Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati dan Pupuk Daun pada Tanaman

Pertumbuhan dan Hasil Seledri (Apium graviolens)

Wiwik Yunidawati 1, Riyanti 2, Mazlina 3


1,2,3 Departemen Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Amir Hamzah, Medan, Indonesia

eliakim_purba@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk hayati dan pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman seledri
(Apium graviolens). Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Amir Hamzah, Medan, Desa Medan Estate,
Kecamatan Percut Sei Tuan dengan ketinggian ± 25 meter dpl yang dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2020. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor yang diteliti, yaitu faktor pertama konsentrasi pupuk hayati Impro
Tanotec (H) yang terdiri dari 4 taraf yaitu H0 (0 ml / l air), H1 (1,5 ml / l air), H2 (2,5 ml / l air), H3 (3,5 ml / l air), dan faktor kedua adalah
konsentrasi pupuk daun Growmore (D) yang terdiri dari 4 taraf yaitu D0 (0 gr / l air), D1 (1 gr / l air), D2 (2 gr / l air), dan D3 (3 gr / l air).
Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun, jumlah batang, panjang akar (cm), dan bobot segar per tanaman. (gr).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk hayati berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 20, 40, dan 60
hari setelah tanam, jumlah daun pada umur 20, 40, dan 60 hari setelah tanam. Jumlah batang umur 40 dan 60 hari setelah tanam, panjang
akar, dan bobot segar per tanaman, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah batang umur 20 hari setelah tanam. Konsentrasi pupuk
hayati terbaik diperoleh pada perlakuan H3 (3,5 ml / l air). Konsentrasi pupuk daun berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada
umur 20, 40, dan 60 hari setelah tanam, jumlah daun pada umur 20, 40, dan 60 hari setelah tanam. Jumlah batang umur 40 dan 60 hari
setelah tanam, dan bobot segar per tanaman berpengaruh nyata terhadap panjang akar, dan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah batang
umur 20 hari setelah tanam. Konsentrasi pupuk daun terbaik diperoleh pada perlakuan D3 (3 gr / l air). Interaksi antara konsentrasi pupuk
hayati dan pupuk daun berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 40 dan 60 hari setelah tanam, dimana kombinasi perlakuan
terbaik diperoleh pada perlakuan H3D3 (konsentrasi pupuk hayati 3,5 ml / l). konsentrasi pupuk air dan daun 3 gr / l air). dan tidak berpengaruh
nyata terhadap jumlah batang pada umur 20 hari setelah tanam. Konsentrasi pupuk daun terbaik diperoleh pada perlakuan D3 (3 gr / l air).
Interaksi antara konsentrasi pupuk hayati dan pupuk daun berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 40 dan 60 hari setelah tanam,
dimana kombinasi perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan H3D3 (konsentrasi pupuk hayati 3,5 ml / l). konsentrasi pupuk air dan daun 3 gr
/ l air). dan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah batang pada umur 20 hari setelah tanam. Konsentrasi pupuk daun terbaik diperoleh pada
perlakuan D3 (3 gr / l air). Interaksi antara konsentrasi pupuk hayati dan pupuk daun berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 40
dan 60 hari setelah tanam, dimana kombinasi perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan H3D3 (konsentrasi pupuk hayati 3,5 ml / l).
konsentrasi pupuk air dan daun 3 gr / l air).

Kata kunci: pupuk hayati; pupuk daun; konsentrasi; seledri

I. Pendahuluan

Seledri telah dikenal selama ribuan tahun di Eropa sebagai bahan obat dan penyedap masakan. Plinius
Tua telah menulis sejak awal kalender modern. Linnaeus mendeskripsikan tanaman seledri pertama dalam
Species Plantarum edisi pertanian. Ia memasukkan tanaman seledri ke dalam suku Umbelliferae, yang
sekarang disebut Apiaceae (suku adasadasan) (Sunarjono, 2011).

Pada dasarnya prospek seledri sangat menjanjikan, baik di pasar dalam negeri (dalam negeri) maupun luar
negeri sebagai komoditas ekspor, namun budidaya seledri di Indonesia umumnya masih dalam skala kecil sebagai
kegiatan sampingan. Beberapa bukti mengenai budidaya seledri di Indonesia yang belum dikelola secara komersial
antara lain dapat merujuk pada data Badan Pusat Statistik mengenai hasil survei usahatani sayuran di Indonesia
tahun 2008, ternyata tidak ada data luas panen dan produksi seledri nasional. belum ditemukan. Begitu pula pada
program penelitian dan pengembangan hortikultura di Indonesia pada Pusat Penelitian dan Pengembangan
(Puslitbang). Hortikultura sampai 2003/2004, ternyata

