Anda di halaman 1dari 10

JURNAL ILMIAH AGROUST VOL 4 NO 1, MARET 2020:76-85

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) BERBAHAN BAKU VINASSE


DAN JUMLAH BUAH TERHADAP HASIL TANAMAN MELON (Cucumis
melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK SUBSTRAT
EFFECT OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER (LOF) MADE FROM VINASSE
AND NUMBER OF FRUITS ON YIELD OF MELON PLANT (Cucumis melo L.)
CULTIVATED BY SUBSTRAT HYDRPONIC SYSTEM
Heri Rahman Hakim, Yacobus Sunaryo*, Djoko Heru Pamungkas
Fakultas Pertanian Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
*Email korespondensi: yacob_ust@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Pupuk Organik Cair
(POC) berbahan dasar vinasse dengan jumlah buah per tanaman terhadap hasil tanaman
melon dengan sistem hidroponik tetes di polybag. Penelitian ini telah dilaksanakan di
Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sarajanawiyata Tamansiswa D.I
Yogyakarta pada tanggal 15 Januari - 11 April 2020. Ketinggian tempat sekitar 100
mdpl, suhu rata-rata 25,6oC. Percobaan dengan faktorial 3 x 2 yang disusun dalam
Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Faktor pertama yaitu jenis formula
larutan nutrisi yang terdiri dari 3 tingkat : P0 (kontrol), P1 (vinasse+azolla+gliriside),
P2 (vinasse+feses kambing). Faktor kedua adalah jumlah buah per tanaman yang terdiri
dari 2 level : B1 (1 buah per tanaman) dan B2 (2 buah per tanaman). Diulang sebanyak
4 kali. Variabel pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, bobot
segar tanaman, bobot kering tanaman, diameter buah pertama, bobot buah pertama, dan
bobot buah total. Data dianalisis dengan menggunakan sidik ragam pada taraf 5%
kemudian dilakukan analisis lanjut menggunakan uji Least Square Mean (LSMEANS)
atau Least Significant Differences (LSD) pada taraf α = 5%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara kombinasi perlakuan jenis formula nutrisi
dengan jumlah buah per tanaman terhadap tinggi tanaman dan lebar daun, sementara
pada variabel yang lain yaitu jumlah daun, bobot segar tanaman, bobot kering tanaman,
diameter buah pertama, bobot buah pertama, dan bobot buah total tidak menunjukkan
adanya interaksi. Perlakuan faktor jenis larutan nutrisi (P0, P1, P2) menunjukkan
pengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman, diameter buah pertama, bobot buah
pertama, dan bobot buah total. Perlakuan faktor jumlah buah per tanaman (B1 dan B2)
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua variabel kecuali pada variabel bobot
segar tanaman.

Kata kunci: Pupuk organik cair, jumlah buah per tanaman, hidroponik substrat

ISSN : 2549-9386
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of giving Liquid Organic Fertilizer (LOF) based
on vinasse with the number of fruits per plant on the yield of melon plants with
hydroponic drops in a polybag. This research has been carried out in the Greenhouse
of the Faculty of Agriculture, Sarjanawiyata Tamansiswa University, Yogyakarta, on
January 15 - April 11, 2020. The altitude is around 100 meters above sea level; the
average temperature is 25,6oC. Experiment with 3 x 2 factorial arranged in a Complete
Randomized Block Design (RCBD). The first factor is the type of nutrient solution
formula which consists of 3 levels: P0 (control), P1 (vinasse+water fern+glicidia), P2
(vinasse+goat feses). The second factor is the number of fruits per plant consisting of
2 levels: B1 (1 fruit per plant) and B2 (2 fruits per plant). Repeated 4 times. Observation
variables included plant height, number of leaves, leaf width, plant fresh weight, plant
dry weight, fruit diameter 1, fruit weight 1, and total fruit weight. Data were analyzed
using variance at 5% level and then further analysis was done using Least Square
Mean (LSMEANS) or Least Significant Differences (LSD) at α = 5% level. The results
showed that there was an intraction between the combination of the type of nutrition
formula treatment with the number of fruits per plant on plant height and leaf width,
while the other variables were the number of leaves, plant fresh weight, plant dry
weight, first fruit diameter, first fruit weight, and total fruit weight did not indicate any
interaction. The treatment of nutrient solution type factors (P0, P1, P2) showed a
significant effect on the variables of plant height, first fruit diameter, first fruit weight,
and total fruit weight. The factor treatment on the number of fruits per plant (B1 and
B2) had no significant effect on all variables except for the plant fresh weight variable.

