Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PRAKTIKUM ORGANIK

MATA KULIAH KIMIA DASAR

Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah dan Praktikum


Prof. Retno Muwarni, PhD.

PRAKTIKUM ACARA (V-X)

Kelas : Peternakan A
Kelompok :9
Asisten Penanggung Jawab : Aulia Danisa Putri
Anggota Kelompok :
1. Errasa P.M.Y (23010121120043)
2. Lucky Alfiannisa (23010121120045)
3. Muchamad Ibnu Y (23010121120044)
4. Tegar Setya A (23010121120041)
5. Y.K. Dibyo Yuwono (23010121120042)

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
ACARA V

KARBOHIDRAT
PERCOBAAN I

UJI KARBOHIDRAT KOMPLEKS

5.1. Tujuan

5.1.1. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengujian sifat kelarutan

karbohidrat (KH) dan mampu secara kualitatif ada tidaknya karbohidrat

kompleks dalam suatu bahan menggunakan reagen Lugol.

5.1.2. Hasil Pengamatan

Bahan Setelah Ditetesi Mengandung Amilum


No Warna Awal
Makanan Lugol
Ya Tidak
1 Tapioka Putih Biru kehitaman 

2 Gula Bening Oren 

Kuning sedikit
3 Putih Telur Bening 
oren

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2021.

5.1.3 Pembahasan

Karbohidrat kompleks adalah karbohidrat yang memiliki susunan rumus

kimia yang rumit atau kompleks. Hal ini didukung dengan pendapat dari

Rumayanti dan Purnakarya (2013) yang menyatakan bahwa karbohidrat kompleks

tersusun dari dua atau tiga ikatan monosakarida yang disebut polisakarida yang

memiliki susunan yang lebih kompleks dan rumit. Karbohidrat kompleks


membutuhkan waktu lama untuk dicerna. Hal ini sesuai dengan pendapat

Cahyaningrum (2018) yang menyatakan bahwa karbohidrat kompleks memiliki

ciri-ciri yaitu kadar gula stabil, tidak mudah dicerna dan diserap tubuh secara

cepat sehingga membuat kenyang lebih lama.

Praktikum uji karbohidrat kompleks ini menggunakan metode uji pati

iodium dengan tujuan untuk mengetahui kandungan amilum dalam sampel uji.

Larutan iodium adalah larutan yang digunakan sebagai obat serta disinfektan. Hal

ini sesuai dengan Atun (2014) yang menyatakan bahwa larutan iodium adalah

larutan yang terdiri dari campuran kalium iodida dengan iodin dalam air yang

berfungsi sebagai obat dan disinfektan. Karbohidrat kompleks yang ditetesi lugol

atau iodium akan berubah warna menjadi biru kehitaman. Hal ini sejalan dengan

Missa et al. (2020) yang menyatakan bahwa suatu bahan yang ditetesi lugol atau

iodium dan berubah warna menjadi biru kehitaman maka bahan makanan tersebut

mengandung karbohidrat kompleks.

Metode yang digunakan yaitu pertama tepung tapioka, larutan gula dan

putih telur dimasukkan ke masing-masing wadah. Kemudian ditetesi lugol yang

diganti dengan obat merah sebanyak 10 tetes. Perubahan warna yang terjadi di

setiap larutan diamati, dicatat dan difoto. Hasil praktikum menunjukan bahwa

tepung tapioka merupakan karbohidrat kompleks. Hal ini sesuai dengan

Sutamihardja et al. (2017) yang menyatakan bahwa tepung tapioka terbuat dari

umbi yang terdapat amilum sehingga termasuk karbohidrat kompleks.


5.1.4. Kesimpulan

Kesimpulannya karbohidrat kompleks tersusun dari ikatan monosakarida

yang disebut polisakarida yang memiliki susunan yang lebih kompleks dan rumit.

Praktikum uji karbohidrat kompleks dihasilkan bahwa tapioka merupakan

karbohidrat kompleks karena setelah ditetesi lugol warnanya berubah menjadi biru

kehitaman. Sedangkan pada larutan gula dan putih telur bukan merupakan

karbohidrat kompleks, karena setelah ditetesi lugol warnanya tidak berubah

menjadi biru kehitaman yang menandakan bahwa tidak adanya amilum pada

bahan makanan tersebut.


LAMPIRAN

Larutan Sebelum Sesudah

Tapioka

Gula
Putih
Telur

Sumber : Data Primer Kitchen Science Experiment, 2021.


PERCOBAAN II

UJI KARBOHIDRAT SEDERHANA

5.2. Tujuan

5.2.1 Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengujian sifat kelarutan

karbohidrat (KH) dan mampu secara kualitatif ada tidaknya karbohidrat

sederhana dalam suatu bahan menggunakan reagen fehling.

5.2.2. Hasil Pengamatan

Hasil Pengamatan
No Bahan Keterangan
Warna Endapan
Berubah warna
Karbohidrat
1 Glukosa menjadi merah Merah bata
Sederhana
bata

Tidak ada Karbohidrat


2 Gula Pasir Tidak berubah
endapan Kompleks

Tidak ada Karbohidrat


3 Amilum Tidak berubah
endapan Kompleks

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2021.

5.2.3. Pembahasan

Karbohidrat sederhana adalah jenis karbohidrat yang memiliki susunan

rumus kimia sederhana dan sedikit. Hal ini sesuai dengan Siregar (2014) yang
menyatakan bahwa karbohidrat sederhana adalah karbohidrat yang mengandung

satu atau dua jenis gula, yakni monosakarida, disakarida dan oligosakarida yang

memiliki struktur lebih sederhana daripada karbohidrat kompleks. Ciri-ciri

karbohidrat sederhana yaitu mudah diserap tubuh, terdiri dari satu atau dua

molekul gula, rantai molekulnya lebih pendek daripada karbohidrat kompleks dan

dapat meningkatkan kadar gula dalam darah. Hal ini sesuai dengan pendapat

Battung et al. (2019) yang menyatakan bahwa jenis karbohidrat sederhana

cenderung memiliki indeks glikemik yang tinggi yang berpengaruh terhadap

peningkatan kadar glukosa dalam darah. Macam-macam karbohidrat sederhana

seperti susu dan gula. Hal ini sesuai dengan Ratuela et al. (2015) yang

menyatakan bahwa karbohidrat sederhana seperti kue, coklat, susu, permen, gula,

teh dan minuman ringan.

