Anda di halaman 1dari 10

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP EFISIENSI


PUPUK ORGANIK PADAT
Muhammad Alham* dan Elfarisna
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jl. K.H. Ahmad Dahlan Cirendeu Ciputat, Jakarta Selatan 154193. Telp. 021-7430689
*E-mail: muhammadalham5@gmail.com
Diterima: 13/10/2017 Direvisi: 18/12/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Seledri termasuk dalam famili Apiaceae, merupakan salah satu komoditas sayuran yang
banyak digunakan untuk penyedap dan penghias hidangan. Biji seledri juga digunakan
sebagai bumbu dan penyedap dan ekstrak minyak bijinya berkhasiat sebagai obat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman
seledri terhadap penambahan dosis pupuk organik. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Februari 2017 sampai bulan April 2017 di kebun percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Jakarta, menggunakan metode Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) dengan enam perlakuan, yaitu Pupuk anorganik 100%
(kontrol), Pupuk anorganik 50% + POP Supernasa® 50 ml per tanaman, Pupuk
anorganik 50% + POP Supernasa® 100 ml per tanaman, Pupuk anorganik 50% + POP
Supernasa® 150 ml per tanaman), Pupuk anorganik 50% + POP Supernasa® 200 ml per
tanaman, Pupuk anorganik 50% + POP Supernasa® 250 ml per tanaman). Paramater
yang diamati adalah tinggi batang, jumlah tangkai daun, panjang akar pertanaman,
jumlah akar pertanaman, bobot akar pertanaman, bobot basah pertanaman dan bobot
konsumsi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pada setiap parameter yang diamati
perlakuan pupuk anorganik 50% + POP Supernasa® 200 ml per tanaman, memiliki nilai
tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Semua perlakuan tidak berbeda nyata
terhadap seluruh parameter yang diamati. Penambahan dosis pupuk organik padat
Supernasa® dengan dosis 200 ml lebih efektif dibandingkan dengan penambahan dosis
250 ml pupuk organik padat Supernasa®, sehingga dapat direkomendasikan sebagai
pupuk pelengkap (tambahan) untuk komoditi tanaman seledri.
Kata kunci: Dosis, pupuk organik padat, seledri

GROWTH RESPONSE AND CROP PRODUCTION OF CELERY (Apium


graveolens L.) ON THE EFFICIENCY OF SOLID ORGANIC FERTILIZER
ABSTRACT
Celery is include in the Apiceae family, one of the most widely used vegetables for
flavoring and decorating. Celery seeds are also used as herbs and flavoring oils and
nutritious extracts as a drug. This research aims to determine the response of growth
and production of calery plaants to the addition of organic fertilizer dosage. The
research conducted on the February to April 2017 at experimental garden Agronomy
Faculty, University of Muhammadiyah Jakarta, used the Randomized Complete Block
Design (RCBD) with six treatments that is 100% anorganic fertilizer (control), 50%
anorganic fertilizer + POP 50 ml per plant, 50% anorganic fertilizer + POP 100 ml per
plant, 50% anorganic fertilizer + POP 150 ml per plant, 50% anorganic fertilizer +

88
Alham dan Elfarisna. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 88 – 97

POP 200 ml per plant, 50% anorganic fertilizer + POP 250 ml per plant. The
parameters observased were plant height, number of stems, root legth, root number,
root weight, wet weight, dan comsumption weight. The result showed that all
parameters observed treatment 50% anorganic fertilizer + POP 200 ml per plant has
the highest value compared with other treatments. All the treatments were not
significantly different for all parameters observed. Apopulation of Supernasa® solid
dosage of organic fertilizer with doses of 200 ml was more effective than with the
addition of 250 ml doses of Supernasa® annd 100% anorganic fertilizers, so it can be
recommended as a complement (suplement) for the commodity of celery plants.
Keywords: Celery, dosage, solid organic fertilizer

