Anda di halaman 1dari 25

UNIVERSITAS SYIAH KUALA FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI PSDKUGAYO LUES


Jl. Blangkejeren-Blangpidie Km.20, Kec. Blangjerango, Kab. Gayo Lues
Laman:www.agroteknologi.psdkugayolues.unsyiah.ac.id
E-mail: agroteknologi.psdkugayolues@unsyiah.ac.id

BAHAN SEMINAR HASIL

Judul : Pengaruh Media Tanam dan Konsentrasi Pupuk Pelengkap


Cair (Bio-sugih) terhadap Pertumbuhan Setek Nilam
(Pogostemon cablin Benth. )
Pemrasaran : Nurainun/1605150010028
Pembimbing : 1. Ir. Nurhayati, M.P.
2. Hasanuddin, S.P., M.Si.
Penguji : 1. Dr. Ir. Zuyasna, M.Sc
2. Ir. Jumini, M.P.
Pembahas : 1. Zulman (1605150010022)
2. Nuayak nuning desi prianti (1705150010033)
Hari/Tgl/Jam : Rabu/29 September 2021/08.30-09.30 WIB
Tempat : Ruang Seminar Fakultas Pertanian

Pengaruh Media Tanam dan Konsentrasi Pupuk Pelengkap Cair (Bio-sugih) terhadap
Pertumbuhan Setek Nilam (Pogostemon cablin Benth.)

Effect of Planting Media and Concentration of Liquid Complementary Fertilizer (Bio-sugih) on the
Growth of Patchouli Cuttings (Pogostemon cablin Benth.)

Nurainun1, Nurhayati2, Hasanuddin2


1Mahasiswa Program Studi Agroteknologi PSDKU Gayo Lues, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala
2Staf Dosen Program Studi Agroteknologi PSDKU Gayo Lues, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Abstrak. Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak
atsiri dan juga memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Oleh karena itu perlu
dilakukan upaya untuk meningkatkan mutu bibit nilam dengan memperbaiki sistem agronominya.
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam dan konsentrasi pupuk pelengkap
cair (bio-sugih) yang tepat terhadap pertumbuhan setek nilam serta mengetahui interaksi antara
kedua faktor tersebut. Penelitian ini mengunakan rancangan acak kelempok pola faktorial 3×4
dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah media tanam yang terdiri dari 3 taraf yaitu tanah : pupuk
kandang : cocopeat (1:2:1), tanah : pupuk kandang : cocopeat (2:1:1), dan tanah : pupuk kandang :
cocopeat (1:1:2). Sedangan faktor kedua adalah konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) yang
terdiri dari 4 taraf yaitu kontrol, 1 ml/L air, 2 ml/L air, dan 3 ml/L air. Parameter yang diamati adalah
panjang tunas, jumlah daun, jumlah tunas, diameter tunas, volume akar, berat basah akar, berat basah
biomassa, berat kering biomassa, dan berat kering akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat interaksi antara media tanam dan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) yang
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 45 HST, jumlah tunas umur 30 HST, berat basah
biomassa dan berat kering biomassa umur 90 HST. Kombinasi perlakuan terbaik dijumpai pada
perlakuan media tanam tanah : pupuk kandang : cocopeat (1:1:2) dengan konsentrasi pupuk
pelengkap cair (bio-sugih) 2 ml/L air.

Kata kunci : Nilam, Cocopeat, Bio-sugih

1
Abstract. Patchouli plant is one of the plants that can produce essential oils and also has an important
role in the Indonesian economy. Therefore, it is necessary to make efforts to improve the quality of
patchouli seeds by improving the agronomic system. This study aims to determine the effect of
planting media and the appropriate concentration of liquid complementary fertilizer (bio-sugih) on
the growth of patchouli cuttings and to determine the interaction between these two factors. This
study used a 3×4 factorial randomized group design with 3 replications. The first factor is the planting
medium which consists of 3 levels, namely soil: manure: cocopeat (1:2:1), soil: manure: cocopeat
(2:1:1), and soil: manure: cocopeat (1:1 :2). While the second factor is the concentration of liquid
complementary fertilizer (bio-sugih) which consists of 4 levels, namely control, 1 ml/L water, 2 ml/L
water, and 3 ml/L water. Parameters observed were shoot length, number of leaves, number of shoots,
shoot diameter, root volume, root wet weight, biomass wet weight, dry weight biomass, and root dry
weight. The results showed that there was an interaction between the planting medium and the
concentration of liquid complementary fertilizer (bio-sugih) which significantly affected the number
of leaves at 45 DAS, number of shoots at 30 DAS, wet weight of biomass and dry weight of biomass
at 90 DAS. The best combination of treatments was found in the treatment of soil planting media:
manure: cocopeat (1:1:2) with a concentration of liquid complementary fertilizer (bio-sugih) 2 ml/L
of water.

Keywords : Patchouli, Cocopeat, Bio-sugih

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perkebunan yang
menghasilkan minyak atsiri dalam perdagangan internasional dikenal sebagai minyak
patchouli (patchai : hijau dan ellai : daun). Tumbuhan nilam berupa tanaman perdu dengan
tinggi mencapai satu meter. Tumbuhan ini menyukai kondisi lingkungan yang teduh, hangat
dan lembab dan mudah layu jika terkena sinar matahari lansung atau kekurangan air
(Sahwalita, 2016)
Tanaman nilam memiliki beberapa varietas yaitu varietas Tapak Tuan, Lhokseumawe,
dan Sidikalang. Varietas Lhoksemawe menggandung minyak yang lebih tinggi dari pada
varietas Tapak Tuan dan Sidikalang, salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
diantaranya dapat menggunakan bibit yang unggul yang memiliki kualitas minyak yang
tinggi (Sunimar et al, 2015).
Menurut Ditjenbun (2019) Luas areal perkebunan nilam rakyat di Indonesia pada
tahun 2018 mencapai 21.351 ha dengan produksi minyak 2.100 ton dan pada tahun 2019
luas areal nilam mencapai 21.355 ha dengan produksi minyak 2.322 ton. Sedangkan luas
areal nilam di Aceh pada tahun 2018 mencapai 1.210 ha dengan produksi minyak nilam 178
ton dan pada tahun 2019 luas areal nilam 1.252 ha dengan produksi minyak 354 ton. Namun
demikian salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh petani nilam adalah

2
kertersedian bibit yang terbatas dan dapat mengakibatkan produksi nilam menjadi lebih
rendah, oleh karena itu perlu diperhatikan teknologi alternatif dalam memperbanyak bibit
tanaman nilam sehingga dapat menghasilkan bibit dalam jumlah besar, waktu yang singkat
dan bermutu baik (Tresnasih, 2011).
Tanaman nilam diperbanyak dengan cara vegetatif yaitu secara setek, setek tanaman
nilam yang digunakan biasanya adalah setek batang dan setek pucuk pada tanaman untuk
ditumbuhkan menjadi tanaman yang baru. Perbanyak dengan cara setek dapat menurunkan
sifat yang sama dengan induknya, umur seragam dan waktu perbanyakan lebih singkat untuk
memperoleh tanaman dalam jumlah yang banyak (Wudianto, 1998). Salah satu cara untuk
mendukung pertumbuhan setek nilam yaitu diperlukan suatu media tanam dapat
menyediakan atau menyimpan zat cadangan makanan yang dibutuhkan oleh tanaman berupa
unsur hara, air, dan mineral yang dapat mendukung pertumbuhan awal. Media tanam
merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan setek tanaman nilam
dan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan awal pembibitan terutama pada pembentukan
akar (Rahardja dan Wiryanto, 2003).
Media tanam yang baik harus memiliki persyaratan sebagai tempat tumbuh tanaman,
memiliki kemampuan mengikat air dan menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman,
mampu mengontrol kelebihan air (drainase) serta memiliki sirkulasi dan ketersedian udara
(aerasi) yang baik, dapat mempertahankan kelembaban disekitar akar tanaman, tidak mudah
lapuk atau rapuh, dan mampu mendukung pertumbuhan tanaman nilam secara optimal
(Prayugo, 2007). Beberapa jenis bahan organik yang dapat dijadikan media tanam
diantaranya pupuk kandang dan cocopeat. Cocopeat merupakan salah satu media tanam
yang dihasilkan dari proses penghancuran sabut kelapa (cocopeat), proses penghancuran
sabut kelapa menghasilkan serat atau fiber, serta serbuk halus atau cocopeat (Irawan dan
Hidayah, 2014). Kelebihan cocopeat sebagai media tanam karena karakteristiknya yang
mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat, serta mengandung unsur-unsur hara
esensial seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P)
(Muliawan, 2009).
Hasil penelitian Mariana (2017) menyatakan bahwa penggunaan media tanam tanah :
pupuk kandang : cocopeat dengan perbandingan 2:1:1 pada pertumbuhan tanaman setek
nilam berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman nilam. Selain perlakuan
media tanam pada pertumbuhan tanaman setek nilam, pemberian pupuk juga sangat penting
dengan konsentrasi yang berbeda untuk melihat pertumbuhannya. Salah satunya adalah

