Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA HASIL PERIKANAN

“Uji Benedict pada Karbohidrat”

DISUSUN OLEH :

NAMA : RIRIN RUSADI

NIM : Q1B1 17 008

KELOMPOK : I (SATU)

ASISTEN : SELIN LOLOPAYUNG, S.Pi.

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala,

yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga

pada kesempatan ini kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tepat pada

waktunya. Laporan Praktikum yang berjudul “Uji Benedict pada Karbohidrat”

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biokimia Hasil Perikanan.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.

Asnani selaku dosen mata kuliah Biokimia Hasil Perikanan yang telah

memberikan bimbingan kepada kami. Selain itu, ucapan terima kasih juga kami

tujukan kepada asisten Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan yang telah

membimbing kami sehingga praktikum ini dapat berjalan dengan lancar.

Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih banyak kekurangan

dan kesalahan serta masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan

saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

Akhir kata kami berharap semoga laporan Praktikum Biokimia Hasil

Perikanan ini bermanfaat bagi kita semua.

Kendari, 28 Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Tujuan .............................................................................................................2
C. Manfaat ..........................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Karbohidrat ....................................................................................................3
B. Larutan Benedict .............................................................................................3
C. Sukrosa ...........................................................................................................4
D. Laktosa............................................................................................................4
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat ..........................................................................................8
B. Alat dan Bahan ...............................................................................................8
C. Prosedur Kerja ................................................................................................8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ..............................................................................................................10
B. Pembahasan ..................................................................................................10
V. PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................13
B. Saran .............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14
LAMPIR

ii
I. PENDAHULUAN

A. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh

penduduk dunia, khususnya bagi penduduk negara yang sedang berkembang.

Walaupun jumlah kalori yang dapat dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat hanya 4

Kal (kkal) bila dibanding protein dan lemak. Karbohidrat atau

Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai

penghasil energi utama manusia. Fungsi lain dari karbohidrat adalah pemberi rasa

manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolism lemak dan

membantu pengeluaran feses. Gula merupakan karbohidrat, tapi tidak semua

karbohidrat adalah gula. Jumlah karbohidrat di bumi lebih banyak daripada

jumlah biomolekul manapun (Winarno, 2008).

Reagen Benedict adalah reagen kimia yang biasa digunakan untuk

mendeteksi adanya gula pereduksi, tapi bahan pereduksi lainnya juga dapat

memberikan hasil positif. Larutan Benedict dapat digunakan untuk menguji

adanya glukosa dalam urine. Beberapa gula seperti glukosa disebut gula pereduksi

karena mereka mampu mentransfer hidrogen (elektron) ke senyawa lain, proses

yang disebut reduksi. Ketika gula pereduksi dicampur dengan reagen benedicts

dan dipanaskan maka akan menyebabkan reagen benedicts berubah warna. Warna

ini bervariasi dari hijau, kuning atau merah bata (Ata, 2011).

Gula pereduksi mencakup monosakarida dan beberapa disakarida,

termasuk laktosa dan sukrosa. Sukrosa terdapat dalam gula tebu dan gula bit.

1
Dalam kehidupan sehari-hari sukrosa dikenal dengan gula pasir. Laktosa adalah

komponen utama yang terdapat pada air susu ibu dan susu sapi (Warno, 2010).

Berdasarkan hal tersebut, sehingga mendasari praktikum ini perlu

dilakukan untuk menguji kandungan karbohidrat melalui uji benedict.

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan laporan ini yaitu untuk menguji adanya gula

pereduksi pada larutan sukrosa dan laktosa melalui uji benedict.

C. Manfaat

Manfaat dari pembuatan laporan ini yaitu untuk mengetahui adanya

reduksi gula pada larutan sukrosa dan laktosa melalui uji benedict.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Karbohidrat

Karbohidrat (carbohydrate) diambil dari komponen penyusunnya yang

terdiri dari karbon, hydrogen dan “ate” yang berarti oksigen. Karbohidrat atau

hidrat arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai penghasil energi

utama manusia ( Wardiana et al., 2010).

