Anda di halaman 1dari 40

ACARA V

KARBOHIDRAT

1.1. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pengujian sifat kelarutan karbohidrat (KH) dan mampu
secara kualitatif ada tidaknya karbohidrat dalam suatu bahan menggunakan reagen Lugol.
1.2 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Karbohidrat Kompleks dengan Uji Lugol

WARNA SETELA MENGANDUNG AMIL


BAHAN MAKA WARNA A
NO. H DITETESI LUG UM
NAN WAL
OL YA TIDAK

Larutan Tepung Putih Keruh Biru Kehitaman


1. 
Tapioka

2. Larutan Gula Bening Coklat 

3. Putih Telur Bening Coklat 

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2022.

1.3 Pembahasan

A. CIRI-CIRI KARBOHIDRAT KOMPLEKS

Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen dan
oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat ini adalah menghasilkan
energi di dalam tubuh. Senyawa karbohidrat menyumbangkan 70 – 80% sumber energi untuk
aktivitas manusia. Karbohidrat secara garis besar dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu
karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks.). Karbohidrat kompleks terdiri atas
polisakarida yang terdiri atas lebih dari dua ikatan monosakarida dan serat yang dinamakan juga
polisakarida nonpati. Karbohidrat kompleks memiliki lebih banyak nutrisi dan membutuhkan
waktu lebih lama bagi tubuh untuk dicerna. Makanan karbohidrat kompleks menyediakan
vitamin, mineral, dan serat yang penting bagi kesehatan. Jenis dari karbohidrat kompleks adalah
sumber bahan pokok seperti padi, umbi-umbian, jagung dan gandum (Farizi & Nuqul, 2013).

B. UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT KOMPLEKS

Untuk mengetahui keberadaan karbohidrat kompleks dapat dilakukan uji kualitatif


karbohidrat yang disebut dengan uji lugol. Karbohidrat terdiri dari satu atau dua molekul gula
(Atssam, 2019) sehingga bahan makanan yang mengandung karbohidrat kompleks akan
mengalami perubahan warna menjadi biru kehitaman akibat ditetesi lugol 2 atau 3 tetes seperti
yang sudah di lakukan pada percobaan praktikum. Hal ini disebabkan oleh kondensasi iodin
dengan karbohidrat dimana monosakarida akan menghasilkan warna yang khas. Hal ini juga
terjadi karena di dalam larutan pati terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks
sehingga pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam
spiralnya dan menyebabakan perubahan warna biru kehitaman pada kompleks tersebut
(Fessenden, 1992).

C. LUGOL / IOD

Lugol dapat menjadi uji kualitatif pada karbohidrat kompleks. Lugol adalah indikator
yang gunanya untuk mengetahui kandungan amilum suatu bahan. Hal ini sependapat dengan apa
yang dinyatakan oleh Ratna et al. (2015) bahwa lugol memiliki fungsi untuk menguji amilum
pada suatu senyawa organik. Suatu bahan organik yang mengandung amilum akan berubah
warna menjadi biru kehitaman bila ditetesi dengan lugol. Jika perubahan warnanya semakin
menghitam itu berarti kandungan amilum pada bahan tersebut semakin banyak. Kompleks
adsopsi yang berwarna spesifik juga akan ditunjukan suatu bahan polisakarida jika ditambahkan
lugol. Ini sesuai dengan pernyataan Wulandari et al. (2014), bahwa polisakarida yang
ditambahkan lugol akan membentuk adsopsi yang kompleks dan berwarna spesifik.

D. HASIL PENGAMATAN

Berdasarkan percobaan praktikum yang dilakukan bahwa larutan tepung tapioka


termasuk dalam karbohidrat kompleks karena bereaksi terhadap larutan lugol. Tepung tapioka
atau tepung kanji berasal dari sari pati tanaman singkong. Pati atau amilum merupakan salah satu
senyawa polisakarida yang terdapat dalam tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Akbar et al.,
(2013) yang menyatakan bahwa pati merupakan senyawa polisakarida yang terdiri dari
monosakarida yang berikatan melalui ikatan oksigen. Pada larutan gula dan putih telur tidak
termasuk dalam karbohidrat kompleks, karena putih telur tidak mengandung karbohidrat
melainkan sumber protein. Sedangkan untuk larutan gula, bukan juga termasuk karbohidrat
kompleks karena larutan gula sendiri termasuk dalam senyawa monosakarida atau disakarida
sehingga termasuk dalam karbohidrat sederhana Hal ini sesuai dengan pendapat Rochani et al.,
(2016) yang menyatakan bahwa gula secara kimiawi merupakan senyawa karbohidrat golongan
monosakarida dan disakarida.

E. PERUBAHAN WARNA (UJI ADANYA KARBOHIDRAT KOMPLEKS)

Pengujian adanya karbohidrat kompleks dari bahan makanan Tepung Tapioka, Larutan
Gula, Putih Telur ini dilakukan dengan menggunakan indikator lugol untuk mengetahui ada atau
tidaknya kandungan amilum dalam bahan makanan tersebut. Seperti yang dikatakan (Sari et al.,
2017) bahwa uji amilum dapat dilakukan dengan larutan lugol, di mana bahan yang diuji setelah
ditetesi lugol akan berubah warna menjadi biru keunguan sampai kehitaman. Hasil dari
pengujian tersebut Tepung Tapioka merupakan bahan yang mengandung amilum dikarenakan
mula-mula berwarna keruh dan setelah ditetesi lugol berubah warna menjadi biru kehitaman, hal
ini menunjukkan bahwa Tepung Tapioka termasuk karbohidrat kompleks, hal ini sesuai dengan
pendapat (Fitri & Fitriana, 2020) yang menyatakan bahwa amilum memberikan warna biru pada
iodium, sedangkan glikogen dan tepung yang sudah dihidrolisis sebagian memberikan warna
merah sampai coklat dengan iodium. Sementara pada Larutan Gula dan Putih Telur tidak terjadi
perubahan warna menjadi biru kehitaman yang berarti ini tidak mengandung amilum.

F. ADA ATAU TIDAKNYA KARBOHIDRAT KOMPLEKS

Pada percobaan uji karbohidrat kompleks sampel tepung tapioka setelah diberi larutan
lugol berubah warna menjadi biru kehitaman,hal tersebut mengindikasikan bahwa sampel tepung
tapioka mengandung amilum atau pati. Sejalan dengan Sudarma et al. (2018) yang menyatakan
bahwa semakin hitam warna yang ditimbulkan dari larutan lugol berarti makanan tersebut
banyak mengandung amilumnya. Tepung tapioka termasuk ke dalam karbohidrat kompleks
karena di dalam tepung tapioka mengandung pati yang berasal dari pati singkong. Pati
merupakan jenis karbohidrat kompleks.Hal ini sesuai dengan pendapat Windiharja (2018) yang
menyatakan bahwa polisakarida yang mengandung pati dengan kandungan amilopektin yang
tinggi tetapi lebih rendah daripada ketan dengan spesifikasi amilopektin 83,16 % dan amilosa 17
% disebut dengan pati yang tergolong sebagai karbohidrat kompleks. Pada percobaan larutan
gula dan larutan putih telur tidak menunjukan perubahan warna yang signifikan, larutan gula dan
larutan putih telur berubah warna menjadi cokelat,hal tersebut mengindikasikan bahwa sampel
larutan gula dan putih telur tidak mengandung amilum dan menunjukan bahwa larutan gula
mengandung karbohidrat sederhana serta larutan putih telur tidak mengandung karbohidrat.

