Anda di halaman 1dari 16

JURNAL AGROMAST, Vol.2, No.

1, April 2017

PENGARUH APLIKASI RUMEN SAPI DAN PENYIRAMAN MENGGUNAKAN SELANG


INFUS DENGAN SYSTEM TETES PADA PERTUMBUHAN TANAMAN MELON
(Cucumis melo L.)

Muhammad Musafak1, Pauliz Budi Hastuti2, Candra Ginting2


1
Mahasiswa Fakultas Pertanian STIPER
2
Dosen Fakultas Pertanian STIPER

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian rumen sapi cair pada pertumbuhan
tanaman melon dengan berbagai pengenceran, mengetahui pengaruh aplikasi penyiraman dengan
selang infus dengan berbagai setelan dengan emitter, dan mengkaji pengaruh interaksi pemberian
penyiraman sistem tetes dengan selang infus dan pemberian rumen sapi dengan berbagai
pengenceran. Penelitian dilakukan di kebun pendidikan dan penelitian (KP2) INSTIPER
Yogyakarta yang terletak di kacematan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Waktu
penelitian dilaksanakan pada bulan April – Juli 2016. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (completely Randomized Design) dengan dua faktor , yaitu pengenceran rumen
sapi pada tanaman melon dan aplikasi penyiraman menggunakan selang infus. Faktor yang
pertama adalah pengenceran rumen yang terdiri dari R0 = Kontrol, R1 = 1 : 2, R2 = 1 : 3, R3 = 1 :
4. Faktor yang kedua adalah penyiraman dengan system tetes menggunkan selang infuse yang
terdiri dari I0 = Kontrol, I1 = Cepat, I2 = sedang, I3 = Lambat. Perlakuan pengenceran rumen sapi
dan aplikasi penyiraman menggunkan selang infus diwakili oleh 4 perlakuan pada tanaman melon
. Bahan penelitian menggunakan rumen sapi, NPK, Urea, KCL, Tanah, Bibit melon, Bekatul. Data
hasil penelitian dianalisis dengan metode sidik ragam (Analysis of Variance) dengan pengujian
yaitu : menggunakan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dengan jenjang nyata 5% .
Hasil penelitian menunjukkan pengenceran rumen sapi 1 : 4 dengan aplikasi penyiraman
menggunkan selang infus dengan sistem tetes secara lambat berpengaruh terhadap jumlah bunga,
persentase bunga menjadi buah dan jumlah buah.

Kata Kunci : rumen, infus, dan pengenceran

PENDAHULUAN masyarakat secara luas. Selain untuk buah


Hampir seluruh masyarakat menyukai segar, melon juga banyak digunakan sebagai
buah melon, terlebih dengan rasanya yang bahan baku industri. Melon yang berkualitas
manis hingga mampu menggugah selera. prima akan dengan mudah memasuki pasar,
Selain untuk konsumsi buah segar, melon khususnya seperti pasar swalayan, hotel, dan
matang juga dimanfaatkan sebagai bahan katering (Sobir dkk, 2010)
baku industi makanan dan minuman. Di Sebagian kandungan buah melon terdiri
samping rasanya yang enak, melon juga dari atas air yakni 14 %, sedangkan sisanya
digemari orang karena banyak mengandung terdiri atas karbohidrat, protein, vitamin, dan
vitamin A dan C, rendah kalori, tidak beberapa unsur lain. Kandunga vitamin dan
mengandung lemak maupun kolesterol, mineral pada melon sangat baik bagin
sedikit mengandung sodium serta sumber kesehatan tubuh. Protein da karbohidrat yang
potasium yang baik. terkandung didalamya sangat penting bagi
Tingkat penerimaan masyarakat tinggi pembentukan sel tubuh seperti pada otot,
menjadikan melon merupakan salah satu buah daging, kulit dan tulang, serta regenerasi sel
– buahan yang mempunyai keunggulan yaitu mengganti sel – sel yang telah rusak
komperatif, yaitu berumur pendek (antara 60 dengan sel sel yang baru. Di samping itu
– 70 hari, sejak penanaman dilapangan), karbohidrat juga befungsi sebagai sumber
harga jual cukup tinggi, serta sudah dikenal energi untuk meningkatkan kemampuan
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

tubuh dalam melakukan berbagi aktivitas pertumbuhan tanaman melon. Dalam


seperti bergerak, berikir, bernapas, dan budidaya melon kebutuhan unsur N,P,K,
sebagainya (Samadi, 2007). bersumber pada pupuk kimia, permasalahan
Sebagaimana yang sudah diungkapkan timbul ketika harga pupuk kimia naik
sebelumnya, membudidayakan tanaman sehingga pendapatan petani naik. Unsur hara
melon cukup menjanjikan. Keuntungannya dapat diperoleh baik dari pupuk anorganik
lebih besar dibanding ketika bertani maupun organik. Aplikasi pupuk kimia
komoditas tanaman pangan yang lain. Namun (terutama N, P dan K) secara rutin dengan
dibalik itu resiko kegagalannya pun juga dosis tinggi, dan dalam waktu lama dapat
senantiasa membayang – bayangi para tani. merubah fisika kimia dan biologi tanah.
Oleh karena itu dalam bertani melon mutlak Meskipun ditujukann pada pertumbuhan
memerlukan penguasaan teknologi budidaya tanaman, aplikasi pupuk kimia secara
hortikultura secara matang, intensif, dan berlebihan dapat menurunkan populasi dan
cermat. Hal ini sebetulnya penting. Namun aktivitas mikroba yang bermanfaat bagi tanah.
pada tanah marginal, melon pun dapat tumbuh Ada beberapa macam pupuk organik yang
berkembang secara baik dan memberikan dipergunakan yaitu yang berasal dari limbah
buah maksimal. Lahan melon ternyata tak pertanian (misalnya bekatul), Limbah
harus diareal persawahan teknis sebagaimana peternakan (cairan rumen sapi), limbah
yang dilakukan para petani pada umumnya. industri, kompos, pupuk kandang maupun
Untuk tanah, bisa memanfaatkan tanah pupuk hijau. Pemanfaatan bahan organik terus
tegalan yang diolah dengan irigasi buatan dari berkembang, antara lain sebagai bahan baku
sumur. pembuatan perangsang pertumbuhan dan
Pertanian di dalam polybag merupakan pupuk organik cair.
kegiatan budidaya yang sangat efektif dan Limbah cair yang berasal dari perut
efesien serta dapat mengatur kebutuhan unsur hewan ruminansia atau rumen sapi
hara yang diperlukan tanaman. Salah satu mengandung sejumlah mikroorganisme yaitu
faktor penghambatnya adalah terbatasnya protozoa dan bakteri yang dapat
unsur hara. Lahan kering merupakan sebidang memfermentasi komponen – komponen pakan
tanah yang digunakan untuk usaha pertanian ruminansia seperti : selulosa, pati, fruktosa,
dengan menggunakan air secara terbatas dan xylan, protein, mineral dan vitamin.
biasana hanya mengharapkan curah hujan Pemberian limbah organik cair sebagai
(Ritawati dkk, 2015). alternatif pupuk organik tersebut mempunyai
Kendala yang sering dihadapi dalam keuntungan dibandingkan dengan pupuk
budidaya melon dipolybag antara lain kondisi anorganik, karena dapat memperbahrui sifat
fisik, kimia dan biologi tanah serta fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik
ketersedian air yang secara keseleruhan cair dapat diperoleh dengan cara
bermuara ke produktifitas yang rendah. sistem memanfaatkan cairan rumen sapi yang
irigasi tetes menggunakan selang infus merupakan limbah penyembelihan sapi.
memiliki beberapa keuntungan distribusi air Bekatul, tetes dan air leri yang ditambahkan
yang tertutup kedekat akar tanaman, sehingga adalah sebagai bahan makanan serta sebagai
efesiensi penyaluran besar, distribusi air yang sumber energi mikroorganisme (Hastuti,
seragam, dan terkontrol, tidak ada aliran 2008).
permukaan seperti faktor yang menyebabkan Pada ternak ruminansia terdapat empat
erosi, aplikasi air dan pupuk dapat dilakukan jenis mikroba yang menguntungkan yaitu
secara bersamaan, mengurangi pertumbuhan bakteri, protozoa, jamur (fungi), virus pada
gulma didaerah yang terbasahi, penyimpanan kondisi ternak yang sehat.dari keempat jenis
air yang efesien dan secara umum mikroba tersebut, bakteri mempunyai jenis
meningkatkan hasil. dan populasi tertinggi. Cacahan isi sel rumen
Pemupukan merupakan salah satu pergram mencapai 1010 – 1011, sedangkan
komponen dalam peningkatan produksi dan populasi kedua yaitu protozoa yang mencapai
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