Karbohidrat atau sakarida terdapat gugus hidrosil (-OH), gugus aldehid

atau gugus keton. Maka dapat didefinisikan bahwa karbohidrat sebagai senyawa

polihidroksialdehida atau polihidroksiketon, atau senyawa yang dihidrolisis dari

keduanya. Karbohidrat dapat digolongkan berdasarkan jumlah monomer

penyusunya. Ada 3 jenis karbohidrat berdasarkan penggolongan ini, yaitu,

Monosakarida, Disakarida (oligosakarida), dan Polosakarida. Monosakarida (gula

sederhana) yang merupakan karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisia dan tidak

kehilangan sifat gulanya., contohnya ribose dan glukosa. Disakarida merupakan

karbohidrat yang bila dihidrolisis menghasilkan dua monosakarida yang sama

atau berbeda, Contohnya yaitu sukrosa yang jika dihidrolisis akan menghasilkan

glukosa dan fruktosa. Secara spesifik yang disebut ikatan glikosida. Sedangkan,

oligosakarida dihidrolisis untuk menghasilkan berbagai monosakarida melalui

inkubasiyang hasilnya ditepakan pada HPLC untuk mempelajari komposisi

monosakarida. Polisakarida yang merupakan polimer monosakarida yang memilki

bobot molekul yang tinggi dan bila dihidrolisis akan menghasilkan lebih dari

sepuluh monosakarida, contohnya amilum, glikogen, dan selulosa (Anna, 2014).

3
B. Uji Benedict

Uji benedict adalah uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi.

Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai

Cu2O berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan CuCo3 pada larutan

natrium karbonat (reagen benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan

tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid

atau keton bebas, sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton

bebas tidak dapat mereduksi larutan benedict. Warna biru pada larutan

menunjukkan reaksi negatif (tidak adanya gula pereduksi), sedangkan reaksi

positif dengan adanya warna hijau kebiruan, hijau, kuning, dan endapan merah

bata. Warna endapan ini bergantung kepada konsentrasi karbohidrat yang

diperiksa (ZulfikarA, 2010).

C. Sukrosa

Sukrosa atau gula adalah senyawa organik terutama golongan karbohidrat.

Sukrosa juga termasuk disakarida yang didalamnya terdiri dari komponen-

komponen D-glukosa dan D-fruktosa. Rumus molekul sukrosa adalah C22H22O11.

Gula dengan berat molekul 342 g/mol dapat berupa kristal-kristal bebas air

dengan berat jenis I ,6 g/ml dan titik leleh 160°C. Sukrosa ini kristalnya berbentuk

prisma monoklin dan berwama putih jemih. Wama tersebut sangat tergantung

pada kemumiannya. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana karena dapat larut

dalam air dan langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi energi (Gia, 2011).

4
D. Laktosa

Laktosa adalah salah satu molekul gula yang terdiri atas gabungan dua

molekul gula yang lebih kecil, yaitu glukosa dan galaktosa. Laktosa banyak

ditemukan pada susu atau produk-produk berbahan dasar susu lainnya.

Penyerapan laktosa dalam tubuh membutuhkan enzim laktase, yaitu enzim yang

ditemukan pada usus. Enzim ini akan menguraikan laktosa menjadi glukosa dan

galaktosa yang kemudian akan diserap di usus halus (Hima, 2007).

Laktosa (gula susu) terdapat dalam air susu. ASI mengandung 5-8%

laktosa, sedangkan sapi mengandung 4-6% laktosa. Hidrolisis laktosa dengan

katalis enzim laktase akan menghasilkan glukosa dan galaktosa. Galaktosa dalam

tubuh segera diubah menjadi glukosa dengan enzim tertentu. Galaktosa dalam

darah jika tidak diubah menjadi glukosa bisa menimbulkan kekerdilan,

keterbelakangan mental, dan kematian. Laktosa merupakan gula pereduksi karena

dapat mereduksi pereaksi Benedict atau pereaksi Fehling (Bimo, 2009).