Keywords: liquid organic fertilizer, number of fruits, substrat hydroponic


PENDAHULUAN
Melon (Cucumis melo L.) merupakan buah holtikultura yang banyak diminati
di berbagai dunia seperti di Indonesia, Jepang, Thailand, dan Cina. Rasanya yang manis
serta kandungan airnya yang banyak menjadikan melon sebagai buah yang cocok di
konsumsi langsung ataupun diolah menjadi produk olahan. Tanaman yang termasuk
dalam devisi spermathophyta atau golongan tanaman yang memiliki biji ini memiliki
kandungan gizi yang cukup tinggi. Kandungan gizi pada 100 g buah melon yaitu energi
(34 kkal), protein (0,84 g), total fat (0,19 g), tembaga (41 mcg), kalsium (9 mg), folat
(21 mcg), vitamin A (3382 IU), vitamin C (36,7 mg), vitamin K (2,5 mcg), vitamin E
(0,05 mcg), karbohidrat (8,6 g), dan zat besi (0,21 mcg) (Sobir dan Siregar, 2014).

Pengaruh Pupuk Organik Cair


(Heri Rahman Hakim, Yacobus Sunaryo, Djoko Heru Pamungkas) 77
Hidroponik merupakan suatu metode bercocok tanam tanpa menggunakan
media tanah, melainkan dengan menggunakan larutan mineral bernutrisi atau bahan
lainnya sebagai substrat (media tanam) seperti sabut kelapa, arang sekam, pasir,
pecahan batu bata, serbuk kayu, dan lain-lain (Izzuddin, 2016). Berdasarkan media
tanamanya, hidroponik terbagi menjadi dua golongan yaitu substrat dan non substrat.
Metode substrat menggunakan media padat seperti cocopeat, rockwoll, hidroton, pasir
malang, dan arang sekam, sebagai pengganti fungsi tanah. Sedangkan non substrat
merupakan metode yang tidak menggunakan media padat, hanya memerlukan bahan
tertentu seperti spons atau netpot sebagai penopang tanaman supaya dapat tumbuh
tegak, sedangkan larutan nutrisi (bahan pupuk dilarutkan air) dialirkan ke akar tanaman
secara terus menerus.
Pada dasarnya pupuk terbagi menjadi dua macam yaitu pupuk anorganik dan
pupuk organik. Pupuk anorganik atau kimia sintetis adalah pupuk hasil proses rekayasa
secara kimia, fisik atau biologis dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat
pupuk. Sedangkan pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya
terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui
proses rekayasa, dapat dibentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan
organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Kementan, 2019).
Peminat pupuk anorganik kini semakin menurun hal tersebut dikarenakan penggunaan
pupuk anorganik secara terus menerus dapat menurunkan bahan organik tanah, struktur
tanah rusak, dan pencemaran lingkungan.
Vinasse merupakan limbah cair berwarna gelap yang mengandung banyak
bahan organik, hara nitrogen, dan kalium yang dihasilkan dari proses fermentasi
molase menjadi etanol (Madejon et al., 2001). Merciani (2013) melaporkan bahwa
limbah cair bioetanol dapat digunakan sebagai pupuk alternatif karena dapat
meningkatkan kandungan unsur hara pada media tanam. Menurut (Kaushik et al.,
2005) menyatakan bahwa pemberian vinasse yang diencerkan atau dikomposkan
terlebih dahulu dapat memperbaiki sifat tanah. Menurut (Tejada et al., 2007)
menyatakan bahwa penggunaan vinasse pekat tanpa mengalami pengolahan terlebih
Pengaruh Pupuk Organik Cair
(Heri Rahman Hakim, Yacobus Sunaryo, Djoko Heru Pamungkas) 78
dahulu, menghasilkan pengaruh yang kurang baik pada sifat tanah. Selain bermanfaat
sebagai pupuk tanaman, ternyata vinasse memiliki dampak yang buruk bagi
lingkungan, karena pembuangan vinasse langsung ke alam bebas dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan, air dan tanah (Chidankumar et al., 2008). Menurut (Astuti dan
Widhi, 2017) pada proses pembuatan 1 L alkohol akan dihasilkan limbah vinasse
sebanyak 13 L. Sebagai limbah, vinasse tidak dapat langsung dibuang ke lingkungan
karena banyaknya kandungan senyawa kimia beracun yang menyebabkan Chemical
Oxygen Demand (COD) meningkat hingga 50.000 ppm dan Biochemical Oxygen
Demand (BOD) meningkat hingga 30.000 ppm, untuk itu perlu penanganan yang baik
agar vinasse tidak menjadi masalah bagi lingkungan.
Jumlah dan luas daun merupakan sumber (source) asimilat yang memiliki
hubungan dengan buah yang berperan sebagai pengguna asimilat (sink), untuk
mendapatkan buah yang berkualitas dan kuantitas yang baik, membutuhkan nisbah
daun: buah tertentu. Menurut penelitian Susanto et al. (2013) tentang rasio jumlah
daun: buah pada jambu biji kristal menyatakan bahwa, menyisakan 8 pasang daun
menghasilkan buah dengan ukuran yang sedikit lebih besar dibandingkan dengan buah
yang berasal dari 4 pasang daun. Pangkas pucuk (toping) yang dilakukan pada tanaman
melon untuk menghasilkan buah yang baik, dilakukan dengan memangkas batang
utama dan hanya menyisakan minimum 25 helai daun per satu buah (Andriyani, 2006).

