Anda di halaman 1dari 6

PROSES PEMBUATAN SABUN CAIR

DARI CAMPURAN MINYAK GORENG BEKAS DAN


MINYAK KELAPA
A. Rasyidi Fachry*, Anggi Wahyuningsi, Yuni Eka Susanti
*Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

Abstrak

Saat ini, minyak goreng bekas belum dimanfaatkan dengan baik dan hanya dibuang sebagai limbah rumah
tangga ataupun industri. Oleh karena itu, pemanfaatan minyak goreng bekas sebagai bahan baku sabun
akan memberikan nilai tambah bagi minyak goreng bekas. Penelitian ini dilakukan dengan
memvariasikan rasio umpan yaitu minyak goreng bekas dan minyak kelapa (0:1; 0,5:1; 1:1; 1,5:1; dan
2:1) serta waktu proses saponifikasi (10, 20, 30, 40, dan 50 menit). Dari hasil penelitian didapatkan
kondisi optimum dalam pembuatan sabun cair yaitu pada rasio minyak goreng bekas dan minyak kelapa
2:1 selama waktu proses 45 menit. Dimana parameter – parameter yang telah diuji sesuai dengan sabun
standar diantaranya adalah pH 10,3; kadar air 42,7 %; kadar asam lemak bebas 2,256 % dan bilangan
penyabunan 43,126 mg KOH/gr.

Kata Kunci : minyak goreng bekas, minyak kelapa, saponifikasi, sabun cair.

I. PENDAHULUAN bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian


Indonesia merupakan Negara yang kaya dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan.
akan sumber daya hayati yang dapat Salah satu bentuk pemanfaatan minyak goreng
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bekas agar dapat bermanfaat dari berbagai
sabun. Contohnya adalah kelapa dan kelapa macam aspek ialah dengan mengubahnya secara
sawit. Produksi minyak kelapa sawit tiap tahun proses kimia menjadi sabun. Hal ini dapat
di Indonesia terus meningkat dan persediaan dilakukan karena minyak jelantah juga
bahan baku minyak kelapa sawit sangat merupakan minyak nabati, turunan dari CPO
melimpah. Seiring dengan meningkatnya (crude palm oil) dan mengandung trigliserida
produksi minyak kelapa sawit maka meningkat yang cukup untuk dikonversi menjadi sabun
pula produksi minyak goreng sawit. Dengan melalui reaksi saponifikasi. Sebelum digunakan
meningkatnya produksi dan konsumsi minyak sebagai bahan baku dalam pembuatan sabun,
goreng sawit, maka ketersediaan minyak goreng minyak goreng bekas ini harus dimurnikan
bekas kian hari kian melimpah. Meningkatnya terlebih dahulu. Pemurnian dilakukan dengan 3
ketersediaan minyak goreng bekas ini dapat tahap yaitu; despicing, netralisasi, dan
mengakibatkan adanya polusi lingkungan. bleaching.
Saat ini, minyak goreng bekas belum
dimanfaatkan dengan baik dan hanya dibuang Minyak Goreng Bekas
sebagai limbah rumah tangga ataupun industri. Minyak jelantah dapat digunakan dalam
Oleh karena itu, pemanfaatan minyak goreng pembuatan sabun cair karena merupakan
bekas sebagai bahan baku sabun akan turunan CPO. Minyak ini sebelumnya harus
memberikan nilai tambah bagi minyak goreng dijernihkan terlebih dahulu untuk
bekas. Selain itu, bila ditinjau dari komposisi menghilangkan warna dan baunya. Dengan
kimianya, minyak goreng bekas mengandung meningkatnya produksi dan konsumsi minyak
senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, goreng, ketersediaan minyak jelantah kian hari
yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi kian melimpah. Menurut data Departemen
jelas bahwa pemakaian minyak goreng bekas Perindustrian (2005), produksi minyak goreng
yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan Indonesia pada tahun 2005 meningkat hingga
manusia. 11,6% atau sekitar 6,43 juta ton, sedangkan
Untuk itu perlu penanganan yang tepat konsumsi perkapita minyak goreng Indonesia
agar limbah minyak goreng bekas ini dapat mencapai 16,5 kg per tahun dengan konsumsi