PENDAHULUAN dari Statistik Produksi Hortikultura tahun


2014 melaporkan jenis sayuran yang
Seledri (Apium graveolens L.) sering dibudidayakan adalah sawi, bayam,
termasuk dalam famili apiaceae dan kangkung dan mentimun (Direktorat
merupakan salah satu komoditas sayuran Jenderal Hortikultura, 2014).
yang banyak digunakan untuk penyedap
dan penghias hidangan. Biji seledri juga Budidaya seledri tidak hanya pada
digunakan sebagai bumbu dan penyedap kebun yang luas, tetapi pada lahan yang
dan ekstrak minyak bijinya berkhasiat sempit seperti pada lahan perkarangan
sebagai obat. Apiin (apigenin 7- masih dapat diusahakan dalam pot atau
apiosiglukosida) adalah glukosida polybag. Menanam seledri dalam pot atau
penghasil aroma daun seledri dan umbi polibeg, selain kondisinya lebih mudah
celeriac (Tim Prima Tani, 2011). dikontrol juga dapat difungsikan sebagai
tanaman hias (Salvia, 2012).
Pada dasarnya prospek seledri sangat
cerah, baik di pasaran dalam negeri Pupuk merupakan saprodi (sarana
(domestik) maupun luar negeri sebagai produksi) yang berkaitan erat dengan
komoditas ekspor, namun pembudidayaan upaya pemenuhan kebutuhan pangan,
seledri di Indonesia yang belum dikelola pupuk menyumbang 20% dari keber-
secara komersial dan diantaranya dapat hasilan peningkatan produksi pertanian.
merujuk pada data dari Badan Pusat Pemberian pupuk kimia secara berlebihan
Statistik (BPS) tentang hasil survey jelas kurang bijaksana karena justru akan
pertanian tanaman sayuran di Indonesia memperburuk kondisi fisik tanah. Tanpa
pada tahun 2008, ternyata belum di imbangi dengan pemberian pupuk
ditemukan data luas panen dan produksi organik. Untuk mengembalikan keadaan
seledri secara nasional. Demikian pula tanah dan upaya pemulihan kesuburuan
dalam program penelitian dan pengem- tanah maka pupuk organik adalah solusi
bangan hortikultura di Indonesian pada terbaik (Suwahyono, 2011). Pupuk
Pusat Penelitian dan pengembangan organik buatan merupakan pupuk organik
(Puslitbang). Hortikultura sampai 2003/ yang sudah melalui pabrikasi dan
2004, ternyata tanaman seledri belum teknologi tinggi (Marsono, 2013).
mendapatkan prioritas penelitian, baik
sebagai komoditas utama, potensial Kandungan unsur yang terdapat pada
maupun introduksi (Sutrisna et al., 2005). pupuk organik Supernasa® ialah N 2,67%;
P2O5 1,36%; K 1,55%; Ca 1,46%;
Pada dasarnya budidaya seledri masih S 1,43%; Mg 0,4%; Cl 1,27%; Mn 0,01%;
jarang dilakukan di kota besar karena Fe 0,18%; Cu <1,19 ppm; Zn 0,002%;
kondisi lingkungan yang tidak sesuai Na 0,11%; Si 0,3%; Al 0,11%;
dengan syarat pertumbuhannya. Informasi NaCl 2,09%; SO4 4,31%; C/N ratio

89
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

5,86%; pH 8; Lemak 0,07%; Protein setelah tanam (MST) yang sehat


16,69%; Karbohidrat 1,01%; Asam-asam dibongkar kemudian dipindahkan ke
organik (Humat 1,29%; Vulvat; dll) dalam polibeg ukuran 40 cm x 40 cm.
(kemasaan produk). Berdasarkan beberapa Pupuk yang diberikan untuk tanaman
alasan diatas maka perlu ditingkatkan lagi seledri adalah pupuk anorganik yang telah
pemupukan dengan menggunakan bahan dikurangi 50% yaitu pupuk NPK (25 g/l
organik sebagai salah satu sumber unsur air) (kontrol), dan 50% (12,5 g/l air),
hara untuk tanaman. Penelitian ini larutan pupuk disiramkan pada tanah
bertujuan untuk mengetahui respons sebanyak 250 ml per tanaman. KCl 0,50 g
pertumbuhan dan produksi tanaman per polibeg (0,25 g per polibeg) dan ZA
seledri terhadap penambahan dosis pupuk 0,75 g per polibeg (0,38 g per polibeg).
organik padat.
Pemupukan POP sesuai dengan
METODELOGI PENELITIAN kosentrasi perlakuan. Pemberian pupuk
dilakukan pada umur 2 MST (setelah
Penelitian dilaksanakan pada bulan dipindahkan ke polibeg) sampai dengan
Februari sampai April 2017 di kebun umur 7 MST dengan interval waktu
percobaan Fakultas Pertanian Universitas pemberian satu kali dalam seminggu. Pada
Muhammadiyah Jakarta. Penelitian di- umur 2 MST dan 4 MST tanaman seledri
lakukan dengan skala lapang dengan diberikan NaCl 0,25 g per polibeg untuk
menggunakan Rancangan Kelompok mendorong pertumbuhan tanaman seledri
Lengkap Teracak (RKLT) dengan menjadi hijau dan subur. Seledri dipanen
perlakuan sebagai berikut : P0 = Pupuk pada umur berumur 90 hari setelah tanam
anorganik 100% (kontrol), P1 = Pupuk (HST) pemanenan dilakukan dengan cara
anorganik 50% + POP 50 ml per tanaman, membongkar polibeg.
P2 = Pupuk anorganik 50% + POP 100 ml
per tanaman, P3 = Pupuk anorganik 50% HASIL DAN PEMBAHASAN
+ POP 150 ml per tanaman, P4 = Pupuk
anorganik 50% + POP 200 ml per Keadaan Umum
tanaman dan P5 = Pupuk anorganik 50%
Rukmana (2011) melaporkan bahwa
+ POP 250 ml per tanaman. Setiap
keadaan iklim yang baik untuk
perlakuan diulang sebanyak 4 kali
pertumbuhan tanaman seledri keadaan
sehingga terdapat 24 satuan percobaan,
temperatur 9 – 20 oC, kelembaban 80% -
masing-masing satuan percobaan terdiri
90% dan curah hujan 60 - 100 mm/bulan.
dari 3 tanaman sehingga jumlah seluruh
Media tanam yang digunakan dalam
tanaman yang diamati sebanyak 72
penelitian ini adalah tanah bagian atas (top
tanaman percobaan.
soil) dengan pH 6,2. Tanah yang baik
Media tanam yang digunakan adalah untuk media tanam diambil dari lapisan
tanah + pupuk kotoran ayam dengan bagian (top soil), bertekstur gembur dan
perbandingan 1:1, dengan berat 10 kg per mampu menyediakan ruang tumbuh bagi
polibeg. Media tanam disiapkan 7 hari akar tanaman dan pH tanah antara 5,5 -
sebelum penanaman dengan menam- 6,5 (Hartono, 2016).
bahkan pupuk kotoran ayam dengan dosis
Adanya kendala yang dihadapi selama
100 gram per polibeg (Edi, 2009).
proses penelitian adalah adanya serangan
Kemudian di campurkan dan dimasukan
hama dan penyakit hal ini sangat
kedalam polibeg berukuran 40 cm x
mempengaruhi produksi tanaman seledri.
40 cm.
Pada minggu ke 4 setelah tanam, beberapa
Bibit seledri yang sudah membentuk 3 tanaman seledri terserang hama kutu daun
– 4 helai daun pada umur 4 minggu (Aphis craccivera). Serangan hama ini
menyebabkan daun tanaman seledri