_______________________________________________________________

DOI: https://doi.org/10.33258/birex.v2i4.1262 482


Budapest International Research in Exact Sciences (BirEx) Journal
Volume 2, No 4 Oktober 2020, Halaman: 482-491 e-ISSN:
2655-7827 (Online), p-ISSN: 2655-7835 (Cetak)
www.bircu-journal.com/index.php/birex
surel: birex.journal@gmail.com

seledri belum mendapatkan prioritas penelitian, baik sebagai komoditas unggulan, potensial maupun introduksi (Sutrisna, 2005 dalam
Sundari, 2012).
Secara umum masalah yang sering dihadapi petani seledri di Indonesia adalah teknologi budidaya mulai dari pemilihan benih,
penanaman, pemupukan, hingga pengendalian hama dan penyakit. Sebagian besar petani di Indonesia masih menggunakan cara
bercocok tanam yang sangat sederhana dan hanya dilakukan sembarangan terutama dalam penggunaan pupuk yang hanya
menggunakan pupuk kimia.
Salah satu teknik budidaya yang berperan dalam peningkatan produksi seledri adalah pemupukan. Untuk pertumbuhan
dan hasil yang baik, tanaman ini membutuhkan unsur hara lengkap, baik makro maupun mikro, dengan komposisi seimbang yang
disuplai oleh pupuk. Oleh karena itu upaya peningkatan produksi seledri harus terus dilakukan. Salah satu cara untuk
meningkatkan produksi adalah dengan memperbaiki teknik budidaya seperti penggunaan pupuk hayati dan pupuk daun.

Menurut Saraswati (2012) dalam Noegraha (2015) pupuk hayati merupakan bahan mikroorganisme yang
bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kualitas hasil tanaman, melalui peningkatan aktivitas biologi yang
dapat berinteraksi dengan sifat fisik dan kimia media tanam tanaman. Penggunaan pupuk hayati adalah untuk
meningkatkan efisiensi pemupukan dan meningkatkan hasil dan keberlanjutan, serta meningkatkan kesuburan dan
kesehatan tanah dan tanaman. Salah satu pupuk organik yang saat ini beredar di pasaran adalah Impro Tanotec.

Pupuk serbuk hayati Impro tanotec adalah pupuk hayati dari bahan pilihan yang diolah menggunakan mikroorganisme
unggul yaitu Bacillus Pantotkentikus, Trichoderma Lactae, dan Bacillus firmus, sebagai aktivator, dan mengandung
humus, asam organik, enzim dan hormon pertumbuhan untuk mikroorganisme bermanfaat lainnya seperti sebagai
Azotobacter, Pseudomonas dan Penicillium (Bagus, 2011).

Selain penggunaan pupuk hayati, aplikasi pupuk daun merupakan tindakan yang sangat menguntungkan untuk
aplikasi unsur hara mikro karena selain memberikan unsur N, P dan K dalam jumlah besar, pupuk daun juga
mengandung unsur hara mikro yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit diantaranya Fe, Mn, Br, Zn, dan Mo (Pinus dan
Marsono, 2007). Salah satu pupuk daun yang saat ini beredar di pasaran adalah Growmore 32-10-10.

Growmore 32-10-10 merupakan pupuk daun lengkap berbentuk kristal biru, sangat larut dalam air.
Growmore 32-10-10 mengandung kadar N: 32%, P205: 10%, K20: 10%, dilengkapi dengan unsur Mn, B, Cu,
S, Co, Zn, Fe, Mo (Suharja, 2012).

II. Bahan dan Metode

Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Amir Hamzah Medan
dengan ketinggian ± 25 m dpl dengan topografi datar. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga Juli
2020.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit seledri, pupuk hayati Impro Tanotec, pupuk daun
Growmore 32-10-10, pupuk tanah pucuk, pupuk kandang, polybag untuk tanam dengan ukuran 20 x 35 cm, Insektisida
Decis 2,5 EC, Fungisida Dithane. . M-45 80 WP, tali rafia, paku, cat semprot, papan nama, papan perawatan dan papan
plot. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sabit, cangkul, garu, parang, pita pengukur, penggaris, penyemprot
tangan, gembor, timbangan digital, duduk timbangan, kalkulator, alat ukur pupuk daun, alat tulis dan kamera.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu:

Faktor pertama: Konsentrasi Pupuk Hayati Impro Tanotec (H) terdiri dari 4 taraf yaitu: H ₀ = 0 ml / l air H. ₁
= 1,5 ml / l air H. ₂ = 2,5 ml / l air H. ₃ = 3,5 ml / l air

