yang saat panen.
menggenang akan menyebabkan polong dan 8. Berat brangkasan kering per petak (gram)
perakaran membusuk. Pengamatan berat brangkasan kering
4. Pengendalian Hama dan Penyakit diperoleh dengan cara mengoven tanaman dengan
Pengendalian dilakukan jika ada suhu 800 c selama 48 jam atau setara dengan 2
serangan hama dan penyakit. Jika masih dalam hari setelah selesai dioven baru ditimbang
skala kecil atau sedikit maka pengendaliannya brangkasan keringnya.
menggunakan manual yaitu dengan menggunakan 9. Berat polong kering per petak (gram)
tangan. Dan jika sudah dalam skala besar maka Pengamatan berat polong kering diamati
pengendaliannya menggunakan insektisida setelah panen dengan cara mengoven terlebih
contohnya furadan. Untuk tanaman yang dahulu dengan menggunakan suhu 800 c selama
10
Korelasi Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang... Hartanti A; Y Jhevi
48 jam atau setara 2 hari setelah selesai dioven Tuban yaitu setinggi 58 – 60 cm. Kemungkinan
baru ditimbang polong keringnya. rerata tinggi tanaman menunjukkan berbeda tidak
nyata tersebut disebabkan karena dipengaruhi oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN faktor lingkungan. Menurut Poespodarsono (1988),
menyatakan bahwa penampakan suatu tanaman
A. Panjang Tanaman (cm) ditentukan oleh interaksi antara faktor genetik
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam tanaman dan lingkungan.
menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi (K) dan
frekuensi (F) pemberian larutan MOL bonggol pisang Nitrogen merupakan bahan dasar yang
kepok serta interaksi antara kedua perlakuan tersebut diperlukan dalam pembentukan asam amino dan
terhadap panjang tanaman menunjukkan berbeda protein yang dimanfaatkan untuk proses metabolisme
tidak nyata pada umur 25, 50, 75 dan 90 HST tanaman dan akhirnya akan mempengaruhi
pertumbuhan organ-organ seperti batang, daun dan
Tabel 1. Rerata panjang tanaman (cm) akibat akar menjadi lebih baik. Nitrogen mempunyai peran
perlakuan konsentrasi dan frekuensi utama untuk merangsang pertumbuhan secara
pemberian larutan MOL bonggol pisang keseluruhan dan khususnya pertumbuhan batang
kepok. yang dapat memacu pertumbuhan tinggi tanaman.
Perlakuan Panjang Tanaman (cm) Menurut Marvelia dkk. (2006), bahwa nitrogen
25 bermanfaat bagi pembentukan klorofil yang sangat
HST 50 HST 75 HST 90 HST penting untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Konsentrasi
1 (1 kg bonggol Hal ini sejalan dengan pendapat Lingga dan
pisang kepok + Marsono (2013), bahwa unsur hara nitrogen
200 gram gula merupakan komponen penyusun asam amino, protein
merah + 2 liter
air cucian beras) 34.26 a 57.52 a 65.11 a 66.54 a
dan pembentukan protoplasma sel yang dapat
2 (2 kg bonggol berfungsi dalam merangsang pertumbuhan tinggi
pisang kepok + tanaman. Menurut Lakitan (2010), menyatakan
200 gram gula bahwa unsur hara kalium berperan sebagai aktivator
merah + 2 liter
air cucian beras) 33.35 a 53.99 a 63.22 a 65.55 a
dari berbagai enzim esensial dalam reaksi-reaksi
3 (3 kg bonggol fotosintesis dan respirasi serta enzim yang berperan
pisang kepok + dalam sintesis pati dan protein. Fotosintat yang
200 gram gula dihasilkan digunakan tanaman untuk proses
merah + 2 liter
air cucian beras) 33.90 a 56.69 a 63.38 a 65.03 a
pembelahan sel, sehingga tanaman bertambah tinggi.
14
Korelasi Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang... Hartanti A; Y Jhevi
polong basah. Dari hasil penelitian (tabel 6) rerata beras)
berat polong basah tertinggi pada perlakuan K1 (1 kg K3 (3 kg bonggol pisang
bonggol pisang kepok + 200 gram gula merah + 2 kepok+ 200 gram gula merah
liter air cucian beras) yaitu 26.24 gram sedangkan + 2 liter air cucian beras) 54.68 a
perlakuan F1 (1x seminggu) menunjukkan rerata BNT 5% -
berat polong basah tertinggi yaitu 24.91 gram.