90
Alham dan Elfarisna. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 88 – 97

menjadi kuning, terkadang daun menjadi malformasi daun, daun mengkerut dan
keriting dan menyebabkan pertumbuhan menggulung.
tanaman selederi terhambat. Selama
penelitian pengendalian hama dan Tinggi Tanaman
penyakit dengan penyemprotan pestisida
Pada umur 2 MST sampai 3 MST,
organik Provibio® dengan dosis 10 ml/l air
perlakuan pupuk anorganik 50% + POP
yang diaplikasikan setiap 2 hari sekali
200 ml per tanaman, memiliki nilai
dengan waktu penyemprotan yang
tertinggi yaitu pada umur 2 MST
berbeda, karena serangan hama hanya
(10,54 cm) dan pada umur 3 MST
sedikit sehingga tidak perlu dilakukan
(16,06 cm) tetapi tidak berbeda nyata
penyemprotan insektisida anorganik. Pada
dengan perlakuan lainnya. Pada umur 4 –
umur 7 minggu setelah tanam terdapat 1
6 MST perlakuan pupuk anorganik 50% +
tanaman yang mati akibat penyakit layu
POP 150 ml per tanaman, memiliki nilai
Fusarium yaitu perlakuan pupuk organik
tertinggi yaitu pada umur 4 MST
50% + POP 50 ml/tanaman ulangan 1
(22,55 cm), umur 5 MST (28,10 cm) dan
tanaman 3. Balai Penelitian Tanaman
umur 6 MST (32,40 cm) tetapi tidak
Sayuran (2014) melaporkan bahwa
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
penyakit layu Fusarium disebabkan oleh
Pada umur 7 MST perlakuan pupuk
cendawan Fusarium oxysporum. Patogen
anorganik 50% + POP 200 ml per
ditularkan melalui udara dan air, gejala
tanaman, memiliki nilai tertinggi yaitu
serangan ditandai tanaman menjadi layu,
(40,50 cm) tetapi tidak berbeda nyata
mulai dari daun bagian bawah.
dengan perlakuan lainnya. Pada umur 8
Penangulangan dengan menggunakan
MST tinggi tanaman tertinggi ditunjukan
fungisida Dithane M45® untuk mengatasi
pada perlakuan P0 (kontrol) yaitu
gangguan penyakit tersebut, sehingga
(43,75 cm) tetapi tidak berbeda nyata
serangan menjadi berkurang.
dengan semua perlakuan (Tabel 2).
Tabel 1. Data Iklim Bulan Februari -
Pengurangan dosis pupuk anorganik
April 2017
dengan penambahan POP dapat menyamai
Rataan Total
pemberian dosis pupuk anorganik 100%.
Curah
Bulan Temperatur Kelembaban
Hal ini berarti harus dikurangi
Hujan
(oC) (%) (mm/ penggunaan pupuk anorganik untuk
bulan) menghindari pengerasan tanah dan
Februari 25,5 85 444,4 pencemaran lingkungan seperti menurut
Maret 26,7 79 242,9 Marpaung (2014), penggunaan pupuk
April 26,0 76 278,7 anorganik menghasilkan peningkatan
Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi produktivitas tanaman yang cukup tinggi.
dan Geofisika Wilayah II Namun, penggunaan pupuk anorganik
Ciputat. dalam jangka yang relatif lama umumnya
berdampak buruk pada kondisi tanah.
Pada umur 8 MST (pada saat panen), Tanah menjadi cepat mengeras, kurang
pada akar tanaman seledri ditemukan mampu menyimpan air dan cepat masam
beberapa tanaman yang terserang hama dan pada akhirnya akan menurunkan
kutu putih (Paracoccus marginatus). produktivitas tanaman. Penggunaan pupuk
Menurut Andini (2015), kutu putih seledri anorganik yang dikombinasikan dengan
dapat menghisap cairan tumbuh dengan pupuk organik akan memberikan
memasuki stilet ke dalam jaringan akar. pengaruh yang sangat baik bagi pertum-
Pada waktu yang bersamaan kutu putih buhan dan produksi tanaman. Hal ini
mengeluarkan racun ke dalam daun, disebabkan karena pupuk organik dapat
sehingga mengakibatkan klorosis, kerdil, meningkatkan efesiensi penggunaan