Ada atau tidaknya karbohidrat kompleks dapat diketahui dan diuji secara kualitatif
menggunakan lugol dan dapat menghasilkan warna biru tua, pada reaksinya anion triodida
langsung menghasilkan warna biru kehitaman yang pekat saat bersentuhan dengan pati.Hal ini
sesuai dengan pernyataan Pradana (2012) yang menyatakan bahwa dalam pengujian karbohidrat
kompleks pada suatu makanan dapat menggunakan larutan lugol dan memberikan hasil positif
yang ditunjukkan dengan perubahan warna bahan makanan menjadi berwarna biru
kehitaman.Larutan lugol mengandung Iodin dan Kalium Iodida. Iodin tersebut akan bereaksi
dengan ikatan heliks pada karbohidrat karena dalam larutan pati terdapat unit-unit glukosa yang
membentuk rantai heliks dan terdapat adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosa
nya sehingga menyebabkan terjadinya perubahan warna biru tua (Syauqi,2020).

G. REAKSI LUGOL/IOD TERHADAP KARBOHIDRAT KOMPLEKS

Uji lugol atau uji iodin adalah salah satu uji kualitatif karbohidrat untuk menentukan
keberadaan karbohidrat kompleks. 1 ml sampel ditetesi dengan 2-3 tetes larutan lugol lalu
sampel akan berubah menjadi warna kebiruan atau ungu pada sampel yang mengandung
karbohidrat kompleks. Hal ini sesuai dengan pendapat Zubaidah (2013) yang menyatakan
amilum memberikan warna biru pada iodium, sedangkan glikogen dan tepung yang sudah
dihidrolisis sebagian memberikan warna merah sampai cokelat dengan iodium. Sampel yang
mengandung karbohidrat komplek pada dasarnya akan mengalami perubahan reaksi menjadi
warna ungu atau kebiruan.
1.4 Kesimpulan

Hasil yang diperoleh dari hasil pengamatan karbohidrat kompleks dengan uji lugol yaitu
tepung tapioka termasuk dalam karbohidrat kompleks karena bereaksi terhadap larutan lugol, hal
tersebut mengindikasikan bahwa sampel tepung tapioka mengandung amilum atau pati
Sedangkan untuk larutan gula dan larutan putih telur berubah warna menjadi cokelat, hal tersebut
mengindikasikan bahwa sampel larutan gula dan putih telur tidak mengandung amilum dan
menunjukan bahwa larutan gula mengandung karbohidrat sederhana serta larutan putih telur
tidak mengandung karbohidrat.

1.5 Kontribusi Setiap Anggota

A. Pembagian Tugas berdasarkan Struktur Laporan

Tujuan + Hasil : - Probo Abdu Naja Aliya 23020321140088

- Putri Beata Manurung 23020321140089

Kesimpulan + Dapus : Nisrina Amalia Puteri 23020321140103

Pembahasan : - Nadella Nurhaliza 23020321140133

- Nabil Nasution 23020321140130

- Nadja Nadia Bassalem 23020321140100

- Nova Indah Larasati 23020321120023


B. Pembagian Tugas berdasarkan Materi

1. Ciri-ciri Karbohidrat Kompleks: Nisrina Amalia Puteri 23020121140103

2. Uji Kualitatif Karbohidrat Kompleks : Putri Beata Manurung 23020321140089

3. Lugol / Iod : Nadja Nadia Bassalem 23020321140100

4. Hasil Pengamatan : Probo Abdu Naja Aliya 23020321140088

5. Perubahan Warna : Nadella Nurhaliza 23020321140133

6. Ada Atau Tidaknya Karbohidrat Kompleks : Nova Indah Larasati 23020321120023

7. Reaksi Lugol / Iod Terhadap Karbohidrat Kompleks : Nabil Nasution 23020321140130


Daftar Pustaka

Akbar, F., Z. Anita, dan H. Harahap. 2013. Pengaruh Waktu Simpan Film Plastik Biodegradasi
dari Pati Kulit Singkong Terhadap Sifat Mekanikalnya. J. Teknik Kimia USU. 2(2): 11-15.

Atssam, A. A. M., Ichsani, & Ihsan. (2019). Perbandingan pemberian karbohidrat sederhana dan
karbohidrat kompleks terhadap daya tahan kardiovaskular pada pemain sepak bolaTim SSB
Taeng. Prosiding Seminar Nasional Lembaga Penelitian Universitas Negeri Makassar.
Makassar, 89–92.

Farizi, Z. A., & Nuqul, F. L. (2013). Beda Makanan, Beda Kemampuan Perhatian: Studi
Eksperimen Tentang Pengaruh Glycemic Index Caution Terhadap Kemampuan Deteksi
Sinyal. Jurnal Psikoislamika, 10(1), 41–52.

Fessenden, R. J. & Fessenden, J. S. (1992). Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.

Fitri, A. S., & Fitriana, Y. A. N. (2020). Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat. Sainteks,
17(1), 45.

Pradana,R.2012.Pengembangan Media Pembelajaran Biologi Uji Makanan Menggunakan Adobe


Flash Professional Cs5.Universitas Negeri Yogyakarta.(Skripsi)

Ratna, A. dan Fitria, Y. 2015. Pembuatan gula cair dari pati singkong dengan menggunakan
hidrolisis enzimatis. J. Fluida. 11(2): 9-14.

Rochani, A., S. Yuningsih, dan Z. Mas’um. 2016. Pengaruh Konsentrasi Gula Larutan Molases
Terhadap Kadar Etanol Pada Proses Fermentasi. J. Reka Buana. 1(1): 43-48.

Sari, A. K., Indriyani, S., Ekowati, G., & Batoro, J. (2017). Keragaman Struktur Butir Amilum,
Kadar Tepung, dan Clustering Delapan Taksa . Jurnal Biotropika, 5(1), 14–21.

Sudarma,N.,Idayani,S.,Setiawan,D.,dan Dharmawan,O.P.2018.Pemanfaatan Betadine Sebagai


Indikator Uji Klorin Pada Beras Berpemutih.BMJ.5(2):157-164

Syauqi,M.2020.Optimasi dan Pengujian Test Kit Sederhana Pendeteksi Aktivitas Enzim Diatase
Pada Madu.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.(Skripsi)

Windiharja,F.D.2018.Pengaruh Substitusi Tepung Tapioka Dengan Tepung Pati Garut Terhadap


Keempukan, Kadar Air, Daya Ikat Air, Warna Dan PH Bakso Daging Kuda.Universitas
Brawijaya Malang.(Skripsi)

Wulandari, S. Ayu. 2014. Sistem pencernaan. J. Biologi FMIPA ITS. 1(1): 1-7.