3
menggunakan pupuk pelengkap cair, pupuk pelengkap cair adalah pupuk cair yang berfungsi
untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan menjaga keseimbangan unsur hara yang tersedia
selama siklus pertumbuhan tanaman, salah satu produk pupuk pelengkap cair adalah Bio-
sugih. Bio-Sugih mengandung berbagai jenis unsur hara dan zat yang diperlukan oleh
tanaman, diantaranya mengandung mineral, baik makro maupun mikro yang terdiri dari N :
1,8%, P : 0,757%, K : 0,383%, Mg : 0,219%, Ca : 0,971%, S : 0,215%, Na : 2,59%, Fe : 236
ppm, Mn : 15,8 ppm, Zn :149 ppm, Cu : 2,11 ppm, B : 61,1 ppm, Al : 308 ppm, Mo : 2,08
ppm dalam jumlah yang seimbang serta mengandung Asam amino yang merupakan hasil
fermentasi dan pemecah protein yang menghasilkan 20 asam amino esensial. Disamping itu
mikroorganisme yang terdapat di dalam Bio Sugih terdiri dari Rhizobium sp, Azotobacter,
Azospirrilum Bacillus sp, Mycorrhiza sp. Lactobacillus sp dan Saccharomyces sp.
Mikroorganisme yang terkandung di dalam pupuk Bio Sugih berperan dalam menstabilkan
keadaan kimia dan fisik tanah. Keunggulan lain Bio Sugih adalah adanya kandungan
hormon pertumbuhan seperti Gibrelin, Zeatin, dan IAA dengan kandungan Gibrellin
662.000 ppm, Zeatin 6840 ppm, dan IAA 104 ppm (Pranata, 2010).
Menurut penelitian Supriyanto (2012) menyatakan bahwa pemberian konsentrasi PPC
Bio-sugih dengan konsentrasi 2 ml L-1 air berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun
pada tanaman adenium. Desmawati (2010) menyatakan bahwa konsentrasi PPC Bio-sugih
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun pada pertumbuhan tanaman
gambir dengan konsentrasi terbaik 2 ml L-1.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait penggunan
pengaruh media tanam dan konsentrasi pupuk pelengkap cair (Bio-sugih) terhadap
pertumbuhan setek nilam.
1.2 Rumusan masalah
1. Apakah media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan setek nilam.
2. Apakah konsentrasi pupuk pelengkap cair bio-sugih berpengaruh terhadap
pertumbuhan setek nilam.
3. Apakah terdapat interaksi antara media tanam dan konsentrasi pupuk pelengkap cair
bio-sugih terhadap setek nilam.
1.3 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam dan konsentrasi
pupuk pelengkap cair Bio-sugih yang tepat serta interaksi antara kedua faktor tersebut
terhadap pertumbuhan setek nilam.

4
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi para petani
dan pengusaha dibidang budidaya tanaman nilam mengenai pengaruh media tanam dan
konsentrasi pupuk pelengka cair pada pertumbuhan setek nilam.
1.5 Hipotesis
1. Media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan setek nilam
2. Konsentrasi pupuk pelengkap cair Bio-sugih berpengaruh terhadap pertumbuhan
setek nilam.
3. Terdapat interaksi antara media tanam dan konsentrasi pupuk pelengkap cair Bio-
sugih terhadap pertumbuhan setek nilam.

BAB II. METODOLOGI PENELITIAN


2.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Sektor Timur dan Laboratorium
Ilmu dan Teknoligi Benih Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda
Aceh yang dilaksanakan dari bulan Januari - April 2021.
2.2. Alat dan Bahan Penelitian
2.2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, ayakan tanah (8 mess),
goni, gelas ukur, meteran, jangka sorong, gembor, wadah, timbangan analitik, amplop, lebel,
oven, kamera dan alat tulis.
2.2.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah: setek tanaman nilam sebanyak 108 unit yang
berasal dari Aceh Selatan, tanah (top soil) berasal dari Ulee kareng, pupuk kandang sapi,
cocopeat, PPC Bio-sugih (950 ml), fungisida Dithane M-45, polybag dengan ukuran 25 cm
x 25 cm, dan naungan (paranet).
2.3. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial 3x4
dengan 3 ulangan. Terdapat 2 faktor yang diteliti, yaitu :
1. Faktor pertama adalah media tanam yang terdiri dari 3 taraf, yaitu:
M1 = 1:2:1 (Tanah : Pupuk Kandang : Cocopeat)
M2 = 2:1:1 (Tanah : Pupuk Kandang : Cocopeat)
M3 = 1:1:2 (Tanah : Pupuk Kandang : Cocopeat)

5
2. Faktor kedua adalah pemberian pupuk pelengkap cair Bio-sugih yang terdiri dari empat
taraf, yaitu:
P0 = Kontrol
P1 = 1 ml L-1 air
P2 = 2 ml L-1 air
P3 = 3 ml L-1 air
Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan. Masing-masing kombinasi
perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 36 satuan percobaan, setiap satuan
percobaan terdiri dari 3 tanaman sampel sehingga didapatkan 108 tanaman sampel. Susunan
kombinasi perlakuan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Susunan kombinasi perlakuan media tanam dan konsenterasi pupuk organik cair
Bio-sugih pada setek nilam.
Tanah, pupuk kandang Bio-sugih
No Perlakuan
dan cocopeat ml/L air
1 M1P0 1:2:1 Kontrol
2 M1P1 1:2:1 1
3 M1P2 1:2:1 2
4 M1P3 1:2:1 3
5 M2P0 2:1:1 Kontrol
6 M2P1 2:1:1 1
7 M2P2 2:1:1 2
8 M2P3 2:1:1 3
9 M3P0 1:1:2 Kontrol
10 M3P1 1:1:2 1
11 M3P2 1:1:2 2
12 M3P3 1:1:2 3

Model matematika dari rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Yijk = µ + βi + Mj + Pk + (MP)jk + 𝜀 ijk
Dimana:

Yijk : Hasilpengamatan dari faktor pengaruh media tanam (M) pada taraf j,
Bio-sugih (P) pada taraf k, dengan ulangan ke-i.
µ : Rata-rata umum
βi : Pengaruh faktor ulangan ke-i (i=1,2,3)
Mj : Pengaruh faktor media tanam (M) pada taraf ke-j (j=1,2,3)
Pk : Pengaruh bio-sugih (P) pada taraf ke-k (k=0,1,2,3)
6
(MP)jk : Pengaruh interaksi antara perbedaan media tanam (M) pada taraf ke-j, dan bio-
sugih (P) pada taraf ke-k
£ijk : Pengaruh galat percobaan dari media tanam (M) taraf ke-j, dan bio-sugih
Pada taraf ke-k, pada ulangan ke-i.
Data dianalisis menggunakan uji F, untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Apabila
perlakuan berpengaruh nyata, maka dilakukan analisis lanjut menggunakan uji BNJ pada
taraf 5% (BNJ0,05). Dengan rumus:
KTg
BNJ0,05= q0,05 (p ; dbg) √ r
Keterangan
BNJ0,05 : Beda Nyata Jujur pada taraf 5%
q0,05 : Nilai Baku q pada taraf 5% jumlah perlakuan p dan derajat bebas galat
p : Jumlah perlakuan
KTg : Kuadrat tengah galat
r : Jumlah ulangan

2.4. Pelaksanaan Penelitian


2.4.1. Persiapan Naungan
Pembuatan naungan menggunakan paranet dengan tinggi 2 meter, naungan berfungsi
untuk melindungi setek nilam dari pancaran sinar matahari secara langsung. Naungan yang
digunakan adalah paranet 75% untuk menahan cahaya matahari sehingga cahaya yang
diterima oleh setek nilam adalah sebesar 25 %.
2.4.2. Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan yaitu tanah dan pupuk kandang yang telah dikering
anginkan kemudian diayak untuk membersihkan sisa-sisa akar, ranting dan kotoran yang ada
pada tanah dan pupuk kandang. Kemudian media tanam dicampur sesuai dengan perlakuan
yaitu : tanah : pupuk kandang : cocopeat (1:2:1, 2:1:1, dan 1:1:2) berdasarkan volume.
Setelah semua bahan tercampur sesuai dengan perlakuan kemudian media tanam didiamkan
selama 7 hari agar semua bahan yang digunakan dapat terdekomposisi dengan sempurna.
Setelah satu minggu media tanam dimasukan ke dalam polibag dan diberi lebel kemudian
disusun sesuai dengan bagan percobaan.
2.4.3. Persiapan Setek Nilam
Setek nilam berasal dari Aceh Selatan, setek yang digunakan adalah setek pucuk
dengan panjang 20 cm dan memiliki 4 daun, setek yang diperlukan sebanyak 108 unit.
2.4.4. Penanaman Setek Nilam
Penanaman setek nilam dilakukan pada sore hari, pada media dibuat lubang tanam
dibagian tengah polibag dengan kedalam 2 cm, kemudian dipadatkan dengan hati-hati

7
disekitar pangkal batang. Tanaman nilam disiram hingga kapasitas lapang dan disungkup
dengan kantong plastik tranparan selama 20 hari.
2.4.5. Perlakuan Konsentrasi Pupuk Pelengkap Cair
Pemberian pupuk pelengkap cair Bio-sugih dilakukan pada umur 15, 30 dan 45 hari
setelah tanam. Konsentrasi pupuk yang digunakan adalah 1 ml L-1 air (1 ml pupuk pelengkap
cair Bio-sugih dicampur air sebanyak 995 ml air), 2 ml L-1 air (2 ml pupuk pelengkap cair
Bio-sugih dicampur dengan air sebanyak 990 ml air) dan 3 ml L-1 air (3 ml pupuk pelengkap
cair Bio-sugih dicampur dengan air sebanyak 885 ml air). Pemberian yang telah dilarutkan
dengan air diberikan dengan cara disiram ke sekitar perakaran tanaman, untuk setiap satuan
polibagnya diberikan sebanyak 120 ml/polibag.
2.4.6. Pemeliharan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor, pada sore hari atau disesuaikan
dengan kondisi setek nilam di lapangan.
b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 1 minggu sekali yaitu dengan cara manual, selain dilakukan
pembersihan gulma pengemburan tanah juga dilakukan pada saat penyiangan.
2.4.7. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pertumbuhan sebagai
sebagai berikut :
1. Panjang tunas (cm)
Pengukuran panjang tunas dilakukan menggunakan meteran, pengukaran dilakukan
pada umur 30, 45, 60,75 dan 90 HST.
2. Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dilakukan dengan menghitung seluruh jumlah daun yang telah membuka
sempurna yang ada pada tunas setek nilam. Penghitungan jumlah daun dilakukan pada umur
30, 45, 60, 75 dan 90 HST.
3. Jumlah tunas (buah)
Penghintungan jumlah tunas dilakukan dengan menghitungkan seluruh tunas yang
mulai muncul dibagian batang setek nilam. Penghitungan jumlah tunas dilakukan pada umur
30, 45, 60, 75 dan 90 HST.

8
4. Diameter tunas (mm)
Diameter tunas dapat ukur dengan menggunakan jangka sorong, Pengukuran diameter
tunas dilakukan pada umur 30, 45, 60, 75 dan 90 HST.
5. Berat basah biomassa (g)
Pengukuran bobot basah biomassa dilakukan dengan cara menimbang seluruh bagian
tanaman yang terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa tanah dengan menggunakan
timbangan analitik, pengamatan ini dilakukan pada umur 90 HST.
6. Berat basah akar (g)
Berat basah akar diukur dengan cara menimbang akar tanaman yang sudah dibersihkan
dari tanah dan kotoran. Pengamatan ini dilakukan pada umur 90 HST.
7. Volume akar (ml)
Pengamatan volume akar dilakukan pada saat akhir pengamatan 90 HST. Pengukuran
volume akar diukur dengan cara mencuci akar setek hingga bersih, kemudian akar dipotong
lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur yang berisi air dengan mengamati berapa selisih
volume air saat dimasukkan akar dengan volume air sebelumnya dengan rumus:
Volume akar = volume air setelah dimasukkan akar-volume air sebelum dimasukkan akar
8. Berat kering biomassa (g)
Pengukuran berat biomassa kering dilakukan dengan cara mengeringkan seluruh
bagian setek tanaman nilam terlebih dahulu dengan menggunakan oven suhu 600 C selama
3×24 jam sampai mencapai berat konstan dan menggunakan timbangan analitik.
9. Berat kering akar (g)
Berat kering akar diukur dengan cara mengeringkan bagian akar setek nilam terlebih
dahulu menggunakan oven dengan suhu 600 C selama 3×24 jam sampai mencapai berat
konstan dan menggunakan timbangan analitik.

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil dan Pembahasan


3.1.1 Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan Setek Nilam
Hasil rekapitulasi uji F (Lampiran 1) menunjukkan bahwa media tanam berpengaruh
sangat nyata terhadap panjang tunas umur 30, 45, 60, 75, dan 90 HST, jumlah daun, jumlah
tunas umur 45, 60, 75, dan 90 HST, diameter batang umur 30, 45, 60, 75, dan 90 HST,
volume akar, berat basah biomassa, berat basah akar, berat kering biomassa, dan berat kering
akar umur 90 HST, berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan jumlah tunas umur 30 HST.