METODE PENELIITIAN
Lokasi dan Periode
Penelitian telah dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. Ketinggian tempat 1000 mdpl, dengan suhu
sedang 25,6°C. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2020.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bak penampung, daun pisang,
sprayer, batang besi, tali kasur, pengait, timbangan, meteran kain, penggaris, gelas
ukur, TDS meter dan instalasi hidroponik. Sedangkan bahan yang diperlukan yaitu,

Pengaruh Pupuk Organik Cair


(Heri Rahman Hakim, Yacobus Sunaryo, Djoko Heru Pamungkas) 79
benih melon varietas rock red aroma, larutan AB mix, azolla, daun gliriside, feses
kambing, air, arang sekam.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan percobaan faktorial 3 x 2, disusun dengan
Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), dengan 4 ulangan. Faktor yang diteliti
meliputi:
Faktor 1: Formula larutan nutrisi (P)
P0: Larutan AB mix sebagai kontrol
P1: POC 1 berbahan baku Vinasse + Azolla + Gliriside
P2: POC 2 berbahan baku Vinasse + Feses
Kambing
Faktor 2: Jumlah buah per tanaman (B)
B1: 1 buah per tanaman
B2: 2 buah per tanaman
Berdasarkan rancangan di atas diperoleh 6 kombinasi perlakuan. masing-
masing perlakuan diulang 4 kali, dan setiap unit percobaan digunakan 5 tanaman (3
tanaman untuk sampel) sehingga dibutuhkan 120 tanaman. Pelaksanaan peneilitian
meliputi pembuatan POC (Pupuk Organik Cair) berbahan dasar vinasse, penyemaian
benih melon, pembuatan instalasi, persiapan tempat percobaan dan media tanam,
penanaman, pemupukan, pelilitan, pemangkasan batang, penyerbukan bunga,
pemeliharaan, dan panen. Variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun,
lebar daun, bobot segar tanaman, bobot kering tanaman, diameter buah pertama, bobot
buah pertama, bobot buah total. Data dianalisis dengan menggunakan sidik ragam pada
taraf 5% kemudian dilakukan analisis lanjut menggunakan uji Least Square Mean
(LSMEANS) atau Least Significant Differences (LSD) pada taraf α = 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian menunjukkan terjadi interaksi antara perlakuan jenis larutan
nutrisi dengan jumlah buah per tanaman terhadap tinggi tanaman dan lebar daun (Tabel

Pengaruh Pupuk Organik Cair


(Heri Rahman Hakim, Yacobus Sunaryo, Djoko Heru Pamungkas) 80
1). Tidak terjadi interaksi antara perlakuan jenis larutan nutrisi dengan jumlah buah per
tanaman terhadap komponen pertumbuhan: jumlah daun, berat segar tanaman, dan
berat kering tanaman (Tabel 2), maupun pada komponen hasil: diameter buah pertama,
bobot buah pertama, dan total bobot buah per tanaman (Tabel 3).