Praktikum uji karbohidrat sederhana ini menggunakan reagen fehling A

dan B. Reagen fehling A mengandung senyawa tembaga. Hal ini sesuai dengan

pendapat Rivai (2017) yang menyatakan bahwa reagen fehling A terdiri dari

senyawa tembaga atau CuSO4 yang dilarutkan dalam air. Reagen fehling B terdiri

dari larutan garam dan NaOH. Hal ini sesuai dengan Fitri dan Fitriana (2020)

yang menyatakan bahwa reagen fehling B adalah larutan garam KNa-tartrat dan

NaOH dalam air. Hasil praktikum menunjukan bahwa setelah dipanaskan, gula

pasir dan amilum tidak berubah warna dan tidak ada endapan, sedangkan glukosa

berubah warna menjadi merah bata dan terdaat endapan.


5.2.4. Kesimpulan

Karbohidrat sederhana adalah karbohidrat yang mengandung jenis gula

lebih sederhana, yakni monosakarida, disakarida dan oligosakarida yang memiliki

struktur lebih pendek daripada karbohidrat kompleks. Praktikum uji karbohidrat

sederhana mendapatkan hasil bahwa glukosa merupakan karbohidrat sederhana

karena setelah dipanaskan terdapat perubahan warna merah bata dan endapan

yang menandakan bahwa bahan makanan tersebut merupakan karbohidrat

sederhana. Sedangkan amilum dan gula pasir merupakan karbohidrat kompleks

karena tidak terjadi perubahan warna dan tidak ada endapan.


LAMPIRAN

Larutan Sebelum Sesudah


Glukosa

Gula Pasir

Amilum
PERCOBAAN III

HIDROLISIS AMILUM DENGAN ASAM

5.3. Tujuan

5.3.1. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan percobaan hidrolisis amilum

menggunakan asam kuat (HCl).

5.3.2. Hasil Pengamatan

No Perlakuan Hasil Pengamatan

1 Sampel amilum + HCl pekat Warna tidak berubah


+ pemanasan

2 Sampel amilum setelah Berubah warna menjadi biru/hitam


pemanasan + lugol

3 Sampel amilum ph 7 + Berubah warna menjadi biru muda


reagen fehling
Sumber : DataPrimer Praktikum Kimia Dasar, 2021.

5.3.3. Pembahasan

Hidrolisis amilum adalah proses penguraian atau pemecahan secara

kimiawi senyawa kimia pada amilum melalui penambahan air sehingga

menghasilkan molekul-molekul yang lebih kecil atau sederhana (Aniriani et al.

2018). Hidrolisis yang dilakukan dengan HCl disebut sebagai hidrolisis asam

pekat, dimana pada hidrolisis ini akan mempercepat keberlangsungan hidrolisis

sekaligus menurunkan hasilnya karena adanya glukosa pada amilum yang sangat

mudah untuk diuraikan.


Pada percobaan hidrolisis larutan amilum dengan asam HCl, asam pekat

HCL dicampurkan dengan larutan amilum lalu kemudian dipanaskan. Tujuan dari

dipanaskannya larutan adalah untuk memperlancar atau mempercepat proses

hidrolisis, karena suhu berpengaruh terhadap proses penguraian (Dewi, 2018).

Kemudian, setiap 2 menit sampel diambil sedikit dan ditetesi dengan lugol hingga

bukan berwarna biru atau hitam. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah

amilum sudah terurai atau belum. Apabila warnanya masih biru atau hitam artinya

terindikasi bahwa senyawa belum terurai (Mardina et al. 2014). Hilangnya warna

biru pada larutan setelah dipanaskan adalah karena spiral pada amilum yang

merenggang dan molekul iodin terlepas. Hal ini mengindikasikan bahwa polimer

pada amilum terurai atau terhidrolisis menjadi lebih sederhana. Setelah itu larutan

didinginkan pada suhu ruang dan ditetesi NaOH yang fungsinya membuat suasana

basa dan mencegah reaksi antara amilum dan iod yang dapat menyebabkan

perubahan pada amilum. Tetesi NaOH hingga membuat pH larutan menjadi

netral. Kemudian larutan ditambahkan dengan reagen fehling a dan fehling b yang

fungsinya adalah untuk menguji adanya glukosa yang lebih sederhana hingga

warna berubah menjadi merah bata.

5.3.4. Kesimpulan

Larutan amilum yang telah dicampurkan dengan HCl pekat lalu


dipanaskan, dan ditambahkan reagen fehling A dan fehling B berubah warna
menjadi merah bata saat sebelumnya berwarna bening. Hal ini mengindikasikan
bahwa larutan amilum telah terhidrolisis atau terurai menjadi senyawa kimia yang
lebih sederhana.
DAFTAR PUSTAKA

Atun, S. 2014. Metode isolasi dan identifikasi struktur senyawa organik bahan

alam. J. Konservasi Cagar Budaya Borobudur. 8(2): 53-61.

Aniriani, G.W., N.F. Apriliani dan E. Sulistiono. 2018. Hidrolisis polisakarida

xilan jerami menggunakan larutan asam kuat untuk bahan dasar produksi

bioetanol. J. Ilmiah Sains. 18(2):114-117.

Battung, S. M., A. Salam., D. Novrianti dan R. A. K. Ajie. 2019. Efek diet tinggi

karbohidrat terhadap glukosa darah dan berat badan tikus wistar. J. Gizi

Masyarakat Indonesia. 8(2): 55-62.

