Anda di halaman 1dari 21

Coklat Batangan

KELOMPOK 3
Ahmad thoriq F. (151710101001)
Sumini Ayu Setiyowati (151710101010)
Faridatul Meikhusna (151710101034)
Johan Alif Ivansyah (151710101061)
M. Faqih Alharamain (151710101136)
Coklat Batangan
Cokelat batangan ialah manisan berbentuk
batangan yang tersusun atas beberapa
komponen berikut: kakao, gula, susu,
lesitin.
Faktor Primer
• Kedekatan dg pasar/konsumen potensial
konsumen merupakan sasaran yang sangat diperlukan dalam
penentuan lokasi industri. Sasaran konsumen yang dituju oleh
produk coklat batangan yaitu kalangan menengah atas.

• Sarana dan prasarana transportasi


sarana prasarana transportasi diperlukan untuk memudahkan
penerimaan bahan baku dan pendistribusian produk hingga ke
konsumen

• Sarana utilities (listrik/sbr tng; sbr air) dan telekomunikasi


sarana utilities meliputi jalan, air listrik dan jalan harus bisa
dijangkau dan mudah dalam pemenuhanya untuk kelancaran
dalam penentuan lokasi industri.

• Sikap masyarakat setempat


dalam penentuan lokasi, sikap dari masyarakat setempat haruslah
diperhatikan yaitu dengan salah satu cara merekrut dari mereka
yang potensial untuk menjadi karyawan diperusahaan
Faktor Sekunder
• Strategi kebijakan pemerintah terutama Pemda dan kebijakan
arah pembangunan
kerjasama dengan instansi pemerintah akan mempermudah
kebijakan pemerintah terkait dengan wilayah industri, ekonomi dll.

• Biaya investasi pengadaan tanah dan pembangunan gedung


pengadaan tanah dan pembangunan gedung akan diminimalkan
dalam pengeluarannya. Karena dengan biaya investasi yang tinggi
akan mengakibatkan harga produk menjadi tinggi. Biaya investasi
juga dapat secara jangka panjang dengan biaya investasi tinggi tetapi
akan berdampak pada perolehan profit industri.
Penentuan Lokasi

LOKASI 1 : BOGOR

Lokasi Pabrik yang LOKASI 2 :


Dipilih JAKARTA SELATAN

LOKASI 3 : JEMBER
Metode Penilaian Kualitatif Subyektif
Bogor Jaksel Jember
Faktor-faktor
No
yang dinilai Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor

1 Bahan baku A 5 C 3 D 2
2 Pasar A 5 A 5 D 2
3 Transportasi A 5 A 5 C 3
Tenaga kerja dan
4 B 4 B 4 C 3
upah
6 Utilities B 4 B 4 B 4
Sikap
7 masyarakat A 5 A 5 B 4
setempat
Kebijakan
8 A 5 A 5 B 4
pemerintah
9 Populasi industri A 5 A 5 C 3
Biaya tanah dan
11 C 3 C 3 C 3
gedung
Total 41 39 28
Ranking 1 2 3
Pembobotan masing-masing faktor
Faktor-faktor yang
No Bobot Bogor Jaksel Jember
Dinilai

1 Bahan baku 0,2 5 1 3 0,6 2 0,4

2 Pasar 0,2 5 1 5 1 2 0,4

3 Transportasi 0,1 5 0,5 5 0,5 3 0,3

Tenaga kerja dan


4 0,05 4 0,2 4 0,2 3 0,15
upah

5 Utilities 0,1 4 0,4 4 0,4 4 0,4

Sikap masyarakat
6 0,05 5 0,25 5 0,25 4 0,2
setempat

Kebijakan
7 0,2 5 1 5 1 4 0,8
pemerintah

8 Populasi industri 0,05 5 0,25 5 0,25 3 0,15

Biaya tanah dan


9 0,05 3 0,15 3 0,15 3 0,15
gedung

Total 1 41 4,75 39 4,35 28 2,95

Ranking 1 2 3
Metode Perbandingan Biaya
Jenis Biaya Bogor (Rp) Jaksel (Rp) Jember (Rp)