9
Tabel 2. Rata-rata Parameter Pertumbuhan Setek Nilam Akibat Perlakuan Media Tanam
Perlakuan BNJ 0,05%
Peubah
M1 (1:2:1) M2 (2:1:1) M3 (1:1:2)
Panjang Tunas 30 HST 1,40 a 1,43 a 1,94 b 0,39
45 HST 2,99 a 2,86 a 3,53 b 0,44
60 HST 4,50 a 4,45 a 6,17 b 0,81
75 HST 9,23 a 9,32 a 11,01 b 1,06
90 HST 9,34 a 9,74 a 11,35 b 1,06
Jumlah Daun 30 HST 3,83 a 4,28 ab 4,67 b 0,63
45 HST 10,25 a 11,64 ab 12,53 b 1,58
60 HST 19,39 a 21,28 ab 22,83 b 2,49
75 HST 28,08 a 29,14 ab 32,08 b 3,07
90 HST 29,36 a 30,53 ab 33,19 b 3,38
Jumlah Tunas 30 HST 2,81 a 2,78 a 3,25 b 0,40
45 HST 5,69 a 8,44 b 6,11 a 0,74
60 HST 9,64 b 8,44 a 10,17 b 0,99
75 HST 9,94 ab 8,69 a 10,31 b 1,05
90 HST 10,03 b 8,86 a 10,31 b 1,03
Diameter Tunas 30 HST 0,94 a 0,99 a 1,18 b 0,18
45 HST 1,24 a 1,31 a 1,56 b 0,18
60 HST 1,57 a 1,66 a 1,87 b 0,20
75 HST 1,58 a 1,69 a 1,88 b 0,18
90 HST 1,61 a 1,73 a 1,90 b 0,19
Volume akar (ml) 15,92 a 18,42 b 19, 36 b 1,89
Berat Basah Akar (g) 2,88 a 3,88 b 5,35 c 0,71
Berat Basah Biomassa (g) 21,18 a 29,32 b 36,49 c 2,63
Berat Kering Biomassa (g) 3,54 a 5,92 b 9,05 c 0,80
Berat Kering Akar (g) 1,17 a 1,40 a 1,75 b 0,32
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
0,05% (Uji BNJ0,05)
M = Media tanam : pupuk kandang : cocopeat

Tabel 2. Menunjukkan bahwa rata-rata panjang tunas setek nilam pada umur 30, 45,
60, 75, dan 90 HST terpanjang dijumpai pada perlakuan media tanam tanah : pupuk kandang
: cocopeat M3 (1:1:2) yang berbeda nyata dengan media tanam lainnya. Selanjutnya rata-rata
jumlah daun setek nilam pada umur 30, 45, 60, 75, dan 90 HST terbanyak dijumpai pada
perlakuan media tanam tanah : pupuk kandang : cocopeat M3 (1:1:2) yang berbeda nyata
dengan perlakuan media tanam M1 (1:2:1), namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan
media tanam M2 (2:1:1). Rata-rata jumlah tunas setek nilam pada umur 30 HST terbanyak
dijumpai pada perlakuan media tanam tanah : pupuk kandang : cocopeat M3 (1:1:2) yang
berbeda nyata dengan perlakuan media tanam lainnya, pada umur 45 HST terbanyak
dijumpai pada perlakuan media tanam M2 (2:1:1) yang berbeda nyata dengan perlakuan
media tanam M1 (1:2:1) dan M3 (1:1:2). Sedangkan pada umur 60 dan 90 HST terbanyak

10
dijumpai pada perlakuan media tanam M3 (1:1:2) yang berbeda nyata dengan perlakuan
media tanam M2 (2:1:1), namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan media tanam M1
(1:2:1). Kemudian 75 HST terbanyak dijumpai pada perlakuan media tanam M3 (1:1:2) yang
berbeda nyata dengan perlakuan media tanam M2 (2:1:1), namun tidak berbeda nyata dengan
perlakuan media tanam M1 (1:2:1).
Rata-rata diameter tunas setek nilam pada umur 30, 45, 60, 75, dan 90 HST terbanyak
dijumpai pada perlakuan media tanam tanah : pupuk kandang : cocopeat M3 (1:1:2) yang
berbeda nyata dengan perlakuan media tanam lainnya. Kemudia rata-rata volume akar setek
nilam pada umur 90 HST terbesar dijumpai pada perlakuan media tanam tanah : pupuk
kandang : cocopeat M3 (1:1:2) yang berbeda nyata dengan perlakuan media tanam M1
(1:2:1), namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan media tanam M2 (2:1:1). Rata-rata
berat basah akar, berat basah biomassa, berat kering biomassa, dan berat kering akar pada
umur 90 HST terberat dijumpai pada perlakuam media tanam tanah : pupuk kandang :
cocopeat M3 (1:1:2) yang berbeda nyata dengan perlakuan media tanam lainnya.
Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan setek nilam terbaik dijumpai pada
perlakuan media tanam tanah : pupuk kandang : cocopeat M3 (1:1:2) meskipun tidak berbeda
nyata dengan perlakuan media tanam M2 (2:1:1) namun berbeda nyat dengan perlakuan
media tanam M1 (1:2:1). Hal ini diduga kerana adanya penambahan bahan organik pada
media tanam seperti pupuk kandang dan cocopeat yang dapat memberikan pertumbuhan
tanaman dengan baik untuk setek nilam, cocopeat juga mampu memberikan aerase dan
darinase yang baik sehingga dapat memudahkan perakar untul menyarap unsur hara secara
intensif dan dapat mempercepat laju pertumbuhan tanaman setek nilam. Selain itu juga
cocopeat mengandung unsur hara N yang cukup untuk mempercepat pertumbuhan tanaman.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Gustia dan Rosdiana 2019) menyatakan bahwa pemberian
bahan organik dapat meningkatkan penyerapan unsur N pada tanaman, unsur hara N yang
tinggi dalam tanaman akan meningkatkan pembentukan dan pertumbuhan bagian vegertatif
tanaman.
Media tanam cocopeat memiliki kelibihan yang dapat menyimpan air hingga 73%
serta mengandung unsur hara esensial seperti kalium (K), Fosfor (P), Kalsium (Ca), Natrium
(N), dan Magnesium (Mg) (Ramadhan et al., 2018). Irwan dan Hanif, (2014) menyatakan
bahwa cocopeat merupakan limbah yang memiliki sifat ringan, drainase dan aerasi yang
baik, selain itu juga cocopeat memiliki pH berkisaran 6,2-6,4, mengandung lignin (35%-
45%) dan selulosa (23%-43%), kandungan unsur hara yang terdapat pada cocopeat yaitu N

11
0,975%, P0,095%, K 0,29% dam C 54,89%. Penambahan pupuk kandang sapi ke tanah
sebagai media tanam mampun menciptakan kondisi fisik dan biologis tanah yang sesua
dengan kebutuhan tanah dikarenakan pupuk kandang sapi mengandung unsur hara yang
sangat penting seperti unsur hara nitrogen 0,4%, phospor 0,2 %, dan kalium 0,1 % (Rendy,
2014).

3.1.2 Pengaruh Konsentrasi Pupuk Pelengkap Cair (Bio-sugih) terhadap


Pertumbuhan Setek Nilam

Hasil rekapitulasi uji F (Lampiran 1) menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk


pelengkap cair (bio-sugih) berpengaruh sangat nyata terhadap panjang tunas umur 30, 45,
dan 60 HST, jumlah daun umur 75 HST, berat basah biomassa dan berat kering biomassa
umur 90 HST dan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 30, 45, 60, dan 90 HST,
jumlah tunas dan diameter tunas umur 45, 60, 75, dan 90 HST, volume akar 90 HST, namun
tidak berbeda nyata terhadap panjang tunas umur 75 dan 90 HST, jumlah tunas dan diameter
tunas umur 30 HST, volume akar dan berat kering akar umur 90 HST.