Cahyaningrum, A. 2018. Leptin sebagai indikator obesitas. J. Kesehatan

Prima. 9(1): 1364-1371.

Dewi, N.K.A., Hartiati, B. Admadi. 2018. Pengaruh suhu dan jenis asam pada

hidrolisis pati ubi (Colocasia esculenta L. Schott) terhadap karakteristik

glukosa. J. Rekayasa Dan Manajemen Industri. 6(4):114-117.

Fitri, A. S., dan Y. A. N. Fitriana. 2020. Analisis senyawa kimia pada

karbohidrat. J. Sainteks. 17(1): 45-52.

Mardina, P., H.A. Pratama, D.M. Hayati. 2014. Pengaruh waktu hidrolisis dan

konsentrasi katalisator asam sulfat terhadap sintesis furfural dari jerami

padi. J. Konversi. 3(2):1-8.

Missa, H., E. J. E. J. Eduk., A. Djalo dan A. B. Baunsele. 2020. Sosialisasi uji

kandungan bahan makanan di SMP negeri 2 amanuban selatan provinsi

nusa tenggara timur. J. Pengabdian Kepada Masyarakat. 3(4): 37-42.


Ramayanti, S., dan I. Purnakarya. 2013. Peran makanan terhadap kejadian karies

gigi. J. Kesehatan Masyarakat Andalas. 7(2): 89-93.

Ratuela, J. E., Y. Tomastola dan E. I. Saleh. 2015. Hubungan kebiasaan

mengkonsumsi karbohidrat sederhana dengan karies gigi. J. Ilmu

Kesehatan. 10(1): 49-54.

Rivai, H., R. Septika dan A. Boestari. 2017. Karakterisasi ekstrak herba meniran

(Phyllanthus niruri Linn) dengan analisa fluoresensi. J. Farmasi

Higea. 5(2): 127-136.

Siregar, N. S. 2014. Karbohidrat. J. Ilmu Keolahragaan. 13(2): 38-44.

Sutamihardja, R. T. M., S. Srikandi dan D. P. Herdiani. 2017. Hidrolisis asam

klorida tepung pati singkong (Manihot esculenta Crantz) dalam

pembuatan gula cair. J. Sains Natural. 5(1): 83-91.


LAMPIRAN
ACARA VI

PROTEIN
UJI KUALITATIF ADANYA PROTEIN

6.1. Tujuan

6.1.1. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan percobaan pengujian secara

kualiatif ada tidaknya potein dalam suatu bahan menggunakan indikator

Biuret.

6.2. Hasil Pengamatan

Tabung Perlakuan Hasil Pengamatan


Putih telur setelah dipanaskan Awalnya berwarna putih setelah
1 + reagen biuret
ditambah biuret menjadi ungu
pudar
Putih telur tanpa pemanasan + Awalnya berwarna bening setelah
2 reagen biuret
ditambah biuret berubah menjadi
ungu pekat
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2021.

6.3. Pembahasan

Protein merupakan zat pada makanan yang mengandung nitrogen dan

merupakan komponen terbesar setelah air. Menurut Bakhtra et al. (2017) protein

adalah zat makanan yang mengandung nitrogen yang merupakan faktor penting

untuk fungsi tubuh, di dalam sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan

komponen terbesar setelah air, diperkirakan sekitar 50 % berat kering sel dalam

jaringan hati dan daging, berupa protein. Fungsi utama mengkonsumsi protein

adalah untuk memenuhi kebutuhan nitrogen dan asam amino, untuk sintesis
protein tubuh dan substansi lain yang mengandung nitrogen. Defisiensi protein

dapat mengakibatkan terganggunya proses metabolisme tubuh, serta dapat

menurunkan daya tahan tubuh terhadap suatu penyakit. Sedangkan menurut

Kurniati (2009) protein ialah salah satu senyawa biologis yang tersusun atas

satuan asam amino. Protein mengandung senyawa organik dengan susunan

molekul yang kompleks dan terdiri dari unsur-unsur C, H, N, O dan beberapa

protein mengandung S dan P.

Pada praktikum kali ini yaitu mengenai uji kualitatif protein pada putih

telur. Untuk mendeteksi adanya protein secara kualitatif biasanya digunakan

untuk menguji ialah biuret. Menurut Wulansari (2017) biuret adalah senyawa

dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua molekul urea. Ion

Cu2+ dari preaksi biuret dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida

atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks

berwarna ungu atau violet. Tujuan dari pengujian biuret ini adalah untuk

mengetahui adanya ikatan peptida. Adanya ikatan peptida mengindikasikan

adanya protein, karena asam amino berikatan dengan asam amino yang lain

melalui ikatan peptida membentuk protein.

Adapun prosedur untuk melakukan uji kualitatif pada putih telur ini yaitu

putih telur sebanyak 1 hingga 2 tetes, terdapat dua sampel putih telur yang satu di

panaskan dan yang satu tidak, lalu tambahkan 10 tetes biuret setelah di tetes

terjadi perubahan warna putih telur yang dipanaskan berwarna ungu pudar

sedangkan yang tidak dipanaskan berwarna ungu pekat, hal ini terbukti bahwa

pada putih telur terdapat ikatan peptide protein. Pada putih telur yang dipanasakan
protein terurai yang menyebabkan setelah di tetesi biuret waranya menjadi ungu

pudar dan untuk telur yang dipanaskan terjadi endapan yang disebabkan oleh

reaksi asam dengan gugus amino pada protein.

6.4. Kesimpulan

Dari hasil pengujian yang dilakukan di laboratorium pada uji identifikasi

(uji buret) larutan sampel menunjukan adanya protein dengan menunjukan adanya

warna ungu pekat dan ungu pudar. Pada percobaan protein ini warna putih telur

yang dipanaskan dan ditambahkan biuret akan berubah menjadi warna ungu pudar

karena protein pada putih telur yang dipanaskan terurai, sedangkan putih telur

yang tidak dipanskan dan ditambahkan biuret terjadi perubahan warna ungu pekat.