Zubaidah, N.S. 2013. Karbohidrat. Diakses pada 24 Maret 2021. http://siti-nurul-


fst12.web.unair.ac.id/artikel_detail-79177-Umum-karbohidrat.html
Lampiran (Jika Ada)
ACARA VI

PROTEIN

1.1 Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan percobaan pengujian secara kualitatif ada tidaknya protein
dalam suatu bahan menggunakan indikator Biuret.
1.2 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Biuret Terhadap Putih Telur

TABUNG PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


Putih telur setelah dipanaskan + B Larutan berubah menjadi ungu se
1
iuret telah ditambahkan biuret
Putih telur tanpa pemanasan + Larutan berubah menjadi ungu se
2
Biuret telah ditambahkan biuret
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2022.
1.3 Pembahasan

A. Perubahan Warna Putih Telur Yang Dipanaskan Dan Tidak Dipanaskan

Putih telur yang dipanaskan mengalami perubahan warna menjadi ungu yang lebih pudar
sedangkan putih telur yang tidak dipanaskan mengalami perubahan warna menjadi ungu gelap.
hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan Ramadhani et al. (2019) yang menyatakan bahwa
perubahan warna pada putih telur yang dipanaskan akan menjadi warna ungu (violet) bila positif
dan akan berwarna ungu gelap atau biru berarti negatif pada putih telur yang tidak dipanaskan.
Saat tidak dipanaskan putih telur yang diteteskan larutan biuret tetap berubah warna menjadi
ungu. Kandungan protein yang terdapat di dalam putih telur bereaksi terhadap larutan biuret
sehingga mengubah warnanya menjadi ungu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purnama et al.,
(2019) yang menyatakan bahwa putih telur megandung protein sebesar 12,8% - 13,4%, sehingga
apabila diuji dengan metode biuret akan bereaksi positif protein yang menghasilkan warna ungu.
Oleh karena itu, tidak ada bedanya antara putih telur yang dipanaskan dan tidak dipanaskan
karena putih telur mengandung sebuah protein dan akan bereaksi positif terhadap larutan biuret.
B. Mengapa Terjadi Pembentukan Endapan Pada Telur Yang Dipanaskan

Pemanasan pada putih telur akan mengalami denaturasi, denaturasi tersebut akan
mengubah ikatan peptida pada protein putih telur menjadi lebih sederhana. Pemanasan akan
membuat protein pada putih telur terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun,
hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non kovalen yang
ada pada struktur alami protein tetapi tidak memutuskan ikatan kovalen nya yang berupa ikatan
peptida.Hal ini sesuai dengan pendapat Triyono (2010) yang menyatakan bahwa hilangnya sifat-
sifat struktur lebih tinggi karena terpecahnya hidrogen,interaksi hidrofobik,ikatan garam dan
terbuka nya lipatan molekul protein sehingga hilangnya sifat protein disebut dengan denaturasi.
Panas dapat digunakan untuk memecahkan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik nonpolar,hal
ini terjadi karena suhu yang tinggi dapat meningkatkan energi kinetik dan menyebabkan molekul
penyusun protein pada putih telur bergerak sangat cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul
tersebut.Pemanasan pada telur akan mengakibatkan albumin membuka lipatan dan
mengendap.Hal ini sesuai dengan pendapat Nuruzzakiah et al.(2016) yang menyatakan bahwa
larut dalam air,terkoagulasi oleh panas dan berkurannya kelarutan protein, sehingga protein
mudah mengendap disebut dengan sifat protein yang sudah terdenaturasi.

Telur yang dipanaskan akan menggumpal dan tidak bisa kembali ke bentuk aslinya, hal
ini disebabkan karena penguapan air saat pemanasan tetapi senyawa tannin tidak ikut menguap
saat pemanasan, tannin akan mengikat dan bereaksi dengan sebagian air yang tersisa dan larut
dalam air sehingga terjadi pengendapan, seperti yang dikemukakan oleh Putra, (2014) bahwa
sifat dari senyawa tannin tersebut dengan air adalah tannin larut dalam air, tannin akan
mengendap dengan adanya protein dan akan mengendap jika melalui proses pemanasan. Telur
saat dipanaskan akan mengalami koagulasi/penggumpalan dan sifat ini tidak dapat berubah
kebentuk asalnya.
C. Reaksi Antara Protein dan Biuret

Larutan protein dengan reagen biuret jika dicampurkan akan menghasilkan wara ungu
karena reagen biuret mengandung NaOh dan CuSO4. Kompleks warna ungu yang terbentuk
menunjukkan terdapat protein dalan suatu larutan, intensitas warna yang dihasilkan merupakan
ukuran jumlah ikatan peptida yang ada dalam protein (Bintang et al,. 2020). Reaksi biuret
memiliki prinsip membuat tenaga sulfat pada logam alkali dengan senyawa yang mengandung
dua atau lebih ikatan peptide. Seperti halnya yang dipaparkan oleh (Candra Purnama et al., 2019)
bahwa Metode biuret ini merupakan metode yang baik untuk menentukan kandungan larutan
protein karena seluruh protein mengandung ikatan peptida. Reagen biuret berfungsi untuk
membentuk kompleks. Ini sesuai dengan pendapat yang dinyatakan oleh Maria (2010), bahwa
reagen biuret berfungsi untuk membentuk kompleks yang gunanya utuk mengetahui zat-zat yang
terkandung didalamnya. Hanya senyawa yang mengandung ikatan peptide sajalah yang akan
bereaksi dengan pereaksi biuret karena reaksi biuret adalah reaksi yang spesifik. Reagen biuret
bereaksi dengan peptide protein. Ini sesuai dengan pernyataan Dewi (2018), bahwa reagen biuret
dengan ikatan peptide protein akan aktif bereaksi. Perubahan warna menjadi ungu menunjukkan
adanya protein sampel yang disebabkan karena adanya ion Cu+ dengan ikatan peptide protein.

1.4 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan uji biuret terhadap putih telur, jika putih telur yang
dipanaskan dan ditambahkan biuret akan mengalami perubahan warna menjadi ungu yang lebih
pudar yang menandakan adanya endapan protein atau yang disebut denaturasi, denaturasi
tersebut akan mengubah ikatan peptida pada protein putih telur menjadi lebih sederhana.
Sedangkan putih telur yang tidak dipanaskan mengalami perubahan warna menjadi ungu gelap,
tidak ada bedanya antara putih telur yang dipanaskan dan tidak dipanaskan karena putih telur
mengandung sebuah protein dan akan bereaksi positif terhadap larutan biuret.
1.5 Kontribusi Setiap Anggota

A. Pembagian Tugas berdasarkan Struktur Laporan

Tujuan + Hasil : - Probo Abdu Naja Aliya 23020321140088

- Putri Beata Manurung 23020321140089

Kesimpulan + Dapus : Nisrina Amalia Puteri 23020321140103

Pembahasan : - Nadella Nurhaliza 23020321140133

- Nabil Nasution 23020321140130

- Nadja Nadia Bassalem 23020321140100

- Nova Indah Larasati 23020321120023

B. Pembagian Tugas berdasarkan Materi

1. Perubahan Warna Putih Telur Yang Dipanaskan Dan Tidak Dipanaskan : Nisrina Amalia
Puteri 23020321140103 & Probo Abdu Naja Aliya 23020321140088

2. Mengapa Terjadi Pembentukan Endapan Pada Telur Yang Dipanaskan : Nabil Nasution
23020321140130 & Nova Indah Larasati 23020321120023

3. Reaksi Antara Protein Dan Biuret : Nadella Nurhaliza 23020321140133 & Nadja Nadia
Bassalem 23020321140100
Daftar Pustaka

Bintang, Maria et al. 2020. Biokimia Fisik. Bogor: IPB Press Printing

Bintang, M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga

Nuruzzakiah, Hafnati,R.,Dan Devi,S.2016.Pengaruh Konsentrasi Garam Terhadap Kadar Protein


Dan Kualitas Organoleptik Telur Bebek.Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan
Biologi.1(1):1-9

Purnama, R. C., A. Retnaningsih, dan I. Aprianti. 2019. Perbandingan Kadar Protein Susu Cair
UHT Full Cream pada Penyimpanan Suhu Kamar dan Suhu Lemari Pendingin dengan
Variasi Lama Penyimpanan dengan Metode Kjeldhal. J. Analisis Farmasi. 4(1): 50-58.

