PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk kedalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis sehingga dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Umumnya berbagai bahan kimia yang mempunyai sifat berbahaya atau bersifat
racun telah diketahui. Namun, tidak demikian halnya dengan beberapa jenis
hewan dan tumbuhan, termasuk beberapa jenis tanaman pangan yang ternyata
dapat mengandung racun alami, walaupun dengan kadar yang sangat rendah
(Ahmad Djaeni Sediaoetama, 2004).
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman untuk dikonsumsi manusia, termasuk didalamnya adalah bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang sengaja atau tidak
disengaja bercampur dengan makanan atau minuman tersebut (Winarno, 1995).
Dalam setiap produksi yang menghasilkan pangan tak lepas dari bahan-
bahan kimia untuk membantu proses, contohnya pada proses pengolahan yang
sering digunakan untuk Bahan Tambahan Pangan (BTM) seperti pengawet
makanan, pewarna makanan dan lain sebagainya. Akan tetapi, hal-hal tersebut
bukanlah suatu hambatan bagi manusia untuk selalu mengkonsumsi makanan
(pangan) karena makanan adalah kebutuhan pokok manusia. Tiap hari manusia
harus makan untuk memberi tenaga pada tubuh.
Mungkin sering tak kita sadari bahwa dalam makanan yang kita konsumsi
sehari-hari ternyata mengandung zat-zat kimia yang bersifat racun dan
membahayakan bagi tubuh,baik itu sebagai pewarna, penyedap rasa dan bahan
campuran lain. Zat- zat kimia ini berpengaruh terhadap tubuh kita dalam sel,
sehingga kebanyakan kita akan mengetahui dampaknya dalam waktu yang lama.
Dampak negatif yang bisa saja terjadi yaitu dapat memicu kanker, kelainan
genetik, cacat bawaan ketika lahir dan masih banyak lagi.
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian racun
Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis sehingga dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian.
Racun alami adalah zat yang secara alami terdapat pada tumbuhan, dan
sebenarnya merupakan salah satu mekanisme dari tumbuhan tersebut untuk
melawan serangan jamur, serangga, serta predator.
Berbagai macam bahan makanan baik hewani maupun nabati, sering kali
secara alamiah mengandung senyawa-senyawa beracun yang dapat menimbulkan
keracunan akut, dimana makanan tersebut pada umumnya sudah dikenal oleh
masyarakat, seperti singkong (mengandung HCN), cendawan (muskarin), jengkol
(asam jengkolat). Sejumlah jenis bahan makanan sudah mengandung bahan
beracun secara alamiah sejak asalnya. Racun ini berupa ikatan organik yang
disintesa (hasil metabolisme) bahan makanan, baik makanan nabati maupun bahan
makanan hewani, seperti jenis ikan tertentu, kerang-kerangan dan sebagainya.
Penting untuk mengetahui berbagai aneka jenis racun alami yang ada
dalam bahan pangan dan bagaimana mencegahnya. Dalam newsletter yang
dikeluarkan Badan Pengawasan obat dan makanan (BPOM), sejumlah racun alami
dalam bahan pangan yang dapat menimbulkan keracunan saat mengonsumsinya
antara lain:
a. Kentang
alfa chaconine
b. Bayam
Sayuran yang satu ini banyak dikonsumsi ibu rumah tangga karena
kandungan gizi yang melimpah. Namun, jika tidak hati-hati bayam bisa meracuni
akibat asam oksalat yang banyak terkandung dalam bayam. Asam oksalat yang
terlalu besar dapat mengakibatkan defisiensi nutrient, terutama kalsium. Selain
itu, asam oksalat juga merupakan asam kuat sehingga dapat mengiritasi saluran
pencernaan, terutama lambung. Asam oksalat juga berperan dalam pembentukan
batu ginjal. Untuk menghindari pengaruh buruk akibat asam oksalat sebaiknya
tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung senyawa itu terlalu banyak.
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan
nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa
digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif
kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai
oksalat, juga agen pereduktor.
c. Tomat
Tomat hijau yang memiliki racun alami jenis glikoalkaloid yang dapat
menimbulkan perasaan mual dan nyeri perut. )acun itu menyebabkan tomat hijau
berasa pahit saat dikonsumsi. Untuk mencegah terjadinya keracunan, sebaiknya
hindari konsumsi tomat hijau dan jangan pernah mengkonsumsi daun dan batang
tanaman tomat.
d. Seledri
f. Biji buah-buahan
Biji buah-buahan ternyata mengandung racun jenis glikosida sianogenik,
terutama pada buah apel, aprikot, pir, plum, ceri dan peach. Walaupun bijinya
mengandung racun, daging buahnya tidak beracun. Jika terkunyah, biji buah yang
mengandung hidrogen sianida yang bersifat racun. Gejala keracunan mirip dengan
gejala keracunan singkong dan pucuk bambu. Sebaiknya tidak dibiasakan
mengkonsumsi biji dari buah-buahan tersebut. Bila anak-anak menelan sejumlah
kecil saja biji buah-buah tersebut, maka dapat menimbulkan gejala keracunan dan
pada sejumlah kasus dapat berakibat fatal.