Biuret akan bereaksi dengan ikatan peptida protein pada sampel. perubahan

sampel menjadi warna ungu karena adanya rekasi antara ikatan peptida dan

protein.
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtra, D. D. A., Rusdi, R., dan Mardiah, A. 2017. Penetapan kadar protein

dalam telur unggas melalui analisis nitrogen menggunakan metode

kjeldahl. J. Farmasi Higea. 8(2): 143-150.

Kurniati, E. 2009. Pembuatan konsentrat protein dari biji kecipir dengan

penambahan HCl. J. Penelitian Ilmu Teknik. 9(2): 115-122.

Wulansari, Y. 2017. Uji Kualitatif Protein. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. Bandung. (Skripsi).


LAMPIRAN

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2021.


ACARA VII

LEMAK
PERCOBAAN I

UJI SAPONIFIKASI

7.1. Tujuan

7.1.1. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan percobaan pengujian sifat

kelarutan lemak dan mampu menguji secara kualitatif ada tidaknya lemak

dalam suatu bahan.

7.1.2. Hasil Pengamatan

No Perlakuan Hasil Pengamatan


1 Sampel minyak goreng + Terjadi perubahan warna dari putih ke
indikator PP + Larutan KOH
merah muda
0,5N kemudian dikocok
2 Sampel minyak goreng Terjadi perubahan warna dari merah ke
setelah 5 kali penambahan
putih
larutan KOH 0,5N
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2021.

7.1.3. Pembahasan

Lemak merupakan ester antara gliserol dan asam lemak. Hal ini sesuai

dengan pendapat Gani (2019) bahwa Lemak dan minyak terdiri dari atas

gabungan gliserol dengan asam-asam lemak. Saponifikasi merupakan reaksi yang

terjadi antara minyak atau lemak yang dicampur dengan alkali untuk

menghasilkan sabun dan gliserol. Hal ini sesuai dengan pendapat Elwina (2019)

bahwa proses saponifikasi terjadi karena adanya reaksi antara alkali dengan
trigliserida. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan Salimi et al. (2019) bahwa

reaksi antara minyak dengan basa atau alkali dikenal sebagai reaksi saponifikasi

atau sering disebut sebagai reaksi penyabunan. Prinsip dalam uji saponifikasi

adalah lemak dihidrolisis oleh basa yang akan menghasilkan gliserol dan sabun

mentah. Tujuan dari uji saponifikasi dalam praktikum ini yaitu untuk menguji

sifat kelarutan lemak dan menguji secara kualitatif ada tidaknya lemak dalam

suatu bahan.

Metode yang digunakan yaitu terdapat minyak goreng, bunsen, KOH

alkoholis 0,5N dan indikator PP atau fenolftalein. Hal ini sesuai dengan pendapat

Arisanti et al. (2018) bahwa fenolftalein biasa disebut sebagai indikator PP.

Langkah pertama tambahkan 1ml minyak goreng ke dalam gelas beker. Kemudian

tambahkan 1ml KOH alkoholis 0,5N. Lalu larutan dipanaskan diatas bunsen

hingga menimbulkan buih. Perubahan larutan saat ditetsi PP yaitu dari warna

putih berubah menjadi warna merah muda. Kemudian larutan kembali dipanaskan

di atas bunsen dan lama pemanasan yaitu larutan sampai berbuih dan terjadi reaksi

saponifikasi yaitu perubahan warna kembali putih saat ditambahkan KOH

alkoholis 0,5N sebanyak 1ml.

7.1.4. Kesimpulan

Lemak merupakan ester antara gliserol dan asam lemak. Saponifikasi

merupakan reaksi yang terjadi antara minyak atau lemak yang dicampur dengan

alkali untuk menghasilkan sabun dan gliserol. Hasil percobaan diketahui

perubahan larutan saat ditetsi PP yaitu dari warna putih berubah menjadi warna
merah muda. Kemudian larutan kembali dipanaskan diatas bunsen dan terjadi

perubahan warna kembali putih saat ditambahkan KOH alkoholis.


LAMPIRAN
PERCOBAAN II

PENENTUAN BILANGAN PENYABUNAN

7.2. Tujuan

7.2.1. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan penentuan bilangan

penyabunan dan mampu menguji secara kualitatif ada tidaknya lemak

dalam suatu bahan.

7.2.2. Hasil Pengamatan

Volume HCl 0,5N untuk titrasi blanko (mL) = 7 mL


Percobaan Volume HCl 0,5N (mL)

7 mL
TITRASI I
-
TITRASI II
7mL
RATA-RATA
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2021.

7.2.3. Pembahasan

Bilangan saponifikasi atau bilangan penyabunan merupakan jumlah

miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan satu gram lemak atau

minyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Agutina dan Tarigan (2021) bahwa

bilangan penyabunan adalah bilangan miligram KOH yang dibutuhkan untuk


menyabunkan satu gram minyak atau lemak. Semakin besar angka penyabunan

maka asam lemak akan semakin kecil dan kualitas minyak akan semakin bagus,

sebaliknya jika angka penyabunan kecil maka asam lemak besar dan kualitas

menurun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ramdja (2011) bahwa jumlah

saponifikasi tergantung pada massa molekul minyak, semakin besar massa

molekul, semakin rendah bilangan penyabunan. Fungsi larutan alkoholis dalam

KOH dan NaOH pada uji penyabunan adalah agar terjadi hidrolisis lemak menjadi

sabun gliserol. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurdiani et al. (2021) bahwa

alkohol dalam KOH bekerja untuk melarutkan asam lemak terhidrolisis dan

memfasilitasi reaksi dengan basa sehingga sabun terbentuk.