Jurnal Teknik Kimia No. 7, Vol. 17, Agustus 2011 Page | 27


perkapita khusus untuk minyak goreng sawit tersebut dapat membentuk radikal bebas dan
sebesar 12,7 kg per tahun. senyawa toksik yang bersifat racun. Pada
Pada minyak jelantah, angka asam lemak minyak goreng merah, seperti minyak kelapa
jenuh jauh lebih tinggi dari pada angka asam sawit, kandungan karoten pada minyak tersebut
lemak tidak jenuhnya. Asam lemak jenuh sangat menurun setelah penggorengan pertama. Dan
berbahaya bagi tubuh karena dapat memicu hampir semuanya hilang pada penggorengan
berbagai penyakit penyebab kematian, seperti keempat. Minyak jelantah sebaiknya tidak
penyakit jantung, stroke, dan kanker. Minyak digunakan lagi bila warnanya berubah menjadi
yang telah dipakai untuk menggoreng menjadi gelap, sangat kental, berbau tengik, dan berbusa.
lebih kental, mempunyai asam lemak bebas
yang tinggi dan berwarna kecokelatan. Selama Sabun
menggoreng makanan, terjadi perubahan Sabun adalah surfaktan yang digunakan
fisikokimia, baik pada makanan yang digoreng untuk mencuci dan membersihkan, bekerja
maupun minyak yang dipakai sebagai media dengan bantuan air. Sedangkan surfaktan
untuk menggoreng. (Hidayat. Arif, 2005). merupakan singkatan dari surface active agents,
Umumnya minyak goreng digunakan bahan yang menurunkan tegangan permukaan
untuk menggoreng dengan suhu minyak suatu cairan dan di antarmuka fasa (baik cair-
mencapai 200 - 300 °C. Pada suhu ini, ikatan gas maupun cair-cair) sehingga mempermudah
rangkap pada asam lemak tidak jenuh rusak, penyebaran dan pemerataan. Larutan Alkali
sehingga tinggal asam lemak jenuh saja. Risiko yang digunakan dalam pembuatan sabun
terhadap meningkatnya kolesterol darah tentu bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan
menjadi semakin tinggi. Selain itu, vitamin yang alkali yang biasanya digunakan pada sabun
larut di dalamnya, seperti vitamin A, D, E, dan keras adalah natrium hidroksida dan alkali yang
K ikut rusak. biasanya digunakan pada sabun lunak adalah
Minyak goreng yang telah digunakan, kalium hidroksida. Sabun berfungsi untuk
akan mengalami beberapa reaksi yang mengemulsi kotoran – kotoran berupa minyak
menurunkan mutunya. Pada suhu pemanasan ataupun zat pengotor lainnya. Sabun dibuat
sampai terbentuk akrolein. Akrolein adalah melalui proses saponifikasi lemak minyak
sejenis aldehida yang dapat menimbulkan rasa dengan larutan alkali membebaskan gliserol.
gatal pada tenggorokan. Bila minyak digunakan Lemak minyak yang digunakan dapat berupa
berulang kali, semakin cepat terbentuk akrolein. lemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun
Jelantah juga mudah mengalami reaksi oksidasi minyak ikan laut (Noer. Alfian, 2008).
sehingga jika disimpan cepat berbau tengik. Pada saat ini, teknologi sabun telah
(Hidayat. Arif, 2005). berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan
Selain itu, jelantah juga disukai jamur bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan
aflatoksin sebagai tempat berkembang biak. mudah di pasar mulai dari sabun mandi, sabun
Jamur ini menghasilkan racun aflatoksin yang cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas
menyebabkan berbagai penyakit, terutama rumah tangga, hingga sabun yang digunakan
hati/liver. Jelantah merupakan limbah dan bila dalam industri. Kandungan zat – zat yang
ditinjau dari komposisi kimianya, minyak terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai
jelantah mengandung senyawa-senyawa yang dengan sifat dan jenis sabun. Zat – zat tersebut
bersifat karsinogenik. Jadi, jelas bahwa dapat menimbulkan efek baik yang
pemakaian minyak jelantah dapat merusak menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh
kesehatan manusia. Menimbulkan penyakit karena itu, konsumen perlu memperhatikan
kanker, dan akibat selanjutnya dapat kualitas sabun dengan teliti sebelum membeli
mengurangi kecerdasan generasi berikutnya. dan menggunakannya.
Selanjutnya, proses dehidrasi (hilangnya
air dari minyak) akan meningkatkan kekentalan Reaksi Saponifikasi pada Proses Pembuatan
minyak dan pembentukan radikal bebas Sabun
(molekul yang mudah bereaksi dengan unsur Kata saponifikasi atau saponify berarti
lain). Proses ini menghasilkan zat yang bersifat membuat sabun (Latin sapon, = sabun dan –fy
toksik (berefek racun) bagi manusia. Pada dosis adalah akhiran yang berarti membuat). Sabun
2,5% dalam makanan, zat ini dapat dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan
mengakibatkan keracunan yang akut pada tikus (tallow) dan dari minyak.
setelah tujuh hari masa percobaan. (Hidayat.
Arif, 2005).
Jadi, penggunaan minyak jelantah secara
berulang berbahaya bagi kesehatan. Proses

Jurnal Teknik Kimia No. 7, Vol. 17, Agustus 2011 Page | 28


minyak kelapa dengan perbandingan 0:1; 0,5:1;
1:1; 1,5:1; dan 2:1 dipanaskan pada suhu 70°C.
Begitu juga dengan larutan KOH 36%
dipanaskan pada suhu 70 °C. Selanjutnya
minyak dan larutan KOH dicampur didalam
mixer dengan variasi waktu proses pengadukan
10, 20, 30, 40 dan 50 menit. Kemudian
ditambah beberapa bahan seperti sodium lauryl
sulfat, CMC dan EDTA.

2. METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 1. Reaksi Saponifikasi Minyak dan Alat dan bahan yang digunakan
NaOH Bahan yang digunakan :
Minyak goreng bekas yang diambil dari limbah
Pada umumnya, alkali yang digunakan rumah tangga, Minyak kelapa, Kalium
dalam pembuatan sabun pada umumnya hanya hidroksida, Natrium hidroksida, Sodium lauryl
NaOH dan KOH, namun kadang juga sulfat, Carboxy metyl celoluse, EDTA, Parfum,
menggunakan NH4OH. Sabun yang dibuat Aquades, Etanol, Indikator Phenolphtalein,
dengan NaOH lebih lambat larut dalam air HCl, Zeolit, H2SO4 sebanyak 500 ml
dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan
KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat Alat yang digunakan
(NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 Neraca analitik, Gelas kimia, Gelas ukur , Hot
sampai 10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari plate, Termometer, Corong pisah, Spatula,
alkali lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai Pengaduk, Labu ukur, Kertas saring, pH meter,
pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5. Kertas lakmus, Cawan porselen, Oven,
(Prawira, 2008) Erlenmeyer, Buret, Pipet tetes, Desikator, Batu
didih, Piknometer.
Karakteristik Sabun
Pada perkembangan selanjutnya bentuk Analisa Sabun
sabun menjadi bermacam-macam, yaitu: Analisa yang dilakukan pada penelitian
1. Sabun cair kali ini meliputi menentukan nilai pH, Kadar
- Dibuat dari minyak kelapa dan minyak Air, Kadar Asam Lemak Bebas, Bilangan
lainnya Penyabunan, dan Uji Organoleptik.
- Alkali yang digunakan KOH Prosedur Percobaan
- Bentuk cair dan tidak mengental dalam
suhu kamar
2. Sabun lunak
- Dibuat dari minyak kelapa, minyak
kelapa sawit atau minyak tumbuhan
yang
- tidak jernih Gambar 2. Diagram Blok Aktivasi Zeolit
- Alkali yang dipakai KOH
- Bentuk pasta dan mudah larut dalam
air
3. Sabun keras
- Dibuat dari lemak netral yang padat
atau dari minyak yang dikeraskan
- dengan proses hidrogenasi
- Alkali yang dipakai NaOH
- Sukar larut dalam air

Proses Produksi Sabun


Dalam percobaan ini dilakukan terlebih
dahulu pemurnian terhadap minyak jelantah
seperti despicing, netralisasi dan bleaching.
Kemudian dilanjutkan dengan saponifikasi.
Pada proses saponifikasi, umpan yang
digunakan yaitu minyak goring bekas dan

Jurnal Teknik Kimia No. 7, Vol. 17, Agustus 2011 Page | 29


Gambar 6. Pengaruh Waktu Proses terhadap
Kadar Asam Lemak Bebas Sabun Cair yang
Dihasilkan

Gambar 7. Pengaruh Waktu Proses terhadap


3. HASIL DAN PEMBAHASAN Bilangan penyabunan pada sabun cair yang
Adapun pengaruh rasio umpan (minyak dihasilkan
goreng bekas dan minyak kelapa) dan waktu
proses terhadap pH, kadar air, kadar asam Pembahasan
lemak bebas dan bilangan penyabunan dapat Jika dilihat dari grafik yang diperoleh,
dilihat pada grafik di bawah ini, rasio umpan dan waktu proses sangat
berpengaruh terhadap kualitas sabun yang
dihasilkan.
Hal ini disebabkan semakin lama waktu
proses, berarti semakin banyak umpan yang
akan bereaksi secara sempurna. Sehingga akan
mempengaruhi pH, kadar air, kadar asam
lemak bebas dan bilangan penyabunan.
Pada gambar 4 menunjukkan pada waktu
proses 10 menit dihasilkan pH sabun cair yang
Gambar 4. Pengaruh Waktu Proses terhadap pH tinggi tetapi pada waktu 50 menit dihasilkan pH
Sabun Cair yang Dihasilkan sabun yang lebih rendah. Begitu juga yang
terjadi pada gambar 5 menunjukkan bahwa
sabun yang dibuat selama waktu proses 10
menit memiliki kadar air yang lebih besar
dibanding dengan sabun yang dibuat selama
waktu proses 50 menit. Hal ini dikarenakan
terjadinya reaksi saponifikasi yang sempurna
antara minyak dan larutan KOH, dimana larutan
KOH telah bercampur semua ke dalam minyak.
Sehingga mengurangi sifat basa yang dimiliki
sabun cair. Begitu juga halnya dengan kadar air.
Karena proses saponifikasi dilakukan dengan
Gambar 5. Pengaruh Waktu Proses terhadap menggunakan mixer, maka semakin lama waktu
Kadar Air pada Sabun Cair yang dihasilkan pengadukan maka semakin cepat panas yang
hilang dan air yang menguap pun semakin