Putra, Adi (2014). Studi perbandingan ekstrak daun bakau (rhizophora mangle l) dan ekstrak
daun jambu biji (psidium guajava l) yang digunakan sebagai bahan penyamak alami
dalam perbuatan telur pidang. J. Teknologi Pertanian, 3(1): 61-69

Ramadhani, N., H. Herlina dan A. C. Pratiwi. 2019. Perbandingan Kadar Protein Telur pada
Telur Ayam dengan Metode Spektrofotometri VIS. J. Ilmiah Farmasi. 6(2): 53-55.

Triyono,Agus.2010.Mempelajari Pengaruh Penambahan Beberapa Asam Pada Proses Isolasi


Protein Terhadap Tepung Protein Isolat Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus
L.).Universitas Diponegoro Semarang.Prosiding Seminar Rekayasa Kimia Dan
Proses.Semarang,4-5 Agustus 2010.Lembaga Penelitian Ilmiah Balai Besar
Pengembangan Teknologi Tepat Guna.1-9

Yuliani, D. 2018. Petunjuk Praktikum Biologi I. Universitas Negeri Islam


Maulana Malik Ibrahim: Malang.
Lampiran (Jika Ada)
ACARA VII

LEMAK

1.1 Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan percobaan pengujian sifat kelarutan lemak dan mampu
menguji secara kualitatif ada atau tidaknya lemak dalam suatu bahan.
1.2 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji KOH Terhadap Minyak Goreng

NO. PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


Sampel minyak goreng + indikator PP + Campuran berwarna merah muda dan
1.
larutan KOH 0,5 N kemudian kocok mengandung sedikit busa

Sampel minyak goreng setelah 5 kali pe Campuran berwarna merah muda se


2. nambahan larutan KOH 0,5 N makin memudar dan mengandung ban
yak busa
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2022.
1.3 Pembahasan

A. PENGERTIAN SAPONIFIKASI

Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak/minyak oleh adanya basa kuat (NaOH
atau KOH) atau dikenal dengan larutan alkali (lye). Salah satu contoh reaksi Saponifikasi yaitu
saat pembuatan sabun dari minyak kelapa sawit. Saponifikasi dilakukan dengan mereaksikan
minyak kelapa sawit (triglisrida) dengan alkali (biasanya menggunakan NaOH atau KOH) yang
dilakukan pada suhu 60-70 °C sehingga menghasilkan gliserol dan garam alkali Na (sabun)
(Dyartani et al., 2014).

B. TUJUAN DARI PENGUJIAN SAPONIFIKASI

Saponifikasi bertujuan untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak untuk
direaksikan dengan basa sehingga terbentuk sabun. Prinsip dalam proses saponifikasi yaitu
lemak akan terhidrolisis oleh basa menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Suatu cairan yang
mengental akan terbentuk melalui proses pencampuran antara minyak dan alkali, atau disebut
juga dengan trace.

C. PRINSIP SAPONIFIKASI

Prinsip dalam proses saponifikasi, yaitu lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan
gliserol dan sabun mentah. Hal ini sesuai dengan pendapat Khuzaimah (2016) yang menyatakan
bahwa bahwa reaksi saponifikasi melibatkan basa yang menghidrolisis trigliserida. Trigliserida
dapat berupa ester asam lemak membentuk garam karboksilat. Hal ini juga sesuai dengan
pendapat Salendra et al., (2018) yang menyatakan bahwa proses reaksi penyabunan
(saponifikasi) diperlukan basa mineral untuk menghidrolisis senyawa ester ataupun asam lemak
yang umumnya menggunakan NaOH atau KOH. Proses pencampuran antara minyak dan alkali
kemudian akan membentuk suatu cairan yang mengental, yang disebut trace.

D. HASIL PENGAMATAN

Prinsip dalam proses saponifikasi, yaitu lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan
gliserol dan sabun mentah. Hal ini sesuai dengan pendapat Khuzaimah (2016) yang menyatakan
bahwa bahwa reaksi saponifikasi melibatkan basa yang menghidrolisis trigliserida. Trigliserida
dapat berupa ester asam lemak membentuk garam karboksilat. Hal ini juga sesuai dengan
pendapat Salendra et al., (2018) yang menyatakan bahwa proses reaksi penyabunan
(saponifikasi) diperlukan basa mineral untuk menghidrolisis senyawa ester ataupun asam lemak
yang umumnya menggunakan NaOH atau KOH. Proses pencampuran antara minyak dan alkali
kemudian akan membentuk suatu cairan yang mengental, yang disebut trace.

E. BERAPA LAMA PEMANASAN HINGGA MENIMBULKAN BUIH

Pada percobaan uji saponifikasi,KOH alkaholis yang digunakan adalah 0,5 N.Minyak
sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam gelas beker dan ditambahkan dengan KOH sebanyak 1 mL
atau setara dengan 20 tetes kemudian dilakukan pengadukan untuk memperbesar probobalitas
interaksi antar molekul reaktan yang bereaksi dan pemanasan pada suhu 60°C sampai 80
°C.Menurut Bidillah (2017) dalam proses saponifikasi khususnya pada saat pemanasan lemak
suhu ideal yang dapat digunakan berada pada suhu 60°C sampai 80 °C dalam mendukung suatu
percepatan suatu reaksi tersebut.Lamanya waktu pemanasan sangat bervariasi dan sangat
berpengaruh terhadap jumlah sabun yang dihasilkan.Hal ini sesuai dengan pernyataan Susanti et
al. (2011) yang menyatakan bahwa semakin lama waktu proses pemanasan,berarti semakin
banyak jumlah sabun yang dihasilkan.Tujuan dilakukan proses pemanasan dalam uji saponifikasi
adalah untuk mempercepat suatu reaksi penyabunan,Sejalan dengan Parsaulian et al. (2019) yang
menyatakan bahwa adanya proses pemanasan dapat membuat suatu lemak menjadi tersabunkan
Lamanya pemanasan untuk menimbulkan buih,cukup ditunggu beberapa saat sambil dilakukan
proses pengadukan sampai komponen larutan tersebut berbuih,lalu pengadukan dan pemanasan
dihentikan pada saat larutan tersebut telah tersabunkan.Larutan tersebut kemudian ditetesi
indikator PP untuk mengubah larutan menjadi bewarna merah muda yang mengindikasikan
larutan tersebut menjadi basa.Hal ini sesuai dengan pernyataan Simanjutak (2018) yang
menyatakan bahwa suatu sampel dapat dikatakan basa apabila saat dilakukan penambahan
indikator PP larutan tersebut berubah warna menjadi merah muda.Larutan tersebut kemudian
dipanaskan dan ditetesi KOH Alkoholis 0,5 N sehingga dapat memudarkan warna merah muda
yang menandakan sudah terbentuk adanya reaksi antara minyak dengan KOH Alkoholis 0,5N dan
tekstur terasa licin yang mengindikasikan terbentuknya sabun pada suatu larutan tersebut.Hal ini
sesuai dengan pernyataan Perwitasari (2011) yang menyatakan bahwa tujuan penambahan KOH
dalam proses saponifikasi melarurutkan lemak dan kemudian lemak tersebut pecah menjadi
gliserol dan trigliserida.

F. Perubahan Saat Ditetesi PP

Perubahan yang terjadi setelah ditambah dengan dua tetes indikator PP adalah adanya
perubahan warna menjadi merah muda yang berarti larutan tersebut memiliki sifat basa.