Metode bahan yang digunakan dalam uji ini terdapat minyak goreng,

alkoholis 0,5N, indikator PP dan untuk alatnya terdapat pipet tetes, gelas ukur,

tabung erlenmeyer. Langkah pertama masukkan minyak goreng sebanyak 2ml ke

dalam tabung erlenmeyer dengan pipet tetes. Kemudian tambahkan KOH 0,5N

sebanyak 7ml ke dalam tabung erlenmeyer dengan menggunakan gelas ukur.

Lama pemanasan yaitu sampai bahan tersabunkan dan dari percobaan praktikum

menghasilkan bahwa dari HCl sebanyak 0,5N dapat dihasilkan bilangan

penyabunan sebesar 7ml. Hal ini sesuai dengan Tin (2011) bahwa hasil dari HCl

sebesar 0,5 dapat dihasilkan bilangan penyabunan sebesar 7ml. Warna larutan

setelah ditetesi PP berubah menjadi merah. Larutan kemudian ditambahkan HCl

0,5N untuk merubah warna menjadi putih kembali.


7.2.4. Kesimpulan

Bilangan saponifikasi atau bilangan penyabunan merupakan jumlah

miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan satu gram lemak atau

minyak. Fungsi larutan alkoholis dalam KOH dan NaOH pada uji penyabunan

adalah agar terjadi hidrolisis lemak menjadi sabun gliserol. Warna larutan setelah

ditetesi PP berubah menjadi merah. Larutan kemudian ditambahkan HCl untuk

merubah warna menjadi putih kembali.


DAFTAR PUSTAKA

Agustina, N. A., dan Tarigan, T. A. 2021. Pengaruh variasi larutan koh terhadap

kualitas sabun cuci tangan berbahan baku campuran minyak jelantah

kelapa sawit yang dimurnikan dan ekstrak bunga cengkeh (Syzygium

Aromaticum L). J. Indonesia Sosial Teknologi. 2(6): 1000-1012.

Arisanti, D., Rasyid, N. Q., dan Nasir, M. (2018). Analisis Kadar Sianida Pada

Rebung Berdasarkan Volume Ukuran Dari Kecamatan Bajeng Kabupaten

Gowa. Indonesian Journal of Chemical Research. 6(1): 6-11.

Elwina, E. 2019. Pelatihan pembuatan sabun mandi padat dari campuran minyak

zaitun, sawit dan kelapa untuk kelompok ibu-ibu pkk desa mesjid

punteuet. Prosiding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe. 3:

(1): 202.

Gani. 2019. Hubungan Antara Asupan Lemak Dan Obesitas Dengan Kejadian

Kanker Payudara Di RSUD Kota Yogyakarta. Program Doctoral

Dissertation. Politeknik Kesehatan Kemenkes. Yogyakarta. (Disertasi)

Nurdiani, I., Suwardiyono, S., & Kurniasari, L. (2021). Pengaruh Ukuran Partikel

Dan Waktu Perendaman Ampas Tebu Pada Peningkatan Kualitas Minyak

Jelantah. J. Inovasi Teknik Kimia. 6(1): 10-13.

Ramdja. 2010. Pemurnian Minyak Jelantah Menggunakan Ampas Tebu Sebagai

Adsorben. Fakultas Teknik. Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan.

(Skripsi).
Salimi Y., Ischak I. N., Ibrahim Y. 2019. Karakterisasi Asam Lemak Hasil

Hidrolisis Pada Minyak Biji Kelor (Moringa oleifera) Dengan Metode

Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa. Jambura Journal of

Chemistry. 1(1): 6-14.


LAMPIRAN
ACARA VIII

ASAM NUKLEAT
UJI KUALITATIF ASAM NUKLEAT

8.1. Tujuan

8.1.1. Mahasiswa diharapkan mampu menguji adanya DNA dalam bahan dari

tanaman (bayam) atau dari hewan (hati ayam) melalui ekstraksi sederhana.

8.2. Hasil Pengamatan

DAUN BAYAM
No Perlakuan Hasil Pengamatan

1 Sampel + garam + air +


Air berwarna hijau tua
diblender

2 Sampel disaring + detergen


Warna air tidak berubah, tetap hijau tua
/ sabun colek
Sampel + alkohol teknis Warna air berubah menjadi hijau muda dan
3 dingin
terdapat sedikit benang-benang halus yaitu
untaian DNA
Sumber : DataPrimer Praktikum Kimia Dasar, 2021.

HATI AYAM
No Perlakuan Hasil Pengamatan
Sampel + garam + air + Warna hati ayam berubah dari merah terang
1
diblender
menjadi warna merah muda
Sampel disaring + detergen Warna air berubah dari merah muda
2
/ sabun colek
menjadi agak gelap
Sampel + alkohol teknis Terdapat banyak benang-benang halus
3
dingin
berwarna putih yaitu untaian DNA
Sumber : DataPrimer Praktikum Kimia Dasar, 2021.
8.3. Pembahasan

Asam Nukleat adalah makromolekul yang komplek, berbobot molekul

tinggi dan tersusun atas rantai nukleotida yang mengandung informasi genetik,

dimana pada asam nukleat terdiri dari Asam Deoksiribonukleat (DNA) dan Asam

Ribonukleat (RNA) (Morihito et al. 2017). DNA dan RNA merupakan polimer

liner yang tersusun dari sub unit atau monomer nukleotida yang penyusunnya

terdiri dari 3 molekul, yaitu gula deoksiribosa pada DNA atau gula ribosa pada

RNA, basa nitrogen dan gugus fosfat.. Pada Asam Nukleat juga terdapat gen yang

merupakan bagian-bagian dari urutan asam nukleat yang terdapat pada DNA

(Legiran, 2017)

Metode yang digunakan pada percobaan asam nukleat adalah isolasi DNA

yang bertujuan untuk memisahkan DNA dari komponen-komponen lainnya yang

ada pada makhluk hidup seperti lipid, protein, karbohidrat, membran sel, dan lain-

lain untuk mendapatkan DNA murni yang tidak tercampur dengan komponen-

komponen tersebut (Murtiyaningsih. 2017). Sampel yang digunakan adalah hati

ayam sebanyak 250 gram dan hati ayam sebanyak 50 gram yang telah dihaluskan.