91
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

pupuk dan daya mengikat air serta melebihi dari kebutuhan dan
mengaktifkan mikroorganime tanah perkembangan tanaman seledri. Menurut
(Lestari, 2009). Setyamidjaja (1986) dalam Arlingga
(2014), pemupukan yang optimal dapat
Tinggi tanaman pada perlakuan pupuk dicapai apabila pupuk diberikan sesuai
anorganik 50% + POP 250 ml per dengan kebutuhan tanaman. Bila pupuk
tanaman merupakan tinggi tanaman yang melebihi volume optimum, maka dapat
terendah dimana perlakuan pupuk mengakibatkan keracunan pada tanaman.
anorganik 50% + POP 250 ml per Tanaman dapat tumbuh dengan baik
tanaman merupakan pemberian dosis apabila unsur hara yang diberikan dalam
pupuk organik padat Supernasa® tertinggi. jumlah seimbang dan sesuai dengan
Hal ini diduga bahwa pada dosis 250 ml kebutuhan tanaman.
dapat memberikan unsur hara yang

Tabel 2. Respon Tinggi Tanaman Seledri (Apium graveolens L.) terhadap Penambahan
Dosis Pupuk Organik Padat
Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST
Pupuk anorganik 100%
9,21 15,05 19,92 24,58 32,30 38,25 43,70
(kontrol)
Pupuk anorganik 50% +
9,61 14,70 19,78 25,10 31,44 36,25 41,10
POP 50 ml
Pupuk anorganik 50% +
9,29 14,19 20,21 25,66 31,70 37,55 42,60
POP 100 ml
Pupuk anorganik 50% +
9,69 15,25 22,55 28,10 32,40 36,25 40,60
POP 150 ml
Pupuk anorganik 50% +
10,45 16,06 19,40 23,91 31,84 40,50 42,60
POP 200 ml
Pupuk anorganik 50% +
8,76 13,85 18,12 23,62 29,36 34,84 42,20
POP 250 ml

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat mempercepat pertumbuhan tanaman muda


bahwa tinggi tanaman seledri pada menjadi tanaman dewasa (Sutedjo, 2008).
masing-masing perlakuan terus bertambah Menurut Hardjowigeno (2010), kalium
tetapi tidak menunjukan adanya pengaruh merupakan unsur yang berperan dalam
yang nyata terhadap penambahan dosis memicu tinggi pada tanaman. Kekurangan
pupuk organik padat Supernasa®. Hal ini kalium pada tanaman dapat menyebabkan
diduga bahwa pupuk organik padat tanaman tidak tinggi atau tanaman
Supernasa® dapat menyediakan unsur N, P menjadi kerdil dan pinggir-pinggir daun
dan K yang di butuhkan tanaman seledri berwarna coklat, mulai dari daun tua.
dalam proses pertumbuhan vegetatif.
Lingga dan Marsono (2013) menyebutkan Jumlah Tangkai Daun
bahwa unsur nitrogen sangat penting
Pada setiap umur pengamatan jumlah
untuk pertumbuhan vegetatif tanaman
tangkai yang terbanyak adalah perlakuan
karena dapat merangsang pertumbuhan
pupuk anorganik 50% + POP 200 ml per
secara keseluruhan, khususnya batang,
tanaman tetapi tidak berbeda nyata dengan
cabang dan daun. Ketersediaan unsur
perlakuan lainnya. Secara berurutan
nitrogen sangat penting pada saat
jumlah tangkai tanaman seledri terbanyak
pertumbuhan tanaman, karena nitrogen
adalah 4,33 buah; 5,91buah; 7,33 buah;
berperan dalam proses biokimia tanaman.
8,75 buah; 9,91 buah; 11,14 buah dan
Sedangkan fosfor berperan untuk
13,25 buah (Tabel 3). Jika dibandingkan

92
Alham dan Elfarisna. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 88 – 97

dengan kontrol pengurangan pupuk menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat
anorganik 50% hasilnya tidak berbeda Marpaung et al. (2014), semakin tinggi
nyata, bahkan secara angka jumlah dosis pupuk yang diberikan, maka
tangkai daun melebihi dari kontrol. kandungan unsur hara yang diterima oleh
tanaman semakin tinggi, namun
Data diatas menunjukan bahwa pemberian dengan dosis yang berlebihan
pemberian dosis yang lebih tinggi dapat justru dapat menimbulkan pertumbuhan
menjadikan pertumbuhan jumlah tangkai tanaman terhambat.