105 – 106 cacahan sel pergram isi rumen. 3, R3 = 1 : 4. Faktor yang kedua adalah
Mikroba memiliki sifat saling ketergantungan penyiraman dengan system tetes menggunkan
dan berinteraksi satu sama lainnya. Interaksi selang infuse yang terdiri dari I0 = Kontrol, I1
memberikan ke stabilan dan adaptasi yang = Cepat, I2 = sedang, I3 = Lambat.
baik dalam rumen. Mikroorganisme saling Dari kedua perlakuan tersebut diperoleh
berperan dalam beradaptasi dengan pakan 4 x 4 = 16 kombinasi perlakuan dan masing –
yang berbeda faktor dan pembandingnya. masing diulang sebanyak 3 kali ulangan.
Bekatul sebagai hasil samping proses Jumlah tanaman yang diperlukan untuk
penggilingan padi mempunyai komposisi percobaan adalah 16 x 3 = 48 tanaman.
antara lain : 15 – 20 % minyak, 12 – 16 % Hasil penelitian dianalisis dengan sidik
Protein, 7 – 11 % serat kasar, 34 – 52 % ragam pada jenjang 5 % untuk mengetahui
karbohidrat dan 7 – 10 % abu. Unsur – unsur perlakuan yang berbeda nyata digunakan uji
yang dikandung bekatul tersebut kemudian jarak berganda Duncan ( Duncan Multiple
dilepas pada saat dikomposisi sehingga Test ) pada jenjang 5 %.
menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman.
Hasil analisis laboraturium tentang Pelaksanaan Penelitian
kandungan unsur hara yang terdapat didalam 1. Persiapan Lahan
rumen antara lain 0,3 % kadar N , 18,828,61 Tempat penelitian terlebih dahulu
ppm kadar P, 150,25 ppm kadar K, 0,78 % C, dibersihkan dari gulma dan sisa – sisa
6,1 C/N, 1,34 % Bahan Organik, pH 5,8 tanaman yang dapat menjadi inang hama
(Hastuti, 2008). dan penyakit, kemudian tanah diratakan
menggunakan cangkul untuk
METODE PENELITIAN mempermudah penyusunan polybag.
Waktu dan Tempat Penelitian 2. Persiapan media tanam
Penelitian dilaksanakan dikebun Media tanam terdiri dari campuran
pendidikan dan penelitian (KP2) INSTIPER tanah, arang sekam dan pupuk kandang
Yogyakarta yang terletak dikacamatan Depok, dengan perbandingan 2 : 1 dan di isikan
Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Waktu dalam polybag berukuran 40 x 40 cm.
penelitian dilaksanakan mulai bulan April Media di isi setinggi ¼ dari volume
sampai dengan Juli 2016. polybag dan disiram hingga jenuh.
3. Penyediaan bahan tanam
Alat dan Bahan Penelitian Pemilihan bahan tanam, yaitu bibit
1. Alat Penelitian tanaman melon yang telah berumur 2
Timbangan analitik, oven, gunting, minggu atau berdaun tiga helai. Bibit
cangkul, gembor, ember, sprayer, martil, yang akan ditanam harus bebas dari hama
paku, bambu, ajir, penggaris, dan alat dan penyakit.
tulis, Selang Infus, botol minuman air 4. Pemeliharaan tanaman
mineral 1500 ml. a. Penyiraman
2. Bahan Penelitian Penyiraman dilakukan
Bahan yang digunakan adalah rumen menggunakan selang infus, dengan
sapi, bekatul, EM4 Pupuk NPK, Tanah, sistem tetes yang diatur
bibit Melon. menggunakan emitter yang mengatur
jalan keluarnya air dari selang infus
Metode Penelitian tersebut, penyiraman menggunakan
Metode yang digunakan adalah selang infuse ini menggunakan 3
faktorial yang disusun dalam rancangan acak frekuensi penyiraman yaitu cepat,
lengkap (Completely Randomized Design), sedang dan lambat, dimana frekuensi
yang terdiri atas dua faktor. Faktor yang tersebut diatur oleh emitter.
pertama adalah pengenceran rumen yang
terdiri dari R0 = Kontrol, R1 = 1 : 2, R2 = 1 :
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