Biaya variabel/ unit


8.778 9.033 8.354

Biaya tetap/ tahun


2.287.000.000 2.187.000.000 1.987.000.000

Analisa Biaya Per Unit dengan Kapasitas Produksi = 100.000 unit/ tahun ,
250 gram per pcs

Biaya tetap/ Total biaya/


Lokasi Biaya variabel/ unit Ranking
unit unit

Bogor 8.778 22.870 31.648 3

Jaksel 9.033 21.870 30.903 2

Jember 8.354 19.870 28.224 1


Analisa Biaya Per Unit dengan Scale
up Kapasitas Produksi
Kapasitas
Biaya Bogor Jaksel Jember
Produksi

100.000 Variabel
1.800.000.000 1.700.000.000 1.500.000.000
Tetap 2.287.000.000 2.187.000.000 1.987.000.000
Total 4.087.000.000 3.887.000.000 3.487.000.000
200.000 Variabel 3.600.000.000 3.400.000.000 3.000.000.000
Tetap 2.287.000.000 2.187.000.000 1.987.000.000
Total 5.887.000.000 5.587.000.000 4.987.000.000
300.000 Variabel 5.400.000.000 5.100.000.000 4.500.000.000
Tetap 2.287.000.000 2.187.000.000 1.987.000.000
Total 7.687.000.000 7.287.000.000 6.487.000.000
Lokasi 100.000 unit 200.000 unit 300.000 unit

Bogor 3 3 3

Jaksel 2 2 2

Jember 1 1 1
Alasan memilih lokasi di Bogor
• Kedekatan denggan pasar/konsumen potensial
Berdasarkan kualitatif subyektif, Bogor merupakan kota besar dengan
pendapat perkapitanya tinggi, sehingga cocok untuk jangkauan konsumen
menengah ke atas.

• Sarana dan prasarana transportasi


Kota besar seperti Bogor memiliki sarana prasarana transportasi yang baik
dan dapat memenuhi percepatan distribusi produk hingga konsumen
sehingga dapat mengifisiensi barang.

• Sikap masyarakat setempat


Masyarakat setempat yang direkrut merupakan implikasi dari penerapan
CSR (Corporate Social Responsibility), yang merupakan integrasi antar
perusahaan, pemerintah dan masyrakat.

• Sarana utilities dan telekomunikasi


Kota Bogor merupakan salah satu kota besar di Indonesia, dari aspek
infrastruktur seperti jalan, air dan listrik yang baik menjadi alasan lokasi
kota Bogor yang dipilih.
Alasan memilih lokasi di Bogor

• Biaya Investasi
Investasi seperti pengadaan tanah dan pembangunan gedung
secara jangka panjang akan berdampak profit pada Industri.

• Kebijakan Pemerintah
Lokasi di Kota Bogor dekat dengan pusat pemerintahan,
sehingga strategi kerjasama dengan instansi pemerintah akan
mudah terealisasi.
Diagram Alir Proses Pembuatan Coklat
Batangan
Neraca Massa

