Anda di halaman 1dari 29

PEMANFAATAN MINYAK

JELANTAH MENJADI SABUN


CAIR MELALUI PROSES
SAPONIFIKASI
OLEH
PUTRI ANIS
AYU DELITA
SMPN 92 JAKARTA

ABSTRAK
Minyak jelantah merupakan limbah yang banyak
dihasilkan,terutama para pedagang. Limbah minyak
jelantah memberikan efek buruk bagi kesehatan
apabila dikonsumsi. Selain itu, limbah minyak jelantah
akan mendatangkn dampk buruk bagi lingkungan jika
dibiarkan terbuang di sembarang tempat.maka dari
itu dibutuhkan suatu upaya kreatif untuk
memanfaatkan minyak jelantah menjadi suatu produk
yang berguna dan memiliki nilai ekonomis. Peneliti
mencoba mengolah limbah minyak jelantah menjadi
sabun cair melalui proses kimia. Manfaat dari
penelitian ini adalah dapat mengurangi pencemaran
lingkungan akibat minyak jelantah.
Tujuan penelitian ini untuk mengajarkan masyarakat
mengolah minyak jelantah menjadi barang yang lebh
berguna dan memiliki nilai ekonomis. Cara
pembuatan sabun melalyui reaksi saponifikasi minyak
jelantah dengan larutan basa NaOH, pewarna alami,
dan pengharum dengan takaran tertentu. Minyak
jelantah ini akan disaring dan dicampur larutan soda
api NaOH dan menambahkan binahong untuk
menhilangkan bakteri. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa minyak jelantah ternyata bisa diubah menjadi
sabun cair melalui proses kimia.
Kata kunci : Minyak jelantah, limbah, saponifikasi,
sabun cair, larutan basa NaOH
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Minyak goreng merupakan salah satu bahan
pokok yang penting bagi kehidupan manusia. Minyak
goreng banyak digunakan di lingkungan rumah
tangga,lingkungan masyarakat,bahkan di lingkungan
sekolah. Biasanya jika di lingkungan sekolah minyak
goreng digunakan oleh pedagang kantin dan para
pedagang makanan di sekitar sekolah. Bahkan
Sebagian besar masyarakat menggunakan minyak
goreng berkali kali agar lebih hemat dan
menguntungkan. Minyak goreng yang digunakan
berkali-kali sehingga warna minyak goreng itu
berubah warna menjadi menghitam, maka minyak
goreng tidak bisa lagi dipakai dan sudah terbilang sisa
minyak goreng tersebut yang disebut minyak jelantah.
Hasil penelitian dan uji laboratorium
membuktikan bahwa minyak jelantah mengandung
senyawa benzena atau yang lebih dikenal sebagai
karsinogen, yaitu senyawa yang memicu kanker. Dari
hasil diatas dinyatakan bahwa minyak jelantah
berbahaya unuk kesehatan, selain dapat memicu
kanker minyak jelantah juga dapat mengakibatkan
penyakit lain seperti kolestrol tinggi, penyakit jantung,
stroke, obesitas, dan hipertensi. Oleh karena itu
minyak goreng yang sudah digunakan berkali kali
(minyak jelantah) tidak boleh lagi diguanakan. Selain
permasalahan kesehatan akibat penggunaan minyak
jelantah, terjadi juga perusakan lingkungan.
Dikarenakan banyak masyarakat yang mmbuang
minyak jelantah tersebut ke tempat pembuangan
yang tidak semestinya seperti selokan, sungai, dan
tanah. Dan jika itu biarakan maka akan merusak
komoditas-komoditas yang ada sehingga terjadinya
perusakan ekosistem yang membuat terganggunya
keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu butuh
perhatian dan penanganan untuk mengurangi limbah
minyak jelantah.
Penanganan minyak jelantah ini dapat dilakukan
dengan memanfaatkan minyak jelantah. Salah
satunya adalah mengolah minyak jelantah menjadi
sabun cair. Dengan cara ini, minyak jelantah terlihat
lebih berguna dan bermanfaat. Membuat sabun cair
ini dapat dilakukan dimana-mana.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah
:
1. Bagaimana mengolah minyak jelantah
menjadi sabun cair?
2. Apa minyak goreng bekas dapat di jadikan
sebagai bahan baku sabun?
3. Apa keuntungan dengan menjadikan minyak
goreng bekas sebagai bahan baku sabun?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Mengetahui pengetahuan bahwa minyak
jelantah bisa dibuat sabun cair yang tidak
akan membahayakn kesehatan manusia.
2. Dengan adanya penelitian tentang
pengolahan kembali limbah minyak jelantah.
Diharapkan masyarakat dapat berkontribusi
mengurangi limbah minyak jelantah dengan
cara yang diberikan.