Tabel 3. Respon Jumlah Tangkai Tanaman Seledri (Apium graveolens L.) terhadap
Penambahan Dosis Pupuk Organik Padat
Jumlah Tangkai
Perlakuan
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST
Pupuk anorganik 100%
4,25 5,58 7,25 7,41 8,83 10,75 12,33
(kontrol)
Pupuk anorganik 50% +
4,25 5,33 7,08 7,66 8,91 10,41 12,00
POP 50 ml
Pupuk anorganik 50% +
4,00 5,41 6,58 7,16 8,83 10,58 11,83
POP 100 ml
Pupuk anorganik 50% +
4,16 5,41 6,66 7,58 9,41 9,58 11,08
POP 150 ml
Pupuk anorganik 50% +
4,33 5,91 7,33 8,75 9.91 11,14 13,25
POP 200 ml
Pupuk anorganik 50% +
4,00 5,00 6,37 7,16 8,33 9,41 10,25
POP 250 ml

Pertumbuhan jumlah tangkai meru- 200 ml per tanaman, memiliki jumlah


pakan bagian dari pertumbuhan vegetatif. tangkai daun terbanyak. Sementara
Pada pertumbuhan vegetatif unsur hara perlakuan pupuk anorganik 50% + POP
yang paling banyak dibutuhkan adalah 250 ml per tanaman, memiliki jumlah
unsur nitrogen. Menurut Balai Penelitian tangkai daun yang paling sedikit, namun
Pertanian Lahan Rawa (2015) menye- perlakuan pupuk anorganik 50% + 200 ml
butkan bahwa unsur nitrogen berperan per tanaman dan P0 (kontrol) memiliki
dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, jumlah tangkai daun yang tidak jauh
memberikan warna pada tanaman dan berbeda.
mendorong pertumbuhan organ-organ
yang berkaitan dengan fotosintesis. Panjang Akar, Jumlah Akar dan Bobot
Nitrogen berfungsi menyusun protein, Akar
asam nukleat, nuklotida dan klorofil pada
Diketahui bahwa (Tabel 4) perlakuan
tanaman, sehingga dengan adanya unsur
pupuk anorganik 50% + POP 200 ml per
nitrogen dapat mempercepat pertumbuhan
tanaman, memiliki panjang akar terpan-
tangkai daun tanaman seledri (Rina,
jang yaitu (21,36 cm) tetapi tidak berbeda
2015).
nyata dengan kontrol dan perlakuan
Menurut Sutedjo (2008), bahwa keter- Supernasa® lainnya. Hal ini diduga
sediaan unsur hara yang diserap oleh masing-masing pupuk yang diberikan
tanaman merupakan salah satu faktor yang mampu memperbaiki sifat fisik tanah
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. sehingga akar dapat berkembang secara
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa leluasa. Sistem perakaran akan tumbuh
perlakuan pupuk anorganik 50% + POP maksimal pada kondisi tanah yang baik

93
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

secara fisik maupun kimia (Nugroho, akar dan bobot akar yang lebih tinggi
2004). Menurut Fahmi et al. (2010), dibandingkan dengan kontrol sedangkan
dalam penelitiannya menyebutkan bahwa perlakuan pupuk organik padat
®
penambahan nitrogen melalui pemupukan Supernasa dengan dosis 250 ml per
akan merangsang pertumbuhan akar dan tanaman memiliki memiliki panjang akar,
meningkatkan berat akar. perakaran yang jumlah akar dan bobot akar terendah. Hal
tumbuh pada tanah cukup N berukuran ini menunjukan bahwa pemberian pupuk
besar, sedangkan perakaran pada tanah dengan dosis optimum bagi pertumbuhan
kurang N lebih panjang, kecil dan dan perkembangan akar akan mempe-
melimpah. ngaruhi kemampuan tanaman dalam
menyerap unsur hara dalam tanah.
Pada Tabel 4 diketahui bahwa perla- Bertolak belakang dengan pendapat
kuan pupuk anorganik 50% + POP 200 ml Siregar et al. (2015), dalam penelitiannya
per tanaman memiliki jumlah akar ter- menyebutkan bahwa dosis pupuk yang
banyak yaitu (11,66 buah) tetapi tidak semakin tinggi mampu memberikan kadar
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. unsur hara fosfor dalam yang tersedia
Pemberian pupuk organik padat dalam tanah semakin tinggi sehingga
Supernasa® dengan dosis 200 ml per banyak unsur hara yang tersedia bagi
tanaman memiliki panjang akar, jumlah pertumbuhan akar tanaman seledri.