483
Faktor kedua: Konsentrasi pupuk daun Growmore (D) terdiri dari 4 taraf: D ₀ = 0 gr / l air

D ₁ = 1 gr / l air D. ₂ =
2 gr / l air D. ₃ = 3 gr
/ l air
Sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan untuk setiap perlakuan diulang sebanyak 2 (dua) kali, sehingga diperoleh
32 unit percobaan.
Model matematika yang digunakan dalam penelitian ini (Adji, 2007) adalah:

Y ijk = • • • i + H j + D k + ( HD) jk + Ɛ ijk


Dimana:
Y ijk = Hasil pengamatan diperoleh dari konsentrasi pupuk hayati pada level j dan
konsentrasi pupuk daun pada tingkat k di blok saya
µ = Berarti
β saya = Pengaruh blok i (i = 1 and2)
Hj = Pengaruh konsentrasi pupuk hayati pada tingkat j ( j = 0,1,2 dan 3) = Pengaruh
Dk konsentrasi pupuk daun pada tingkat k ( k = 0,1,2 dan 3)
(HD) jk = Pengaruh interaksi antara konsentrasi pupuk hayati pada level j dan
konsentrasi pupuk daun pada tingkat k.
Ɛ ijk = Pengaruh kesalahan perlakuan konsentrasi pupuk hayati tingkat j dan daun
konsentrasi pupuk tingkat k, di blok-i
Data dari setiap percobaan akan dianalisis dengan cara ragam (uji F) pada taraf 5% dan 1%. Parameter yang
memiliki pengaruh sangat nyata atau signifikan terhadap uji F akan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5%.
Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun, jumlah batang, panjang akar (cm), dan
bobot segar per tanaman (gr).

AKU AKU AKU. Hasil dan Diskusi

3.1. Pengaruh Pupuk Bio terhadap Pertumbuhan dan Hasil Seledri


Sebuah. Tinggi Tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati berpengaruh sangat nyata terhadap
tinggi tanaman pada umur 20 hari setelah tanam, 40 hari setelah tanam dan 60 hari setelah tanam. Rata-rata
tinggi tanaman seledri pada umur 20 hari setelah tanam, 40 hari setelah tanam dan 60 hari setelah tanam
akibat pemberian pupuk hayati disajikan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Rata-Rata Tinggi Tanaman Seledri Pada Umur 20 Hari Setelah Tanam, 40 Hari
Setelah Tanam dan 60 Hari Setelah Tanam Karena Pupuk Bio
Konsentrasi Tinggi tanaman (cm)
Pupuk hayati 20 hari lebih cepat 40 hari setelahnya 60 hari setelahnya
penanaman penanaman penanaman
H0 4.96 a 7.54 a 10.08 a
H1 5.93 b 8.23 b 10.45 a
H2 6.73 c 9.10 c 10.94 b
H3 8.16 d 10.56 d 12.65 c
Catatan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama di kolom yang sama tidak signifikan
berbeda dalam tes LSD pada level 5%.

484
Tabel 1 menunjukkan bahwa data rata-rata tinggi tanaman seledri umur 20, 40 dan 60 tahun
hari setelah tanam karena perlakuan pupuk hayati tertinggi diperoleh di H. 3 pengobatan diikuti oleh H. 2, H 1 dan
H 0. Dari hasil LSD pada taraf 0,05 diketahui bahwa tinggi seledri pada perlakuan H. ₃ ( 3,5ml / liter air)
berbeda nyata dengan perlakuan H. ₂
(2,5ml / liter air), H. ₁ ( 1,5 ml / liter air) dan perlakuan H. ₀ ( Kontrol). Diduga pupuk hayati Impro Tanotec dengan dosis 3,5 ml / liter
air merupakan dosis yang tepat untuk memberikan unsur hara sehingga dapat menambah tinggi tanaman seledri. Menurut
Soepadi (2001), kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman merupakan faktor utama dalam pertumbuhan
dan produksi tanaman, ketersediaan unsur hara yang cukup di dalam tanah akan berpengaruh pada peningkatan tinggi tanaman.
Suswati (2020) menyatakan bahwa kombinasi tersebut akan mempengaruhi lingkungan tumbuh seperti suhu, kelembaban dan
sinar matahari yang masuk ke dalam tajuk tanaman.

b. Jumlah Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati berpengaruh sangat nyata terhadap
jumlah daun tanaman berumur 20 hari setelah tanam, 40 hari setelah tanam dan 60 hari setelah tanam.
Rata-rata tinggi tanaman seledri pada umur 20 hari setelah tanam, 40 hari setelah tanam dan 60 hari setelah
tanam akibat pemberian pupuk hayati disajikan pada Tabel 2 berikut ini.