b. Pemupukan 5. Aplikasi Rumen


Pemupukan awal dilakukan Perlakuan aplikasi rumen sapi
pada saat persiapan media tanam, dilakukan setelah bibit ditanam pada
yaitu 2 gram/tanaman pupuk NPK. polybag besar. Aplikasi dilakukan dengan
Kemudian dilakukan pemupukan cara menyiramkan rumen sapi cair ke
kembali dengan pupuk NPK saat Polybag yang berisi tanaman melon
minggu kedua dengan dosis 2 gram dengan frekuensi penyiraman dengan
sampai umur 1 bulan dan rumen sapi 1 minggu sekali dengan dosis
pemupukan selanjutnya dengan 200 ml per tanaman.
interval 1 bulan menggunakan pupuk 6. Panen
NPK dengan dosis 4 gram/tanaman. Pemanenan dilakukan saat tanaman
c. Pemangkasan berumur 60 – 75 hari dilapangan. Tanda
Tanaman melon mempunyai – tanda buah melon yang dapat dipanen
banyak cabang yang tumbuh pada adalah bila sudah terjadi rekahan pada
setiap ketiak daun. Dalam istilah batas pangkal buah dengan buah,
biologi cabang ini disebut tunas urat/jaringan (net) pada tipe netted melon
lateral. Karena banyak cabang itu sudah penuh sampai ke dekat tangkai
perlu dilakukan pemangkasan. Cara buah, dan kadang – kadang buah yang
pemangkasan tanaman melon yang masih menggantung ditanaman sudah
dilanjarkan pada turus bambu berbau harum (Tjahjadi, 1987)
berbeda dengan cara pemangkasan
tanaman yang dihamparkan ditanah. Parameter Pengamatan
d. Pengendalian hama dan penyakit Parameter Pertumbuhan
Usaha pencegahan hama dan a. Panjang sulur
penyakit, tidak bisa kalau hanya Tanaman Diukur dari pangkal batang
mengandalkan sterilisasi lahan saja. hingga titik tumbuh tanaman, dilakukan 1
Pemberian pembasminya juga masih minggu sekali.
perlu dilakukan. Soalnya, tanaman b. Jumlah daun
melon tergolong manja dan gampang Jumlah daun yang tumbuh dihitung 1
sakit – sakitan. Kalau sudah minggu sekali.
terserang hama atau penyakit yang c. Umur berbunga
ringan sekali pun, sudah bukan main Pengamatan dilakukan setiap hari
sulitnya untuk disembuhkan. Begitu dengan mengitung hari munculnya bunga
sudah sembuh, mutu buahnya jadi untuk pertama kali setelah tanam.
merosot. Karena itu, sejak tanaman d. Jumlah bunga
masih berusia muda (kira – kira 2 Jumlah bunga diamati dengan cara
minggu sesudah tanam), jadwal menghitung bunga pada tanaman,
pemberian pestisida harus dilakukan pengamatan dilakukan setiap hari mulai
secara ketat (Setiadi, 1987). bunga pertama muncul
Beberapa langkah yang bisa e. Persentase bunga yang menjadi Buah
dilakukan adalah sebagai berikut : (fruit set)
gulma harus selalu bersih agar tidak Menghitung persentase bunga yang
menjadi inang hama, tanaman yang berhasil menjadi buah dengan cara ∑
terserang cukup parah harus Buah x 100 %
disemprot secara serempak dengan ∑ Bunga
insektisida perfection 400 EC f. Berat segar batang (g)
(dimethoate) yang dikonsentrasikan Pengamatan dilakukan dengan
1,0 – 2,0 ml/ liter, tanaman yang menimbang berat segar batang per
terjangkit virus harus dicabut dan tanaman, dilakukan pada akhir
dibakar. pengamatan.
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

g. Berat segar Akar (g) b. Jumlah buah


Pengamatan dilakukan dengan Pengamatan dilakukan setiap hari
menimbang berat segar Akar per dengan menghitung jumlah buah setelah
tanaman, dilakukan pada akhir masa berbuah hingga akhir percobaan.
pengamatan. c. Berat buah pertanaman (g)
h. Berat kering batang (g) Berat buah per tanaman dilakukan
Pengukuran dilakukan diakhir dengan menimbang buah yang dipanen
pengamatan dengan menghilangkan secara bertahap, kemudian
kandungan air dari batang didalam oven diakumulasikan pada akhir pengamatan.
pada temperature 700 C sampai berat
dalam keadaan constant, kemudian HASIL DAN ANALISIS HASIL
ditimbang berat keringnya. Data hasil pengamatan dianalisis
i. Berat kering akar ( g ) menggunakan sidik ragam (Analysis of
Pengukuran dilakukan diakhir variance)dan untuk mengetahui perbedaan
pengamatan dengan menghilangkan antara perlakuan digunakan uji Duncan’s
kandungan air dari Akar didalam oven Multiple Range Test (DMRT) dengan jenjang
pada temperature 700 C sampai berat nyata 5%.
dalam keadaan constant, kemudian Adapun hasil analisis data tersebut
ditimbang berat keringnya. adalah sebagai berikut :
j. Berat kering tanaman (g) Panjang Sulur
Pengukuran dilakukan diakhir Hasil analisis sidik ragam panjang sulur
pengamatan dengan menghilangkan tanaman (Lampiran 1a) menunjukkan bahwa
kandungan air dari Tanaman didalam tidak ada interaksi nyata antara kombinasi
oven pada temperature 700 C sampai perlakuan pengenceran rumen sapi dan
berat dalam keadaan constant, kemudian aplikasi penyiraman menggunakan selang
ditimbang berat keringnya. infus terhadap panjang sulur tanaman melon,
sedangkan pengenceran rumen sapi
Parameter Hasil Per Tanaman berpengaruh nyata dan aplikasi penyiraman
a. Diameter buah menggunakan selang infus tidak berpengaruh
Menghitung rata – rata diameter nyata terhadap panjang sulur tanaman melon.
buah per perlakuan

Tabel 1. Pengaruh macam pengenceran rumen sapi dan aplikasi penyiraman menggunakan selang
infus terhadap panjang sulur tanaman melon (cm)
Pengenceran Aplikasi Infus Rerata
( Rumen : Air ) Tanpa Cepat Sedang Lambat
Infus
Tanpa Rumen 321,33 321,33 304,00 313,00 314,92 b
Pengenceran 1 : 2 343,00 298,00 346,33 344,33 332,92 ab
Pengenceran 1 : 3 349,67 356,33 349,33 359,67 353,75 a
Pengenceran 1 : 4 339,67 334,67 304,33 351,33 332,50 ab
Rerata 338,42 p 327,58 p 325,99 p 342,08 p (-)
Keterangan : Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom atau baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%.
(-) : tidak ada interaksi nyata

Tabel 1 menunjukan bahwa Sedangkan panjang sulur yang terendah


pengenceran rumen sapi 1 : 3 memberikan terdapat pada perlakuan tanpa menggunakan
panjang sulur yang lebih tinggi dan tidak rumen sapi (kontrol).
berbeda nyata dengan 1 : 2 dan 1 : 4.
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

Untuk mengetahui pertumbuhan Adapun pertumbuhan panjang sulur tanaman


panjang sulur tanaman dilakukan pengamatan melon yang dipengaruhi oleh pengenceran
panjang sulur tanaman setiap minggu sekali. rumen dapat dilihat pada grafik 1.