Tabel 4. Respon Panjang Akar, Jumlah Akar dan Bobot Akar Tanaman Seledri (Apium
graveolens L.) terhadap Penambahan Dosis Pupuk Organik Padat
Panjang Jumlah Bobot
Perlakuan
Akar (cm) Akar Akar (g)
Pupuk anorganik 100% (kontrol) 19,65 9,83 5,66
Pupuk anorganik 50% + POP 50 ml/tanaman 21,05 10,57 7,14
Pupuk anorganik 50% + POP 100 ml/tanaman 19,59 10,41 6,41
Pupuk anorganik 50% + POP 150 ml/tanaman 18,72 9,16 6,56
Pupuk anorganik 50% + POP 200 ml/tanaman 21,36 11,66 9,91
Pupuk anorganik 50% + POP 250 ml/tanaman 18,41 10,50 5,05

Pada perlakuan pupuk anorganik 50% semakin besar. Sejalan dengan pendapat
+ POP 200 ml per tanaman memiliki Wijaya (2008) menyatakan nitrogen
bobot akar terberat yaitu (9,91 g) tetapi berperan penting dalam mempengaruhi
tidak berbeda nyata dengan semua pertumbuhan akar tanaman dan
perlakuan. Perakaran tanaman seledri percabangan akar. Namun, apabila suplai
adalah sistem akar tunggang yang N berlebihan akan mengubah sifat-sifat
memiliki serabut akar yang pendek. Akar perakaran tanaman. Nitrogen berlebihan
pada percobaan ini termasuk akar yang akan lebih banyak memacu pertumbuhan
sehat, hal ini sesuai dengan pendapat tajuk daripada pertumbuhan akar,
Wachjar dan Anggayuhlin (2013) sehingga untuk pertumbuhan selanjutnya
melaporkan bahwa akar yang sehat akar tanaman tidak mampu melayani
berwarna putih dan memiliki serat yang kebutuhan air dan unsur seperti P dan K
banyak. Akar berinteraksi langsung untuk tajuk yang terlanjur berkembang
dengan partikel-partikel tanah dimana dengan baik. Sutedjo (2008), bahwa
unsur-unsur hara terutama unsur N, P dan unsur fosfor dapat mempercepat pertum-
K berada, sehingga semakin baik serapan buhan akar. Kalium juga berfungsi dalam
hara di akar, pertumbuhan dan perca- perkembangan dan percabangan akar. dan
bangan akar untuk mengambil hara dari kalsium berpengaruh baik pada pertum-
dalam tanah semakin luas dan bobot akar buhan ujung akar dan bulu-bulu akar.

94
Alham dan Elfarisna. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 88 – 97

Fosfor mempunyai peran dalam dosis 200 ml per tanaman yaitu 64,21 g
memperbaiki akar tanaman. Densitas tetapi tidak berbeda nyata dengan semua
(kerapatan) akar distimulasi oleh P perlakuan. Pada Tabel 5 dapat dilihat,
meskipun tidak sebaik pengaruh nitrat. rata-rata bobot basah dan bobot konsumsi
Namun dalam hal memacu pemanjangan tanaman seledri tidak menunjukan
akar lateral P berperan lebih jauh daripada perbedaan pada setiap perlakuan. Bobot
nitrogen. Perakaran tanaman yang basah dan konsumsi untuk perlakuan
mendapat suplai K optimal memiliki pupuk anorganik 50% + POP 200 ml per
kemampuan menyerap air lebih daripada tanaman yaitu 64,21 g per rumpun dan
yang mengalami defisensi K (Wijaya, 54,24 g per rumpun mampu menyamai
2008). atau melebihi bobot terberat yang
dihasilkan petani sebesar 22,51 g per
Bobot Basah dan Bobot Konsumsi rumpun (Firmansyah, 2010). Perlakuan
pupuk anorganik 50% + POP 200 ml per
Bobot basah terberat dihasilkan oleh
perlakuan pupuk anorganik 50% + POP tanaman juga mampu melebihi kontrol.

Tabel 5. Respon Bobot Basah dan Bobot Konsumsi Tanaman Seledri (Apium
graveolens L.) terhadap Penambahan Dosis Pupuk Organik
Perlakuan Bobot Basah (g) Bobot Konsumsi (g)
Pupuk anorganik 100% (kontrol) 51,92 46,50
Pupuk anorganik 50% + POP 50 ml/tanaman 52,72 48,07
Pupuk anorganik 50% + POP 100 ml/tanaman 53,30 47,21
Pupuk anorganik 50% + POP 150 ml/tanaman 54,65 48,08
Pupuk anorganik 50% + POP 200 ml/tanaman 64,21 54,24
Pupuk anorganik 50% + POP 250 ml/tanaman 42,13 36,91

