Anda di halaman 1dari 7

J. AMPIBI 1(2) hal.

( 31-37 ) Agustus 2016

PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) HASIL FERMENTASI


LIMBAH SAWI DAN KIRINYU (Chromolaena odorata L.) PADA
PERTUMBUHAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.)
Eko Wijayanto1, Hittah Wahi Sudrajat2, Suarna Samai2
1
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi FKIP UHO, 2Dosen Jurusan Pendidikan Biologi FKIP UHO
Email: ekowijayantoe1@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian POC hasil fermentasi limbah sawi dan kirinyu terhadap
pertumbuhan sawi hijau. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X) berupa perlakuan pemberian POC dengan
masing-masing konsentrasi yaitu kontrol atau tanpa pemberian POC (X0), 25% (X1), 50% (X2), 75% (X3) dan variabel terikat (Y)
yaitu pertumbuhan sawi hijau dengan indikator luas daun (cm²), laju pertumbuhan (%/hari) dan jumlah daun (helai). Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL), masing-masing
6 kali ulangan dengan 4 perlakuan, total sampel sebanyak 24 tanaman sawi hijau. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif untuk mengetahui pengaruh pemberian POC limbah sawi dan kirinyu dan analisis inferensial dengan
menggunakan uji F pada taraf kepercayaan 95% (α = 0.05) serta dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) dan uji
Beda Nyata Terkecil (BNT). Nilai rerata laju pertumbuhan spesifik yang tertinggi diperoleh pada X3 (75%) yaitu 16,71% dan
terendah diperoleh pada X0 (kontrol) yaitu 15,82%. Hasil analisis sidik ragam diperoleh bahwa Fhitung > Ftabel, menunjukkan
pengaruh yang berbeda nyata. Pemberian POC hasil fermentasi limbah sawi dan kirinyu berpengaruh terhadap jumlah daun dan
luas daun tanaman sawi hijau. Perlakuan pemberian POC dengan konsentrasi 50% merupakan perlakuan yang terbaik dalam
meningkatkan pertumbuhan tanaman sawi hijau.

Kata Kunci : limbah sawi dan kirinyu (Chromolaena odorata L.), POC, sawi hijau (Brassica juncea L.).

PENDAHULUAN Bahan organik yang berpotensi dijadikan POC adalah


Sawi hijau (Brassica juncea L.) merupakan tumbuhan kirinyu (Chromolaena odorata L.).
jenis sayuran yang digemari masyarakat dan Kirinyu banyak tumbuh pada lahan kering
mempunyai nilai ekonomis serta kaya akan zat dengan jumlah berlimpah dan belum banyak
esensial (protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan dimanfaatkan sebagai pupuk organik, karena dianggap
mineral). Sawi hijau termasuk jenis sayuran daun yang sebagai gulma yang memiliki kandungan alelopati
mempunyai nilai ekonomi tinggi di Indonesia maupun yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman di
beberapa negara di dunia (Idris, 2014). Menurut Nely sekitarnya. Menurut Damanik (2009) kirinyu sangat
(2015) selain sebagai bahan pangan, sawi hijau berpotensi untuk dijadikan pupuk organik karena
memiliki berbagai macam manfaat bagi kesehatan kandungan unsur hara dalam jaringan tumbuhan
seperti peluruh air seni, obat batuk, obat sakit kepala, tergolong lengkap seperti unsur makro N, P, K, Mg,
pembersih darah dan pencegah kanker. Begitu banyak Ca dan sebagai unsur mikro adalah Fe, Na, Mo dan Si.
manfaat dari sayuran ini sehingga meningkatkan Biomassa kirinyu mempunyai kandungan
permintaan masyarakat terhadap sawi hijau. hara nitrogen 1,95%, fosfor 0,60% dan kalium 1,58%
Kebutuhan sawi hijau terus meningkat (Hayat dan Andayani, 2014). Hasil analisis POC
meskipun produksi mengalami penurunan. Tahun kirinyu setelah terdekomposisi oleh bakteri fermentasi
2012 produksi sawi hijau di Indonesia 583, 770 ton, memiliki kandungan hara nitrogen 0,14%, fosfor 31,7
sedangkan tahun 2013 produksi sawi hijau di ppm dan kalium 0,45% (Duaja, 2012). pertumbuhan
Indonesia 580, 969 ton (Badan Pusat Statistik, 2014). sawi hijau yang baik memerlukan unsur Nitrogen
Rendahnya produksi ini dipengaruhi berbagai faktor 0,24%, hal ini menunjukan bahwa kandungan nitrogen
antara lain kurangnya unsur hara pada tanah dan yang terdapat pada kirinyu masih perlu di tingkatkan
teknik budidaya, terutama dalam hal pemupukan (Nathania, 2012). Kandungan nitrogen total yang
(Manullang dkk., 2014). ditetapkan dalam peraturan menteri pertanian adalah
Upaya petani untuk meningkatkan hasil sebesar 4-6% (Dwicaksono dkk., 2014). Untuk
produksi, umumnya menggunakan pupuk NPK, akan memenuhi kebutuhan unsur hara tersebut POC kirinyu
tetapi bagi para petani harga pupuk kimia ini masih perlu dikombinasikan dengan limbah sawi.
tergolong sangat mahal, sehingga diperlukan Limbah sawi oleh kebanyakan petani dan
penggunaan pupuk alami asal tumbuhan yakni pupuk pedagang dibiarkan membusuk dilapangan dan
organik. menyebabkan pencemaran serta gangguan kelestarian
Pupuk organik terdiri dari 2 macam yaitu pupuk alam. Limbah sawi mempunyai kandungan asam-asam
organik padat dan pupuk organik cair (POC). amino yang merupakan sumber nitrogen yang
Pemakaian POC lebih efisien dibandingkan dengan dibutuhkan oleh tanaman dan mikroorganisme untuk
pemakaian pupuk organik padat karena pemakaian pertumbuhan sel (Herawati dan Wibawa, 2010).
POC lebih cepat diserap tanaman (Duaja, 2012). Kombinasi limbah sawi dan kirinyu dengan komposisi