Frekuensi
15
Korelasi Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang... Hartanti A; Y Jhevi
Tabel 8. Rerata berat brangkasan kering akibat batang, daun dan akar semakin bertambah besar
perlakuan konsentrasi dan frekuensi sehingga berat kering tanaman mengalami
pemberian larutan MOL bonggol pisang peningkatan juga.
kepok.
Rerata Berat Tanaman dapat tumbuh dengan baik apabila
Perlakuan Brangkasan hara yang diperlukan dalam proses metabolisme
kering (gram) tersedia dalam jumlah yang cukup dan diserap
Konsentrasi dengan baik oleh tanaman sehingga pertumbuhan
K1 (1 kg bonggol pisang kepok + 200 vegetatif tanaman seperti tinggi, jumlah daun dan
gram gula merah + 2 liter air cician perakaran menjadi lebih baik dan akan menunjang
beras) 11.41 a berat kering tanaman. Proses fisiologi yang terjadi
K2 (2 kg bonggol pisang kepok + 200
gram gula merah + 2 liter air cician
dalam tanaman terutama translokasi unsur hara dan
beras) 9.73 a hasil fotosintat akan berjalan dengan baik jika
K3 (3 kg bonggol pisang kepok + 200 kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara
gram gula merah + 2 liter air cician lebih tinggi, sehingga organ tanaman dapat
beras) 9.65 a
menjalankan fungsinya dengan baik. Menurut
BNT 5% - Nyakpa dkk. (1998), bahwa tinggi rendahnya berat
Frekuensi kering tanaman tergantung pada banyak atau
sedikitnya serapan unsur hara yang berlangsung
F1 (1x seminggu) 10.32 a selama proses pertumbuhan tanaman tersebut.
F2 (2x seminggu) 9.90 a
F3 (3x seminggu) 10.56 a I. BERAT POLONG KERING
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan
BNT 5 % - bahwa perlakuan konsentrasi (K) dan frekuensi (F)
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pemberian larutan MOL bonggol pisang kepok serta
pada kolom yang sama menunjukkan interaksi antara kedua perlakuan tersebut
berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%. berpengaruh berbeda tidak nyata pada pengamatan
berat polong kering.
Hasil penelitian (tabel 8) terhadap rerata Tabel 9. Rerata berat polong kering akibat perlakuan
berat brangkasan kering menunjukkan bahwa konsentrasi dan frekuensi pemberian
perlakuan konsentrasi (K) dan frekuensi (F) larutan MOL bonggol pisang kepok.
pemberian larutan MOL bonggol pisang kepok
berbeda tidak nyata. Rerata berat brangkasan kering Perlakuan Rerata Berat Polong
tertinggi pada perlakuan K1 (1 kg bonggol pisang Kering (gram)
kepok + 200 gram gula merah + 2 liter air cucian
Konsentrasi
beras) yaitu 11.41 gram sedangkan pada perlakuan F3
K1 (1 kg bonggol pisang
(3x seminggu) menunjukkan rerata berat brangkasan kepok + 200 gram gula
kering tertinggi yaitu 10.56 gram. merah + 2 liter air cucian
beras) 12.91 a
Berat brangkasan kering dipengaruhi oleh K2 (2 kg bonggol pisang
kepok + 200 gram gula
banyak sedikitnya fotosintat sebagai hasil merah + 2 liter air cucian
fotosintesis, karena bahan kering sangat tergantung beras) 12.32 a
pada laju fotosintesis dimana asimilat yang lebih K3 (3 kg bonggol pisang
besar memungkinkan pembentukan biomassa kepok + 200 gram gula
merah + 2 liter air cucian
tanaman yang lebih besar. Menurut Dwijosepoetro beras) 11.22 a
(1996), bahwa berat kering tanaman mencerminkan
status nutrisi tanaman karena berat kering tanaman BNT 5% -
tergantung pada jumlah, ukuran dan senyawa sel Frekuensi
penyusun baik senyawa organik maupun senyawa F1 (1x seminggu) 12.61 a
anorganik. Berat kering merupakan ukuran hasil dari
pertumbuhan tanaman karena berat kering F2 (2x seminggu) 12.10 a
mencerminkan akumulasi senyawa organik yang F3 (3x seminggu) 11.75 a
berhasil disintesis oleh tanaman. Berdasarkan BNT 5 % -
penelitian Harjadi (2002), menyatakan bahwa hasil Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang
fotosintesis berupa karbohidrat digunakan oleh sama pada kolom yang sama
tanaman untuk perkembangan jaringan meristem, menunjukkan berbeda tidak nyata pada
perkembangan jaringan tersebut menyebabkan uji BNT 5%.