12
Tabel 3. Rata-rata Parameter Pertumbuhan Setek Nilam Akibat Perlakuan Konsentrasi
Pupuk Pelengkap cair (Bio-sugih).

Perlakuan
Peubah P0 P1 (1 ml/L P2 (2 ml/L P3 (3 ml/L BNJ 0,05%
(Kontrol) air) air) air)
Panjang Tunas 30 HST 1,41 a 1,45 a 2,02 b 1,50 a 0,45
45 HST 2,82 a 3,06 a 3,69 b 2,94 a 0,50
60 HST 4,41 a 4,60 a 6,17 b 4,98 a 0,94
75 HST 9,54 9,63 10,71 9,52 -
90 HST 9,72 10,00 10,95 10,18 -
Jumlah Daun 30 HST 3,78 a 4,22 ab 4,70 b 4,33 ab 0,73
45 HST 10,59 a 11,22 ab 12,74 b 11,33 ab 1,83
60 HST 19,67 a 20,30 ab 23,11 b 21,59 ab 2,87
75 HST 27,48 a 28,52 a 32,63 b 30,44 ab 3,55
90 HST 28,15 a 30,56 ab 33,74 b 31,67 ab 3,90
Jumlah Tunas 30 HST 2,70 2,93 3,15 3,00 -
45 HST 5,00 a 5,74 ab 6,11 b 5,67 ab 0,85
60 HST 8,56 a 9,44 ab 10,07 b 9,59 ab 1,14
75 HST 8,74 a 9,63 ab 10,33 b 9,89 ab 1,21
90 HST 8,78 a 9,78 ab 10,44 b 9,93 ab 1,19
Diameter Tunas 30 HST 1,00 1,06 1,09 1,00 -
45 HST 1,25 a 1,37 ab 1,52 b 1,35 ab 0,21
60 HST 1,54 a 1,67 ab 1,88 b 1,69 ab 0,23
75 HST 1,57 a 1,71 ab 1,88 b 1,70 ab 0,21
90 HST 1,61 a 1,76 ab 1,89 b 1,71 ab 0,22
Volume akar (ml) 17,22 18,11 18,26 18,00 -
Berat Basah Akar (g) 3,36 a 4,03 ab 4,41 b 4,36 b 0,82
Berat Basah Biomassa (g) 26,59 a 28,01 ab 30,84 b 30,54 b 3,03
Berat Kering Biomassa (g) 5,11 a 5,74 ab 7,29 b 6,53 b 0,92
Berat Kering Akar (g) 1,24 1,41 1,57 1,53 -
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
0,05% (Uji BNJ0,05)
P = Pupuk Pelengkap Cair (Bio-sugih)

Tebel 3 menunjukkan bahwa rata-rata panjang tunas setek nilam umur 30, 45, dan 60
HST terpanjang dijumpai pada perlakukan pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P2 (2 ml/L air)
yang berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) lainnya.
Sedangkan pada umur 75 dan 90 HST cenderung lebih panjang pada perlakuan konsentrasi
pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P2 (2 ml/L air) walaupun secara statistik tidak berbeda
nyata dengan perlakuan konsentrasi lainnya. Selanjutnya rata-rata jumlah daun setek nilam
umur 30, 45, 60, dan 90 HST terbanyak dijumpai pada perlakuan konsentrasi pupuk
pelengkap cair (bio-sugih) P2 (2 ml/L air) yang berbeda nyata dengan konsentrasi pupuk
pelengkap cair (bio-sugih) P0 (kontrol), namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi

13
pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P1 (1 ml/L air) dan P3 (3 ml/L air). Pada umur 75 HST
jumlah daun terbanyak dijumpai pada perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-
sugih) P2 (2 ml/L air) yang berbeda nyata dengan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-
sugih) P0 (kontrol) dan P1 (1 ml/L air), namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan
konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P3 (3 ml/L air).
Rata-rata jumlah tunas setek nilam umur 30 HST cenderung lebih banyak pada
perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P2 (2 ml/L air) walaupun secara
statistik tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih)
lainnya. Kemudian pada umur 45, 60, 75, dan 90 HST terbanyak dijumpai pada perlakuan
konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P2 (2 ml/L air) yang berbeda nyata dengan
perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P0 (kontrol), namun tidak berbeda
nyata dengan perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P1 (1 ml/L air) dan P3
(3 ml/L air). Rata-rata diameter tunas setek nilam umur 30 HST cenderung lebih besar pada
perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P2 (2 ml/L air) walaupun secara
statistik tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih)
P0 (kontrol), P1 (1 ml/L air) dan P3 (3 ml/L air). Pada umur 45, 60, 75, dan 90 HST terbesar
dijumpai pada perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P2 (2 ml/L air) yang
berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P0 (kontrol),
namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih)
P1 (1 ml/L air) dan P3 (3 ml/L air).
Rata-rata volume akar setek nilam umur 90 HST cenderung lebih besar pada perlakuan
konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P2 (2 ml/L air) walaupun secara statistik tidak
berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) lainnya. Rata-
rata berat basah akar, berat basah biomassa dan berat kering biomassa setek nilam umur 90
HST terberat dijumpai pada perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P2 (2
ml/L air) yang berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih)
P0 (kontrol), namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair
(bio-sugih) P1 (1 ml/L air) dan P3 (3 ml/L air). Rata-rata berat kering akar setek nilam umur
90 HST cenderung lebih berat pada konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P2 (2 ml/L
air) walaupun secara statistik tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi pupuk
pelengkap cair (bio-sugih) P0 (kontrol), P1 (1 ml/L air) dan P3 (3 ml/L air).
Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan setek nilam terbaik akibat
perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) cenderung dijumpai pada perlakuan

14
P2 (2 ml/L air) meskipun secara statistik tidak berbeda nyat dengan perlakuan P1 (1 ml/L air)
dan P3 (3 ml/L air). Hal ini diduga karena unsur hara yang terkandung dalam pupuk
pelengkap cair (bio-sugih) mempun untuk melengkapi kebutuh pertumbuhan dan
perkembangan setek nilam. Sesuai dengan pendapat Adinugraha dan Setiadi, (2003)
menyatakan bahwa semakin cukup unsur hara yang diserapkan oleh tanaman maka proses
fotosintesis akan semakin aktif dan mampu mempercepat tumbuh tanaman.
Pupuk pelengkap cair (bio-sugih) tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tunas
umur 75 dan 90 HST, jumlah tunas dan diameter tunas umur 30 HST, volume akar dan berat
kering akar umur 90 HST. Hal ini diduga karena unsur hara pada pupuk pelengka cair belum
dapat diserap oleh akar tanaman secara optimal hingga tidak mempengaruhi pertumbuhan
setek nilam. Hal ini sesuai menurut pendapat Wibawa dan Lugrayasa, (2019) yang
menyatakan bahwa pengaruh tanaman yang tidak nyata dari perlakuan pupuk organik cair
disebabkan oleh faktor lingkungan yang tidak medukung secara optimal untuk melakukan
proses penyerapan unsur hara yang terkandung dalam pupuk organik cair. Sesuai dengan
pendapat (Saptaji et al., 2015) menyatakan bahwa suatu tanaman akan tumbuh subur apabila
semua unsur hara yang tersedia dalam jumlah yang cukup dan sesuai yang dibutuhkan
tanaman maka unsur hara yang diserap akan lebih optimal untuk tanaman.

3.1.3 Pengaruh Interaksi Antara Media Tanam dan Konsentrasi Pupuk Pelengkap
Cair (Bio-sugih) terhadap Pertumbuhan Setek Nilam

Hasil rekapitulasi analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa terjadinya


interaksi antara media tanam dan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) yang nyata
terhadap jumlah daun umur 45 HST, jumlah tunas umur 30 HST, berat basah biomassa dan
berat kering biomassa 90 HST.
a. Jumlah daun (helai)
Tabel 4. Rata-rata jumlah daun setek nilam akibat perlakuan media tanam dan konsentrasi
pupuk pelengkap cair (bio-sugih) umur 45 HST.