400

350
Panjang Sulur Tanaman (cm)

300

250
Tanpa Rumen
200
Pengenceran rumen 1:2
150
Pengenceran rumen 1:3
100 Pengenceran rumen 1:4
50

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Minggu Ke -

Gambar 1. Panjang sulur terhadap perlakuan berbagai pengenceran rumen


Gambar 1 menunjukkan bahwa tanpa menggunakan rumen sapi mengalami
pertumbuhan panjang sulur pada keempat pertumbuhan yang lambat.
perlakuan pengenceran rumen tersebut Hasil pengamatan menunjukan adanya
memiliki tren yang berbeda. Walaupun dari pertumbuhan panjang sulur tanaman melon
hasil analisis tidak berbeda nyata, pada pada masing – masing aplikasi penyiraman
pengenceran rumen 1 : 3 panjang sulur lebih menggunakan selang infus. Adapun
cepat dari pada pengenceran rumen sapi 1 : 2, pertumbuhan panjang sulur tanaman melon
1 : 3 dan perlakuan tanpa mengggunakan yang dipengaruhi oleh aplikasi penyiraman
rumen sapi (kontrol), sedangkan perlakuan menggunakan selang infus dapat dilihat pada
gambar 2.

400
350
Panjang Sulur Tanaman

300
250
Tanpa Infus
200
Aplikasi infus cepat
150
Aplikasi infus sedang
100
Aplikasi infus lambat
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Minggu ke -

Gambar 2. Panjang sulur tanaman terhadap aplikasi penyiraman menggunakan selang infus
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

Gambar 2 menunjukkan bahwa bahwa infus secara cepat dan sedang mengalami laju
pertumbuhan panjang sulur tanaman pada ke pertumbuhan yang lebih lambat.
empat aplikasi penyiraman menggunakan Jumlah Daun
selang infus tersebut memilik tren yang Hasil analisis sidik ragam jumlah daun
berbeda. Walaupun dari hasil analisis tidak tanaman (Lampiran 1b) menunjukkan bahwa
berbeda nyata, pada aplikasi penyiraman tidak ada interaksi nyata antara kombinasi
menggunakan selang infus secara lambat dan perlakuan pengenceran rumen sapi dan
aplikasi tanpa menggunakan selang infus aplikasi penyiraman menggunakan selang
(kontrol) mengalami pertumbuhan yang sama infus terhadap jumlah daun tanaman melon,
dan lebih tinggi dibandingkan dengan sedangkan pengennceran rumen sapi dan
perlakuan aplikasi penyiraman menggunakan aplikasi penyiraman menggunakan selang
selang infus secara cepat dan sedang, infus tidak berpengaruh nyata terhadap
sedangkan pada aplikasi penyiraman selang jumlah daun tanaman melon.

Tabel 2. Pengaruh macam pengenceran rumen sapi dan aplikasi penyiraman menggunakan selang
infus terhadap jumlah daun tanaman (helai)
Pengenceran Aplikasi Infus Rerata
( Rumen : Air ) Tanpa Cepat Sedang Lambat
Infus
Tanpa Rumen 18,66 19,55 21,66 20,88 20,17 a
Pengenceran 1 : 2 19,27 21,83 20,66 19,88 20,41 a
Pengenceran 1 : 3 20,55 25,33 21,99 21,33 22,30 a
Pengenceran 1 : 4 19,16 21,44 20,83 21,38 20,70 a
Rerata 19,66 p 22,86 p 21,16 p 20,86 p (-)
Keterangan : Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom atau baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%.
(-) : tidak ada interaksi nyata

Umur Berbunga infus terhadap umur berbunga tanaman


Hasil analisis sidik ragam umur melon, sedangkan pengennceran rumen sapi
berbunga (lampiran 2a) menunjukkan bahwa berpengaruh nyata dan aplikasi penyiraman
tidak ada interaksi nyata antara kombinasi menggunakan selang infus tidak berpengaruh
perlakuan pengenceran rumen sapi dan nyata terhadap umur berbunga tanaman
aplikasi penyiraman menggunakan selang melon.

Tabel 3. Pengaruh macam pengenceran rumen sapi dan aplikasi penyiraman menggunakan selang
infus terhadap umur berbunga tanaman melon
Pengenceran Aplikasi Infus Rerata
( Rumen : Air ) Tanpa Cepat Sedang Lambat
Infus
Tanpa Rumen 22,33 21,00 20,00 22,33 21,42 a
Pengenceran 1 : 2 20,33 19,33 18,33 24,33 20,58 ab
Pengenceran 1 : 3 22,33 18,33 17,67 18,00 19,08 bc
Pengenceran 1 : 4 17,67 16,67 17,67 16,33 17,08 c
Rerata 20,66 p 18,83 p 18,42 p 20,25 p (-)

Keterangan: Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom dan baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%.
(-) : Tidak ada interaksi nyata.
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

Tabel 1 menunjukan bahwa perlakuan Hasil analisis sidik ragam jumlah


tanpa menggunakan rumen sapi bunga (lampiran 2b) menunjukkan bahwa
memberikan umur berbunga yang lebih terdapat interaksi nyata antara penggunaan
tinggi dan tidak berbeda nyata dengan pengenceran rumen sapi dan aplikasi
pengenceran rumen sapi 1 : 2. Sedangkan penyiraman menggunakan selang infus
panjang sulur yang terendah terdapat pada terhadap jumlah bunga tanaman melon.
perlakuan pengenceran rumen 1 : 4. Sedangkan masing – masing perlakuan
Jumlah Bunga berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga.

Tabel 4. Pengaruh macam pengenceran rumen sapi dan aplikasi penyiraman menggunakan selang
infus terhadap jumlah bunga tanaman
Pengenceran Aplikasi Infus Rerata
( Rumen : Air ) Tanpa Cepat Sedang Lambat
Infus
Tanpa Rumen 39,00 bc 44,00 bc 46,33 bc 41,00 bc 42,58
Pengenceran 1 : 2 42,33 bc 45,33 bc 45,33 bc 47,66 bc 45,16
Pengenceran 1 : 3 45,33 bc 46,33 bc 37,33 c 61,33 a 47,58
Pengenceran 1 : 4 50,48
43,66 bc 45,00 bc 49,60 b 63,67 a
Rerata 42,58 45,16 44,64 53,41 (+)

Keterangan: Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom dan baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%.
(+) : Ada interaksi nyata

Tabel 4 menunjukkan bahwa infus secara cepat, sedang, lambat dan


kombinasi perlakuan pengenceran rumen sapi aplikasi penyiraman tanpa selang infus
1 : 4 dan aplikasi penyiraman menggunakan (kontrol), tanpa rumen dan aplikasi
selang infus secara lambat memberikan penyiraman menggunakan selang infus secara
jumlah bunga yang tertinggi dan tidak cepat sedang, lambat dan penyiraman tanpa
berbeda nyata dengan perlakuan pengenceran selang infus (kontrol).
rumen 1 : 3 dan aplikasi penyiraman Persentase Bunga Yang Menjadi Buah (
menggunakan selang infus secara lambat. Fruit set )
Sedangkan kombinasi perlakuan pengenceran Hasil analisis sidik ragam persentase
rumen sapi 1 : 3 dan aplikasi penyiraman bunga menjadi buah (Lampiran 3a)
menggunakan selang infus secara sedang menunjukkan bahwa terdapat interaksi nyata
memberikan jumlah bunga yang terendah dan antara rumen sapi dan frekuensi penyiraman
tidak berbeda nyata dengan pengenceran menggunakan selang infus terhadap
rumen sapi 1:3 dan aplikasi penyiraman persentase bunga menjadi buah pada tanaman
menggunakan selang infus secara cepat dan melon. Sedangkan masing – masing
penyiraman tanpa menggunakan selang infus perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah
(kontrol), pengenceran rumen sapi 1:2 dan bunga.
aplikasi penyiraman menggunakan selang
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