G. Perubahan Saat Ditetesi KOH Alkoholis

Setelah warna larutan berubah menjadi merah muda, larutan kembali dipanaskan dan
ditambahkan KOH alkoholis 0,5 N. Setelah 5 kali penambahan larutan KOH 0,5 N, terjadi
perubahan warna menjadi bening. Selain itu, hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa pada
sampel tersebut tidak ada minyak dan sudah terbentuk sabun. Hal ini sesuai dengan pernyataan
(Merangin et al., 2018) yang menunjukkan bahwa semakin banyak KOH yang ditambahkan pada
proses penyabunan, maka semakin kecil persen lemak tak tersabunkan. Hal ini disebabkan
karena semakin banyak KOH, maka akan mempercepat proses saponifikasi sehingga lemak atau
minyak yang dapat disabunkan akan semakin besar pada waktu penyabunan dan kecepatan
pengadukan yang sama. Setelah penambahan indikator PP, sampel ditambahkan dengan larutan
KOH alkoholis 0,5 N dengan penambahan 5 kali. Penambahan KOH alkoholis 0,5 N sampel
tidak mengalami perubahan warna (berwarna merah muda), tekstur licin seperti sabun, dan
terdapat gelembung pada sampel. Larutan yang sudah ditambahi indikator PP, selanjutnya diberi
KOH alkoholis hingga berubah menjadi tidak berwarna (Gultom, 2017).

H. Reaksi Saponifikasi

Reaksi saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan


mereaksikan asam lemak dengan alkali yang menghasilkan sintesis dari air serta garam karbonil.
Produk yang dihasilkan dalam proses saponifikasi adalah sabun dan gliserin. Proses saponifikasi
diperlukan basa mineral untuk menghidrolisis senyawa ester ataupun asam lemak yang
umumnya menggunakan NaOH atau KOH (Antonius et al., 2021). Sabun dengan berat molekul
rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki
kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil,
melainkan larut dalam bentuk ion.

1.4 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan uji koh terhadap minyak goreng, sampel minyak goreng
yang ditambahkan indikator PP dan larutan KOH 0,5 N kemudian kocok akan berwarna merah
muda dan mengandung sedikit busa, sedangkan Sampel minyak goreng setelah 5 kali
penambahan larutan KOH 0,5 N campuran berwarna merah muda semakin memudar dan
mengandung banyak busa, hal ini disebabkan karena semakin banyak KOH, maka akan
mempercepat proses saponifikasi sehingga lemak atau minyak yang dapat disabunkan akan
semakin besar pada waktu penyabunan dan kecepatan pengadukan yang sama.
1.5 Kontribusi Setiap Anggota

A. Pembagian Tugas berdasarkan Struktur Laporan

Tujuan + Hasil : - Probo Abdu Naja Aliya 23020321140088

- Putri Beata Manurung 23020321140089

Kesimpulan + Dapus : Nisrina Amalia Puteri 23020321140103

Pembahasan : - Nadella Nurhaliza 23020321140133

- Nabil Nasution 23020321140130

- Nadja Nadia Bassalem 23020321140100

- Nova Indah Larasati 23020321120023

B. Pembagian Tugas berdasarkan Materi

1. Pengertian Sponifikasi : Nisrina Amalia Puteri 23020321140103

2. Tujuan Dari Pengujian Saponifikasi : Nabil Nasution 23020321140130

3. Prinsip Saponifikasi : Probo Abdu Naja Aliya 23020321140088

4. Hasil Pengamatan : Probo Abdu Naja Aliya 23020321140088

5. Berapa Lama Pemanasan Hingga Menimbulkan Buih : Nova Indah Larasati 23020321120023

6. Perubahan Saat Ditetesi PP : Nadja Nadia Bassalem 23020321140100

7. Perubahan Saat Ditetesi KOH Alkoholis : Nadella Nurhaliza 23020321140133

8. Reaksi Saponifikasi : Putri Beata Manurung 23020321140089


Daftar Pustaka

Antonius, Afriana, A., Elgia, K., Sulisyto, L. I., Kartika, N., Fahira, R., Stianingsih, S., Supiana,
Anugrah, Z., & Supiatma. (2021). REAKSI SAPONIFIKSI.

Dyartanti, E. R., Cristi, A. N., & Fauzi, I. (2014). Pengaruh Penambahan Minyak Sawit Pada
Karakteristik Sabun Transparan. Ekuilibrium, 13(2), 41–44.

Gultom, R. (2017). Karakterisasi Minyak Biji Kemiri (Candlenut Oil) Terhadap Pengaruh
Penambahan Antioksidan Butil Hidroksi Toluene ( BHT ). Jurnal Ilmiah Farmasi Imelda,
1(1), 1–6.

Khuzaimah, S. 2016. Pembuatan Sabun Padat dari Minyak Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika
Reaksi Kimia. J. Ratih : Rekayasa Teknologi Industri Hijau. 2(2): 1-11.

Merangin, D. I. D., Pattiselanno, F., Mentansan, G., Nijman, V., Nekaris, K. A. I., Pratiwi, A. I.
N., Studi, P., Nutrisi, I., Makanan, D. A. N., Peternakan, F., Penulisan, P., Ilmiah, K.,
Berbagai, P., Cahaya, I., Lapangan, D. I., Eropa, A., Geometry, R., Analysis, G.
Nasution, R. D., … Bismark, M. (2018). Pengaruh Penambahan Kalium Hidroksida
(KOH) Terhadap Mutu Sabun Lunak Berbahan Dasar Minyak Goreng Bekas.

Salendra, A., A. H. Alimuddin, dan W. Rahmalia. 2018. Saponifikasi Asam Lemak dari Lumpur
Minyak Kelapa Sawit (Sludge Oil) Menggunakan Basa Abu Sabut Kelapa. J. Kimia
Khatulistiwa. 7(2): 8-17.

Susanti, M. M. dan A. D. A. Guterres. 2018. Pengaruh Penambahan Kalium Hidroksida (KOH)


Terhadap Mutu Sabun Lunak Berbahan Dasar Minyak Goreng Bekas. J. Medsains. 4(1):
25-33.
Lampiran (Jika Ada)
ACARA VIII

UJI KUALITATIF ADANYA ASAM NUKLEAT

1.1 Tujuan
Mahasiswa mampu menguji adanya DNA dalam bahan dari tanaman (bayam) atau dari
hewan (hati ayam) melalui ekstraksi sederhana.
1.2 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Asam Nukleat pada Bayam dan Ati Ayam

HASIL PENGAMATAN
NO. PERLAKUAN
BAYAM ATI AYAM
1. Sampel + garam + air Warna hijau pekat dan terda Warna coklat dan terdapat gel
+ diblender pat gelembung udara embung udara
2. Sampel disaring + dete Warna larutan hijau pucat Warna larutan coklat pucat
rgen/sabun colek
3. Sampel + alkohol tekni Warna larutan hijau keruh d Warna larutan coklat keruh d
s dingin an terdapat benang-benang an terdapat benang-benang ha
halus (untaian DNA). lus (untaian DNA).
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2022.
1.3 Pembahasan