Berat basah tumbuhan disebabkan oleh mendukung ter-jadinya pertumbuhan yang


adanya kandungan air sehingga memung- optimal yang menyebabkan proses
kinkan peningkatan kandungan air pembelahan sel dan pemanjangan sel
tanaman yang optimal. Pendapat berlangsung dengan cepat.
Mutryarny et al., (2014) menyatakan
bahwa berat basah tanaman umumnya Sedangkan respons tanaman seledri
sangat berfluktasi, tergantung pada terhadap perlakuan anorganik 50% + POP
keadaan kelambaban tanaman. Menurut 250 ml per tanaman menyebabkan bobot
Jumin (2008), besarnya kebutuhan air basah dan bobot konsumsi tanaman
pada setiap fase pertumbuhan berhu- seledri rendah. Hal ini diduga bahwa
bungan langsung dengan proses fisiologi, tanaman seledri mengalami kejenuhan
marfologi serta faktor lingkungan. hara sehingga tanaman seledri tidak
mampu menyerap hara secara optimal.
Bobot konsumsi terberat dihasilkan Menurut Indrakusuma (2000), rendahnya
oleh perlakuan pupuk anorganik 50% + bobot basah dan bobot kering tanaman
POP 200 ml per tanaman yaitu 54,24 g seledri disebab-kan penambahan pupuk
tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol organik yang menyebabkan bertambahnya
dan perlakuan Supernasa® lainya (Tabel hara yang tersedia dalam media tanam
5). Hal ini diduga bahwa dosis tersebut sehingga terjadi kelebihan hara yang
dosis yang dibutuhkan tanaman seledri. diserap oleh tanaman. Kelebihan unsur N,
Pendapat ini sejalan dengan penelitian P dan K dapat menyebabkan tanaman
Palimbungan et al. (2006) menyebutkan rentan terhadap penyakit, pertumbuhan
bahwa pemberian pupuk dalam jumlah tanaman terhambat, sehingga tanaman
sesuai dengan kebutuhan tanaman mengalami difesiensi (Lailiya, 2016).

95
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Menurut Sutedjo (2008) meyebutkan Fahmi, A, Syamsudin, S. Utami dan


unsur nitrogen berperan meningkatkan Radjagukguk. 2010. Pengaruh Interaksi
kualitas tanaman penghasil daun-daunan, Hara Nitrogen dan Fosfor terhadap
akan banyak menghasilkan daun dan Pertumbuhan Jagung (Zea mays L.)
batang. Fosfor berperan mempercepat pada Tanah Regosol dan Latosol.
pertumbuhan serta meningkatkan hasil Berita Biologi, Vol. 10 (3): 297 – 304.
produksi tanaman sedangkan kalium Firmansyah, A. 2010. Teknik Budidaya
memiliki peran memperbaiki mutu Daun Sop (Plus Data Produksi). BPTP
produksi tanaman karena kalium dapat Kalimantan Tengah. Kalimantan
mencegah klorosis daun yang menjadi Tengah
bagian hasil dari panen. Hal tersebut dapat Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah.
berfungsi lebih baik apabila peng- Akademika Pressindo. Jakarta.
aplikasian dilapangan tepat. Hartono. 2016. Budidaya Tanaman
Seledri. Penyuluh Pertanian BP3K
SIMPULAN Sanankulon. http://blitarkab.go.id/ wp-
connect/.uploads/2016/09/Car a-
Pada seluruh parameter yang diamati
Menanam-Seledri.pdf (Diakses 11 Mei
perlakuan pupuk anorganik 50% + POP
2017).
dosis 200 ml per tanaman memiliki nilai
Indrakusuma. 2000. Pupuk Organik Cair
yang tinggi dibandingkan dengan
Supra Alam Lestari. Surya Pratama
perlakuan lainnya. Semua perlakuan tidak
Alam. Yogyakarta.
berbeda nyata terhadap seluruh parameter
Jumin, H. 2008. Agronomi. Raja Grafindo
yang diamati. Penambahan dosis pupuk
Persada. Jakarta.
organik padat Supernasa® dengan dosis
Lailiya, L. 2016. Memahami Unsur Hara
200 ml per tanaman lebih efektif
Makro dan Mikro pada Tanaman.
dibandingkan dengan penam-bahan dosis
http://bp4k.blitarkab.go.id/wp-content/
250 ml per tanaman pupuk organik padat
upload/2016/09/Memahami-Unsur-Ha
Supernasa® dan kontrol (anorganik 100%),
ra-Makro-dan-Mikro-pada-
sehingga dapat direkomendasikan sebagai
Tanaman.pdf (Diakses 16 Mei 2017)
pupuk pelengkap (tambahan) untuk
Lestari, A.P. 2009. Pengembangan
komoditi tanaman seledri.
Pertanian Berkelanjutan Melalui
DAFTAR PUSTAKA Subsitusi Pupuk Anorganik dengan
Pupuk Organik. Jurnal Agronomi, Vol.
Andini, M. 2015. Si Kutu “Putih”, Hama 13 (1): 38 – 44.
Kecil Berdampak Besar pada Tanaman Lingga, P. dan Marsono. 2013. Petunjuk
Pepaya. Balai Penelitian Tanaman Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Buah Tropika. Sumatra Barat Jakarta.
Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 2014. Marpaung, A.E. 2014. Pemanfaatan
Modul Pelatihan Budidaya Kentang Pupuk Organik Padat dan Pupuk
Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Organik Cair dengan Pengurangan
Hama Terpadu (PHT). http://balitsa. Pupuk Anorganik terhadap Pertum-
litbang.pertanian.go.id/ind/images/cont buhan Tanaman Jagung. Jurnal
acmap/Berita%20Balitsa/.Pengenalan% Saintech, Vol. 6 (4): 8 – 15.
20Penyakit%20yang%20Menyerang% Marpaung, A.E., B. Karo dan R. Taringan.
20Pada%20Tanaman%20Kentang.pdf 2014. Pemanfaatan Pupuk Organik
(Diakses 11 Mei 2017). Cair dan Teknik Penanaman Dalam
Edi, S. 2009. Teknologi Budidaya Seledri Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil
Dataran Rendah. Balai Pengkajian Kentang. Jurnal Hortikultura, Vol. 24
Teknologi Pertanian Jambi. Jambi. (1): 49 – 55.