Tabel 1. Interaksi perlakuan jenis larutan nutrisi dan jumlah buah per tanaman terhadap
tinggi tanaman dan jumlah buah per tanaman terhadap tinggi tanaman dan
lebar daun.
Variabel Kombinasi perlakuan
Pengamatan P0B1 P0B2 P1B1 P1B2 P2B1 P2B2
Tinggi tanaman 242,33 a 219,83 ab 197,00 b 210,66 ab 144,83 c 197,58 b
(cm)
Lebar daun (cm) 11,46 b 13,80 a 13,74 ab 11,95 ab 10,60 abc 11,45 c
Keterangan : Angka rerata pada baris diikuti huruf yang sama menunjukan tidak ada beda
nyata pada LSD taraf 5%

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan jenis formula


nutrisi dengan jumlah buah per tanaman menunjukkan ada interaksi terhadap variabel
tinggi tanaman dan lebar daun. hal tersebut diduga karena pengaruh kandungan unsur
hara yang terdapat pada POC berbahan dasar vinasse dan pemangkasan buah. Hal
tersebut diduga karena disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu kandungan
unsur hara pada POC (Pupuk Organik Cair) yang berbahan dasar vinasse dan
pemangkasan. Menurut Jayadi (2009) bahwa kandungan unsur hara P dan K pada daun
gliriside diperoleh sebesar 0,22% P dan 2,65% K, sementara menurut Indarmawan et
al. (2012) kandungan hara P pada azolla sp. yaitu P (0,16-1,59%), sementara menurut
(Hartatik, 2006) kandungan P dan K pada kotoran kambing sebesar 0,54%, dan 0,75%.
Pada fase pembungaan unsur hara P dan K sangat berperan dalam pembentukan
kuncup-kuncup bunga. Menurut (Suryawaty dan Wijaya, 2012) fungsi fosfor pada
tanaman yaitu untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya pertumbuhan akar
muda, membantu asimilasi, dan pernafasan sekaligus mempercepat pembungaan serta
menaikkan presentase bunga menjadi buah. Pada data rerata tinggi tanaman dan lebar
daun yang diperoleh pada tanaman dengan perlakuan 2 buah per tanaman memiliki

Pengaruh Pupuk Organik Cair


(Heri Rahman Hakim, Yacobus Sunaryo, Djoko Heru Pamungkas) 81
hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan 1 buah per tanaman. Meskipun demikian,
pertumbuhan tinggi tanaman dan lebar daun tetap berjalan dengan baik, hal tersebut
diduga karena buah ke-2 yang dihasilkan cenderung berukuran kecil sehingga hasil
asimilasi yang dihasilkan oleh tanaman tidak terpengaruh untuk pertumbuhan vegetatif
tanaman.

Tabel 2. Pengaruh jenis larutan nutrisi dan jumlah buah per tanaman terhadap jumlah
daun, bobot segar dan bobot kering tanaman.
Perlakuan Jumlah daun Bobot segar Bobot kering tanaman
(helai) tanaman (g) (g)
P0 35,70 a 169,89 a 21,51 a
P1 34,58 a 148,08 ab 20,15 ab
P2 33,87 a 120,54 b 16,73 b
p>F 0,7416 ns 0,1176 ns 0,0583 ns
B1 33,02 p 125,16 q 18,99 p
B2 36,41 p 167,18 p 19,93 p
p>F 0,0872 ns 0,0324 s 0,5699 ns
Keterangan : Angka rerata pada kolom diikuti huruf yang sama menunjukan tidak ada beda
nyata pada LSD taraf 5%
s : signifikan
ns : non signifikan

Pada Tabel 2 pengaruh pemberian jenis larutan nutrisi menunjukkan tidak ada
interaksi pada veriabel jumlah daun, bobot segar tanaman dan bobot kering tanaman.
Pada perlakuan jumlah buah per tanaman menunjukkan tidak adanya interaksi pada
variabel jumlah daun dan bobot kering tanaman, kecuali pada variabel bobot segar
tanaman pegaruh jumlah buah per tanaman menunjukkan adanya interaksi. Hasil bobot
segar dengan perlakuan B1 (1 buah per tanaman) dan B1 (2 buah per tanaman)
menunjukkan angka pada perlakuan B2 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
B1. Bobot segar tanaman diambil setelah panen sebelum tanaman layu dan kehilangan
kandungan airnya kemudian ditimbang untuk mengetahui beratnya. Besar kecilnya
bobot segar tanaman dipengaruhi oleh tinggi tanaman dan jumlah daun, semakin
banyaknya jumlah buah pada tanaman akan mengasilkan cabang-cabang baru yang
mana pada cabang baru tersebut terdapat daun dan juga buah, kemudian setelah buah
dipanen tetap akan menyisakan cabang tersebut, hal tersebutlah yang diduga