Kopi dan teh mengandung kafein yaitu senyawa yang pahit rasanya.
Kafein ini bersifat diuretik, merangsang pengeluaran kelenjar urin, merangsang
kerja otak dan aktivitas jantung. Jika konsumsi tidak berlebihan, kafein
memberikan kontribusi yang po-sitif seperti badan terasa lebih segar dan
menghilangkan rasa ngantuk. Jika melebihi ambang batas, konsumsi teh dan kopi
akan berakibat sukar tidur, jantung berdebar-debar, dan bayi lahir cacat jika
dikonsumsi oleh ibu hamil.
k. Tempe
Berikut adalah contoh bahan-bahan yang bersifat racun yang sering kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari :
1. Nitrosamin
Sodium nitrit adalah bahan kristal yang tak berwama atau sedikit semu
kuning. Ia dapat berbentuk sebagai bubuk, butir-butir atau bongkahan dan tidak
berbau. Garam ini sangat digemari, antara lain untuk mempertahankan warna asli
daging serta memberikan aroma yang khas seperti sosis, keju, kornet, dendeng,
ham, dan lain-lain.
Struktur Nitrosamin
Untuk pembuatan keju dianjurkan supaya kandungan sodium nitrit tidak
melampaui 50 ppm, sedangkan untuk bahan pengawet daging dan pemberi aroma
yang khas bervariasi antara 150 – 500 ppm. Sodium nitrit adalah precursor dari
nitrosamines, dan nitrosammes sudah dibuktikan bersifat karsinogenik pada
berbagai jenis hewan percobaan. Oleh karena itu, pemakaian sodium nitrit harus
hati-hati dan tidak boleh melampaui 500 ppm. Makanan bayi sama sekali dilarang
mengandung sodium nitrit.
2. Formalin
Formalin adalah larutan yang tidak berwana dan baunya sangat menusuk.
Di dalam formalin terkandung sekitar 37 % formaldehid dalam air. Biasanya
ditambah metanol hingga 15 % sebagai pengawet. Barang ini biasa digunakan
sebagai bahan perekat untuk kayu lapis dan disinfektan untuk peralatan
rumahsakit serta untuk pengawet mayat. Formalin juga dilerang keras digunakan
untuk pengawet makanan.Bahaya formalin jika terhirup, mengani kulit dan
tertelan, bisa menyebabkan luka bakar, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi
alergi, dan bahaya kanker pada manusia. Bila tertelan sebanyak 2 sendok makan
saja atau 30 mL formalin bisa menyebabkan kematian.
Struktur Formalin
b. Ciri-ciri tahu berformalin : Tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar
25oC dan bisa tahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10oC). Tahu terlampau
keras, kenyal namun tidak padat. Bau agak menyengat.
c. Ciri-ciri ayam berformalin : Tidak rusak sampai 2 hari pada suhu
kamar 25 derajat Celsius, teksturnya kencang dan bau formalin tercium.
3. Boraks
Boraks adalah senyawa berbentuk kristal, warna putih, tidak berbau dan
stabil pada suhu tekanan normal.Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya
untuk pangan dengan nama kimia natrium tetrabonat (NaB4O7 10H2O). Dapat
dijumpai dalam bentk padat dan jika larut dalam air akan menjadi natrium
hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam borat biasa digunakan
sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan
air. Bahan berbahaya ini haram digunakan untuk makanan.
Struktur Boraks
Bahaya boraks jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan bisa
menyebabkan iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi mata dan kerusakan
ginjal. Jika boraks 5-10 gram tertelan oleh anak-anak bisa menyebabkan shock
dan kematian. Efek akut dari boraks bisa menyebabkan badan berasa tidak enak,
mual, nyeri hebat pada perut bagian atas, perdarahan gastro-enteritis disertai
muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam dan sakit kepala.
2. Staphylococcus aureus
Sebagian besar genus Vibrio ditemukan di perairan air tawar atau air laut,
serta merupakan bakteri patogen dalam budi daya ikan dan udang. Spesies Vibrio
yang termasuk patogen adalah V. cholerae, V. parahaemolyticus, dan V.
vulvinicus. Spesies V. chloreae dan V. parahaemolyticus merupakan sumber
kontaminasi silang antara buah dan sayuran mentah.
6. Clostridium botulinum