Tanah : Pupuk Konsentrasi PPC (Bio-siguh)


kandang : Cocopeat P0 (Kontrol) P1 (1 ml/L air) P2 (2 ml/L air) P3 (3 ml/L air)
M1 (1:2:1) 9,44 Aa 9,11 Aa 11,00 Aa 11,44 Aa
M2 (2:1:1) 11,33 Aa 12,33 Aa 11,44 Aa 11,44 Aa
M3 (1:1:2) 11,00 Aa 12,22 Aa 15,78 Bb 11,11 Aa
BNJ0,05 3,50
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata
pada BNJ0,05 (huruf kapital merupakan notasi pada baris, huruf kecil merupakan notasi
pada kolom)

15
Tabel 4 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan media tanam M1 (1:2:1) dan M2
(2:1:1), rata-rata jumlah daun setek nilam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar
perlakuan lainnya. Selanjutnya media tanam M3 (1:1:2), rata-rata jumlah daun setek nilam
terbanyak dijumpai pada perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P2 (2 ml/L
air) yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Kombinasi perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P0 (Kontrol), P1 (1
ml/L air) dan P3 (3 ml/L air), rata-rata jumlah daun setek nilam tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata antar perlakuan media tanam dan konsentrasi pupuk pelengkap cair
(bio-sugih). Kemudian konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P2 (2 ml/L air), rata-
rata jumlah daun setek nilam terbanyak dijumpai pada perlakuan media tanam M3 (1:1:2)
yang berbeda nyata dengan perlakuan media tanam lainnya.
b. Jumlah tunas (buah)
Tabel 5. Rata-rata jumlah tunas setek nilam akibat perlakuan media tanam dan konsentrasi
pupuk pelengkap cair (bio-sugih) umur 30 HST.

Konsentrasi PPC (Bio-siguh)


Media tanam
P0 (Kontrol) P1 (1 ml/L air) P2 (2 ml/L air) P3 (3 ml/L air)
M1 (1:2:1) 2,56 Aa 3,00 Aa 2,89 Aa 2,78 Aa
M2 (2:1:1) 3,00 Aa 2,78 Aa 2,67 Aa 2,67 Aab
M3 (1:1:2) 2,56 Aa 3,00 Aa 3,89 Cb 3,56 BCb
BNJ0,05 0,88
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata
pada BNJ0,05 (huruf kapital merupakan notasi pada baris, huruf kecil merupakan notasi
pada kolom)

Tabel 4 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan media tanam M1 (1:2:1) dan M2


(2:1:1), rata-rata jumlah tunas setek nilam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar
perlakuan lainnya. Selanjutnya media tanam M3 (1:1:2), rata-rata jumlah tunas setek nilam
terbanyak dijumpai pada perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P2 (2 ml/L
air) yang berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P0
(kontrol) dan P1 (1 ml/L air), namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi
pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P3 (3 ml/L air).
Kombinasi perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P0 (Kontrol) dan
P1 (1 ml/L air), rata-rata jumlah tunas setek nilam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
antar perlakuan media tanam dan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih). Kemudian
konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P2 (2 ml/L air), rata-rata jumlah tunas setek
nilam terbanyak dijumpai pada perlakuan media tanam M3 (1:1:2) yang berbeda nyata

16
dengan perlakuan media tanam lainnya. Sedangkan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-
sugih) P3 (3 ml/L air), rata-rata jumlah tunas setek nilam terbanyak dijumpai pada perlakuan
media tanam M3 (1:1:2) yang berbeda nyata dengan perlakuan media tanam M1 (1:2:1),
namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan media tanam M2 (2:1:1).
c. Berat basah biomassa (g)
Tabel 6. Rata-rata berat basah biomassa setek nilam akibat perlakuan media tanam dan
konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) umur 90 HST.

Konsentrasi PPC (Bio-siguh)


Media tanam
P0 (Kontrol) P1 (1 ml/L air) P2 (2 ml/L air) P3 (3 ml/L air)
M1 (1:2:1) 19,66 Aa 20,06 Aa 22,00 Aa 23,00 Aa
M2 (2:1:1) 25,99 Aa 28,38 ABb 29,02 ABb 33,88 Bb
M3 (1:1:2) 34,12 Ab 35,59 Ac 41,51 Bc 34,75 Ac
BNJ0,05 5,81
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata
pada BNJ0,05 (huruf kapital merupakan notasi pada baris, huruf kecil merupakan notasi
pada kolom)

Tabel 4 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan media tanam M1 (1:2:1) rata-rata


berat basah biomassa setek nilam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan
lainnya. Media tanam M2 (2:1:1), rata-rata berat basah biomassa setek nilam terbanyak
dijumpai pada perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P3 (3 ml/L air) yang
berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P0 (Kontrol),
namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih)
P1 (1 ml/L air) dan P2 (2 ml/L air). Selanjutnya media tanam M3 (1:1:2), rata-rata berat basah
biomassa setek nilam terberat dijumpai pada perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair
(bio-sugih) P2 (2 ml/L air) yang berbeda nyata dengan perlakuan lainyya.
Kombinasi perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P0 (Kontrol), P1 (1
ml/L air), P2 (2 ml/L air) dan P3 (3 ml/L air), rata-rata berat basah biomassa setek nilam
terberat dijumpai pada perlakuan media tanam M3 (1:1:2) yang berbeda nyata dengan
perlakuan media tanam lainnya.

17
d. Berat kering biomassa (g)
Tabel 6. Rata-rata berat kering biomassa setek nilam akibat perlakuan media tanam dan
konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) umur 90 HST.

Konsentrasi PPC (Bio-siguh)


Media tanam
P0 (Kontrol) P1 (1 ml/L air) P2 (2 ml/L air) P3 (3 ml/L air)
M1 (1:2:1) 2,42 Aa 2,78 Aa 5,14 Ba 3,80 Aba
M2 (2:1:1) 5,09 Ab 5,64 ABb 5,90 ABa 7,05 Bb
M3 (1:1:2) 7,83 Ac 8,79 Ac 10,83 Bb 8,75 Ab
BNJ0,05 1,77
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata
pada BNJ0,05 (huruf kapital merupakan notasi pada baris, huruf kecil merupakan notasi
pada kolom)

Tabel 4 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan media tanam M1 (1:2:1), rata-rata


berat kering biomassa setek nilam terberat dijumpai pada perlakuan konsentrasi pupuk
pelengkap cair (bio-sugih) P2 (2 ml/L air) yang berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi
pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P0 (Kontrol) dan P1 (1 ml/L air), namun tidak berbeda
nyata dengan perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P3 (3 ml/L air). Media
tanam M2 (2:1:1), rata-rata berat kering biomassa setek nilam terberat dijumpai pada
perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P3 (3 ml/L air) yang berbeda nyata
dengan perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P0 (Kontrol), namun tidak
berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P1 (1 ml/L
air) dan P2 (2 ml/L air). Selanjutnya media tanam M3 (1:1:2), rata-rata berat kering biomassa
terberat dijumpai pada perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P2 (2 ml/L
air) yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Kombinasi perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P0 (Kontrol) dan
P1 (1 ml/L air), rata-rata berat kering biomassa setek nilam terberat dijumpai pada perlakuan
media tanam M3 (1:1:2) yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Konsentrasi pupuk
pelengkap cair (bio-sugih) P2 (2 ml/L air), rata-rata berat kering biomassa setek nilam
terberat dijumpai pada perlakuan media tanam M3 (1:1:2) yang berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Sedangkan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) P3 (3 ml/L air),
rata-rata berat kering biomassa terberat dijumpai pada perlakuan media tanam M3 (1:1:2)
yang berbeda nyata dengan perlakuan media tanam M1 (1:2:1), namun tidak berbeda nyata
dengan perlakuan media tanam M2 (2:1:1).
Berdasarkan hasil penelitian kombinasi perlakuan terbaik dijumpai pada media
tanam M3 yaitu tanah : pupuk kandang : cocopeat (1:1:2) dengan konsentrasi pupuk