Tabel 5. Pengaruh macam pengenceran rumen sapi dan aplikasi penyiraman menggunakan selang
infus terhadap persentase bunga menjadi buah (%)
Pengenceran Aplikasi Infus Rerata
( Rumen : Air ) Tanpa Cepat Sedang Lambat
Infus
Tanpa Rumen 27,41 bc 28,02 bc 17,62 c 30,78 bc 25,95
Pengenceran 1 : 2 29,73 bc 21,33 c 32,60 bc 21,68 bc 26,33
Pengenceran 1 : 3 17,67 c 43,15 b 35,42 bc 37,08 bc 33,33
Pengenceran 1 : 4 29,55 bc 20,44 c 24,33 bc 65,33 a 34,91
Rerata 26,09 28,23 27,49 38,71 (+)
Keterangan: Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom atau baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%.
(+) : ada interaksi nyata

Tabel 5 menunjukkan bahwa kombinasi Berat Segar Batang


perlakuan pengenceran rumen sapi 1 : 4 dan Hasil analisis sidik ragam berat segar
aplikasi penyiraman menggunakan selang batang (Lampiran 3b) menunjukkan bahwa
infus secara lambat memberikan persentase tidak terdapat interaksi nyata antara
bunga menjadi buah tertinggi terhadap kombinasi perlakuan pengenceran rumen sapi
tanaman melon. Sedangkan perlakuan dan aplikasi penyiraman menggunakan selang
pengenceran rumen sapi 1 : 2, 1 : 4 dan tanpa infus terhadap berat segar batang tanaman
aplikasi rumen dengan aplikasi penyiraman melon, sedangkan pengennceran rumen sapi
menggunakan selang infus secara cepat, dan aplikasi penyiraman menggunakan selang
sedang, lambat dan penyiraman tanpa infus tidak berpengaruh nyata terhadap berat
menggunakan selang infus (kontrol) segar batang tanaman melon.
memberikan persentase bunga menjadi buah
terendah dan tidak berbeda nyata.

Tabel 6. Pengaruh macam pengenceran rumen sapi dan aplikasi penyiraman menggunakan selang
infus terhadap berat segar batang (gram)
Pengenceran Aplikasi Infus Rerata
( Rumen : Air ) Tanpa Cepat Sedang Lambat
Infus
Tanpa Rumen 415,00 415,00 296,67 365,00 372,91 a
Pengenceran 1 : 2 323,33 398,33 413,33 421,67 389,16 a
Pengenceran 1 : 3 468,33 426,67 400,00 420,00 428,75 a
Pengenceran 1 : 4 473,33 303,33 301,67 473,33 387,91 a
Rerata 419,99 p 385,83 p 352,91 p 420,00 p (-)
Keterangan: Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom atau baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%.
(-) : tidak ada interaksi nyata

Berat Segar Akar terhadap berat segar akar tanaman melon,


Hasil analisis sidik ragam berat segar sedangkan pengennceran rumen sapi dan
akar (lampiran 4a) menunjukkan bahwa tidak aplikasi penyiraman menggunakan selang
terdapat interaksi nyata antara kombinasi infus tidak berpengaruh nyata terhadap berat
pengenceran rumen sapi dan aplikasi segar akar tanaman melon.
penyiraman menggunakan selang infus
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

Tabel 7. Pengaruh macam pengenceran Rumen sapi dan aplikasi penyiraman menggunakan selang
infus terhadap berat segar akat tanaman melon
Pengenceran Aplikasi Infus Rerata
( Rumen : Air ) Tanpa Cepat Sedang Lambat
Infus
Tanpa Rumen 9,71 15,23 11,21 9,21 11,34 a
Pengenceran 1 : 2 12,35 11,71 9,70 8,77 10,63 a
Pengenceran 1 : 3 15,39 9,58 9,97 13,77 12,17 a
Pengenceran 1 : 4 11,5 10,40 9,59 12,44 10,98 a
Rerata 12,24 p 11,73 p 10,12 p 11,05 p (-)
Keterangan: Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom atau baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%.
(-) : tidak ada interaksi nyata

Berat Kering Batang infus terhadap berat kering batang tanaman


Hasil analisis sidik ragam berat kering melon, sedangkan pengennceran rumen sapi
batang (Lampiran 4b) menunjukkan bahwa dan aplikasi penyiraman menggunakan selang
tidak terdapat interaksi nyata antara infus tidak berpengaruh nyata terhadap berat
kombinasi perlakuan pengenceran rumen sapi kering batang tanaman melon.
dan aplikasi penyiraman menggunakan selang

Tabel 8. Pengaruh macam pengenceran rumen sapi dan aplikasi penyiraman menggunakan selang
infus terhadap berat kering batang tanaman melon (gram)
Pengenceran Aplikasi Infus Rerata
( Rumen : Air ) Tanpa Cepat Sedang Lambat
Infus
Tanpa Rumen 43,80 38,86 31,45 31,04 36,28 a
Pengenceran 1 : 2 34,91 43,51 39,56 41,16 39,78 a
Pengenceran 1 : 3 47,65 47,29 36,58 46,42 44,48 a
Pengenceran 1 : 4 48,82 31,22 33,33 45,46 39,70 a
Rerata 43,79 p 40,22 p 35,23 p 41,02 p (-)
Keterangan: Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom atau baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%.
(-) : tidak ada interaksi nyata

Berat Kering Akar infus terhadap berat kering akar tanaman


Hasil analisis sidik ragam berat kering melon, sedangkan pengennceran rumen sapi
akar (Lampiran 5a) menunjukkan bahwa dan aplikasi penyiraman menggunakan selang
terdapat interaksi nyata antara kombinasi infus tidak berpengaruh nyata terhadap berat
perlakuan pengenceran rumen sapi dan kering akar tanaman melon.
aplikasi penyiraman menggunakan selang
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