Meja 2. Rata-rata Jumlah Daun Seledri 20 Hari Setelah Tanam, 40 Hari Setelah
Penanaman dan 60 Hari Setelah Tanam Karena Pupuk Hayati
Konsentrasi Jumlah Daun
Pupuk hayati 20 hari setelahnya 40 hari setelahnya 60 hari setelahnya
penanaman penanaman penanaman
H0 3.44 a 7.84 a 11.44 a
H1 4.56 b 8.84 b 12.66 b
H2 6.00 c 10.59 c 15.22 c
H3 7.22 d 12,97 d 17.44 d
Catatan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama di kolom yang sama tidak signifikan
berbeda dalam tes LSD pada level 5%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah daun tanaman seledri umur 20 hari setelah tanam, 40 hari setelah
tanam dan 60 hari setelah tanam karena pemberian pupuk hayati tertinggi.
pengobatan diperoleh di H 3 pengobatan diikuti oleh H. 2, H 1 dan H 0. Dari hasil LSD pada taraf 0,05 diketahui
jumlah daun seledri pada perlakuan H. ₃ ( 3,5 ml / liter air) berbeda nyata dengan perlakuan H. ₂ ( 2,5 ml / liter
air), H. ₁ ( 1,5 ml / liter
air) dan H. ₀ pengobatan (kontrol). Diduga pemberian bio-pemberian Impro Tanotec dengan dosis 3,5 ml / liter
air meningkatkan jumlah daun seledri. Sesuai dengan hasil penelitian Joko et al. (2010). Menurut Goenadi
dalam Andrian (2019) Sumber nutrisi yang diberikan pada kangkung dengan sistem tanam hidroponik dapat
berasal dari limbah kulit kakao menurut Goenadi et, al (2000) kandungan 1,81% N, 26,61% C-organik, 0,31%
P2O5,
6,08% K2O, 1,22% CaO, 1,37% MgO, dan 44,85 cmol / kg KTK (kapasitas tukar kaloit). Pupuk hayati
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman karena mikoriza dalam pupuk organik dapat secara
efektif meningkatkan daya serap unsur hara, baik unsur hara makro maupun mikro. Selain itu, akar mikoriza
dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia bagi tanaman, sehingga meningkatkan
jumlah daun.

485
c. Jumlah Batang
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati berpengaruh sangat nyata terhadap
jumlah batang tanaman berumur 40 hari setelah tanam dan 60 hari setelah tanam. Namun tidak berpengaruh
nyata pada umur 20 hari setelah tanam. Rata-rata jumlah batang seledri pada umur 20 hari setelah tanam, 40
hari setelah tanam dan 60 hari setelah tanam akibat pemberian pupuk hayati disajikan pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Rata-rata Jumlah Batang Seledri pada 20 Hari Setelah Tanam, 40 Hari Setelah Tanam
dan 60 Hari Setelah Tanam Karena Pupuk Hayati
Konsentrasi Bio Jumlah Batang
pupuk 20 hari setelahnya 40 hari setelahnya 60 hari setelahnya
penanaman penanaman penanaman
H0 1.56 3.22 a 6.16 a
H1 1.66 3.25 a 6.13 a
H2 1.94 3.59 a 6.50 a
H3 1.91 4.16 b 7.25 b
Catatan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama di kolom yang sama tidak signifikan
berbeda dalam tes LSD pada level 5%.

Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah batang seledri pada umur 20 hari setelah tanam, 40 hari
setelah tanam dan 60 hari setelah tanam karena nilai hayati tertinggi.
perlakuan pupuk diperoleh di H 3 pengobatan diikuti oleh H. 2, H 1 dan H 0. Dari hasil LSD pada taraf 0,05
diketahui jumlah batang seledri pada perlakuan H. ₃ ( 3.5
ml / liter air) berbeda nyata dengan perlakuan H. ₂ ( 2,5 ml / liter air), H. ₁ ( 1,5 ml / liter air) dan H. ₀ pengobatan (Kontrol).
Peningkatan dosis pupuk hayati yang diberikan pada tanaman diduga akan meningkatkan jumlah hara yang tersedia
dan terserap oleh tanaman, sehingga dapat memacu peningkatan jumlah pucuk seledri. Harjadi (2002) juga
menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan tanaman
menyebabkan proses pembelahan, pembesaran dan pemanjangan sel berlangsung lebih baik.

d. Panjang Akar dan Bobot Segar Per Tanaman


Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati berpengaruh sangat nyata terhadap
panjang akar dan bobot segar per tanaman. Rata-rata panjang akar dan bobot segar per tanaman seledri
akibat pemberian pupuk hayati disajikan pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Rata-rata Panjang Akar dan Berat Segar Per Tanaman Seledri Akibat Konsentrasi Pupuk Hayati dari Bio
Panjang Akar (cm) Bobot Segar Per Tanaman (gr)
pupuk
H0 5.05 a 11,98 a
H1 5.86 ab 14.78 b
H2 6.30 b 15.06 b
H3 7.51 c 17.70 c
Catatan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama di kolom yang sama tidak signifikan
berbeda dalam tes LSD pada level 5%.