96
Alham dan Elfarisna. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 88 – 97

Marsono. 2013. Pertunjuk Penggunaan Siregar, I, D. I. Roslim dan Herman. 2015.


Pupuk. Pinus Lingga. Jakarta Respon Panjang dan Volume Akar
Mutryarny, E, Endriani dan U. Lestari. Seledri (Apium grveolens L.) terhadap
2014. Pemanfaatan Urine Kelinci untuk Kompos Pelepah Kelapa Sawit dan
Meningkatkan Pertumbuhan dan Pupuk Kotoran Kerbau. Jurnal Online
Produksi Tanaman Sawi (Brassica Mahasiswa FMIPA, Vol. 2 (2): 1 – 7.
juncea L.) Varietas Tosakan. Jurnal Sutedjo, M. 2008. Pupuk dan Cara
Ilmiah Pertanian, Vol. 11 (2): 23 – 34. Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta
Nugroho B. 2004. Petunjuk Penggunaan Sutrisna, N., S. Sastraatmadja dan I. Ishaq.
Pupuk Organik. Jurnal Ilmu Pertanian 2005. Kajian Sistem Penanaman
13(9): 23 – 27. Tumpangsari Kentang dan Seledri di
Palimbungan, N.R, Labatar dan F. Lahan Dataran Tinggi Rancabali,
Hamzah. 2006. Pengaruh Ekstrak Daun Kabupaten Bandung. Jurnal Pengkajian
Lamtoro sebagai Pupuk Organik Cair dan Pengembangan Tekhnologi
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pertanian, Vol. 8. (1): 78 – 87.
Tanaman Sawi. Jurnal Agrisitem, Vol.2 Suwahyono, U. 2011. Petunjuk Praktis
(2): 96 – 101. Penggunaan Pupuk Orgaik secara
Rina. 2015. Manfaat Unsur N, P, K bagi Efektif dan Efisien. Penebar Swadaya.
Tanaman. Badan Litbang Pertanian. Jakarta
Kalimantan Timur Direktorat Jenderal Hortikultura. 2014.
Rukmana, R. 2011. Bertanam Seledri. Statistik Produksi Hortikultura Tahun
Kanisius. Yogyakarta 2014. Kementerian Pertanian. Jakarta
Salvia, E. 2012. Teknologi Budidaya Tim Prima Tani. 2011. Petunjuk Teknis
Seledri dalam Pot. Balai Pengkajian Budidaya Seledri. Balai Penelitian
Teknologi Pertanian Jambi. Jambi. Tanaman Sayuran. Bandung
http://jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/ Wachjar, A dan Anggayuhlin. 2013.
images/PDF/12seledri.pdf (Diakses Peningkatan Produktivitas dan
pada 12 Mei 2016) Efesiensi Konsumsi Air Tanaman
Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Bayam (Amaranthus tricolor L.) pada
Pemupukan. Dalam. Arlingga, B., A. Teknik Hidroponik melalui Pengaturan
Syukur dan H. Mas’ud. 2014. Pengaruh Populasi Tanaman. Bul. Agrohorti,
Persentase Naungan dan Dosis Pupuk Vol. 1 (1): 127 – 134.
Organik Cair terhadap Pertumbuhan Wijaya. K.A. 2008. Nutrisi Tanaman
Tanaman Seledri (Apium graveolens sebagai Penentu Kualitas Hasil dan
L.). Jurnal Agrotekbis, Vol.2 (6): 611 – Resistensi Alami Tanaman. Prestasi
619. Pustaka. Jakarta.

97

Anda mungkin juga menyukai