Masing -masing sampel diberi bahan-bahan lain seperti air aquades, garam 2

gram, detergen atau sabun cuci piring sebanyak 1 sendok makan, dan alkohol

teknis dingin sebanyak 1:1 sesaat setelah mendapatkan filtrat sampel dari

penyaringan. Adapun tujuan dari pemberian bahan-bahan tersebut (Hapsari, 2015)

diantaranya garam berfungsi untuk mempermudah pemisahan benang-benang

DNA, karena DNA ketika bertemu dengan garam akan langsung melekat. Lalu

detergen atau sabun cuci piring berfungsi untuk mencegah perusakan DNA yang
dilakukan oleh enzim nuklease, dan pemberian alkohol teknis dingin bertujuan

untuk menyempurnakan presipitasi, karena pada saat temperatur rendah akan

menurunkan aktivitas molekul air sehingga pengendapan DNA menjadi lebih

efektif dan mudah teramati. Pada akhir pengamatan terlihat benang-benang halus

yang merupakan untaian DNA pada hati ayam lebih banyak dibandingkan dengan

daun bayam. Hal ini dikarenakan tingkat ketahanan sel hewan yang lebih rendah

dengan tidak adanya dinding sel seperti pada sel tumbuhan, sehingga DNA yang

terisolasi pada sampel hati ayam lebih mudah.

8.4. Kesimpulan

Pada masing-masing sampel setelah diberi alkohol teknis dingin terlihat

benang-benang halus yang merupakan untaian DNA dari sampel hati ayam dan

daun bayam. Pada hati ayam, untaian DNA terlihat lebih banyak dibandingankan

dengan sampel daun bayam.


DAFTAR PUSTAKA

Hapsari, A.I. 2018. Isolasi DNA tanaman bayam (Amaranthus sp.) sebagai kajian

dalam biologi molekuler. J. Didaktika. 13(2):23-30.

Legiran. 2017. Asam nukleat bebas untuk deteksi DNA dan RNA dalam plasma

dan serum. J. Kedokteran Dan Kesehatan. 4(3): 117-120.

Murtiyaningsih, H. 2017. Isolasi DNA genom dan identifikasi kekerabatan

genetik nanas menggunakan RAPD (Random Amplified Polimorfic DNA.

J. Agritrop. 15(3):83-93

Morihito, R., S.E. Chungdinata dan T.A. Nazareth. 2017. Identifikasi perubahan

struktur DNA terhadap pembentukan sel kanker menggunakan

dekomposisi graf. J. Ilmiah Sains. 17(2):154-160.


LAMPIRAN

Daun Bayam
Perlakuan Gambar
Sampel + garam + air + diblender

Sampel disaring + detergen / sabun

colek
Sampel + alkohol teknis dingin

Sumber : Data Primer Kitchen Science Experiment, 2021.

Hati Ayam
Perlakuan Gambar
Sampel + garam + air + diblender
Sampel disaring + detergen / sabun

colek

Sampel + alkohol teknis dingin

Sumber : Data Primer Kitchen Science Experiment, 2021.


ACARA IX

VITAMIN
UJI KELARUTAN VITAMIN

9.1. Tujuan

9.2. Mahasiswa diharapkan mampu menguji sifat dari kelarutan beberapa jenis

vitamin dan provitamin dari bahan pangan

9.3. Hasil Pengamatan

Hasil Pengamatan
No Sampel
Pelarut Air Pelarut Minyak
1 Vitamin A Tidak larut air Larut minyak

2 Vitamin B Larut air Tidak larut minyak

3 Vitamin C Larut air Tidak larut minyak

4 Vitamin D - -

5 Vitamin E Tidak larut air Larut minyak

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2021.

9.4. Pembahasan

Vitamin merupakan senyawa organik merupakan yang terdapat pada

makan dan vitamin merupakan yang di butuhkan setiap tubuh. Menurut

Iswahyudi dan Faja (2019) tubuh membutuhkan senyawa vitamin tetapi tubuh

tidak memproduksinya dan harus memproleh dari bahan makanan. Setiap vitamin

mempunyai fungsi dan peran sendiri-sendirinya tetapi bertujuan bersamaan

mengatur fungsi tubuh. Vitamin merupakan vitamin larut dalam minyak atau
lemak manfaat dari vitamin kekebalan tubuh supaya tidak terkena penyakit.

Menurut Pratiwi (2013) vitamin yang larut dalam lemak merupakan Vitamin A,

dalam tubuh peranan vitamin A memiliki peram penting untuk fungsi normal

sisitem kekebalan tubuh. Nama generic Vitamin A yang menyatakan semua

retinoid dan precursor/ provitamin/ prvitamin A/ karetonid yang mempunyai

aktivitas sebagai retinol. Vitamin B atau di sebut Tiamin meningkatkan stamina

yang ada dalam tubuh. Menurut Eduardo (2017) mengatasi gejala kelelahan dan

kegelisahan merupakan peran dari vitamin B. Vitamin C atau asam askorbat

berguna untuk kesehatan tubuh supaya tidak terserang oleh penyakit. Menurut

Jannah (2019) menigkatkan kekebalan tubuh serta sebagai zat yang menangkal

radikal bebas merupakan fungsi dari Vitamin C, Vitamin C berperan juga

mempercerpat penyerapan zat besi pada tubuh. Peran Vitamin E dapat di

sebuttokoferol merupakan mempunyai peran sebagai pertumbuhan. Menurut

Winestri et al. (2014) vitamin E terdiri dari senyawa tokol dan trienol, maka peran

Vitamin E merupakan untuk pertumbuhan dan kesehatan.

Pengujian kelaruatan vitamin ini menggunakan alat yang ada di dirumah,

alatnya seperti gelas yang transparan, sendok, dan piring. Pada bahannya

menggunakan minyak dan air, serta Vitamin A, B, C, dan E yang akan di ujikan.