A. Pengertian Asam Nukleat

Asam Nukleat merupakan makro molekul yang kompleks,berbobot molekul tinggi dan
tersusun atas rantai nukleotida yang mengandung informasi genetik. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Suharsono (2018) yang menyatakan bahwa polimer besar dengan ukuran yang
bervariasi antara 25.000 atau 1.000.000 sampai dengan 1 milyar dan di dalamnya tersimpan
informasi genetik disebut dengan asam nukleat. Asam nukleat, jika unit-unit pembangun nya
Deoksiribonukleotida , disebut Asam Deoksiribonukleotida (DNA) dan jika terdiri dari unit-unit
Ribonukleaotida disebut Asam Ribonukleaotida (RNA). Asam Nukleat juga merupakan senyawa
majemuk yang dibuat dari banyak nukleotida. Bila nukleotida mengandung ribosa, maka asam
nukleat yang terjadi adalah RNA yang berguna dalam sintesis protein. Bila nukleotida
mengandung Deoksiribosa, maka asam nukleat yang terjadi adalah yang merupakan bahan utama
pementukan inti sel. Dalam asam nukleat terdapat empat basa nitrogen yang berbeda yaitu dua
purin dan dua primidin. Baik dalam RNA maupun DNA purin selalu adenine dan guanine.
Dalam RNA primidin selalu sitosin dan urasil, dalam DNA primidin selalu sitosin dan timin.Hal
ini sesuai dengan pernyataan Ischak et al.(2017) yang menyatakan bahwa gugus fosfat, basa
nitrogen dan gula pentosa merupakan penyusun nukleotida, tiap nukleotida mempunyai
sturuktur yang terdiri atas gugus fosfat,gula pentosa,dan basa nitogen.Basa nitrogen berasal dari
kolompok purin dan pirimidin. Purin utama asam nukleat adalah adenin dan guanin,sedangkan
pirimidin nya adalah sitosin, timin dan urasil

B. Pembagian Asam Nukleat

Asam nukleat dibagi menjadi dua jenis yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) dan asam
ribonukleat (RNA) (Rafi Riyawi, 2021). Asam-asam ini adalah molekul yang membuat
organisme hidup dapat memproduksi komponen-komponen kompleksnya dari generasi ke
generasi berikutnya. Baik DNA dan RNA dalam bentuk anion, biasanya terikat pada protein dan
bersifat basa. Molekul asam nukleat merupakan polimer seperti protein tetapi unit penyusunnya
adalah nukleotida (Morihito et al., 2017). Salah satu contoh nukleotida asam nukleat bebas
adalah ATP yang bertindak sebagai pembawa energy.

C. Pengertian DNA

Asam deoksiribonukleat (DNA) adalah asam nukleat yang dapat menyimpan informasi
biologis dari setiap makhluk hidup dan beberapa virus. DNA merupakan monomer nukleotida
yang dapat berikatan satu sama lain melalui ikatan fosfodiester antara –OH di atom C nomor
3’nya dengan gugus fosfat dari nukleotida berikutnya. Setiap molekul DNA terdiri dari sub unit
deoksiribonukleotida monofosfat. Setiap unit tersebut tersusun dari kelompok fosfat yang
berikatan dengan gula pada atom karbon. (Priyani, N. 2004).
D. Fungsi dari Isolasi DNA

Isolasi DNA merupakan salah satu teknik dasar dalam biologi molekuler yang dapat
dikembangkan menjadi penelitian-penelitian yang kompleks mengenai informasi genetik yang
dimiliki oleh suatu organisme (Widyastuti, 2017). Isolasi DNA bertujuan untuk memisahkan
DNA dari bahan lain seperti protein, lemak, dan karbohidrat. Teknik isolasi DNA dapat
diterapkan diantaranya pada pembuatan perpustakaan genome, pembuatan marker, dan
sequencing (Novianti, 2018). Menurut Fatkhiyah et al dalam jurnal Novianti, 2018 mengatakan
bahwa Teknik isolasi dapat dilakukan dengan metode konvensional atau dengan metode modern
dengan menggunakan kit. Tiga prinsip utama dalam isolasi DNA adalah penghancuran (lisis),
pemisahan (ekstraksi), dan pemurnian DNA.

E. Tujuan Penambahan Garam Pada Sampel

Pengekstrakan sampel dapat dilakukan dengan menambahkan garam. Ini sesuai dengan
pendapat Varma et al. (2007), bahwa penambahan garam yang dalam konsenrasi tinggi dapat
meningkatkannya kelarutan senyawa polisakarida saat disentrifugasi dan tidak akan mengendap
bersama DNA.

F. Tujuan Pemberian Deterjen

Langkah selanjutnya adalah permeabilisasi sel dengan cara menambahkan detergen pada
ekstrak sampel. Pemberian deterjen pada bayam dan ati ayam digunakan untuk mendegradasi
dinding sel, membuka membran sel dan membran inti sel, dan melarutkan DNA. Hal ini sesuai
dengan pendapat Purwoko (2018) yang menyatakan bahwa penggunaan deterjen pada purifikasi
DNA akan menghancurkan (lisis) lipid yang terdapat pada membran sel sehingga DNA akan
keluar dari nukleus dan terlarut dalam larutan.

G. Fungsi Pemberian Alkohol Teknis Dingin

Ketika molekul DNA berpindah kedalam larutan yang bukan pelarut, meraka akan
berkumpul atau menggumpal sehingga dapat terlihat. Maka fungsi pemberian alkohol dingim
supaya saat terjadi pesipitasi, menunjukkan bahwa DNA tidak larut dalam alkohol tetapi larut
dalam air. Hal ini sesuai dengan pendapat Aristya et al. (2013) yang berpendapat ethanol yang
digunakan dalam kondisi dingin untuk menyempurnakan prespitasi, karena temperatur rendah,
akan menurunkan akivitas molekul air yang dapat menyebabkan pengendapan DNA lebih
efektif.

H. Perbandingan Banyaknya DNA Pada Kedua Sampel


1.4 Kesimpulan

Isolasi DNA merupakan metode untuk mendapatkan asam deoksiribonukleat (DNA) dari
suatu makhluk hidup. Isolasi DNA bertujuan untuk memisahkan DNA dari bahan lain seperti
protein, lemak, dan karbohidrat. Pada hasil pengamatan asam nukleat pada bayam dan ati ayam,
saat sampel ditambahkan garam dan air lalu di blander tujuan penambahan garam yaitu dapat
meningkatkannya kelarutan senyawa polisakarida saat disentrifugasi dan tidak akan mengendap
bersama DNA. Selanjutnya, saat sampel sampek disaring dan ditambahkan detergen bertujuan
untuk mendegradasi dinding sel, membuka membran sel dan membran inti sel, dan melarutkan
DNA. Pada akhir pengamatan sampel diberikan alkohol teknik dingin yang bertujuan untuk
menyempurnakan prespitasi, karena temperatur rendah, akan menurunkan akivitas molekul air
yang dapat menyebabkan pengendapan DNA lebih efektif.

1.5 Kontribusi Setiap Anggota

A. Pembagian Tugas berdasarkan Struktur Laporan

Tujuan + Hasil : - Probo Abdu Naja Aliya 23020321140088

- Putri Beata Manurung 23020321140089

Kesimpulan + Dapus : Nisrina Amalia Puteri 23020321140103

Pembahasan : - Nadella Nurhaliza 23020321140133

- Nabil Nasution 23020321140130

- Nadja Nadia Bassalem 23020321140100

- Nova Indah Larasati 23020321120023


B. Pembagian Tugas berdasarkan Materi

1. Pengertian Asam Nukleat : Nova Indah Larasati 23020321120023

2. Pembagian Asam Nukleat : Nadella Nurhaliza 23020321140133

3. Pengertian DNA : Nabil Nasution 23020321140130

4. Fungsi Isolasi DNA : Putri Beata Manurung 23020321140089

5. Tujuan Penambahan Garam Pada Sampel : Nadja Nadia Bassalem 23020321140100

6. Tujuan Pemberian Deterjen : Probo Abdu Naja Aliya 23020321140088

7. Fungsi Pemberian Alkohol Teknis Dingin : Nisrina Amalia Puteri 23020321140103

8. Perbandingan Banyaknya Dna Pada Kedua Sampel : Bersama-sama


Daftar Pustaka

Aristya, G. R., Agriansyah, A., & Daryono, B. setiadi. (2013). Deteksi Dan Skrining Pewarisan
Sifat Ketahanan Penyakit Powdery Mildewpada Generasi Backcrosstanaman Melon
(Cucumis Melol.) Var Tacapa. In A. Setiawan (Ed.), Seminar Nasional Intensif Riset
Sinas (Hal. 294–300). Repository Universitas Gadjah Mada.