31
J. AMPIBI 1(2) hal. ( 31-37 ) Agustus 2016

tertentu dan konsentrasi yang tepat, diharapkan dapat tiap polybag terdapat 1 tanaman untuk tiap
memberikan hasil yang terbaik bagi pertumbuhan perlakuan. Setelah penanaman, dilakukan
tanaman sawi hijau. aklimatisasi selama 1 minggu dengan tujuan agar
tanaman dapat menyesuaikan dengan kondisi
METODE PENELITIAN media baru.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 6. Pemupukan. Pemberian POC limbah sawi dan
April – 04 Juni 2016 yang bertempat di Laboratorium kirinyu untuk pertama kalinya dilakukan setelah
Pendidikan Unit Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu masa aklimatisasi berakhir, selanjutnya
Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi pemupukan dilakukan 1 minggu sekali sampai
Tenggara. Variabel bebas (X) yaitu pemberian POC pengukuran terakhir (26 HST). Cara pemberian
limbah sawi dan kirinyu. Varibel terikat (Y) yaitu POC yaitu dengan menyiramkan merata disekitar
pertumbuhan tanaman sawi hijau. tanaman.
Objek penelitian ini adalah tanaman sawi 7. Pemeliharaan.Meliputi penyiraman dn penyiangan.
hijau yang telah dipilih dari media semaiannya lalu Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan
dipindahkan ke polybag dan dibesarkan di rumah kaca sore hari dengan 100 ml air. Proses ini dilakukan
Unit Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu secara berkelanjutan hingga pengukuran terakhir.
Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari. Indikator yang diamati dalam penelitian ini
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
adalah metode eksperimen, dengan desain Rancangan 1. Jumlah daun (helai), dihitung seluruh daun yang
Acak Lengkap (RAL) pada 4 perlakuan, yaitu (1) terbentuk pada tanaman. Daun yang dihitung
tanpa pemberian POC limbah sawi dan kirinyu 0%, adalah daun yang sudah terbuka sempurna. Daun
(2) POC limbah sawi dan kirinyu konsentrasi 25%, (3) yang masih kuncup dan daun yang telah gugur
POC limbah sawi dan kirinyu konsentrasi 50%, (4) tidak dihitung.
POC limbah sawi dan kirinyu konsentrasi 75% dan 2. Luas daun (cm²), diambil 3 helaian daun tiap
masing-masing perlakuan diulang sebanyak 6 kali. tanaman, kemudian diukur menggunakan metode
Prosedur penelitian yang dilakakan dalam panjang kali lebar dimulai dari pangkal daun
penelitian ini terdiri dari tujuh tahap yaitu: hingga ujung daun. Pengukuran menggunakan
1. Pembuatan POC limbah sawi dan kirinyu. 3 kg metode panjang kali lebar memerlukan nilai
limbah sawi dan kirinyu yang telah dihaluskan konstanta sebagai faktor pengoreksi Nilai
menggunakan blender, ditambahkan 150 ml EM4, konstanta daun tanaman sawi hijau adalah 0.759.
24 gr gula pasir dan dedak padi 600 gr dimasukan Menurut Sitompul dan Guritno, (1995) dan Susilo
ke dalam tong plastik ukuran 15 liter, kemudian (2015), Luas daun dapat diukur menggunakan
ditambahkan air bersih (air sumur) sebanyak 7,500 rumus:
ml. Selanjutnya diaduk sampai homogen, tong LD = P × L × K
plastik ditutup rapat menggunakan penutup tong Keterangan:
dan diinkubasi selama 14 hari. Selama masa LD = Luas Daun
inkubasi, gas metan dalam tong dikeluarkan P = Panjang Daun
melalui selang plastik yang dihubungkan ke wadah L = Lebar Daun
K = Konstanta
yang berisi air. Setelah 14 hari masa inkubasi,
3. Laju Pertumbuhan (%/hari), menghitung laju
POC limbah sawi dan kirinyu siap diaplikasikan
pertumbuhan tanaman dilakukan dengan cara
pada tanaman (Ohorella, 2012 dan EM4 Indonesia,
menghitung rerata luas daun akhir setelah
2015).
pemberian perlakuan (pengukuran hari ke 8, 11,
2. Persiapan media tanam. Tanah yang digunakan
14,…dst.) dan dikurangi dengan rerata luas daun
sebagai media tanam adalah lapisan top soil
awal sebelum pemberian perlakuan kemudian
dengan kedalaman 1-20 cm dan dicampur dengan
dibagi dengan periode tanam (hari) dan dikali
pasir hingga homogen dengan perbandingan 3:1,
100%. Menurut Efendie, (1997) dalam Hermawan,
kemudian dimasukan ke dalam polybag ukuran
(2015) menghitung laju pertumbuhan digunakan
30x40 dengan berat 4 kg per polybag.
rumus:
3. Persiapan benih dan pembibitan. Benih yang
digunakan adalah benih sawi hijau varietas caisim. 𝐿𝑛 𝐺𝑡 −𝐿𝑛 𝐺𝑜
Benih sawi hijau tersebut disemaikan pada media LPS = × 100%/ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑡
tanam berupa tanah dan pasir halus dengan
perbandingan 2:1. Keterangan:
4. Seleksi bibit. Dilakukan secara purposif sampling, LPS = Laju pertumbuhan spesifik
Gt = Rerata luas daun akhir
yaitu dengan memilih tanaman sawi hijau yang
Go = Rerata luas daun awal
memiliki jumlah daun dan luas daun yang relatif t = Periode tanam
sama.
5. Penanaman. Penanaman sawi hijau dilakukan Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis
setelah bibit berumur 2 minggu sejak penyemaian, menggunakan analisis deskriptif dan inferensial
32
J. AMPIBI 1(2) hal. ( 31-37 ) Agustus 2016