16
Korelasi Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang... Hartanti A; Y Jhevi
perlakuan K1F1 (1 kg bonggol pisang kepok +
Hasil penelitian (tabel 9) menunjukkan 200 gram + 2 liter air cucian beras, dengan 1x
bahwa perlakuan konsentrasi (K) dan frekuensi (F) seminggu) yaitu 28,67 HST.
pemberian larutan MOL bonggol pisang kepok
berbeda tidak nyata. Rerata berat polong kering B. SARAN
tertinggi pada perlakuan K1 (1 kg bonggol pisang Adapun saran yang dapat disajikan pada
kepok + 200 gram gula merah + 2 liter air cucian penelitian ini adalah :
beras) yaitu 12.91 gram sedangkan pada perlakuan F1 1. Untuk menerapkan pertanian organik
(1x seminggu) menunjukkan rerata berat polong sangatlah mudah, relatif murah dan ramah
kering tertinggi yaitu 12.61 gram. lingkungan karena memanfaatkan bahan-
Berat polong kering berhubungan erat bahan yang ada dialam atau dilingkungan
dengan proses pengisian polong. Jika berat polong sekitar, misalnya bonggol pisang yang tidak
basah mampu meningkatkan hasil maka berat polong dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya bagi
kering juga dapat meningkatkan hasil. Menurut petani bisa digunakan sebagai MOL, pupuk,
Novizan (2002), bahwa tanah yang mengandung dan zat perangsang tumbuhan.
cukup kalium menghasilkan kacang tanah yang 2. Dalam membuat larutan MOL bonggol
berkualitas baik seperti polong tumbuh dengan baik pisang, sebaiknya menggunakan bonggol
dan berisi penuh. Berdasarkan pendapat Gardner dkk. pisang yang sudah siap dipanen dan bebas dari
(1991), menyatakan bahwa pada saat pengisian hama penyakit.
polong maka polong akan menjadi daerah penyaluran 3. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya
asimilasi. Sebagian besar asimilasi akan digunakan bonggol pisang yang digunakan untuk
untuk meningkatkan bobot biji. Unsur fosfor berperan membuat larutan MOL melakukan analisa
dalam pembentukan biji, dimana jika unsur fosfor tanaman terlebih dahulu karena setiap jenis-
terpenuhi maka pembentukan biji akan lebih jenis bonggol pisang berbeda kandungannya.
sempurna. Kekurangan hara fosfor menyebabkan
polong yang terbentuk banyak yang hampa, biji
keriput dan lembaga biji busuk kering (Adisarwanto, DAFTAR PUSTAKA
2000).
Zuhry, E dan Armaini. 2009. Aplikasi Berbagai Pupuk
Pelengkap Cair dan Pupuk Kandang Ayam
KESIMPULAN DAN SARAN Terhadap Peningkatan Produksi Sawi
(Brassia june L.). J: 8 (2): hal 22-28.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Suprapto, H. S. 2004. Bertanam Kacang Tanah.
dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan Penebar Swadaya. Jakarta.
sebagai berikut :
1. Perlakuan konsentrasi (K) memberikan Sutaryat, Alik dan S. Supardiyono. 2011. Sumber hara.
pengaruh berbeda nyata terhadap umur Trubus.
berbunga dengan perlakuan K1 (1 kg bonggol
pisang kepok + 200 gram gula merah + 2 liter Sutedjo, M.M. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan.
air cucian beras) mampu mengahasilkan rerata Rhineka Cipta. Jakarta.
umur berbunga lebih cepat yaitu 26,78 HST.