Hapsari, A. I. (2015). Isolasi Dna Tanaman Bayam (Amaranthus Sp.) Dan Ikan Lele (Clarias
Sp.) Sebagai Kajian Dalam Biologi Molekuler. Didaktika, 13(2), 23–30

Ischak,I.N.,Salimi,K.Y.,dan Botutihe,N.2017.Biokimia Dasar.UNG Press:Gorontalo

Morihito, R. V. S. ., Chungdinata, S. E., Nazareth, T. A., Pulukadang, M. I., Makalew, R. A. ., &


Pinontoan, B. (2017). Identifikasi Perubahan Struktur Dna Terhadap Pembentukan Sel
Kanker Menggunakan Dekomposisi Graf. Jurnal Ilmiah Sains, 17(2), 153.

Novianti, A., Izzah, N. A. N., Stefania, I., Manurung, K., Pratama, F. P., Maharani, N. A.,
Tafani, R., Andreanisa, G., Hafizh, A., Malika, A. M., Zulkarnain, M. I., Elke, G., &
Kusumaningrum, H. P. (2021, November 15). Isolasi DNA Haematococcus pluvialis dari
Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau. 1–5.

Priyani, N. (2004). Sifat Fisik dan Kimia DNA. Program Studi Biologi dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Sumatera Utara.

Purwoko, M. 2018. Purifikasi DNA Manusia dengan Teknik Kitchen Preparation Menggunakan
Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Rosc). J. Syifa’ Medika. 9(2): 39-44.

Rafi Riyawi, M. (2021). Penundaan Perkawinan Di Masa Pandemi Covid-19 Perspektif Teori
Maslahah. 3, 160–176.

Suharsono,H.2018.Asam Nukleat dan Teknologi Kedokteran.Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Udayana.(Disertasi)

Varma, Astha, Harish Padh, dan Neeta Shrivastava. 2007. Plant genomic DNA isolation: an
art or a science. J. Biotechnol. 2(3): 386-392.
Widyastuti, D. A. (2017). Isolasi DNA Kromosom Salmonella sp. dan Visualisasinya pada
Elektroforesis Gel Agarosa I. In D. A. Widyastuti (Ed.), Seminar Nasional Pendidikan
Biologi dan Saintek II (hal. 311–317). Publikasi Ilmiah.
Lampiran (Jika Ada)
ACARA IX

UJI SIFAT-SIFAT VITAMIN

1.1 Tujuan
Mahasiswa mampu menguji sifat dari kelarutan beberapa jenis vitamin dari bahan
pangan.
1.2 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Jenis Vitamin Terhadap Zat Pelarutnya

HASIL PENGAMATAN
NO SAMPEL
PELARUT AIR PELARUT MINYAK ALKOHOL
Tidak larut
1. Vitamin A Larut dalam minyak -
dalam air
Tidak larut dalam
2. Vitamin B Larut dalam air -
minyak
Tidak larut dalam
3. Vitamin C Larut dalam air -
minyak
Tidak larut
4. Vitamin E Larut dalam minyak -
dalam air
Tidak larut dalam Tidak larut
5. Daun Pepaya Larut dalam air
minyak dalam alkohol
.Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2022.
1.3 Pembahasan

A. Pengertian Vitamin

Vitamin merupakan salah satu zat senyawa yang dibutuhkan tubuh untuk membantu
berbagai proses kesehatan dalam tubuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Labellapansa dan Boyz
(2016) yang menyatakan bahwa vitamin adalah zat senyawa kompleks yang dibutuhkan oleh
tubuh dan berperan penting dalam membantu proses kesehatan pada tubuh manusia. Vitamin
dibagi menjadi dua jenis yaitu vitamin yang terlarut dalam air dan vitamin yang terlarut dalam
minyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dewi (2018) yang menyatakan bahwa vitamin terdiri
dari dua jenis, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin
pada umumnya tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga vitamin didapatkan melalui makanan
yang sehat dan suplemen vitamin.

B. Fungsi Vitamin

Vitamin memiliki banyak ragam yang memiliki fungsi berbeda-beda, berikut fungsi dari
tiap jenis vitamin:

 Vitamin A, yang sering disebut dengan karotenoid / retinal. Vitamin A untuk


sinntesis pigmen rhodopsin dan iodopsin yang ada pada penglihatan pertumbuhan,
penyembuhan, reproduksi, diferensiasi sel, imunokompetensi, dan fungsi sel
epitel.
 Vitamin B, berfungsi sebagai koenzim dalam banyak jalur metabolik yang
berhubungan satu sama lain dan untuk untuk membantu tubuh mengubah
makanan menjadi energi, menjaga kesehatan kulit, kesehatan sistem saraf dan
fungsi jantung, membantu pertumbuhan jaringan tubuh dan membantu produksi
sel darah merah untuk kesehatan gigi dan gusi.
 Vitamin C, juga disebut dengan Asam Askorbat. Vitamin C berfungsi untuk
membentuk sel tubuh, memproduksi kolagen, dan membentuk pembuluh darah,
serta meningkatkan daya tahan tubuh.
 Vitamin D, dapat menghasilkan suatu hormon yaitu kalsitriol, yang mempunyai
peranan sentral dalam metabolisme kalsium dan fosfat. Fungsi dari vitamin D
adalah sebagai penyerapan kalsium untuk tulang dan membantu sistem imun yang
melawan infeksi.
 Vitamin E, merupakan antioksidan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melindungi
sel-sel dari kerusakan dan berfungsi sebagai pemerkuat sistem kekebalan tubuh
dan membantu pembentukan sel darah merah. Vitamin ini juga berguna untuk
memperlambat penuaan dan mengurangi resiko katarak dan radang sendi.
 Vitamin K yang memiliki peran penting dalam pembekuan darah dan mejaga
kekuatan tulang. Vitamin K juga membantu metabolism tubuh dan mencegah
diabetes.
C. Jenis-Jenis Vitamin Beserta Nama Kimianya

a. Vitamin A (Retinol)
merupakan zat gizi yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat
oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar. (Liliandriani, A. 2021).
b. Vitamin B
vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam metabolisme sel.
 Thiamin (B1).
 Riboflavin (B2).
 Niasin (B3).
 Asam Pantotenat (B5)
 Piridoksin (B6)
 Biotin (B7)
 Asam Folat
 Kobalamin (B12)
c. Vitamin C (Asam Askorbat)
salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan oleh tubuh berfungsi sebagai pembentuk
kolagen.
d. Vitamin D (Kalsiferol)
vitamin yang dapat larut dalam lemak. Artinya, vitamin D bisa disimpan dalam tubuh
untuk waktu yang lama.
e. Vitamin E (Alfa tokoferol)
vitamin larut lemak memiliki efek antioksidan bermanfaat untuk mencegah kerusakan sel
akibat paparan radikal bebas.
f. Vitamin K (Phylloquinone)
merupakan vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu natfokuinon yang berperan
dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam pembekuan darah.
D. Pembagian Vitamin Berdasarkan Dengan Kelarutannya dan Dikaitan Dengan
Hasil Pengamatan

Pembagian vitamin berdasarkan kelarutannya dibedakan menjadi 2 yakni yang larut


dalam air dan larut dalam lemak :