menggunakan Analisis of Variance (ANOVA) pada Gambar 1. menunjukkan bahwa pada


taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Selanjutnya perlakuan kontrol memiliki rerata jumlah daun paling
dilakukan uji lanjut berdasarkan nilai Koefisien rendah, sedangkan jumlah daun tanaman sawi hijau
Keragaman (KK). Apabila KK besar (> 10%) maka pada masing-masing perlakuan semakin tinggi seiring
dilakukan uji BJND, jika KK sedang (5-10%) maka dengan meningkatnya konsentrasi POC limbah sawi
dilakukan uji BNT dan KK kecil (<5%) maka dan kirinyu. Hal ini berarti bahwa meningkatnya
dilakukan uji BNJ (Hanafiah, 2010). pemberian POC limbah sawi dan kirinyu berbagai
konsentrasi berbanding lurus dengan bertambahnya
jumlah daun tanaman sawi hijau.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian 2. Luas Daun (cm²)
1. Jumlah Daun (helai) Hasil pengamatan luas daun dari rerata 3
Hasil pengamatan rerata jumlah daun dari 6 daun setiap tanaman dan 6 ulangan pada berbagai
ulangan pada berbagai perlakuan pemberian POC perlakuan pemberian POC, selama 26 hari setelah
limbah sawi dan kirinyu selama 26 hari setelah tanam, tanam disajikan pada tabel 2.
disajikan pada tabel 1. Tabel 2. Rerata Luas Daun Perlakuan POC
Tabel 1. Rerata Jumlah Daun Berbagai Perlakuan POC Limbah Konsentrasi POC
Sawi dan Kirinyu Rerata luas
XO X1 X2 X3
Rerata Konsentrasi POC daun pada
kontrol (25%) (50%) (75%)
jumlah XO X1 X2 X3 hari ke-
(cm2) (cm2) (cm2) (cm2)
daun hari kontrol 25% 50% 75% 3 28.22 29.94 26.57 21.64
ke- (helai) (helai) (helai) (helai) 11 44.06 48.48 56.00 58.70
3 3.33 9.33 3.67 8.83 14 80.67 86.95 89.86 103.28
11 11.17 11.17 11.83 12.00 17 107.76 122.23 124.12 142.87
14 13.00 13.17 13.83 15.50 20 126.54 144.68 156.50 158.71
17 13.17 13.50 14.67 16.17 23 135.21 156.91 166.90 173.50
20 16.17 15.50 18.17 19.00 26 138.64 166.05 177.90 189.09
23 17.33 18.67 20.67 20.67 Jumlah 661.09 755.24 797.83 847.80
26 20.17 20.67 24.33 23.50 Rerata 94.44 107.89 113.98 121.11
Jumlah 100.33 103.00 112.17 115.67
Rerata 14.33 14.71 16.02 16.52 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa luas
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa daun dari rerata 3 daun setiap tanaman dan 6 ulangan
rerata jumlah daun untuk semua perlakuan pemberian untuk semua perlakuan pemberian POC berkisar
POC berkisar antara 14.33 – 16.52 helai. Jumlah daun antara 94.44 – 121.11 cm². Luas daun tertinggi
tertinggi diperoleh pada perlakuan X3 (75%) yaitu diperoleh pada perlakuan X3 (75%) yaitu sebesar
sebesar 16.52 helai. Jumlah daun tertinggi berikutnya 121.11 cm², luas daun tertinggi berikutnya pada
pada perlakuan X2 yaitu sebesar 16.02 helai dan X1 perlakuan X2 yaitu sebesar 113.98 cm² dan X1 yaitu
yaitu sebesar 14.71 helai, sedangkan perlakuan X0 sebesar 107.89 cm², sedangkan perlakuan X0 (kontrol)
(kontrol) memiliki jumlah daun yang terendah yaitu memiliki luas daun yang terendah yaitu sebesar 94.44
sebesar 14.33 helai. Perbedaan jumlah daun tersebut cm². Perbedaan luas daun tersebut menunjukkan
menunjukkan bahwa pemberian POC limbah sawi dan bahwa pemberian POC limbah sawi dan kirinyu
kirinyu berpengaruh terhadap pertumbuhan sawi hijau. berpengaruh terhadap pertumbuhan sawi hijau.
Berdasarkan Tabel 1 dibuat histogram untuk Berdasarkan tabel 2 dibuat histogram untuk
menggambarkan pengaruh pemberian POC terhadap menggambarkan pengaruh pemberian POC terhadap
rerata jumlah daun seiring dengan meningkatnya rerata luas daun seiring dengan meningkatnya
konsentrasi POC limbah sawi dan kirinyu, sebagai konsentrasi POC limbah sawi dan kirinyu, sebagai
berikut:
berikut:

Gambar 1. Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi Hijau Setelah


Gambar 2. Rerata Luas Daun Tanaman Sawi Hijau Setelah
Perlakuan
Perlakuan
33
J. AMPIBI 1(2) hal. ( 31-37 ) Agustus 2016

Gambar 2 menunjukkan bahwa pada Tabel 3. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Pemberian POC
perlakuan kontrol memiliki rerata luas daun paling Terhadap Jumlah Daun
rendah, sedangkan rerata luas daun tanaman sawi Sumber Ftab
JK DB KT Fhitung
Keragaman (α=0.05)
hijau pada masing-masing perlakuan terjadi Perlakuan 19.60 3 6.33
peningkatan, yakni semakin tinggi seiring dengan Galat 2.10 20 0.11 59.36* 3.10
meningkatnya konsentrasi POC limbah sawi dan Total 21.70 23
kirinyu. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya Keterangan : * = berbeda nyata
KK= 2.14 %
pemberian POC limbah sawi dan kirinyu berbagai
konsentrasi berbanding lurus dengan bertambahnya Tabel 3 menunjukkan bahwa Fhitung= 59.36 >
luas daun tanaman sawi hijau. Ftabel= 3.10 pada taraf signifikansi α = 0.05 maka H0
ditolak. Artinya terdapat perbedaan rerata jumlah daun
3. Laju Pertumbuhan (%/hari) yang diberi berbagai perlakuan POC limbah sawi dan
Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) sawi hijau kirinyu. Dengan demikian, POC limbah sawi dan
dari 6 ulangan pada berbagai perlakuan pemberian kirinyu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
POC limbah sawi dan kirinyu, ditinjau dari sawi hijau. Selanjutnya, karena nilai Koefisien
penambahan luas daun setiap 3 hari sekali selama 26 Keragamannya adalah 2.14% maka digunakan uji
hari setelah tanam dapat dilihat pada Gambar 3. lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf kepercayaan
95%. Hasil uji BNJ disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji BNJ Jumlah Daun


Perlakuan Rerata Notasi BNJ
X0 kontrol 14.33 A
X1 (25%) 14.71 Ab
X2 (50%) 16.02 C
X3 (75%) 16.52 C
Keterangan: Angka-angka dalam kolom yang ditandai dengan
huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ α = 0,05