18
pelengkap cair (bio-sugih) 2 ml/L air. Hal ini diduga karena jumlah kandungan unsur hara
yang terdapat di dalam tanah, pupuk kandang, cocopeat sudah dapat memenuhi kebutuhan
pertumbuhan setek nilam secara optimal. Kelebihan serbuk sabut kelapa sebagai media
tanam adalah memiliki kemampuan mengikat air dan menyimpan air dengan kuat, serbuk
sabut kelapa mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg),
kalium (K), natrium (Na) dan Fosfor (P) serta dapat menetralkan keasaman tanah (Istomo
dan Valentino, 2012). Salah satu manfaat unsur Fosfor adalah mempercepat tumbuhan serta
memperkuat tumbuhan muda, unsur Ca sebagai pembuatan proteing dan Mg berfungsi
sebagai trasformasi Fosfor pada bagian tanaman yang aktif dan dapat memacu pembesaran
pada bagian batang tanaman (Lingga dan Marsono, 2010).
Pupuk kandang berperan untuk memperbaiki kesuburan tanah baik itu secara fisik,
kimia dan biologi. Sifat secara fisik adalah memperbaiki struktur tanah, memperbaiki
distribusi ukuran pori pada tanah sehingga daya pengang air pada tanah menjadi lebih baik
dan pergerakkan udara didalam tanah juga menjadi lebih baik, mengurangi fluktuasi suhu
pada tanah. Sifat secara biologi tanah adalah sebagi sumber energi dan makanan bagi mikro
organisme tanaman juga meningkatkan ketersediaan siklus unsur hara pada tanah.
Sedangkan sifat secara kimia adalah mampu menyediakan pupuk tunggal dan pupuk
majemuk pada tanah namun tidak menyediakan senyawa karbon (Hartatik et al., 2015).
Philip dan Suwasono, (2018) menyatakan bahwa unsur hara dalam bentuk yang
tersedia akan mudah diserap oleh tanaman untuk digunakan dalam proses metabolisme
sehingga akan memberikan respon terbaik terhadap pertumbuhan dan perkebangan tanaman.
Ditambahkan oleh Indriani, (2004) pemberian pupuk pelengkap cair kedalam tanah akan
menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman secara optimal dalam jangka waktu
yang panjang juga dapat meningkatkan aktivitas biologi, kimia, dan fisik tanah sehingga
tanah menjadi subur dan baik untu pertumbuhan tanaman. Pupuk bio-sugih juga mengadung
unsur hara N, P dan K yang tersedia bagi tanaman, sehingga pemberian pupuk dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman, fungsi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) adalah
sebagai bahan penambah tanah yaitu mencegah tanah terjadinya erosi, pergerakan
permukaan tanah, retakan tanah, serta dapat mempertahankan kelengasan tanah (Sutanto,
2005). Bio-sugih memiliki peranan yang sangat penting dikarena dapat memperbaiki
struktur tanah, memberikan unsur hara makro dan mikro serta mikroorganisme yang
menguntungkan bagi tanaman diantaranya Azobacter sp, Azospirilium sp, Lactobacillus sp,

19
Rhizobium. Bio Sugih juga mengandung zat pengatur tumbuh seperti Gibrelin, Zeatin dan
IAA (Pranata, 2004).

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1. Kesimpulan
1. Perlakuan media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap panjang tunas umur 30, 45,
60, 75, dan 90 HST, jumlah daun umur 45, 60, dan 75 HST, jumlah tunas umur 45, 60,
75, dan 90 HST, diameter tunas umur 30, 45, 60, 75, dan 90 HST, volume akar, berat
basah akar, berat basah biomassa, berat kering biomassa, dan berat kering akar dan
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 30 dan 90 HST, jumlah tunas umur 30
HST. Perlakuan media tanam terbaik dijumpai pada media tanam tanah : pupuk kandang
: cocopeat dengan perbandingan (1:1:2).
2. Perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih) berpengaruh sangat nyata
terhadap panjang tunas umur 30, 45, dan 60 HST, jumlah daun umur 75 HST, berat basah
biomassa dan berat kering biomassa, dan berpengaruh nyata terhadap jumlah daum umur
30, 45, 60, dan 90 HST, jumlah tunas umur 45, 60, 75, dan 90 HST, diameter tunas umur
45, 60, 75, dan 90 HST, berat basah akar umur 90 HST, dan berpengaruh tidak nyata
terhadap panjang tunas umur 75 dan 90 HST, jumlah tunas umur 30 HST, diameter tunas
umur 30 HST, volume akar dan berat kering akar. Perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap
cair (bio-sugih) terbaik dijumpai pada 2 ml/L air.
3. Terdapat interaksi yang berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 45 HST, jumlah
tunas umur 30 HST, berat basah biomassa dan berat kering biomassa umur 90 HST.
Kombinasi perlakuan media tanam dan konsentrasi pupuk pelengkap cair (bio-sugih)
terbaik dijumpai pada media tanam tanah : pupuk kandang : cocopeat dengan konsentrasi
pupuk pelengkap cair (bio-sugih) 2 ml/L air.

4.2. Saran
Berdasarkan penelitian hasil yang diperoleh, masih perlu dilakukan penelitian yang
lebih lanjut mengenai media tanam lainnya dan gunakan kosentrasi pupuk pelengkap cair
yang lain.

20
DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, H.A, dan D. Setiadi. 2003. Pengaruh pupuk organik cair SNN (super natural
nutrisi) dan lamanya perendaman terhadap stek pucuk Eucalyptus pellita di
dipersemaian. Jurnal pemuliaan tanaman hutan. 1(2):49-54

Desmawati. 2010. Pengaruh pemberian beberapa konsentrasi pupuk organik cair lengkap
bio-sugih dan media tanam terhadap pertumbuhan bibit gambir (Uncaria gambir
Roxb). Skripsi. Padang. Fakultas Peratnian. Universitas Andalas.

Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan. 2019. Statistik Produksi Nilam Indonsia
2018-2019. http://ditjenbun.pertanian.go.id. [Diakses 13 Juli 2020].

Gustian, H. Dan Rosdiana. 2019. Kombinasi media tanam dan penambahan pupuk organik
cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabe (Capsicum annum L.) Jurnal
agrosains dan teknologi. 4(2):70-78

Hartatik, W. Husanain dan R. W. Ladiyani. 2015. Peranan pupuk organik dalam peningkatan
produktivitas tanah dan tanaman. Jurnal sumber daya lahan. 9 (2):107-120

Irwan, A., dan Hanif, N. H. 2014. Kesesuaian penggunaan cocopeat sebagai media sapih
pada politube dalam pembibitan cempaka (Magnolia elegans (Blume.) H.Keng). Jurnal
wasian. 1(2):73-76

Istomo dan Valentino, N. 2012. Pengaruh perlakukan kombinasi media tanam terhadap
pertumbuhan anakan tumih (Combrettocarpus rotundus). Jurnal Silvukultur 3(2):81-
84
Lingga, P dan Marsono. 2010. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta
Mariana, M. 2017. Pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan setek batang nilam
(Pogostemon cablin Benth.). Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan. 11(1) :1-
8
Muliawan, L. 2009. Pengaruh Media Semei Terhadap Pertumbuhan Pelita (Eucalyptus
pellita F. Muell). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Philip, G. B. P. S., dan Y. B. Suwasono Heddy. 2018. Respon tanaman herson (Spinacia
Oleracea L.). Jurnal produksi tanaman. 6(5):723-728
Prayugo, S. 2007. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta

Pranata, AS. 2010. Meningkatkan Hasil Panen dengan Pupuk Organik. Agromedia Pustaka
Jakarta

Pranata, A. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka Jakarta

Ramadhan, D. Melya, R. dan Trio, S. 2018. Pemanfaatan cocopeat sebagai media tanam
tumbuh segon laut (Paraserianthes falcataria) dan merbau darat (Intsia palembinaca).
Jurnal Sylva Lestari 6(2):22-31

21
Rendy P. 2014. Pemanfaatan berbagai sumber pupuk kandang sebagai sumber N dalam
budidaya cabai merah (Capsicum anunum L.). Jurnal agro science. 2(2):125-32

Roeslan, A. 2004. Pengaruh penggunaan pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil
bawang merah (Allium cepa l. var. ascalonicum ). Jurnal budidaya pertanian.
10(02):73-78.