1) Vitamin yang larut dalam air

Vitamin larut dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan
segera hilang bersama aliran makanan sehingga tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air
secara terus-menerus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahjuni (2014) yang menyatakan bahwa
vitamin yang hanya bisa disimpan sedikit dalam tubuh karena kelebihannya langsung terbuang
bersamaan dengan urine disebut dengan vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam
air akan dibawa ke jaringan tubuh tetapi tidak disimpan di dalam tubuh. Bersifat larut dalam air,
tubuh tidak bisa menyimpan kelebihan vitamin. Kelebihan vitamin ini dalam tubuh akan
dikeluarkan dalam proses sekresi. Daun pepaya mengandung senyawa berupa alkaloid, vitamin
C, dan flavonoid.Hal ini sesuai dengan pernyataan Laily (2015) yang menyatakan bahwa
senyawa flavonoid,alkaloid dan Vitamin C positif terkandung di daun pepaya dan memiliki
fungsi tersendiri. Alkaloid dapat larut dalam air.Hal tersebut dikarenakan senyawa alkaloid
yang terkandung dalam daun pepaya merupakan senyawa metabolit sekunder yang berfungsi
sebagai antioksidan (Aini et al., 2013).Melalui hasil percobaan pada praktikum yang telah
dilakukan, terbukti bahwa vitamin B,C,serta sampel daun pepaya merupakan vitamin yang larut
dalam air dan terlihat dalam satu fase

2) Vitamin yang larut dalam lemak

Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di
dalam hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat
dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fenti et al.(2018) yang menyatakan bahwa protein
yang di proses bersama lemak dan diangkut ke hati melalui sistem limfa sebagai bagian dari
lipoprotein disebut dengan vitamin yang larut dalam lemak. Saat diproses dalam sistem
pencernaan, vitamin tersebut akan melewati sistem limfatik atau sistem yang berperan dalam
imunitas tubuh. Setelah itu,vitamin larut lemak tersebut kemudian dialirkan dalam peredaran
darah.Sejalan dengan Rahayu et al.(2019) yang menyatakan bahwa proses pengangkutan diawali
melalui sistem limfe sebagai bagian dari lipoprotein kemudian disimpan di berbagai jaringan
tubuh dan biasanya dikeluarkan melalui urine.Menurut Menurut Rawung (2021) Vitamin yang
termasuk ke dalam golongan vitamin yang larut dalam lemak yaitu A, D, E, dan K. Berdasarkan
hasil percobaan pada praktikum yang telah dilakukan, terbukti bahwa vitamin A dan E yang
merupakan bagian dari vitamin yang larut dalam minyak (lemak).

E. Mengapa Vitamin Memiliki Pelarut Yang Berbeda

Vitamin memiliki pelarut yang berbeda contohnya vitamin A, D, E dan K larut dalam
lemak. Vitamin dikatakan larut dalam lemak karena dalam prosesnya hanya bisa diserap oleh
gelembung lemak yang disebut kilomikron. Sedangkan vitamin yang larut dalam air contohnya
semua jenis vitamin B dan vitamin C. Hal ini karena pada dasarnya tubuh lebih cepat melakukan
proses penyaluran nutrisi lewat cairan, sehingga secara otomatis membuat vitamin yang larut
dalam air lebih mudah diserap. Hal ini sesuai dengan pendapat Salsabila et al. (2019) yang
berpendapat Vitamin yang larut di dalam air merupakan kofaktor dalam berbagai reaksi
enzimatik yang terdapat di dalam tubuh.

1.4 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan jenis vitamin terhadap zat pelarutnya, vitamain yang dapat
larut dalam air yaitu vitamin B dan C dan vitamin yang larut dalam minyak (lemak) yaitu
vitamin A, D dan E.
1.5 Kontribusi Setiap Anggota

A. Pembagian Tugas berdasarkan Struktur Laporan

Tujuan + Hasil : - Probo Abdu Naja Aliya 23020321140088

- Putri Beata Manurung 23020321140089

Kesimpulan + Dapus : Nisrina Amalia Puteri 23020321140103

Pembahasan : - Nadella Nurhaliza 23020321140133

- Nabil Nasution 23020321140130

- Nadja Nadia Bassalem 23020321140100

- Nova Indah Larasati 23020321120023

B. Pembagian Tugas berdasarkan Materi

1. Pengertian Vitamin : Probo Abdu Naja Aliya 23020321140088

2. Fungsi Vitamin : Nadja Nadia Bassalem23020321140100

3. Jenis-Jenis Vitamin Beserta Nama Kimianya : Nadella Nurhaliza 23020321140133 & Nabil
Nasution 23020321140130

4. Pembagian Vitamin Berdasarkan Dengan Kelarutan Dan Dikaitkan Dengan Hasil


Pengamatan : Putri Beata Manurung 23020321140089 & Nova Indah Larasati 23020321120023

5. Mengapa Vitamin Memiliki Pelarut Yang Berbeda : Nisrina Amalia Puteri 23020321140103
Daftar Pustaka

Aini, Nur Fitria, Nurila Ciptaning Sidi, Rina Kartika Safitri, Annisa Nur Hasanah, dan Titis
Risni. 2013. Tempe Daun Pepaya Sebagai Alternatif Terapi Untuk Penderita Kanker. Jurnal
Teknosains Pangan Vol 2: 4.

Dewi, A. P. 2018. Penetapan Kadar Vitamin C Dengan Spektrofotometri UV-Vis Pada Berbagai
Variasi Buah Tomat. J. Pharmacy and Science. 2(1): 9-13.

Fenti,Widodo,A.,dan Jamaluddin.2018.Analisis Kandungan Vitamin B Pada Ikan Sidat (Anguilla


Marmorata (Q.) Gaimard) Fase Elver Asal Danau Poso.Jurnal Gizi dan
Kesehatan.2(2):49-54

Labellapansa, A. dan A. T. Boyz. 2016. Sistem Pakar Diagnosa Dini Defisiensi Vitamin dan
Mineral. J. Informatika. 10(1): 1156-1163.

Laili,N.A.,dan A’yun,Q.2015.Analisis Fitokimia Daun Pepaya (Carica papaya L.) Di Balai


Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Kendalpayak, Malang.Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.UNS:Solo

Liliandriani, A. (2021). Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Asupan Vitamin A pada Balita. In
Journal Peqguruang: Conference Series (Vol. 2, No. 1, pp. 6-9).

Rawung,J.H.,Malonda,N.,Dan Sanggelorang,Y.2021.Ambaran Asupan Vitamin Larut Air


Mahasiswa Angkatan 2019 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Pada Masa Pembatasan Sosial Covid-19.Jurnal Kesmas.10(1):14-22

Rahayu, A., Yulidasari, F., dan Setiawan, I. 2019. Dasar-Dasar Gizi. Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. CV Mine:Banjarbaru

Salsabila, G., Suminto, & Nugroho, R. A. (2019). Pengaruh Pengkayaan Brachionus


Rotundiformis Dengan Dosis Vitamin (B1, B6, B12 Dan Vitamin C) Berbeda Dalam
Feeding Regimesterhadap Kelulushidupan Dan Pertumbuhan Larva Bandeng (Chanos
Chanos). Jurnal Sais Akuakultur Tropis, 3(2), 11–20.
SITEPU, J. (2020). 127 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pemberian Vitamin K
Pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Sipintu Angin Kecamatan Dolok
Pardamean Kabupaten Simalungun Tahun 2017.

Wahjuni, S. 2014. Dasar-Dasar Biokimia. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Udayana University Press:Denpasar
Lampiran (Jika Ada)

Anda mungkin juga menyukai