Tabel 9. Pengaruh berbagai macam pengenceran rumen sapi dan aplikasi penyiraman
menggunakan selang infus terhadap berat kering akar tanaman melon (gram)
Pengenceran Aplikasi Infus Rerata
( Rumen : Air ) Tanpa Cepat Sedang Lambat
Infus
Tanpa Rumen 0,91 1,12 0,91 0,94 0,97 a
Pengenceran 1 : 2 1,07 1,00 1,44 0,85 1,09 a
Pengenceran 1 : 3 1,56 1,18 0,78 1,18 1,17 a
Pengenceran 1 : 4 1,25 0,93 0,89 1,32 1,09 a
Rerata 1,19 p 1,05 p 1,00 p 1,07 p (-)

Keterangan: Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom atau baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%.
(-) : tidak ada interaksi nyata

Berat Kering Tanaman infus terhadap berat kering tanaman melon,


Hasil analisis sidik ragam berat kering sedangkan pengennceran rumen sapi dan
tanaman (Lampiran 5b) menunjukkan bahwa aplikasi penyiraman menggunakan selang
terdapat interaksi nyata antara kombinasi infus tidak berpengaruh nyata terhadap berat
perlakuan pengenceran rumen sapi dan kering tanaman tanaman melon.
aplikasi penyiraman menggunakan selang

Tabel 10. Pengaruh berbagai macam pengenceran rumen sapi dan aplikasi penyiraman
menggunakan selang infus terhadap berat kering tanaman melon (gram)
Pengenceran Aplikasi Infus Rerata
( Rumen : Air ) Tanpa Cepat Sedang Lambat
Infus
Tanpa Rumen 44,71 39,98 32,37 32,08 37,28 a
Pengenceran 1 : 2 35,98 44,52 41,00 42,01 40,87 a
Pengenceran 1 : 3 49,21 48,47 37,37 47,6 45,66 a
Pengenceran 1 : 4 50,07 32,15 34,22 46,79 40,80 a
Rerata 44,99 p 41,28 p 36,24 p 42,12 p (-)
Keterangan: Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom atau baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%.
(-) : tidak ada interaksi nyata

Diameter Buah infus terhadap diameter buah tanaman melon,


Hasil analisis sidik ragam diameter sedangkan pengennceran rumen sapi dan
buah (Lampiran 6a) menunjukkan bahwa aplikasi penyiraman menggunakan selang
terdapat interaksi nyata antara kombinasi infus tidak berpengaruh nyata terhadap
perlakuan pengenceran rumen sapi dan diameter buah tanaman melon.
aplikasi penyiraman menggunakan selang
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

Tabel 11. Pengaruh macam pengenceran rumen sapi dan aplikasi penyiraman menggunakan
selang infus terhadap diameter buah tanaman melon
Pengenceran Aplikasi Infus Rerata
( Rumen : Air ) Tanpa Cepat Sedang Lambat
Infus
Tanpa Rumen 14,43 14,11 13,8 13,48 13,95 a
Pengenceran 1 : 2 14,01 13,58 14,54 14,75 14,22 a
Pengenceran 1 : 3 14,86 14,64 13,37 14,22 14,27 a
Pengenceran 1 : 4 15,28 13,69 12,63 14,01 13,90 a
Rerata 14,64 p 14,00 p 13,58 p 14,11 p (-)
Keterangan: Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom atau baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%.
(-) : tidak ada interaksi nyata
Jumlah Buah penyiraman menggunakan selang infus
Hasil analisis sidik ragam jumlah buah terhadap jumlah buah tanaman melon.
(Lampiran 6b) menunjukkan bahwa terdapat Sedangkan masing – masing perlakuan
interaksi nyata antara kombinasi perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga.
pengenceran rumen sapi dan aplikasi

Tabel 12. Pengaruh macam pengenceran rumen sapi dan aplikasi penyiraman menggunakan
selang infus terhadap jumlah buah tanaman melon
Pengenceran Aplikasi Infus Rerata
( Rumen : Air ) Tanpa Infus Cepat Sedang Lambat
Tanpa Rumen 10,66 def 12,33 def 8,33 f 12,66 def 10,99
Pengenceran 1 : 2 12,33 def 9,66 ef 13,66 cdef 10,33 def 11,49
Pengenceran 1 : 3 8,00 f 19,66 abc 13,00 cdef 21,00 ab 15,41
Pengenceran 1 : 4 15,00 bcde 16,33 abcd 17,33 abcd 22,66 a 17,83
Rerata 11,49 14,49 13,08 16,66 (+)
Keterangan: Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom dan baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%.
(+) : Ada interaksi nyata

Tabel 13 menunjukan bahwa sedang. Selain itu tidak berbeda nyata dengan
penggunaan perlakuan pengenceran rumen pengenceran rumen sapi 1 : 2 dan tanpa
sapi 1 : 4 dan aplikasi penyiraman menggunakan rumen sapi (kontrol) dengan
menggunakan selang infus secara lambat aplikasi penyiraman menggunakan selang
berinteraksi nyata dan memberikan jumlah infus secara cepat, sedang, lambat dan
buah tertinggi pada tanaman melon dan tidak penyiraman tanpa menggunakan selang infus
berbeda nyata dengan pengenceran sapi 1 : 4 (kontrol).
dengan aplikasi penyiraman menggunakan Berat Buah Pertanaman
selang infus secara cepat dan sedang, serta Hasil analisis sidik ragam berat buah
tidak berbeda nyata dengan pengenceran pertanaman (lampiran 7a) menunjukkan
rumen sapi 1 : 3 dengan aplikasi penyiraman bahwa tidak terdapat interaksi nyata antara
menggunakan selang infus secara cepat dan kombinasi perlakuan pengenceran rumen sapi
lambat. Sedangkan perlakuan pengenceran dan aplikasi penyiraman menggunakan selang
rumen sapi 1 : 3 dengan penyiraman tanpa infus terhadap berat buah tanaman melon.
menggunakan selang infus memberikan sedangkan pengennceran rumen sapi dan
jumlah buah terendah pada tanaman melon aplikasi penyiraman menggunakan selang
dan tidak berbeda nyata dengan aplikasi infus tidak berpengaruh nyata terhadap berat
penyiraman menggunakan selang infus secara buah tanaman melon.
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

Tabel 13. Pengaruh macam pengenceran rumen sapi dan aplikasi penyiraman menggunakan
selang infus terhadap berat buah tanaman melon (gram)
Pengenceran Aplikasi Infus Rerata
( Rumen : Air ) Tanpa Cepat Sedang Lambat
Infus
Tanpa Rumen 1.287,46 1.261,99 1.213,27 1.124,72 1221,86 a
Pengenceran 1 : 2 1.247,21 1.102,34 1.270,23 1.193,59 1203,34 a
Pengenceran 1 : 3 1.435,57 1.378,21 1.110,38 1.379,02 1325,79 a
Pengenceran 1 : 4 1.530,20 1.130,37 1.107,12 1.251,94 1254,90 a
Rerata 1.375,11 p 1.218,23 p 2.175,25 p 1.237,32 p (-)
Keterangan: Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom atau baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%.
(-) : tidak ada interaksi nyata