5
VI. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Biokimia Hasil Perikanan ini dilaksanakan hari Jumat, 24 Mei

2019 pada pukul 09:00 WITA sampai selesai, bertempat di Laboratorium

Pengujian Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Biokimia Hasil

Perikanan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Uji Benedict pada Karbohidrat

Nama Alat dan Bahan Kegunaan


Alat :
Tabung reaksi Sebagai tempat reaksi suatu larutan
yang akan diamati
Batang pengaduk Untuk mengaduk larutan
Pipet tetes Mengambil larutan yang akan
diamati tanpa teliti
Sikat tabung Membersihkan tabung reaksi, gelas
ukur, labu ukur dan lain-lain setelah
digunakan
Rak tabung reaksi Sebagai tempat untuk meletakkan
tabung reaksi yang berjumlah banyak
Gegep Menjepit tabung reaksi yang telah
dipanaskan
Hot plate Untuk memanaskan larutan
Gelas beker Sebagai wadah untuk tabung yang
dipanaskan
Bahan :
Larutan benedict Sebagai bahan pereaksi
Sukrosa Sebagai bahan pereaksi
Laktosa Sebagai bahan pereaksi

6
C. Prosedur Kerja

1. Menyiapkan 2 tabung reaksi yang bersih (Tabung I untuk larutan sukrosa dan

Tabung II untuk larutan laktosa)

2. Mengisi kedua tabung masing-masing sebanyak 1 mL dengan larutan sukrosa

pada Tabung I dan larutan laktosa pada Tabung II.

3. Mencampurkan kedua tabung dengan larutan benedict sebanyak 2 mL.

4. Memasukkan kedua tabung kedalam gelas beaker yang sudah dipanaskan pada

suhu 100oC.

5. Menunggu pemanasan sekitar lebih kurang 5 menit pada kedua tabung.

6. Mengamati hasil setelah perlakuan panas yang diberikan.

7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Reaksi Benedict pada Larutan Sukrosa dan Larutan Laktosa.
No. Larutan Hasil Pengamatan Keterangan
Sebelum Setelah
Pemanasan Pemanasan
1. Larutan Larutan berwarna Larutan berwarna Tidak terjadi
Sukrosa bening bening reduksi oleh
gula)
Larutan berwarna Terjadi reduksi
2. Larutan Larutan berwarna kuning Cu2+ ↔ Cu+
Laktosa bening oleh gula

B. Pembahasan

Pada uji benedict digunakan 2 sampel larutan karbohidrat, yaitu larutan

sukrosa dan larutan laktosa yang kemudian ditambahkan dengan 2 mL larutan

benedict. Selanjutnya dilakukan pengamatan sebelum dan setelah pemanasan pada

suhu 100oC selama 15 menit. Hasil yang didapatkan untuk larutan sukrosa dan

laktosa setelah ditambahkan larutan benedict yaitu larutan sama-sama berwarna

bening. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua sampel larutan tersebut tidak

mengandung gula. (Rohmawati, 2015) melaporkan bahwa warna larutan sukrosa

dan larutan laktosa setelah ditambahkan larutan benedict sebelum mengalami

pemanasan mempunyai warna biru bening. Pada uji Benedict yang sebelum

dipanaskan bening namun setelah dipanaskan tetap berwarna bening (Khoirun,

2008).

8
Pada hasil pengamatan kedua, larutan sukrosa dan laktosa memberikan

hasil yang berbeda setelah dipanaskan. Dimana pada larutan sukrosa tidak

menunjukkan perubahan warna, dimana larutan tetap berwarna bening setelah

dipanaskan. Hal ini disebabkan karena pada larutan sukrosa tidak mengandung

gula pereduksi sehingga tidak terjadi reaksi terhadap Cu+. Sedangkan untuk

larutan laktosa menunjukkan adanya perubahan warna setelah dipanaskan, yaitu

menghasilkan warna kuning. Hal ini disebabkan karena larutan laktosa

mengandung gula pereduksi sehingga terjadi reaksi terhadap Cu+.