Hasil analisis uji lanjut BNJ menunjukkan


bahwa pemberian POC limbah sawi dan kirinyu pada
perlakuan X2 (50%) dan X3 (75%) berbeda nyata
dengan X0 (kontrol), sedangkan perlakuan X1 (25%)
Gambar 3. LPS Tanaman Sawi Hijau pada Berbagai Perlakuan tidak berbeda nyata dengan X0 (kontrol). Perlakuan
Pemberian POC Selama 26 Hari Setelah Tanam.
terbaik merupakan perlakuan yang pengaruhnya
Gambar 3 menunjukkan bahwa pada hari ke- minimal berbeda nyata dengan perlakuan bertaraf
8 perlakuan X1 (25%) memiliki laju pertumbuhan lebih rendah, tetapi berbeda tidak nyata dengan
tertinggi, kemudian X0 (kontrol), X2 (50%) dan perlakuan bertaraf sama atau lebih tinggi (Hanafiah,
terendah pada perlakuan X3 (75%). Pada hari ke-11, 2010:). Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan
14, 17, 20, 23 dan 26 terlihat bahwa pada perlakuan pemberian POC limbah sawi dan kirinyu yang terbaik
X1 (25%) dan X0 (kontrol) mengalami penurunan laju adalah perlakuan X2 (50%).
pertumbuhan kemudian perlakuan X3 (75%) dan X2 Hasil analisis sidik ragam pengaruh
(50%) mengalami peningkatan laju pertumbuhan pemberian POC limbah sawi dan kirinyu terhadap luas
hingga akhir pengamatan. daun, tercantum pada tabel 5.
Perbedaan laju pertumbuhan dari berbagai Tabel 5. Analisis Sidik ragam Pemberian POC Terhadap
perlakuan pemberian POC menunjukkan bahwa Luas Daun
pemberian POC limbah sawi dan kirinyu berpengaruh Sumber Fhitung Ftab
JK DB KT
Keragaman (α=0.05)
terhadap pertumbuhan sawi hijau. Peningkatan Perlakuan 2305.03 3 768.34
pemberian POC limbah sawi dan kirinyu di setiap Galat 832.40 20 41.62 18.46* 3.10
taraf konsentrasi dapat meningkatkan laju Total 3137.42 23
pertumbuhan. Laju pertumbuhan tertinggi dari semua Keterangan : * = berbeda nyata
perlakuan adalah perlakuan X3 dengan rerata KK = 5,90 %
(16.71%), X2 dengan rerata (16.68%), X1 dengan Tabel 5 menunjukkan bahwa Fhitung= 18.46 >
rerata (16.53%) dan laju pertumbuhan terendah pada Ftabel= 3.10 pada taraf signifikansi α = 0.05 maka H 0
perlakuan X0 dengan rerata (15.82%). ditolak. Artinya terdapat perbedaan rerata luas daun
yang diberi berbagai perlakuan POC limbah sawi dan
Pengujian Hipotesis kirinyu. Dengan demikian, POC limbah sawi dan
Hasil analisis sidik ragam pengaruh kirinyu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
pemberian POC limbah sawi dan kirinyu terhadap sawi hijau. Selanjutnya, karena nilai Koefisien
jumlah daun, tercantum pada tabel 3. Keragamannya adalah 5,10% maka digunakan uji
Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf kepercayaan
95%. Hasil uji BNT disajikan pada tabel 6.
34
J. AMPIBI 1(2) hal. ( 31-37 ) Agustus 2016