Biji Kakao

I
Penjelasan
C = 10.000 – B
Bahan masuk 10.000 kg biji kakao = 10.000 – 322,5
(KA = 10%) dan setelah di roasting = 9677,5 kg
kadar air biji kakao ka=7%. D = 15 % x 9677,5 = 1451,6 kg
C= D+E
A = B+C E=C-D
E= 9677,5 – 1451,6 = 8225,9 kg
10.000 = B+C E=F
B = 10.000 – C
C = 10.000 – B • G adalah cocoa massa yang
dihasilkan. Diasumsikan pada
grinding tidak ada yang menepepada
N.M Komponen Air mesin sehingga bahan tidak ada
yang hilang. Sehingga cocoa massa
10.000 x 0,1 = B + 0,07 (10.000 – B) yang dihasilkan sebanyak 8225,9 kg.
1000 = B + 700 - 0,07 B Cocoa massa kemudian digunakan
1000 = 0,93 B + 700 dalam pembuatan Coklat Batangan.
0,93 B = 300
B = 322,5 (32,25%)
Penjelasan
Mixing berat bahan yang ditambahkan :
Proporsi Bahan yang ditambahkan : Cocoa Massa : 8225,9 kg
15
Cocoa Massa (12%) Susu : 𝑥8225,9 = 10282,4 𝑘𝑔
12
51
Susu ( 15% ) Sukrosa : 𝑥8225,9 = 34960 𝑘𝑔
12
21,6
Sukrosa ( 51% ) Butter : 𝑥8225,9 = 14806,62 𝑘𝑔
12
0,1
Butter (21,6%) Vanilin : 𝑥8225,9 = 68,5 𝑘𝑔
12
Vanilin (0,1%)

jumlah bahan masuk I: 68343,42 kg


Penjelasan
Jumlah masuk refining I = 68.343,42 kg
I=J
K Conching (penambahan lechitin)
Lechitin (0,3%)
0,3
Lechitin : 12 𝑥8225,9 = 205,6 𝑘𝑔

L Jumlah bahan ke tempering = 68.343,42 + 205,6


= 68.549,02 Kg
Dari proses tempering hingga penyimpanan diasumsikan tidak ada komponen yang
hilang sehingga hasil akhir coklat yang dihasilkan sebanyak 68.549,02 kg
KAPASITAS PRODUKSI
Berdasarkan Bahan Awal

1. Proses Roasting
10.000 kg
x 10.000 x 1 unit = 10.000 Kg
10.000 jam
2. Proses Winnowing
10.000 kg
x 10.000 x 1 unit = 10.333,24 Kg
9677,5 jam
3. Proses Grinding
10.000 kg
x 10.000 x 1unit = 12.156,72 Kg
8240,5 jam
4. Proses Mixing
10.000 kg
x 6.000 x 3 unit = 2.633,75 Kg
68.343,42 jam
KAPASITAS PRODUKSI
Berdasarkan Bahan Awal

5. Proses Refining
10.000 6.000 kg
x x 3 unit = 438,9 Kg
68.343,42 6 jam
6. Proses Conching
10.000 6.000 kg
x x 3 unit = 656,46 Kg
68.549,42 4 jam
7. Proses Pencetakan
10.000 kg
x 6000 x 3 unit = 2.625,8 Kg
68.549,42 jam

Jadi kapasitas pabrik = 438,9 kg/jam


KAPASITAS PRODUKSI
Berdasarkan Bahan Akhir

1. Proses Roasting
68.549,42 kg
x 10.000 x 1 unit = 68.549,42 Kg
10.000 jam
2. Proses Winnowing
68.549,42 kg
x 10.000 x 1 unit = 70.833,4 Kg
9677,5 jam
3. Proses Grinding
68.549,42 kg
x 10.000 x 1 unit = 83.333,15 Kg
8240,5 jam
4. Proses Mixing
68.549,42 kg
x 6.000 x 3 unit = 18.054,15 Kg
68.549,42 jam
KAPASITAS PRODUKSI
Berdasarkan Bahan Akhir

5. Proses Refining
68.549,42 6.000 kg
x x 3 unit = 3.009,02 Kg
15.062,12 6 jam
6. Proses Conching
68.549,42 6.000 kg
x x 3 unit = 4.500 Kg
68.549,42 4 jam
7. Proses Pencetakan
68.549,42 kg
x 6000 x 3 unit = 18.000 Kg
68.549,42 jam

Jadi kapasaitas pabrik = 3.009,02kg/jam


Layout

Anda mungkin juga menyukai