Pengujian dengan cara menguji setiap Vitamin ke dalam air dan minyak. Langkah

awal siapkan vitamin lalu perkcil diameter vitamin yang berbentuk tablet bisa

dilakukan dengn mengunakan 2 sendok untuk memperkecil ukuran Vitamin yang

berbentuk tablet berguna mumudah kan pelarutan. Lalu mencampur setiap

Vitamin A, B, C, dan E ke dalam gelas yang beri isi minyak dan air. Selanjutnya
melakukan pengamatan apakah vitamin tersebut larut dalam air atau tidak dan

sebaliknya apakah vitamin tersebut larut ke dalam minyak. Hasil dari pengamatan

ini memperoleh hasil bahwa vitamin yang larut dalam air merupakan Vitamin B

dan Vitamin C, sedangkan yang larut dalam minyak merupakan Vitamin A dan

Vitamin E. Vitamin merupakan senyawa organik yang larut pada senyawa yang

sama. Menurut Verdiana et al. (2018) menyatakan senyawa yang akan larut

tergantung pada kelarutan tersebut, dengan sifat sama terhadap sifat pelarutnya.

9.5. Kesimpulan

Bahwa pengujian ini memperoleh hasil Vitamin yang larut dalam air

merupakan Vitamin B dan Vitamin C. Untuk Vitamin A dan Vitamin E

merupakan larut ke dalam minyak


LAMPIRAN

Sesudah
Vitami
Sebelum
n
Pelarut Air Pelarut Minyak
Vitamin A

Vitamin B

Vitamin C

D - - -

Sumber : Data Primer Kitchen Science Experiment, 2021.


DAFTAR PUSTAKA

Eduardo, S. 2017. Pengaruh Pemberian Vitamin B Kompleks Terhadap

Penurunan. Fakultas Ilmu Kelohargaan. Universitas Negeri Medan,

Medan. (Skripsi).

Iswahyudi, N., dan M.K. Faja. 2019. Hubungan Status Gizi dengan Kemampuan

Motorik Siswa di Madrasah Tsanawiyah se Kecamatan Rejotahgan.

Fakultas Olahraga dan Kesehatan. Universitas PGRI Banyuwangi,

Banyuwangi. (prosiding).

Jannah., A, M. 2019. Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap

Recovery Setelah Beraktivitas Fisik pada Atlet Sepak Bola SMA Negeri 2

Sinjai. Fakultas Ilmu Keolahrgaan. Universitas Negeri Makassar,

Makassar. (Skripsi)

Pratiwi, Y, S. 2013. Kekurangan vitamin A (KVA) dan infeksi. Journal Of

Health Science. 3(2): 207-209.

Verdiana, M., W, R, Widarta., dan D, G, M, Permana. 2018. Pengaruh jenis

pelarut pada ekstraksi menggunakan gelombang ultrasonil terhadap

aktivitas antoksidan ekstrak kulit buaj lemon (Ciltrus limon Linn Burm F).

J. Ilmu dan Teknologi Pangan. 7(4): 213-214

Winestri, J., D, Rachmawati., dan I, Samidjan. 2014. Pengaruh

penambahanvitamin e pada pakan buatan terhadap pertumbuhan dan

kelulushidupan kepiting bakau (Scylla paramamosain). Journal Of

Aquaculture Management and Technology. 3(4): 40-41.


ACARA X

PIGMEN DAN PROVTAMIN A


PERCOBAAN I

UJI KELARUTAN PIGMEN DAUN

10.1. Tujuan

10.1.1. Mahasiswa diharapkan mampu menguji kelarutan pigmen daun

10.1.2. Hasil Pengamatan

No Perlakuan Hasil Pengamatan

1 Berwarna hijau bening


Filtrat + Aquades

2 Berwarna putih bening


Filtrat + Minyak

3 Berwarna hijau pekat


Filtrat + Alkohol

Sumber : DataPrimer Praktikum Kimia Dasar, 2021.

10.1.3. Pembahasan

Pigmen tanaman merupakan pendukung melakukannya fotosintesis

terhadap tumbuham. Menurut Maulid dan Laily (2015) menyatakan penyerapan

cahaya matahari dengan menyerap cahaya warna merah, biru, dan ungu itu

merupakan peran klorofil yang termasuk pigmen fotosintesis serta memantulkan

cahaya hijau untuk memperoleh ciri warna tumbuhan tersebut sebagai warna

hijau. Pada tanaman yang memiliki warna biru, ungu, dan merah memiliki

kandungan pigmen antosianin. Menurut Fathinatullabibah et al. (2014) penghasil

warna pada tumbuhan seperti warna ungu, biru, magenta, violet, merah, dan

oranye merupakan adanya pigmen antosianin, pigmen tersebut membrikan warna


pada buah, sayuran, daun, akar, umbi, legum, dan sereal serta pigmen ini aman

dikonsumsi. Pada praktikum menguji pigmen yang terdapat pada daun pepaya

yang merupakan pigmen klorofil yang di amati pada praktikum.

Pengujian ini dengan mengamati pigmen yang ada di daun pepaya yang

bertujuan pengamatan apakah pigmen larut dalam larut air, minyak, dan alkohol.

Langkah kerja awal dengan menyiapkan daun pepaya yang sudah dihaluskan.

Menepatkan daun pepaya yang sudah dihaluskan ke dalam tabung reaksi.

Pengujian ini mengunkan 3 percobaan dengan pengujian kelarutan pigmen

terhadap aquades, minyak, dan alkohol. Hasil pengujian memperoleh pigmen larut

dalam air dan minyak, tidak larut dalam alkohol. Pigmen yang larut dengan

ditandai perubahan warna terhadap cairan yang di gunakan saat pengujian.