PEMBAHASAN terkandung didalam pupuk organik cair dari


Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa rumen merupakan unsur hara esensial yang
terdapat interaksi nyata antara perlakuan dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhan dan
pemberian pupuk organik cair dari mendapatkan hasil yang baik pada tanaman
pengenceran rumen sapi dan penyiraman kakao. Pemberian aplikasi pupuk organik cair
menggunakan selang infus dengan sistem dari pengenceran rumen sapi dan aplikasi
tetes pada parameter jumlah bunga, penyiraman menggunakan selang infus
persentase bunga menjadi buah dan jumlah terhadap persentase bunga menjadi buah
buah. Sedangkan pada parameter lainnya, menunjukkan pengaruh interaksi yang nyata.
yaitu panjang sulur tanaman, berat segar akar, Hasil tertinggi diperoleh pada aplikasi pupuk
berat segar batang, berat kering akar, umur organik cair dari pengenceran rumen sapi 1
berbunga, berat kering batang, berat kering bagian rumen sapi dan 4 bagian air dan
tanaman, diameter buah, berat buah dan aplikasi penyiraman menggunakan selang
jumlah daun tidak terdapat interaksi nyata. infus secara lambat dengan rerata 65.33,
Artinya bahwa masing – masing perlakuan sedangkan hasil terendah diperoleh pada
tidak berkerja sama dalam memberikan perlakuan tanpa pemberian rumen (kontrol)
pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dengan aplikasi penyiraman menggunakan
melon. Pemberian pupuk organik cair dari selang infus secara sedang dengan rerata
pengenceran rumen sapi dan aplikasi 17.62.
penyiraman menggunakan selang infus tidak Pemberian aplikasi pengenceran rumen
berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif sapi dengan aplikasi penyiraman
tanaman melon. menggunakan selang infus terhadap jumlah
Pemberian aplikasi pupuk organik cair bunga menunjukkan interaksi yang nyata.
dari pengenceran rumen sapi dan aplikasi Hasil tertinggi diperoleh pada aplikasi pupuk
penyiraman menggunakan selang infus organik cair pada pengenceran rumen sapi 1
menunjukkan interaksi nyata terhadap bagian rumen sapi dan 4 bagian air dan
persentase bunga menjadi buah, jumlah aplikasi penyiraman menggunakan selang
bunga, dan jumlah buah. Dari Tabel 4, Tabel infus secara lambat dengan rerata 63.67,
5 dan Tabel 12 bahwa pemberian aplikasi sedangkan nilai terendah diperoleh pada
pengenceran rumen sapi 1 : 4 dan aplikasi aplikasi pupuk organik cair pada
pengenceran menggunakan selang infus pengenceran rumen sapi 1 bagian rumen sapi
secara lambat menunjukkan hasil yang lebih dan 3 bagian air dan aplikasi penyiraman
tinggi dibandingkan dengan pengenceran 1 : 2 dengan selang infus secara sedang dengan
dan 1 : 3 serta aplikasi menggunakan selang rerata 37.33.
infus secara cepat dan sedang. Menurut Pemberian aplikasi pupuk organik cair
penelitian yulia (2005) unsur N dan P yang pada pengenceran rumen sapi dan aplikasi
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

penyiraman menggunakan selang infus keseimbangan tekanan antara keduanya.


terhadap jumlah buah menunjukkan pengaruh Fenomena tersebut sejalan dengan penelitian
beda nyata. Hasil tertinggi diperoleh pada Lestari (2012) bahwa pengenceran pupuk
aplikasi pupuk organik cair dari pengenceran organik cair sangat berpengaruh terhadap
rumen sapi 1 bagian rumen sapi dan 4 bagian pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.
air dan aplikasi penyiraman menggunakan Aplikasi penyiraman menggunakan
selang infus secara lambat dengan rerata selang infus dengan sistem tetes sangat
22.66, sedangkan hasil terendah diperoleh berguna bagi kebutuhan air tanaman yang
pada pemberian aplikasi pupuk organik cair digunakan untuk metabolisme bagi tanaman.
dari pengenceran rumen sapi 1 bagian rumen Selain itu aplikasi penyiraman menggunakan
sapi dan 3 bagian air dan penyiraman tanpa selang infus dengan sistem tetes juga berguna
menggunakan selang infus (kontrol) dengan untuk memaksimalkan air yang diserap dan
rerata 8.00. dibutuhkan oleh tanaman agar tidak terjadi
Pengenceran rumen sapi 1 bagian plasmolisis. Plasmolisis juga dapat terjadi
rumen sapi dan 4 bagian air dengan aplikasi ketika tanaman diberi larutan yang pekat atau
penyiraman menggunakan selang infus secara pemberian pupuk organik yang terlalu pekat.
lambat menghasilkan jumlah bunga, Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa
persentase bunga menjadi buah dan jumlah lepasnya membran sel dari dinding sel
buah yang tertinggi. Hal ini menunjukkan sebagai dampak dari hipertonisnya larutan di
apabila pengenceran pupuk organik cair yang luar sel, sehingga cairan yang berada di dalam
diberikan terlalu encer maka unsur hara yang sel keluar dan sel akibat tekanan turgor sel
tersedia kurang dari kebutuhan hara tanaman, menjadi 0. Efek selanjutnya yang ditimbulkan
maka hasil yang diperoleh pun tidak optimal adalah karena potensial air dalam sel lebih
karena jumlah unsur - unsur hara yang tinggi dari luar sel, maka air diluar sel
dibutuhkan oleh tanaman tidak terpenuhi bergerak kedalam dinding sel mendesak
secara baik sehingga metabolisme dalam membran sel yang menyebabkan membran sel
tubuh tanaman tidak berlangsung baik. Begitu terlepas dari dinding sel. Plasmolisis terjadi
pula sebaliknya, jika pengenceran pupuk bila sel tumbuhan berada pada larutan yang
organik cair terkalalu pekat melebihi batas berkonsentrasi tinggi (hipertonik). Sehingga,
toleransi, maka pertumbuhan tanaman akan air akan keluar dari sel karena tekanan
terhambat sehingga hasil yang diperoleh tidak osmosis. Dan larutan yang berkonsentrasi
optimal. Hal ini disebabkan oleh berlebihnya tinggi (hipertonik) akan membuat proses
unsur - unsur hara yang diberikan yang dapat plasmolisis menjadi cepat (dengan catatan
menyebabkan terganggunya sistem waktu yang cepat). Larutan tersebut tidak
metabolisme dalam tubuh tanaman dan dapat dapat menembus membran karena memiliki
mengakibatkan keracunan. Selain itu, sistem ukuran yang lebih besar dari molekul air.
penyerapan air dan unsur - unsur hara oleh Pendapat ini sesuai dengan pernyataan Didik
akar di dalam tanah secara osmosis dapat Indradewa dan Eko Tarwaga J.P (2009) yaitu
terganggu karena adanya perbedaan pergerakan air terjadi dan potensial air tinggi
konsentrasi yang cukup tinggi antara tanah ke potensial air lebih rendah dari larutan
dan akar tanaman. Pekatnya pupuk organik dengan konsentrasi lebih rendah ke
cair yang digunakan akan meningkatkan konsentrasi lebih tinggi dan dari larutan encer
konsentrasi larutan pada tanah. Keadaan ini ke larutan lebih kental. Tanda yang terlihat di
juga akan mengakibatkan penyusutan pada dalam sel yang mengalami plasmolisis ini
protoplasma sel akar sehingga akan adalah menghilangnya warna yang ada di
mengganggu sistem penyerapan air dan unsur dalam sel dan mengerutnya pinggiran
- unsur hara, bahkan air akan ikut keluar jika membran sel ke arah dalam.
tekanan di dalam sel akar lebih rendah Pupuk organik cair dari rumen sapi
dibandingkan tekanan di sekitar sel. Hal ini mengandung kadar N senilai 0.13, kadar P
akan berlangsung hingga mencapai senilai 18.828,61 ppm, kadar K 150,25 ppm.
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