Tabel 4 menunjukkan bahwa data rata-rata panjang akar dan bobot basah per tanaman seledri
untuk perlakuan pupuk hayati tertinggi diperoleh di H 3 pengobatan diikuti oleh H. 2,
H 1 dan H 0. Dari hasil LSD pada taraf 0,05 diketahui panjang akar dan bobot segar per tanaman seledri di H ₃
perlakuan (3,5 ml / liter air) berbeda nyata dengan H ₂ ( 2,5 ml / liter air), H. ₁ ( 1,5 ml / liter air) dan H. ₀ pengobatan
(Kontrol). ini

486
Diduga pemberian pupuk bio Impro Tanotec dengan dosis 3,5 ml / liter air merupakan dosis yang tepat untuk menambah panjang akar
sehingga dapat menyerap unsur hara yang dapat meningkatkan bobot segar per tanaman. Sutedjo (2002) menyatakan bahwa tanaman
tidak akan memberikan hasil pertumbuhan yang maksimal jika unsur hara yang dibutuhkan kurang dan pertumbuhan tanaman normal
diperoleh bila ketersediaan hara yang memadai dan seimbang di dalam tanah.

3.2. Pengaruh Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Seledri
Sebuah. Tinggi Tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk daun Growmore berpengaruh sangat
nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 20 hari setelah tanam, 40 hari setelah tanam dan 60 hari setelah
tanam. Rata-rata tinggi seledri pada umur 20 hari setelah tanam, 40 hari setelah tanam dan 60 hari setelah
tanam akibat konsentrasi pupuk daun Growmore disajikan pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Rata-Rata Tinggi Tanaman Seledri Pada Umur 20 Hari Setelah Tanam, 40 Hari
Setelah Tanam dan 60 Hari Setelah Tanam karena Pupuk Daun Growmore
Konsentrasi
Konsentrasi Tinggi tanaman (cm)
Pupuk Daun 20 Hari Setelah 40 Hari Setelah 60 Hari Setelah
Penanaman Penanaman Penanaman
D0 5.48 a 7.76 a 10.13 a
D1 6.19 b 8.70 b 10.82 b
D2 6.62 b 9.09 b 11.18 b
D3 7.48 c 9,88 c 11,98 c
Catatan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama di kolom yang sama tidak signifikan
berbeda dalam tes LSD pada level 5%.

Tabel 5 menunjukkan bahwa data rata-rata tinggi tanaman seledri umur 20 hari setelah tanam, 40 hari
setelah tanam dan 60 hari setelah tanam akibat perlakuan paling tinggi.
Konsentrasi pertumbuhan pupuk daun lebih banyak diperoleh di D 3 perlakuan (3 gr / liter air) dilanjutkan
dengan D. 2 ( 2 gr / liter air), D 1 ( 1 g / liter air) dan D. 0 ( Kontrol). Dari hasil LSD pada taraf 0,05 diketahui tinggi
seledri pada perlakuan D 3 secara signifikan
berbeda dengan perlakuan D 2, D 1 dan pengobatan D 0. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman seledri yang diberi pupuk daun dengan dosis 3 gr /
liter air merupakan dosis yang tepat untuk menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi.
Menurut Dwidjoseputro (1991) tanaman akan tumbuh subur jika unsur hara yang dibutuhkan tersedia dalam jumlah
yang cukup dan seimbang. Suharja, (2012) menambahkan bahwa Growmore 32-10-10 merupakan pupuk daun
lengkap berupa kristal biru, sangat mudah larut dalam air. Growmore 32-10-10 mengandung kadar N: 32%, P205:
10%, K20: 10%, dilengkapi dengan unsur Mn, B, Cu, S, Co, Zn, Fe, Mo.

b. Jumlah Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk daun tumbuh lebih berpengaruh sangat
nyata terhadap jumlah daun tanaman berumur 20 hari setelah tanam, 40 hari setelah tanam dan 60 hari
setelah tanam. Rata-rata jumlah daun seledri pada umur 20 hari setelah tanam, 40 hari setelah tanam dan
60 hari setelah tanam akibat konsentrasi pupuk daun lebih banyak disajikan pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Rata-rata Jumlah Daun Seledri pada 20 Hari Setelah Tanam, 40 Hari Setelah Tanam dan 60 Hari
Hari Setelah Tanam Karena Konsentrasi Pupuk Daun Growmore
Konsentrasi Jumlah Daun
Pupuk Daun 20 hari setelahnya 40 hari setelahnya 60 hari setelahnya
penanaman penanaman penanaman

487
D0 4.13 a 8.44 a 12.03 a
D1 5.06 b 10.00 b 14.03 b
D2 5.66 c 10.22 b 14.38 b
D3 6.38 d 11.59 c 16.31 c
Catatan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama di kolom yang sama tidak berbeda secara signifikan
tes LSD pada tingkat 5%.

Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah daun tanaman seledri umur 20 hari setelah tanam, 40
hari setelah tanam dan 60 hari setelah tanam akibat perlakuan konsentrasi tertinggi pupuk daun lebih
banyak diperoleh pada perlakuan D. ₃ ( 3 gr / liter air) diikuti oleh D. ₂ ( 2 gr / liter air), D ₁ ( 1 gr / liter air) dan D. ₀
( Kontrol). Dari LSD
Hasil pada taraf 0,05 diketahui jumlah daun seledri pada perlakuan D 3 berbeda secara signifikan dari perlakuan D 2, D 1 dan
pengobatan D 0. Diduga pemberian pupuk daun dengan dosis 3 gr / liter air merupakan dosis yang tepat agar unsur
nitrogen pada tanaman tersedia sehingga dapat berperan langsung dalam memacu peningkatan pertumbuhan daun,
menurutnya. Sutedjo (2002), menambahkan Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan, yang umumnya
sangat diperlukan untuk pertumbuhan atau perkembangan bagian vegetatif seperti akar, batang dan daun.

c. Jumlah Batang
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk daun tumbuh lebih berpengaruh sangat
nyata terhadap jumlah batang tanaman umur 40 dan 60 hari setelah tanam. Namun tidak berpengaruh nyata
pada umur 20 hari setelah tanam. Rata-rata jumlah batang seledri pada umur 20 hari setelah tanam, 40 hari
setelah tanam dan 60 hari setelah tanam akibat konsentrasi pupuk daun lebih banyak disajikan pada Tabel 7
berikut.

Tabel 7. Rata-rata Jumlah Batang Seledri pada Umur 20 Hari Setelah Tanam, 40 Hari
Setelah Tanam dan 60 Hari Setelah Tanam Karena Konsentrasi Pupuk Daun
Growmore
Konsentrasi Jumlah Batang
Pupuk Daun 20 Hari Setelah 40 Hari Setelah 60 Hari Setelah
Penanaman Penanaman Penanaman
D0 1.75 3.03 a 5.81 a
D1 1.69 3.47 a 6.47 b
D2 1.72 3.53 a 6.56 b
D3 1.91 4.19 b 7.19 c
Catatan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama di kolom yang sama tidak signifikan
berbeda dalam tes LSD pada level 5%.

Tabel 7 menunjukkan bahwa data rata-rata jumlah batang seledri umur 40 hari setelah tanam dan 60
hari setelah tanam akibat perlakuan konsentrasi tertinggi pupuk daun lebih banyak diperoleh pada
perlakuan D. ₃ ( 3 gr / liter air) diikuti oleh D. ₂ ( 2 gr / liter air), D. ₁ ( 1 gr / liter air) dan D. ₀ ( Kontrol). Dari hasil
LSD pada taraf 0,05 diketahui jumlah daun seledri pada perlakuan D3 berbeda nyata dengan perlakuan
D3.
pengobatan D 2, D 1 dan pengobatan D 0. Hal ini diduga dengan pemberian pupuk daun dengan dosis 3 gr / liter air yang mengandung unsur hara
N, P dan K yang merupakan dosis yang tepat untuk memacu pertumbuhan yang lebih baik.
seledri. karena pada saat pertumbuhan tanaman dibutuhkan unsur N, P dan K dalam jumlah yang lebih banyak. Pinus dan
Marsono (2007) menyatakan bahwa unsur Nitrogen (N) sangat penting untuk pertumbuhan vegetatif tanaman karena dapat
merangsang pertumbuhan secara keseluruhan terutama batang, cabang dan daun. Syafika (2014) menambahkan bahwa
tanaman yang diberi nutrisi yang tepat dapat merangsang pertumbuhan tunas dan cabang serta berpotensi meningkatkan
produksi.

488
d. Panjang Akar dan Bobot Segar Per Tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk daun lebih berpengaruh nyata terhadap
panjang akar dan berpengaruh sangat nyata terhadap bobot segar per tanaman. Rata-rata panjang akar dan
bobot segar per tanaman seledri akibat konsentrasi pupuk daun selengkapnya disajikan pada Tabel 8 berikut
ini.