Tabel 6. Hasil Uji BNJ Luas Daun dibandingkan dengan kontrol. Tingginya rerata luas
Perlakuan Rerata Notasi BNJ daun pada tanaman yang diberi perlakuan POC diduga
X0 kontrol 94.44 a
X1 (25%) 107.89 b
akibat POC dapat meningkatkan ketersediaan dan
X2 (50%) 113.98 bc serapan unsur hara, terutama unsur hara nitrogen yang
X3 (75%) 121.11 c sangat diperlukan tanaman, sehingga tanaman dapat
Keterangan: Angka-angka dalam kolom yang ditandai dengan huruf memacu pertumbuhan vegetatifnya. Hal ini sesuai
yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT α = 0,05 dengan hasil penelitian yang dilakukan Rahmah dkk.,
(2014) bahwa pemberian POC berbahan dasar limbah
Hasil analisis uji lanjut BNT menunjukkan sawi dengan berbagai perlakuan berpengaruh terhadap
bahwa pemberian POC limbah sawi dan kirinyu pada pertumbuhan tanaman jagung manis.
berbagai perlakuan memberikan pengaruh terhadap Darmawan dkk., (2013) menyatakan bahwa
luas daun tanaman sawi hijau, dimana pada perlakuan dalam jaringan tanaman, nitrogen merupakan unsur
X1 (25%), X2 (50%) dan X3 (75%) berbeda nyata hara esensial dan unsur penyusun asam-asam amino,
dengan X0 (kontrol). Sedangkan perlakuan X2 (50%) protein dan enzim. Selain itu, nitrogen juga
tidak berbeda nyata dengan X1 (25%) dan X3 (75%). terkandung dalam klorofil, hormon sitokinin dan
Perlakuan yang terbaik merupakan perlakuan yang auksin. Lebih lanjut Herawati dan Wibawa (2010)
pengaruhnya minimal berbeda nyata dengan perlakuan menyatakan bahwa pada fase vegetatif tanaman, luas
bertaraf lebih rendah, tetapi berbeda tidak nyata daun akan semakin meningkat sehingga tanaman akan
dengan perlakuan bertaraf sama atau lebih tinggi semakin efisien dalam melakukan fotosintesis dan
(Hanafiah, 2010). Tabel 6 menunjukkan bahwa memanfaatkan unsur hara yang diambil bersama air
perlakuan pemberian POC limbah sawi dan kirinyu yang akan digunakan untuk membentuk karbohidrat.
yang terbaik adalah perlakuan X2 (50%). Pada proses fotosintesis kalium secara
langsung memacu pertumbuhan dan indeks luas daun,
Pembahasan sehingga meningkatkan asimilasi CO2 serta
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan meningkatkan translokasi produk fotosintesis (Tufaila
bahwa pemberian POC limbah sawi dan kirinyu dapat dkk., 2014). Ellya dan Setiawan, (2015) menyatakan
meningkatkan pertumbuhan tanaman sawi hijau. Hal bahwa apabila unsur nitrogen yang tersedia lebih
ini terlihat dari pengamatan selama 26 hari, tanaman banyak serta dibantu kalium, maka dihasilkan protein
sawi hijau mengalami pertumbuhan yang berbeda yang lebih banyak dan daun dapat tumbuh lebih luas
antar perlakuan. Hal ini dikarenakan POC limbah sawi dan lebar. Dimana perlakuan X2 (50%) merupakan
dan kirinyu mengandung unsur yang diperlukan perlakuan terbaik dalam meningkatkan luas daun
tanaman sawi hijau dalam pertumbuhannya, seperti tanaman sawi hijau.
unsur P, Mg, Ca, K, N, Mo, Mn, Fe, Na dan Si (Duaja, Organ tanaman yang utama dan yang
dkk. 2012). Sesuai dengan hasil penelitian Manullang menyerap radiasi sinar matahari adalah daun. Untuk
dkk., (2014) menunjukkan bahwa pemberian berbagai memperoleh laju pertumbuhan tanaman yang terbaik
konsentrasi POC menghasilkan tanaman sawi hijau diperlukan permukaan daun yang luas untuk menyerap
yang lebih tinggi, meningkatkan luas daun dan jumlah sebagian besar radiasi sinar matahari. Pemberian POC
daun yang lebih banyak. limbah sawi dan kirinyu meningkatkan laju
Semakin meningkat konsentrasi POC limbah pertumbuhan tanaman karena pemberian POC dapat
sawi dan kirinyu dari 25%, 50% dan 75% memberikan meningkatkan pertumbuhan luas daun. Hal ini
hasil pertumbuhan yang baik pada luas daun, laju didukung oleh penelitian Nasution, (2014) yang
pertumbuhan tanaman dan jumlah daun tanaman sawi menyatakan bahwa pemberian POC dapat
hijau. Karena semakin banyak zat organik yang meningkatkan luas daun tanaman sawi hijau, sehingga
terkandung dalam media maka kebutuhan unsur hara dapat meningkatkan serapan nitrogen yang
oleh tumbuhan semakin terpenuhi. Sejalan dengan menyebabkan kadar klorofil tanaman menjadi lebih
pendapat Darmawan dkk., (2013) menyatakan bahwa tinggi sehingga laju fotosintesis meningkat.
tanaman yang hanya dipanen daunnya seperti sawi Semakin banyak kandungan klorofil maka
hijau, membutuhkan unsur hara seperti nitrogen, kemungkinan terjadinya proses fotosintesis akan
fosfor dan kalium dalam jumlah yang cukup sehingga berjalan lebih cepat sehingga fotosintat yang
berguna untuk pembentukan asam amino dan protein dihasilkan lebih tinggi. Fotosintat digunakan untuk
sebagai bahan dasar dalam menyusun daun. memenuhi kebutuhan tanaman, pertumbuhan serta
Penggunaan POC limbah sawi dan kirinyu sebagai cadangan makanan. Hal ini didukung oleh
memberikan nilai pertumbuhan paling baik dibanding penelitian Parman (2007) menyatakan apabila laju
tanpa pemberian POC (kontrol), karena POC hasil fotosintesis meningkat menandakan bahwa laju
fermentasi limbah sawi dan kirinyu dapat pertumbuhan tanaman juga mengalami peningkatan.
memperbaiki kualitas kesuburan fisik, kimia dan Jika suatu tanaman membuat sel-sel baru, penebalan
biologi tanah. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, sel-sel tersebut, dan penebalan jaringan-jaringan,
menunjukkan bahwa rerata luas daun sawi hijau yang sebenarnya mengembangkan batang, daun dan sistem
diberi POC limbah sawi dan kirinyu lebih tinggi perakarannya. Lebih lanjut sesuai hasil penelitian
35
J. AMPIBI 1(2) hal. ( 31-37 ) Agustus 2016