10.1.4. Kesimpulan

Dalam pengujian ini memproleh bahwa pigmen pada daun larut ke dalam

cairan aquades dan minyak. Tanda bahwa pigmen larut dalam aquades dan

minyak dengan perubahan warna pada cairannya. Sedangkan pada alkohol warna

alkohol tidak berubah menandakan bahwa pigmen tidak larut air.


LAMPIRAN

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2021.


PERCOBAAN II

UJI KUALITATIF PIGMEN DAUN

10.2. Tujuan

10.2.1. Mahasiswa diharapkan mampu menguji adanya berbagai jenis pigmen dari

daun atau sayuran berwarna hijau dengan KLT.

10.2.2. Hasil Pengamatan

No Pengamatan Catatan Hasil Pengamatan


1 Warna yang tampak setelah Berwarna hijau kekuningan
KLT dikeluarkan dari larutan
pengembang
2 Nilai Rf apabila dapat diukur Rf=2,1/2,8=0,75

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2021.

10.2.3. Pembahasan

Klorofil adalah pigmen berwarna hijau yang terdapat dalam kloroplas.

Menurut Sumaenda (2011) pada tumbuhan tingkat tinggi, kloroplas terutama

terdapat pada jaringan parenkim palisade dan parenkim spons daun, dalam

kloroplas, pigmen utama klorofil serta karotenoid dan xantofil terdapat pada

membran tilakoid. Pigmen daun dapat dideterminasi secara kualitatif dan

kuantitatif. Secara kualitatif, macam pigmen daun dapat dideteksi dengan metode

kromatografi. Ada beberapa macam teknik kromatografi, dari teknik yang


sederhana sampai teknik modern. Teknik sederhana dapat dilakukan dengan

kromatografi lapis tipis (KLT).

Pada praktikum uji kualintatif pigmen daun menggunakan filtrat daun

pepaya dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Menurut

Anaphalis (2011) kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan metode analisa yang

cukup sederhana karena dapat menetukan jumlah komponen yang ada pada suatu

bahan, bahkan dapat pula mengidetifikasi komponen-komponen tersebut.

Pada kromatografi, komponen-komponen yang akan dipisahkan antara dua

fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen

campuran sedangakan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran.

Menurut Munzil (2008) komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan

tertinggal, sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan

bergerak lebih cepat. Prinsip kerja KLT memisahkan sampel berdasarkan

perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan, teknik ini

biasanya menggunakan fase diam dalam bentuk plat silica dan fase geraknya

disesuaikan dengan janis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuaran

larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel

dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase geraknya tersebut.

Pada uji praktikum kualitatif pigmen daun setelah KLT di keluarkan dari

larutan pengembang didapati berwarna hijau kekuningan. Dari fase gerak tersebut

dapat di ukur dan pengukuran tersebut disebut nilai Rf, nilai Rf dapat

didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi
dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Dari percobahan tersebut

diketahui jarak yang ditempuh oleh zat yang di teliti ialah 2,1 sedangkan untuk

jarang yang di tempuh oleh zat pelarut 2,8.

Untuk perhitungan Rf dari hasil pengamatan yaitu sebagai berikut :

Jarak yang ditempuh oleh zat yang diteliti


Rf =
Jarak yang ditempuh oleh zat pelarut
2,1
Rf = 2,8

= 0,75

Faktor - faktor yang menyebabkan perbedaan migrasi komponen

komponen dalam sampel meliputi faktor pendorong migrasi analit dan faktor

penghambat migrasi analit. Menurut Wulandari (2011) faktor pendorong migrasi

meliputi gaya gravitasi, elektrokinetik, dan hidrodinamik. Faktor penghambat

migrasi meliputi friksi molekul, elektrostatik, adsorbsi, kelarutan, ikatan kimia

dan interaksi ion.

10.2.4. Kesimpulan

Pada percobaan uji KLT (Kromatografi Lapis Tipis) ini dari pengamatan

yang telah dilakukan dapat disimpulkan ketika praktikum warna yang tampak

setelah KLT dikeluarkan dari larutan pengembang berwarna hijau kekuningan.

Nilai Rf dipengaruhi oleh beberapa faktor yang bervariasi. Dan nilai Rf itu sendiri

adalah jarak yang ditempuh oleh senyawa terhadap jarak yang ditempuh oleh

solven (fasa gerak).


DAFTAR PUSTAKA

Anaphalis, F. 2011. Kromatografi Lapis Tipis A. Fakultas MIPA. Universitas

antosianin ekstrak kastuba (Euphorbia pulcherrima) berdasarkan umur

berbeda. J. Bios Logos. 1(1): 1-5.

Fathinatullabibah., Kawiji., dan L, U, Khasanah. 2014. Antosianin ekstrak daun

jati (Tectona grandis) terhadap perlakuan pH dan suhu. J. Aplikasi

Teknologi Pangan. 3(2): 59-61.

Maulid, R, R., dan A, N, Laily. 2015. Kadar total pigmen klorofil dan senyawa

antosianin ekstrak kastuba (Euphorbia pulcherrima) berdasarkan umur

daun. J. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 1(1): 3-4.

Munzil. 2008. Kimia Analitik II. Fakultas MIPA. Universitas Negeri Yogyakarta,

Yogyakarta. (Skripsi).

Sumenda, L., L. Henny dan R. Feky. 2011. Analisis kandungan klorofil daun

Teknologi Pangan. 3(2): 59-61.

Wulandari, L. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. PT. Taman Kampus Presindo:

Yogyakarta.
LAMPIRAN

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2021.


KONTRIBUSI ANGGOTA

Nama Anggota Kontribusi


Errasa Praharani Mayang Yasena Acara VII percobaan I dan II
Lucky Alfiannisa Acara V percobaan I dan II
Muchamad Ibnu Yucha Acara VI protein dan X pigmen dan
provitamin A
Tegar Setya Atmaja Acara IX dan acara X percobaan I
Y. K Dibyo Yuwono Acara I percobaan III dan Acara
VIII

Anda mungkin juga menyukai