Pada uji Benedict, larutan sukrosa tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict

sehingga memperlihatkan hasil yang negatif. Ion Cu2+ yang berwarna bening tidak

tereduksi menjadi Cu+ sehingga larutan sukrosa tetap berwarna bening. Sukrosa

tidak menunjukkan matatorasi, tidak berada dalam kesetimbangan dengan suatu

bentuk aldehida atau keton. Menurut Winarno (1997), sukrosa bukanlah gula

pereduksi dan tidak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif karena keduanya

saling terikat. Menurut Nurafni (2011), reagen benedict mengandung ion Cu2+

yang akan direduksi oleh gula menjadi ion Cu+ melalui proses pemanasan

sehingga menghasilkan endapan coklat atau merah bata. Uji Benedict dilakukan

pada suasana basa yang menyebabkan transformasi isomerik. Pada suasana basa,

reduksi ion Cu2+ dari CuSO4 oleh gula pereduksi akan berlangsung dengan cepat

dan larutan Cu2+ dalam suasana basa kuat (Nurjannah et al., 2017). Larutan

laktosa menunjukkan hasil yang positif ditandai dengan terbentuknya endapan

berwarna kuning sebagai hasil reduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+ oleh suatu gugus

aldehid atau keton bebas yang terkandung dalam gula reduksi yang berlangsung

9
dalam suasana alkalis (basa). Sifat basa yang dimilki oleh pereaksi Benedict ini

dikarenakan adanya senyawa natrium karbonat (Rohmawati, 2015).

10
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum Biokimia Hasil Perikanan yang telah dilakukan,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa larutan laktosa positif mengandung gula

pereduksi, hal ini ditandai dengan adanya perubahan warna larutan dari bening

menjadi kuning. Sedangkan pada larutan sukrosa negatif mengandung gula

pereduksi, hal ini ditandai dengan tidak terjadinya perubahan pada larutan

tersebut, dimana larutan tetap berwarna bening.

B. Saran

Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum kali ini adalah sebaiknya

dalam setiap hasil reaksi dijelaskan dengan hubungan sebab-akibat, sehingga

praktikan dapat memahami hasil praktikum.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bintang, M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga.


Farid.2009. Analisis Kualitatif Karbohidrat, (Online). IPB Press.
Hawab, HM. 2004. Pengantar Biokimia. Jakarta : Bayu Media Publishing.
Hutagalung, Halomoan. 2004. Karbohidrat. Universitas Sumatera Utara:
Sumatera Utara
Isnawati . 2009. Biokimia. Surabaya:Unesa University Press.
Khoirun N. 2008. Karbohidrat Uji Benedict. UNESA. Surabaya.
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Mc Murry, J. 2008. Organic Chemistry. Graphic World Inc. p. 440-469.
Nurafni K. 2011. Laporan Biokimia Karbohidrat. UNM. Makassar.
Nurjannah L, Suryani dan Azmi A. 2017. Produksi Asam Laktat oleh
Lactobacillus delbrueckii subsp. Bulgaricus dengan Sumber Karbon Tetes
Tebu. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia.
Purawisastra, S. dan Sahara, E., 2010, Isolasi Ampas Kelapa Rumah Tangga dan
Bungkil Industri Minyak Kelapa, Panel Gizi Makan, 1(33), 23-29.
Purba, Michael. 2007. Kimia Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
Rohmawati R. 2015. Uji Karbohidrat-Biokimia. IPB Press.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka: Jakarta.
Yazid, Estien, Lisda nursanti. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk
Mahasiswa Analisis. Yogyakarta: Andi.

12

Anda mungkin juga menyukai