2. Perlakuan frekuensi (F) pemberian larutan MOL Suhastyo, A. A. 2011. Studi Mikrobiologi dan Sifat
bonggol pisang kepok memberikan pengaruh Kimia Mikroorganisme Lokal yang digunakan
berbeda sangat nyata terhadap umur berbunga pada Budidaya Padi Metode SRI (System of
dengan perlakuan F3 (3x seminggu) mampu Rice Intensification). Tesis. Sekolah
mengahasilkan rerata umur berbunga lebih cepat Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
yaitu 26,56 HST. Dan untuk perlakuan F1 (1x
seminggu) memberikan pengaruh berbeda nyata Sumarno. 2003. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Sinar
terhadap jumlah bunga pada umur 38 HST Baru. Bandung.
dengan rerata tertinggi yaitu 4,09.
3. Terjadi interaksi yang memberikan pengaruh Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis
berbeda sangat nyata terhadap umur berbunga Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada
yang lebih cepat pada perlakuan K1F3 (1 kg University Press. Yogyakarta.
bonggol pisang kepok + 200 gram + 2 liter air
cucian beras, dengan 3x seminggu) yaitu 25,00
HST, dan yang paling lama berbunganya pada
17
Korelasi Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang... Hartanti A; Y Jhevi
Poerwanto, R. 2003. Budidaya Buah-buahan Lakitan, B. 2010. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.
Pengolahan Tanah dan Pemupukan Kebun Raja Grafindo Persada. Jakarta. Dalam jurnal
Buah-buahan. Bahan Kuliah Fakultas Jom Faperta Vol. 3 tanggal 2 Oktober 2016.
Pertanian, IPB. Bogor.
Damanik, M.M.B., B.E. Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin
Poespodarsono, S. 1988. Pemuliaan Tanaman. dan H. Hanum. 2010. Kesuburan Tanah dan
Universitas Brawijaya Malang. Malang. Pemupukan. USU Press, Medan. Dalam jurnal
Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Potratma, N. 1994. Pengaruh Abu Janjang Ekstrak Air Vol.2, No.2 : 598- 606, Maret 2014.
Terhadap Pertubuhan dan Serapan Hara Dartius. 1990. Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Pertanian
Makro dan Tanaman Melalui Pasir. Tesis Sumatera Utara, Medan.
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara. Medan. Dalam jurnal Faperta. Dwijoseputro, D. 1996. Pengantar Fisiologi
Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Nyakpa, Y. M., A. M. Lubis, M. A. Pulung, A. G.
Amrah, A. Munawar G. B. Hong, dan N. Engelstad, O.P. 1997. Teknologi dan Penggunaan
Hakim. 1998. Kesuburan Tanah. Universitas Pupuk (diterjemahkan oleh
Lampung. Lampung. Dalam jurnal Jom Didiek H.G). Gadjah Mada University Press.
Faperta Vol. 3 tanggal 2 Oktober 2016. Yogyakarta.
Anonim. 2013. Mikroorganisme Lokal Solusi Bagi
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Petani. Diunduh dari
Agromedia Pustaka. Jakarta. http://www.isroi.wordpress.com, tanggal 09
Januari 2017.
Marvelia A., Sri D dan Sarjana P. 2006. Produksi
Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. Anonim. 2014. Bakteri Rhizobium pada Tanaman
Saccharata) yang Diperlakukan dengan Kaang tanah. Diunduh dari
Kompos Kascing dengan Dosis yang Berbeda. http://www.google.com/bakteri-rhizobium-
Dalam jurnal Jom Faperta Vol. 3 tanggal 06 leguminosarium, tanggal 22 Agustus 217.
Agustus 2016.
Anonim. 2010. Unsur Hara Makro. Diunduh dari
Lingga, P dan Marsono. 2013. Petunjuk Penggunaan http://www.google.com/unsur-hara-dan-
Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Dalam fungsi-pada-tanaman, tanggal 22 Agustus
Jurnal Jom Faperta Vol. 3 tanggal 2 Oktober 2017.
2016.
Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang
Gardner, F. P. R. B Pear dan F. L. Mitaheel.1991. Tanah di Lahan Sawah dan Lahan Kering.
Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Penebar Swadaya. Jakarta.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Adisarwanto, T. 2001. Meningkatkan Produksi
Harjadi, S. S. 2002. Pengantar Agronomi.Gramedia. Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan
Jakarta. Kering. Penebar Swadaya. Jakarta.
Irdiawan, R dan A. Rahmi. 2002. Pengaruh jarak
tanam dan pemberian bokhasi pupuk kandang
ayam terhadap pertumbuhan dan hasil kacang
tanah (Arachis hypogaea L.). Dalam jurnal
Agrifor.
18