Tabel 8. Rata-rata Panjang Akar dan Berat Segar Per Tanaman Seledri Akibat Konsentrasi Pupuk Daun Daun
Panjang Akar (cm) Bobot Segar Per Tanaman (gr)
pupuk
D0 5.54 a 12.57 a
D1 5.88 a 14.40 ab
D2 6.11 a 15.04 b
D3 7.20 b 17.51 c
Catatan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama di kolom yang sama tidak signifikan
berbeda dalam tes LSD pada level 5%.

Tabel 8 menunjukkan bahwa data rata-rata panjang akar dan bobot segar per tanaman seledri
akibat perlakuan konsentrasi pupuk daun tumbuh lebih tinggi diperoleh pada perlakuan D. ₃ ( 3 gr / liter air)
diikuti oleh D. ₂ ( 2 gr / liter air), D. ₁ ( 1 gr / liter air) dan D. ₀ ( Kontrol). Dari hasil LSD pada taraf 0,05 diketahui
jumlah seledri
daun dalam pengobatan D 3 berbeda secara signifikan dari perlakuan D 2, D 1 dan pengobatan D 0.
Mineral juga menjaga kestabilan bentuk dan struktur tanah sehingga menjadi komponennya
komposisi tidak mudah berubah akibat pengaruh perubahan dan pergerakan pada tanah, sehingga dapat menopang tanaman dan
memberikan ruang bagi kehidupan akar tanaman dan makhluk hidup lainnya di dalam tanah. Untuk mendapatkan kesuburan yang baik
juga dilakukan perawatan tanah. Secara umum penyiraman bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara serta
pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik dan kimia tanah yang akan meningkatkan kesuburan tanah yang akan kita gunakan
(Zailani,
2019).
Peningkatan dosis pupuk daun hingga 3 gr / liter air diduga merupakan dosis yang tepat untuk menambah
panjang akar sehingga dapat menyerap unsur hara yang dapat meningkatkan bobot segar per tanaman. Menurut
Islam et al., (2012) aplikasi konsentrasi pupuk daun yang benar dilaporkan dapat meningkatkan produktivitas
tanaman sebesar 59%.

3.3. Pengaruh Interaksi Pemberian Pupuk Hayati dan Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Seledri
Hasil analisis variasi perlakuan interaksi pengaruh pemberian pupuk hayati dan konsentrasi pupuk daun lebih banyak
menunjukkan pengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun pada umur 40 dan 60 hari setelah tanam dan tidak berpengaruh nyata
terhadap parameter jumlah daun pada umur 40 dan 60 hari setelah tanam. parameter lainnya.

Rata-rata jumlah daun umur 40 dan 60 hari setelah tanam akibat interaksi pengaruh pemberian
pupuk hayati dan konsentrasi pupuk daun lebih banyak dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Rata-rata Jumlah Daun Umur 40 dan 60 Hari Setelah Tanam Akibat Pengaruh
Interaksi antara Pengaruh Aplikasi Pupuk Hayati dengan
Konsentrasi Pupuk Daun Growmore
Perawatan Kombinasi Jumlah Daun
40 hari setelah tanam 60 hari setelah tanam
H0 D0 7.25 a 10.50 a
H0 D1 7.63 ab 11.13 ab
H0 D2 7.63 ab 11.38 abc

489
H0 D3 8,88 sM 12,75 cd
H1 D0 7.75 ab 11.13 ab
H1 D1 8.38 ab 12,13 SM
H1 D2 8,88 sM 12,75 cd
H1 D3 10,38 cd 14.63 ef
H2 D0 8.63 b 12,63 bcd
H2 D1 10,38 cd 15.00 ef
H2 D2 11.25 de 16.13 fg
H2 D3 12.13 ef 17,13 gh
H3 D0 10,13 cd 13.88 de
H3 D1 13,63 g 17.88 jam
H3 D2 13.13 f 17,25 gh
H3 D3 15.00 jam 20,75 saya
Catatan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama di kolom yang sama tidak signifikan
berbeda dalam tes LSD pada level 5%.

Hasil uji LSD pada Tabel 9 menunjukkan jumlah daun terbanyak pada umur 40 tahun
dan 60 hari setelah tanam ditemukan di H 3 D 3 perlakuan (pupuk hayati dengan dosis 3,5 ml / liter air dan
pupuk daun dengan dosis 3,5 gr / liter air) yang tidak
berbeda secara signifikan dari semua perawatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi perlakuan pupuk
organik dengan dosis 3,5 ml / liter air dan pupuk daun dengan dosis 3,5 gr / liter air memberikan hasil terbaik
terhadap pertumbuhan seledri karena interaksi ini merupakan kombinasi yang tepat antara Perlakuan dimana aplikasi
pupuk hayati dengan dosis 3,5 ml / liter air dan pupuk daun dengan dosis 3,5 gr / liter air mampu mensuplai
ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan tanaman seledri. Menurut
Damanik (2010), penggunaan pupuk hayati secara berkelanjutan sangat penting dalam meningkatkan kesuburan
tanah, pertumbuhan dan hasil tanaman.