Ellya dan Setiawan (2015) menyatakan, jika laju 75% karena konsentrasi 50% merupakan konsentrasi
pembelahan sel dan perpanjangannya serta yang sesuai dan seimbang dengan kebutuhan tanaman
pembentukan jaringan berjalan cepat, pertumbuhan sawi hijau. Sejalan dengan hukum mimimum Liebig
batang, daun dan akar juga akan berjalan cepat. (1840) dan hukum toleransi Shelford (1913) yang
Sebaliknya, bila laju pembelahan sel lambat, selanjutnya dapat dipahami konsep faktor pembatas
pertumbuhan batang, daun dan perakaran dengan (limiting factor), yaitu keadaan yang mendekati atau
sendirinya juga lambat. melampaui ambang batas toleransi suatu kondisi.
Hasil analisis varians menunjukkan bahwa Faktor pembatas suatu organisme mencakup kisaran
pemberian POC limbah sawi dan kirinyu terhadap minimum atau maksimum dari faktor-faktor abiotik
rerata jumlah daun sawi hijau berbeda nyata dengan suatu ekosistem (Rohmani, 2013). Sehingga
perlakuan kontrol, pemberian POC dengan konsentrasi penggunaan POC limbah sawi dan kirinyu harus
yang semakin tinggi menunjukkan adanya sesuai dan seimbang dengan kebutuhan tanaman sawi
peningkatan jumlah daun pada tanaman sawi hijau. hijau, karna penggunaan konsentrasi yang berlebihan
Hal ini disebabkan kerena pemberian POC dapat dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hal ini
meningkatkan ketersediaan dan serapan unsur hara, didukung oleh penelitian Duaja, (2012) yang
terutama unsur hara nitrogen yang sangat diperlukan menyatakan bahwa pemberian POC dengan
tanaman, sehingga tanaman dapat memacu konsentrasi 15 ml pada tanaman selada menghasilkan
pertumbuhan vegetatifnya. Sesuai dengan kesimpulan jumlah daun dan luas daun yang meningkat. Hal ini
Manullang dkk., (2014) bahwa pemberian POC disebabkan suplai nitrogen pada tanaman berada
menghasilkan tanaman sawi hijau yang lebih tinggi dalam jumlah yang cukup sehingga proses
dan jumlah daun yang lebih banyak. pertumbuhan semakin cepat.
Apabila kebutuhan unsur nitrogen tercukupi,
maka dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. KESIMPULAN
Seperti diketahui unsur nitrogen pada tanaman Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan daun maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
sehingga daun akan menjadi banyak jumlahnya dan 1. Pemberian POC limbah sawi dan kirinyu
akan menjadi lebar dengan warna yang lebih hijau berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sawi
yang akan meningkatkan kadar protein dalam tubuh hijau yang meliputi jumlah daun, luas daun dan
tanaman (Darmawan dkk, 2013). Selain itu nitrogen laju pertumbuhan tanaman.
yang terkandung dalam POC berperan sebagai 2. Perlakuan pemberian POC limbah sawi dan
penyusun protein sedangkan fosfor dan kalsium kirinyu berbagai konsentrasi berbanding lurus
berperan dalam memacu pembelahan jaringan dengan pertumbuhan tanaman sawi hijau.
meristem dan merangsang pertumbuhan akar dan 3. Konsentrasi POC limbah sawi dan kirinyu yang
perkembangan daun. Akibatnya tingkat absorbsi unsur terbaik untuk pertumbuhan tanaman sawi hijau
hara dan air oleh tanaman sampai batas optimumnya adalah konsentrasi 50%.
akan digunakan untuk pembelahan, perpanjangan dan
diferensiasi sel (Parman, 2007). DAFTAR PUSTAKA
Semua indikator pengamatan seperti luas Badan Pusat Statistik [BPK]. 2014. Produksi
daun, laju pertumbuhan tanaman dan jumlah daun TanamanPangan.http://www.bps.bps.go.id/tnmnpanga
tanaman sawi hijau menunjukkan bahwa pemberian n.php. Diakses tanggal 10 Februari 2016.
POC limbah sawi dan kirinyu yang terbaik di peroleh Damanik J. 2009. Pengaruh pupuk hijau kirinyu
pada perlakuan konsentrasi 50% dengan rerata luas (Chromolaena odorata L.) terhadap
daun 113.98 cm², laju pertumbuhan 16.68 %/hari dan pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays
jumlah daun 16.02 helai. L.). [Skripsi]. Medan. Universitas Sumatera
Pemberian POC konsentrasi tinggi sampai Utara.
batas tertentu akan menyebabkan hasil semakin Darmawan A, Herlina N dan Soelistyono R. 2013.
meningkat dan pada konsentrasi yang melebihi batas Pengaruh berbagi macam bahan organik dan
tertentu akan menyebabkan hasil menjadi menurun. pemberian air terhadap pertumbuhan dan hasil
Dalam proses pertumbuhan beberapa faktor tanaman sawi (Brassica juncea L.). Jurnal
lingkungan dapat menjadi pembatas atau dapat Produksi Tanaman. 1 : (5) : 389-397.
menghambat pertumbuhan. Batas toleransi tanaman Duaja. 2012. Pengaruh bahan dan dosis kompos cair
memiliki batas maksimum dan minimum. Titik terhadap pertumbuhan selada (Lactuca sativa
maksimum atau minimum merupakan titik dimana sp.). E-Jurnal Agroekoteknologi. 1(1): 10-18.
suatu tumbuhan dapat mengalami keracunan pada Dwicaksono M, Suharto B dan Susanawati L. 2014.
tubuh organisme, sehingga yang terbaik adalah titik Pengaruh penambahan efefective
peretengahan yaitu tidak mendekati atau menjauhi microorganisms pada limbah cair industri
titik minimum atau maksimum. perikanan teerhadap kualitas pupuk cair
Pemberian POC dengan konsentrasi 50% organik. J. Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi 25% dan 1 (1) : 7-11.
36
J. AMPIBI 1(2) hal. ( 31-37 ) Agustus 2016

