Anda di halaman 1dari 13

Various Temperature of Vacuum and

Conventional Roasting on Color Alteration


and Polyphenols Content of Cocoa Powder
Kelompok 1:

1. Sumini Ayu Setyowati (151710101010)


2. Titin Nur Fitriya (1517101010)
3. Balkish Indri Mulya C. (151710101097)
4. Diamanda Almira R. (151710101131)
PENDAHULUAN

Biji kakao yang belum diolah mengandung polifenol sekitar 15% dari
berat kering, Selama proses penyangraian biji kakao, kandungan
polifenol menurun sebanyak 10%. Polifenol dalam biji kakao sangat
penting khususnya mengenai pilihan dalam rasa, warna dan aroma
pengembangan, atau sebagai makanan fungsional (sebagai
antioksidan). Oleh karena itu, untuk perlu adanya penelitian terkait suhu
dan waktu raosting bubuk kakao untuk mendapatkan warna, aroma dan
rasa disukai oleh panelis dan memiliki kandungan polifenol yang tinggi.
BAHAN :

biji kakao kering diperoleh langsung dari


Kabupaten Lasusua, Kabupaten Kolaka Utara,
Sulawesi Tenggara
Bahan kimia yang digunakan meliputi:
metanol, etanol, air suling
bahan untuk analisis total fenol (seperti
etanol, natrium karbonat, dan reagen Folin-
Ciocalteu)
Metode :
1. Penyangraian
2. Pembuatan Cocoa Powder
3. Ekstraksi Polifenol Cocoa Powder
4. Analisis Jumlah Fenol (Pembuatan Kurva Standar)
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengaruh suhu dan waktu penyangraian vacuum terhadap karakteristik fisik
dan sensori cocoa powder
1. Karakteristilk warna cocoa powder menurut RGB
Perubahan Warna
2. Uji sensori rasa, Aroma dan Warna Cocoa
Powder
B. pengaruh Suhu dan waktu penyangraian dengan Kondisi Vacuum terhadap
Polyphenol Cocoa Powder
Grafik . pengaruh Suhu dan waktu penyangraian dengan Kondisi Vacuum terhadap Polyphenol Cocoa Powder
KESIMPULAN

Penyangraian dengan suhu antara 80 C dan 150 C, kakao bubuk


disukai oleh panelis yaitu yang disanrai pada suhu 100 C, 110 C dan
120 C.

Sementara penyangraian vakum dari 60,8 cm Hg di 120 C dengan


waktu penyangraian 25 menit telah memperoleh 10,57% dari total
fenolik, atau meningkat sebanyak 1,22%.

Anda mungkin juga menyukai