Pengaruh Pupuk Organik Cair


(Heri Rahman Hakim, Yacobus Sunaryo, Djoko Heru Pamungkas) 82
mempengaruhi bobot segar tanaman. Hal tersebut sesuai dengan penelitian (Prasetya,
2009) yang menyatakan bahwa bobot segar tanaman dipengaruhi oleh tinggi tanaman
dan luas daun, semakin tinggi dan semakin lebar daun maka bobot segar tanaman akan
semankin besar.

Tabel 3. Pengaruh perlakuan jenis larutan nutrisi dan jumlah buah per tanaman
terhadap diameter buah pertama, bobot buah pertama, dan total bobot buah
pertanaman 105 hari setelah tanaman.
Perlakuan Rerata Diameter Buah Rerata Bobot Buah Total Bobot Buah
Pertama (cm) Pertama (g) Per Tanaman(g)
P0 9,33 a 397,56 a 449,99 a
P1 6,54 b 191,76 b 220,23 b
P2 6,33 b 153,50 b 200,88 b
p>F 0,0259 s 0,0028 s 0,0075 s
B1 7,83 p 289,39 p 289,39 p
B2 7,97 p 205,83 p 291,35 p
p>F 0,3183 ns 0,0874 ns 0,9717 ns
Keterangan : Angka rerata pada kolom diikuti huruf yang sama menunjukan tidak ada beda
nyata pada LSD taraf 5%
s : signifikan
ns : non signifikan

Komponen hasil yang terdiri dari diameter buah pertama, bobot buah pertama,
dan total bobot buah menunjukkan ada beda nyata pada perlakuan jenis formula (P0,
P1, dan P2). Pada perlakuan jumlah buah per tanaman tidak menunjukkan ada beda
nyata. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa jenis nutrisi pupuk memeliki
pengaruh terhadap pertumbuhan generatif tanaman. Terjadinya interaksi pada hasil
generatif tanaman berupa buah diduga karena kandungan unsur hara yang terkandung
pada masing-masing pembentukan buah melon. Perlakuan dengan menggunakan P1
memberikan hasil yang cukup baik hal tersebut diduga karena unsur hara yang
terkandung pada P1 dan kualitas P1 selama pengaplikasian. Pada unsur hara P1 yang
terdiri dari vinasse + azolla + gliriside diduga mengandung unsur hara makro dan
mikro, vinasse sendiri mengandung unsur hara N, P, K, Ca, dan Mg (Kusumaningtyas
et al., 2015), daun gliriside juga mengandung unsur hara N, P, K, Ca, Mg (Jayadi,
2009), sementara azolla mengandung unsur hara N, P, Si, Fe, Mg, Zn, Mn (Indarmawan

Pengaruh Pupuk Organik Cair


(Heri Rahman Hakim, Yacobus Sunaryo, Djoko Heru Pamungkas) 83
et al., 2012). Faktor kedua yaitu kualitas formula nutrisi POC selama pengaplikasian,
P1 cenderung lebih tahan lama dibandingkan dengan P2 yang mudah mengental selama
pengaplikasian, pengentalan terjadi karena bahan tambahan yang digunakan, P2
menggunakan bahan tambahan feses kambing. Feses kambing yang telah mengalami
dekomposisi pada proses pembuatan POC menghasilkan ampas yang ikut larut pada
POC, apabila tidak dilakukan penyaringan maka ampas tersebut akan mengendap dan
akibatnya menyumbat dripper, sehingga larutan nutrisi akan terhambat dilarikan ke
tanaman.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara kombinasi


perlakuan jenis formula nutrisi dengan jumlah buah per tanaman terhadap tinggi
tanaman dan lebar daun, sementara pada variabel yang lain yaitu jumlah daun, bobot
segar tanaman, bobot kering tanaman, diameter buah pertama, bobot buah pertama, dan
bobot buah total tidak menunjukkan adanya interaksi. Perlakuan faktor jenis larutan
nutrisi (P0, P1, P2) menunjukkan pengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman,
diameter buah pertama, bobot buah pertama, dan bobot buah total. Perlakuan faktor
jumlah buah per tanaman (B1 dan B2) tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
semua variabel kecuali pada variabel bobot segar tanaman.