IV. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut:

1. Konsentrasi pupuk hayati berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi umur 20 hari setelah tanam, 40 hari
setelah tanam dan 60 hari setelah tanam, jumlah daun umur 20 hari setelah tanam, 40 hari setelah tanam
dan 60 hari setelah tanam. Jumlah batang umur 40 hari setelah tanam dan 60 hari setelah tanam, panjang
akar dan bobot segar per tanaman tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah batang umur 20 hari
setelah tanam.
Hasil observasi terbaik diperoleh di H 3 pengobatan (3,5 ml / l air).
2. Konsentrasi pupuk daun berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman 20 hari setelah tanam, 40
hari setelah tanam dan 60 hari setelah tanam, jumlah daun umur 20 hari setelah tanam, 40 hari setelah
tanam dan 60 hari setelah tanam. jumlah
umur batang 40 hari setelah tanam dan 60 hari setelah tanam dan bobot segar per tanaman berpengaruh nyata
terhadap panjang akar tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah batang.
berumur 20 hari setelah tanam. Hasil observasi terbaik diperoleh di D 3 pengobatan (3 gr / l air).

3. Interaksi antara konsentrasi pupuk hayati dan konsentrasi pupuk daun berpengaruh nyata terhadap
jumlah daun pada umur 40 dan 60 hari setelah tanam tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tinggi umur 20, 40 dan 60 hari setelah tanam. , jumlah daun umur 20 hari setelah tanam,
jumlah batang umur 20, 40 dan 60 hari setelah tanam, bobot segar per tanaman dan panjang akar.
Terbaik
kombinasi diperoleh di H 3 D 3 perlakuan (pupuk hayati dengan konsentrasi 3,5 ml / l air dan pupuk daun
dengan konsentrasi 3 gr / l air).

490
Referensi

Adji, S. 2007. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Andrian, D., Tantawi, AR, dan
Rahman, A. (2019). Penggunaan Pupuk Organik Cair Seperti
Media Pertumbuhan dan Produksi Kangkung (Ipomoea reptans Poir) Hidroponik Budapest International
Research in Exact Sciences (BirEx) Journal Vol I (1): 23-34. Bagus, Z . 2011. Pupuk Hayati Tanotec. http://pupukhayati.wixsite

tanotec.dll . [Diakses 1 Desember 2017].


Damanik, MMB, BE Hasibuan, S. Fauzi, H. Hanum. 2010. Kesuburan Tanah dan
Pemupukan. USU Press. Medan.
Dwidjoseputro, D. 1991. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta. Harjadi, S. 2002.
Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Noegraha, A. 2015. Penggunaan Pupuk Hayati Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan hasil
Tanaman Padi Sawah ( Oryza sativa L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor Pinus, L., Marsono, 2007. Petunjuk
Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Suharja. 2012. Growmore. http://kompos2.tripod.com/ growmore.htm.
[Diakses 1 Desember
2017].
Sunarjono, H ,. 2011. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. Sundari, P. 2012. Pertumbuhan Tanaman
Seledri ( Apium graveolens L.) pada beberapa Jenis Media Tanam dan Dosis Pupuk Organik Cair. Skripsi. Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas IBA. Palembang.

Suswati, dkk. (2020). Pengendalian Terintegrasi Penggerek Biji Kopi (Hypothenemus Hampei) pada
Kopi Sigararutang, Desa Motung, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.
Budapest International Research in Exact Sciences (BirEx) Jurnal Vol 2 (1): 52-61.

Sutedjo, MM (2002). Pupuk Dan Cara Penggunaan. Rineka Cipta. Jakarta.


Syafika, M. 2014. Pengaruh pupuk daun terhadap hasil dan komponen hasil pucuk tanaman
teh (Camellia sinensis L.). Jurnal Penelitian Teh dan Kina. 17 (2): 47-56
Zailani, Kuswardani, RA, dan Panggabean, EL (2019). Respon Pertumbuhan dan Tanaman
Produksi (Brassica Juncea L.) Terhadap Interval Waktu Penyiraman di Berbagai Media Hidroponik
Budapest International Research in Exact Sciences (BirEx) Jurnal Vol I (1): 9-22.

491

Anda mungkin juga menyukai