Jurnal Teknik Kimia No. 7, Vol. 17, Agustus 2011 Page | 30


banyak. Dari gambar 6. terlihat bahwa pada
waktu proses saponifikasi 10 menit dihasilkan Tabel 1. Data Perbandingan Antara
sabun dengan kadar asam lemak bebas nol Karakteristik Sabun Terbaik dan Sabun Standar
tetapi pada waktu proses saponifikasi 50 menit No Karakteristik Sabun Sabun
dihasilkan sabun dengan kadar asam lemak Standar terbaik
bebas yang lebih besar. Ini menunjukkan yang
adanya pengaruh penggunaan variasi waktu dihasilkan
proses terhadap kadar asam lemak bebas. Waktu 1. Kadar air dan Maks. 42,7%
proses saponifikasi yang sebentar antara minyak zat menguap 43%
dan larutan KOH menghasilkan kadar asam pada 105 °C
lemak bebas yang rendah, karena larutan KOH
yang kurang bereaksi (bercampur) dengan 2. Asam lemak Maks. 2,256%
minyak yang mengakibatkan masih adanya bebas 2,5%
larutan KOH yang tertinggal dalam sabun. 3. Bilangan 43 43,126
Karena larutan KOH ini bersifat basa jadi dapat Penyabunan, mg
mengurangi kadar asam lemak bebas yang KOH/gr
terkandung dalam sabun, sehingga pada 4. pH 9,0 – 10,3
penelitian ini semakin lama waktu proses 10,8
saponifikasi maka semakin tinggi bilangan
asamnya. Berdasarkan gambar 7, bilangan
penyabunan dipengaruhi oleh jumlah rasio
minyak dan waktu proses. Semakin banyak DAFTAR PUSTAKA
minyak goreng bekas yang digunakan maka
semakin rendah bilangan penyabunannya. Hal Arifin, Simson. 2008. Sabun. www.Chem-is-
ini disebabkan karena pada waktu proses yang try.org.com. Diakses 21 Februari 2011
lama kesempatan larutan KOH untuk bereaksi Asep. Membuat Sabun Sendiri. 2007.
(bercampur) sempurna dengan minyak semakin www.WordPress.com. Diakses 21
besar sehingga sabun yang dihasilkan pun Februari 2011
semakin baik. Artinya pada saat pengujian Hidayat, Arif, dkk. 2005. Mengolah Minyak
bilangan penyabunan sabun tersebut, jumlah Goreng Bekas. Trubus
larutan HCL yang diperlukan hanya sedikit dan Agrisarana:Surabaya
jika dihitung akan diperoleh bilangan Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak
penyabunan yang besar. dan Lemak Pangan. UI-press.Jakarta
Malik, Iwan. 2008. Pembuatan Sabun Cair.
Karakteristik Hasil Sabun www. WordPress.com. Diakses 21
Sabun yang dianalisa adalah semua Februari 2011
sample sabun yang diperoleh dari proses Noer, Alfian. 2008. Pembuatan Sabun. www.
saponifikasi. Dari kedua puluh lima sampel WordPress.com. Diakses 21 Februari
didapatkan hasil terbaik yang memenuhi standar 2011
yaitu sabun cair yang dibuat dengan rasio Prawira. 2008. Reaksi Saponifikasi pada
minyak goreng bekas dan minyak kelapa 2:1 Pembuatan Sabun.
selama waktu proses 40 menit. Data Srivasta dan Prassad. 2008. Minyak dan Lemak.
perbandingan antara karakteristik sabun terbaik http://en.(online)wikipedia.org.
dan sabun standar dapat dilihat pada tabel 1. Diakses 21 Februari 2011
www.WordPress.com. Diakses 21 Februari
2011
______ , Aktivasi Zeolit,
http://en.(online)wikipedia.org.
Diakses 05 April 2011

Jurnal Teknik Kimia No. 7, Vol. 17, Agustus 2011 Page | 31


Jurnal Teknik Kimia No. 7, Vol. 17, Agustus 2011 Page | 32

Anda mungkin juga menyukai