Disusun Oleh:
SUMINI AYU SETIYOWATI 151710101010
MOHAMMAD FAQIH ALHARAMAIN 151710101136
KRISTINA LOIS 151710101094
RETNO AYU AMBARWATI 151710101133
THP-A
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari review jurnal ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui senyawa volatil aroma pisang
2. Mengetahui perbedaan senyawa volatil pisang dari berbagai jenis pisang.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu baskom, plastik, jarum
pelubang, kotak/kardus berventilasi, Tekstur Analyzer, vial, septun silikon,
Kromatografi Gas
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 17 kultivar pisang yang
berbeda antara lain : cirad 916, cirad 918, cirad 919, cirad 924, cavendish,
fougamou, figue pomme, gros michel, indonesia 110, mossi, mysore, ney poovan,
pisang jari buaya, pisang lilin, pisang mas, prata ana, yangambi Km5. Bahan
kimia yang digunakan antara lain : bitertanol 200 mg/L, ethylene 1 ml/L, air
deionisasi, benzil butanoat.
Pisang
Pisang
Perhitungan
2. Penilaian Kimia
Persiapan puree pisang
Pencampuran 45 ml air
deionisasi
5 gram
Puree aliquot
pisang
Penambahan 100 ml
benzil butanoate
Puree pisang
Ekstraksi
Perolehan Data
Perhitungan
ANOVA
BAB 4 PEMBAHASAN
Tabel 1 menunjukkan aroma yang terdeteksi oleh panelis dan senyawa yang
diidentifikasi dari 116 senyawa yang terdeteksi. Sembilan belas senyawa
terdeteksi sebagai kontribusi terhadap keseluruhan aroma pisang. Di antaranya, 3-
methylbutyl acetate (pisang matang), 3-methylbutyl butanoate (buah pisang, kulit
buah), (E) -2-hexenal (buah hijau intens), dan eugenol (pedas) adalah senyawa
aktif yang paling bau pada Ekstrak SPME. Ketiga ester ini paling banyak terdapat
pada profil kromatografi, dan juga memiliki frekuensi deteksi tinggi. Dan juga
terdapat senyawa lain dengan proporsi sangat rendah seperti eugenol (0,7% dari
total area kromatografi), heksanal (0,2%), dan elemik (0,4%) juga memiliki
frekuensi pendeteksian tinggi.
4.2 Senyawa Volatil pembentuk Aroma Pisang
Sebanyak 146 fluktuatif terdeteksi pada ekstrak pisang SDE, 124 di antaranya
diidentifikasi secara positif. Identifikasi positif dicapai dengan membandingkan
indeks retensi linier dan spektrum massa dengan senyawa referensi standar yang
dianalisis dalam kondisi percobaan yang sama. Pembentukan tentatif didasarkan
pada pencocokan indeks retensi linier dan spektrum massa. Volatil teridentifikasi
terdiri dari 120 mg kg-1 dari komposisi buah.
Volatil yang diekstraksi dengan SDE dari pisang dianalisis oleh AEDA dan
OAV untuk menemukan odourants yang paling potensial. Hasil menunjukkan 38
odourants dengan faktor FD penting (berkisar antara 8 sampai 1024), telah
disusun mengikuti indeks retensinya. Senyawa dengan faktor FD tertinggi antara
lain heksanal, 3-methylbutyl acetate, 3-methylbutyl butanoate, dan eugenol.
Senyawa lain dengan faktor FD 512 antara lain etil 2-metilpropanoat, 2-pentil
asetat, (E) -2-heksanal. heksil asetat, dan 3-metilbutil 3-metilbutanoat. Pada faktor
FD = 256 adalah 2,3-butanedion dan 3-methylbutanal. Dari jumlah tersebut,
hanya 3-methylbutanal yang dilaporkan sebagai pembentuk odourant penting pada
buah pisang (Jordan et al., 2001). Pada faktor FD 128 senyawa yang terdapat
antara lain 2-pentanon, butil 3-metilbutanoat, 4-metil-2-metoksifenol, (z) -4-
oktan-1-yl3-metilbutanoat, (z) -4-oktan-1-yl pentanoat , dan eleminin.
Faktor FD 64 yaitu propil asetat, 3-metilbutanol, 2-metilpropil asetat, butil
asetat, 2-metilpropil 2-metilpropanoat, 2-metilpropil butanoat, 2-metoksi-4-
vinilfenol, 2-pentil 3-metilbutanoat, heksil 2-methylbutanoate, dan (z) -5-oktan-1-
yl 3 metilbutanoat. Faktor FD sedang 32 yaitu 2-heptanon, 2-heptanol, butil
butanoat, etil 3-hidroksirheksin-anoat, dan 2-undecanone. Dengan pengecualian 2-
undecanone. Kelompok terakhir dengan faktor FD rendah (8-16) memasukkan
empat volatil lainnya, dimana 1-butanol, (z) -3-hexen-1-ol, dan (E) -3-hepten-2-
one. Dari mereka, hanya (z) -3-hexen-1-ol yang ditemukan sebagai odourant
penting pada buah pisang.
Peningkatan aroma pada pisang juga dipengaruhi oleh kematangan pisang,
jika pisang dalam kondisi matang dengan meningkatnya gula dalam pisang maka
aroma yang terkandung akan semakin tinggi. Peningkatan pH pada pisang juga
berpengaruh pada aroma manis yang dihasilkan, jika pisang dalam kondisi asam
maka aroma manis yang dihasilkan akan hilang karena terdapat hubungan yang
kognitif antara asam dan aroma. Sehingga terdapat perbedaan senyawa volatil
antara masing-masing kultivar pisang. Dari uraian diatas konsumen akan dapat
membedakan masing-masing aroma jenis pisang sebagai makanan penutup atau
bahkan sebagai makanan pembuka. Karena flavour akan menjadi kesan utama
bagi seseorang sebelum memutuskan untuk mengkonsumsi suatu produk pangan.
BAB 5 KESIMPULAN
Dordland, W. E. & J. A. Rogers. 1977. The Fragrances and Flavor Industry. New
Jersey : Dordland Co.
Santoso, B.B. dan B.S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan Pascapanen Tanaman
Hortikultura. Indonesia Australia Eastern Universities Project.