Dari hasil analisis pupuk organik cair yang pertmumbuhan tanaman kedelai.
dibuat diketahui mengandung unsur hara yang Buletin ilmiah INSTIPER Vol 15(1)
berguna bagi pertumbuhan tanaman. Unsur : 96 – 104
hara yang terkandung dalam pupuk organik Muslim. G,Sihombing. J.E, Fauziah. S, Abrar.
cair setelah melalui proses dekomposisis oleh A, Fariani. A. 2014. Aktivitas
mikroorganisme akan terlepas dan dapat proporsi berbagai cairan rumen
diserap oleh tanaman. Rumen sapi dalam mengatasi Tannin dengan
mengandung unsus fosfor yang tinggi teknik in vitro. Jurnal peternakan
sehingga pada saat rumen sapi diaplikasikan Sriwijaya Vol. 3 (1): 3 – 27.
merangsang pertumbuhan bunga dan buah Nuryanto, Hery. 2007. Budidaya Melon.
pada tanaman melon. Selain itu rumen sapi Penerbit Azka mulia media. Jakarta.
juga mengandung unsur kalium yang cukup 124 halaman.
tinggi yang berfungsi sebagai membantu Pasaribu, I. S. Sumono. Daulay, S. B.
pembentukan protein dan karbohidrat. Susanto, E. 2013. Analisis efesiensi
Didalam rumen sapi juga terkandung irigasi tetes dan kebutuhan air
unsur N yang tidak terlalu banyak sehingga semangka ( Citrulus vulgaris S.)
pada saat aplikasi pada tanaman melon tidak pada tanah ultisol. Jurnal fakultas
begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan Pertanian USU Vol. 2(1) : 15 - 27.
vegetatif tanaman. Hal ini ditunjukkan tidak Purbowati, E. Rianto, E. Dilaga, W. S.
adanya beda nyata pada parameter tinggi Lestari, C.M. S. Adiwinarti, Retno.
tanaman, jumlah daun, umur berbunga, berat 2014. Karakteristik cairan rumen,
segar akar, berat segar kering, berat kering jenis dan jumlah mikroba dalam
akar, berat kering batang, berat kering rumen sapi jawa dan peranakan
lengkap, berat buah dan diameter buah. ongole. Buletin peternakan. Vol.
38(1): 21 – 26.
KESIMPULAN Ritawati. Sri, Nurmayulis, Firnia. Dewi,
Kesimpulan yang dapat diambil dari Fitriyani. 2015. Perubahan kadar
analisis hasil dan pembahasan adalah sebagai lengas tanah dan hasil beberapa
berikut : varietas kacang tanah yang diberi
1. Pemberian aplikasi pupuk organik cair irigasi tetes pada lahan kering. Jurnal
dari pengenceran rumen sapi dan aplikasi ilmu perikanan dan pertanian Vol.
penyiraman menggunakan selang infus 4(2): 113 – 123.
mempengaruhi jumlah bunga, persentase Safuan, L. O. Bahrun, Andi. 2012. Pengaruh
bunga menjadi buah, dan jumlah buah. bahan organik dan pupuk kalium
2. Pemberian aplikasi pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi
dari pengenceran rumen sapi 1 bagian tanaman melon ( Cucumis melo L.).
kompos dan 4 bagian air dengan aplikasi Jurnal Agroteknos Vol. 2(2): 69 –
pada tanaman 1 minggu sekali serta 76.
aplikasi penyiraman menggunakan selang Samadi, Budi. 2007. Usaha tani dan
infus secara lambat. penanganan pasca panen tanaman
3. Pemberian pupuk organik cair dari rumen melon. Kanisisus. Yogyakarta.
sapi dengan aplikasi penyiraman dengan Sarief, saifuddin. 1986. Kesuburan dan
selang infus tidak berpengaruh nyata pemupukan tanah pertanian. Pustaka
terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman buana. Bandung. 182 halaman.
melon. Setiadi. 1987. Bertanam Melon. Penerbit
Penebar Swadaya. Jakarta pusat. 42
DAFTAR PUSTAKA halaman.
Hastuti, P. B. 2008. Pemanfaatan Siswanto. T. J, Amien. 1996. SEP. Bercocok
mikroorganisme rumen sebagai tanam melon. Departemen pertanian.
starter pupuk organik cair terhadap Yogyakarta.
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

Sukmawati. Danti, D. Indradewa. dan Tohari. pertanian MAPETA Vol. 12 (2) : 72


Pengaruh interval penyiraman – 144.
terhadap pertumbuhan dan hasil Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik.
empat kultivar jagung. Fakultas Kanisius. Yogyakarta.
Pertanian Gajah Mada. Sobir, Willy B.S, dan Firmansyah D. Siregar,
Suryawaty. Wijaya, Rida. 2012. Respon Budidaya melon unggul. Penerbit
pertumbuhan dan produksi tanaman penebar swadaya. Bogor.
melon (Cucumis melo L.) terhadap Tim bina karya. 2009. Budidaya Tanaman
kombinasi Biodegredable super Melon. Yrama widya. Bandung.
absorbent polymer dengan pupuk Tjahjadi, N. 1987. Bertanam Melon. Penerbit
majemuk NPK ditanah miskin hara. Kanisius. Yogyakarta. 71 halaman.
Jurnal pertanian UMSU medan Vol. Wahyuningrum, T. Sudarno, I. Endro. 2014.
17(3) : 67 : 78. Pengaruh pengenceran dan
Siswanto, Bakti wisnu. W, Purwadi. 2010. pengadukan terhadap produksi
Karakteristik lahan untuk tanaman biogas limbah rumah makan
melon dalam kaitannya dengan menggunkan starter rumen sapi.
peningkatan kadar gula. Jurnal Jurnal teknik lingkungan Vol. 3(1) :
34 – 51.

Anda mungkin juga menyukai