Ellya H dan Setiawan A. 2015. Aplikasi ekstrak daun Susilo D. 2015. Identifikasi Nilai Konstanta Bentuk
kirinyu (Chromolaena odorata L.) dalam Daun untuk Pengukuran Luas Daun Metode
upaya peningkatan biomassa tanaman bawang Panjang Kali Lebar pada Tanaman Hortikultura
daun (Allium fistulosium L.). J. Agrisains. 1(1) di Tanah Gambut. Anterior Jurnal. 14(2) : 139-
: 18-26. 146.
EM4 Indonesia. 2015. EM-4 Pertanian. Tufaila M, Dewi D dan Syamsu A. 2014. Aplikasi
http://www.em4indonesia.com/em4-pengolahan limbah. kompos kotoran ayam untuk meningkatkan
Diakses tanggal 17 Mei 2016. hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.)
Hanafiah KA. 2001. Rancangan Percobaan Edisi Di Tanah Masam. Jurnal Agroteknos. 2 (2) :
Revisi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 119-126.
Hayat E dan Andayani S. 2014. Pengolahan limbah
tandan kosong kelapa sawit dan aplikasi
biomassa (Chromolaena odorata L.) terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman padi serta sifat
tanah sulfaquent. Jurnal Teknologi Pengolahan
Limbah. 17(2) :44-51.
Herawati D dan Wibawa A. 2010. Pengaruh
Pretreatment Jerami Padi pada Produksi Biogas
dari Jerami Padi dan Sampah Sayur Sawi Hijau
Secara Batch. Jurnal Rekayasa Proses. Vol. 4,
(1). 25-29.
Hermawan D. 2015. pengaruh perbedaan strain
rumput laut Kappaphycus alvarezii terhadap
laju pertumbuhan spesifik. Jurnal Perikanan
dan Kelautan. 5(1) : 71-78.
Idris M. 2014. Respon pertumbuhan vegetatif tanaman
sawi (Brassica juncea L.) akibat perlakuan
media tanam dan dosis pupuk nitrogen. Jurnal
Agroekotek. 6 (2) : 114-122.
Manullang G, Abdul R, Puji A. 2014. Pengaruh jenis
dan konsentrasi pupuk organik cair terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman sawi (Brassica
juncea L.) Varietas Tosakan. Jurnal Agrifor.
9(1) : 33-40.

Nasution F, Lisna M., Meiriani. 2014. Aplikasi pupuk


organik padat dan cair dari kulit pisang kepok
untuk pertumbuhan dan produksi sawi
(Brassica juncea L.). Jurnal Online
Agroekoteknologi. 2(3) : 1029-1037.
Nely. 2015. Pengaruh pupuk organik daun lamtoro
dalam berbagai konsentrasi terhadap
pertumbuhan tanaman sawi. Jurnal Fikratuna.
7 (2) : 311-319.
Parman S. 2007. Pengaruh pemberian pupuk organik
cair terhadap pertumbuhan dan produksi
kentang (Solanum tuberosum L.). Buletin
Anatomi dan Fisiologi. 15 (2) : 21-31.
Rahmah A, Izzati M, Parman S. 2014. Pengaruh
pupuk organik cair berbahan dasar limbah sawi
putih (Brassica chinensis L.) terhadap
pertumbuhan tanaman jagung manis (Zea mays
L.). Buletin Anatomi dan Fisiologi. 22 (1) : 65-
71.
Rohmani Y. 2013. Faktor Pembatas. Jurnal Faktor
Pembatas. 1 (1) :1-6.
Sitompul S dan Bambang G. 1995. Analisis
Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
37

Anda mungkin juga menyukai