Sahwalita, N. H. 2016. Budidaya Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Balai


Penelitian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK), Palembang
Saptaji, Setyono dan Rochman, N. 2015. Pengaruh air kelapa dan media tanam terhadap
pertumbuhan stek stevia (Stevia rebaudiana bertoni). Jurnal agronida. 1(2):83-91
Suminar, E. I., R. D. Anjarsari dan A. N. Hapizhah. 2015. Pertumbuhan dan perkembangan
tunas nilam varietas Lhoukseumawe dari jenis eksplan dengan sitokinin yang berbeda
secara in vitro. Fakultas Pertanian. Unversitas Padjadjaran. Jurnal Agroteknologi. 14
(2):10-15

Sutanto, R. 2005. Pertanian Organik. Kanisius. Jakarta

Supriyanto, B. 2012. Aplikasi ZPT novelgo alpha dan PCC Bio-sugih terhadap pertumbuhan
bibit adenium (Adenium obesum var. fadia). 11(2):125-132.

Tresnasih, W. 2011. Pemanfaatan Methylobactericum Spp. untuk meningkatkan


pertumbuhan bibit tanaman nilam dalam kultir in vitro. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Wibawa, I.P.A.H, dan I.N. Lugrayasa. 2019. Pengaruh konsentrasi pupuk cair (mikroba
fungsional tahan salin) terhadap perkebangan setek daun begonia rex (Silver cirele).
Jurnal agroekoteknologi tropika. 8(2):194-201

Wudianto, R. 1998. Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

22
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Media Tanam dan
Konsentrasi Pupuk Pelengkap Cair (Bio-sugih) terhadap Pertumbuhan Setek
Nilam
F. Hitung
Parameter
M P M×P KK (%)
** ** tn
Panjang tunas 30 HST 7,59 5,09 1,25 23,90
Panjang tunas 45 HST 8,21 ** 7,36 ** 2,55 tn 13,63
** ** tn
Panjang tunas 60 HST 18,25 8,93 2,53 15,74
Panjang tunas 75 HST 11,36 ** 2,79 tn 1,40 tn 10,44
** tn tn
Panjang tunas 90 HST 11,02 2,33 2,11 10,13
Jumlah daun 30 HST 5,46 * 1,91* 3,43 tn 14,51
Jumlah daun 45 HST 6,65 ** 3,11 * 2,56 * 13,45
** * tn
Jumlah daun 60 HST 6,06 3,55 2,47 11,47
Jumlah daun 75 HST 5,74 ** 5,16 ** 2,29 tn 10,06
** * tn
Jumlah daun 90 HST 4,26 4,49 2,05 10,63
Jumlah tunas 30 HST 5,53 * 2,03 tn 3,02 * 13,26
** * tn
Jumlah tunas 45 HST 6,19 3,72 1,23 12,79
Jumlah tunas 60 HST 10,08 ** 3,90 * 1,76 tn 10,22
** * tn
Jumlah tunas 75 HST 8,25 3,90 1,84 10,57
Jumlah tunas 90 HST 6,96 ** 4,32 * 1,62 tn 10,34
** tn tn
Diameter tunas 30 HST 6,19 0,56 0,42 16,59
Diameter tunas 45 HST 10,76 ** 3,52 * 0,92 tn 12,98
Diameter tunas 60 HST 7, 47 ** 4,63 * 0,89 tn 11,42
** * tn
Diameter tunas 75 HST 8,96 4,78 1,81 10,12
Diameter tunas 90 HST 7,48 ** 3,59* 2,50 tn 10,46
** tn tn
Volume akar 90 HST 11,24 0,57 1,52 10,27
Berat basah akar 90 HST 38,67 ** 4,41 * 2,40 tn 17,12
** ** *
Berat basah biomassa 90 HST 107,42 5,76 2,85 8,83
Berat kering biomassa 90 HST 150,73 ** 13,30 ** 2,67 * 12,65
Berat kering akar 90 HST 10,23 ** 2,00 tn 0,47 tn 21,89
Keterangan : M = Media Tanam; P = Konsentrasi Pupuk; M × P = Interaksi Antara Media Tanam Dan
Konsentrasi Pupuk Pelengkap Cair (Bio-Sugih); ** = Berpengaruh Sangat Nyata; * =
Berpengaruh Nyata; Tn = Tidak Berpengaruh Nyata; KK = Koefisien Keragaman

23
Lampiran 3. Bagan Penelitian

BLOK I BLOK II BLOK III

M3P2 M1P0 M2P3

B T
M1P1 M2P2 M3P3

M3P0 M1P2 M2P1 S

M1P0 M3P3 M2P2


Keterangan :
M1 : Tanah + Pupuk Kandang
M2P2 M3P0 M1P1
+ Cocopeat = 1:2:1
M2 : Tanah + Pupuk Kandang
M3P3 M1P1 M2P0 + Cocopeat = 2:1:1
M3 : Tanah + Pupuk Kandang
+ Cocopeat = 1:1:2
M1P2 M2P3 M3P2 P0 : Kontrol
P1 : 1 ml/Lair
P2 : 2 ml/L air
M2P1 M1P3 M3P1
P3 : 3 ml/Lair

M3P1 M2P0 M1P2

M1P3 M3P2 M1P0

M2P0 M2P1 M1P3

M2P3 M3P1 M3P0

24
Lampiran 4 : Deskripsi tanaman nilam.
Asal : Tapak Tuan
Tinggi tanaman : 50,57-82,28
Warna batang muda : Unggu
Warna batang tua : Hijau keungguan
Bentuk batang : Persegi
Percabangan : Lateral
Jumlahh cabang primer : 7,30-24,48
Jumlah cabang sekunder : 18,80-25,70
Panjang cabang primer (cm) : 46,24-65,98
Panjang cabang sekunder (cm) : 19,80-45,31
Bentuk daun : Delta, bulat telur
Pertulangan daun : Menyirip
Warna daun : Hijau
Panjang daun (cm) : 6,47-7,52
Lebar daun (cm) : 5,22-6,39
Tebal daun (mm) : 0,31-0,78
Panjang tangkai daun (cm) : 2,67-4,13
Jumlah daun/cabang primer : 35,37-35,90
Ujung daun : Runcing
Pangkal daun : Rat, membulat
Tepi daun : Bergerigi ganda
Bulu daun : Banyak, lembut
Produksi segar (ton/ha) : 41,51-103,05
Produksi minyak (kg/ha) : 234,89-583,26
Kadar minyak (%) : 2,07-3,87
Kadar patchouli alkohol (%) : 28,69-35,90
Ketahanan terhadap
Meloydogyne incognita : Sangat rentan
Pratylenchus brayyurus : Sangat rentan
Radhopolus similis : Rentan
Ralstonia solanacearum : Rentan
Peneliti : Y. Nuryani, Hobir, Cheppy Syukur
dan I. Mustik

25

Anda mungkin juga menyukai