DAFTAR PUSTAKA
Andriyani. 2006. Uji Stabilitas 7 Hibrida Harapan Melon (Cucumis melo L.) Hasil
Rakitan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT) IPB pada 2 Musim.
Skripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Astuti, W dan Widhi. M. 2017. Pembuatan Pupuk Fermentasi Cair Berbasis Limbah
Vinasse. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang. 15 (1): 55-58.
Chidankumar, C.S., dan S. Chandraju. 2008. Impact Of Irrigation Of Distillery
Spentwash On The Nutrient Of Pulses In Untreated And Treated Soil.
Sugar Technology, 10: 314-318.
Hartatik, W dan L. R. Widowati. 2006. Kotoran Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.
Organic Fertilicer and Biofertilizer. Balai Besar Litbang Sumberdaya.

Pengaruh Pupuk Organik Cair


(Heri Rahman Hakim, Yacobus Sunaryo, Djoko Heru Pamungkas) 84
Indarmawan, T., A. S. Mubarak., G. Mahasri. 2012. Pengaruh Konsentrasi Pupuk
Azolla pinnata Terhadap Populasi Chaetoceros sp. Journal of Marine and
Coastal Science, 1(1): 61-70.
Izzuddin, A. 2016. Wirausaha Santri Berbasis Budidaya Tanaman Hidroponik. Jurnal
Pengabdian Masyarakat/DIMAS, 12(2), 351-366.
Jayadi, M. 2009. Pengaruh Pupuk Organik Cair Daun Gamal dan Pupuk Anorganik
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung. Makasar: Universitas
Hasanuddin. Jurnal Agrisitem, Desember 2009, 5(2): 1858-4330.
Kaushik, K., R. Nisha, K. Jogjaeeta, C. P. Kaushik. 2005. Impact Of Long And Short
Term Irrigation Of A Sodic Soil With Distillery Effluent In Combination
With Bio-Amendments. Bioresource Technology. 96(17): 1860-1866.
Kementerian Pertanian. 2019. Pendaftaran Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan
Pembenah Tanah. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia. BAB :
I, Pasal : I, Ayat : I.
Kusumanigtyas, D, R., Oktafiani., Dhoni, H., Prima, A, H., Dimas, R, A, M. 2015.
Pembuatan Pupuk Organo-Mineral Fertilizer (OMF) Padat Dari Limbah
Industri Bioetanol (Vinasse). Prodi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Semarang dan Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta. JBAT 4 (2) : 46-54.
Merciani, L. 2013. Pengaruh limbah bioetanol jagung terhadap media dan pertumbuhan
tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada varietas Wallet dan Vima 1.
Jurnal Penelitian. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.
Modejon, E., R Lopez., J. M. Marillo, Caberera. 2001. Agricultural Use of Three
(Sugar Beet) Vinasse Compost Effect of Crops and Chemicial Properties
of Cambisol Soil in the Guadalquivir River Valey (South West Spain).
Agriculture, Ecosystem, Environment, 84 : 55-65.
Prasetya, B., S. Kurniawan, dan M. Febrianingsih. 2009. (Brassica juncea. L) Pada
Entisol J. Jurnal Agritek. 17(5): 1022-1029.
Sobir, F. D dan Siregar. 2014. Berkebun Melon Unggul. Gramedia. Jakarta 115 hlm.
Suryawaty dan R. Wijaya. 2012. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon
(Cucumis melo L.) terhadap Kombinasi Biodegradable Super Absorbat
Polymer dengan Pupuk Majemuk NPK di Tanah Miskin. Agrium. 17(3):
155 – 162.
Susanto, S., M. Melati, A. Junaedi. 2013. Optimasi Source Dan Sink Untuk
Meningkatkan Produksi dan Kualitas Jambu Kristal. Prosiding Seminar
Hasil-Hasil PPM IPB. 1: 75-86.
Tejada, M., J. L. Moreno., M. T. Hernandez., G. Garcia. 2007. Application Of Two
Beet Vinasse In Soil Restoration Effects On Soil Properties In An Arid
Environment In Southern Spain. Agriculture, Ecosystem and Environment,
119: 289-298.

Pengaruh Pupuk Organik Cair


(Heri Rahman Hakim, Yacobus Sunaryo, Djoko Heru Pamungkas) 85

Anda mungkin juga menyukai