1.1. Manfaat Penelitian


1. Pencemaran lingkungan yang disebabkan
limbah minyak jelantah akan berkurang dan
komunitas-komunitas kehidupan di air akan
tetap terjaga.
2. Memanfaatkan limbah beruupa minyak
jelantah agar pencemaran udara dapat
dikurangi dan potensi dari nilai ekonomisnya
dapat ditingkatkan.
3. Membantu industri rumah tangga dalam
mengola limbah minyak jelantah menjadi
barang yang memiliki nilai jual.
4. Dengan adanya penulisan karya ilmiah
mengenai minyak jelantah yang dapat dibuat
menjadi sabun lunak diharapkan masyarakat
dapat mendaur ulang minyak jelantah
menjadi sabun yang lebih bermanfaat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori


2.1.1. Minyak Jelantah
Minyak jelantah adalah minyak limbah yang berasal
dari jenis-jenis minyak goreng seperti hal nya minyak
jagung, minyak sayur, minyak samin, dan
sebagainya. Minyak ini merupakan minyak bekas
pemakaian kebutuhan rumah tangga. Akan tetapi bila
ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah
mengandung senyawa-senyawa yang bersifat
karsinogenik, yang terjadi selama proses
penggorengan.
a. Kandungan Minyak Jelantah
Pada dasarnya minyak jelantah adalah minyak bekas
akibat dari minyak goreng yang digunakan secara
terus menerus sehngga terjadinya perubahan.
Minyak goreng sendiri mengandung berbagai macam
komposisi senyawa. Dan komposisi yang terbanyak
adalah lemak yang hampir berjumlah 100%. Minyak
goreng juga mengandung senyawa lain seperti beta
karoten, viamin E, sterol, lesitin, asam lemak bebas,
bahkan juga karbohidrat dan juga protein. Akan tetapi
semua senyawa itu hanya terdapat dalam jumlah
yang sangat kecil. Sebagian besar lemak dalam
makanan (termasuk minyak goreng) berbentuk
trigliseda. Jika terurai, trigliseda akan menjadi satu
molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak bebas.
Semakin banyak trigliseda yang terurai maka makin
banyak pula asam lemak bebas yang dihasilkan.
Berdasarkan ikatan kimianya , lemak minyak goreng
dibagi menjadi dua yaitu lemak jenuh dan lemak tidak
jenuh. Pembagian jenuh dan tidak jenuh berpengaruh
terhadap efek peningkatan kolesrol darah. Asam
lemak jenuh dalam minyak goreng umumnya terdiri
dar asam miristat, asam palmitat, asam laurat dan
asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak
goreng mengandung asam oleat dan asam linoleat.
Masing-masing lemak mengandung sejumlah
molekul asam lemak dengan lantai karbon panjang
C12 (asam laurat) hingga C18 (asam stearat) yang
mengandung lemak jenuh dan lemak tak jenuh.
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam
pembuatan sabun adalah trigliseda dengan tiga buah
asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi
dengan glierol. Asam lemak tidak jenuh seperti asam
oleat, asam linoleat, dan asam linolinat terdapat
dalam minyak goreng bekas yang merupakan
trigliseda yang dapat digunakan dalam pembuatan
sabun, menggantikan asam lemak bebas jenuh yang
merupakan produk samping proses pengolahan
minyak goreng.
b. Akibat Penggunaan Minyak Jelantah
Pengolahan limbah minyak jelantah yang tidak benar
dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan.
Minyak jelantah apabila digunakan terus menerus
secara berulang kali akan memberikan dampak bagi
kesehatan. Penggunaan minyak jelantah secara
berkelanjutan dapat menyebabkan penyakit kanker,
gatal pada tennggorokan, dan dapat mengurangi
kecerdasan generasi berikutnya.
Selain berbahaya bagi kesehatan,minyak jelantah
juga berbahaya bagi lingkungan. Jika limbah minyak
jelantah dibuang ke sembarang tempat dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbah
minyak jelantah yang dibuang ke perairan dapat
menyebabkan rusaknya ekosistem perairan kerena
meningkatnya Chemical Oxygen Demind (COD),
serta Biological Oxygen Demind (BOD) yang
disebabkan tertutupnya permukaan air dengan
lapisan minyak sehingga sinar matahari tidak dapat
masuk ke perairan, akibatnya biota-biota perairan
mengalami kematian yang akhirnya akan
mengganggu ekosistem perairan tersebut.
2.1.2. Sabun
Sabun adalah produk yang digunakan sebagai
pembersih dengan media air. Secara umum
berbentuk padatan (batang) dan ada juga yang cair.
Masing-masing bentuk tentunya mempunyai
keuntungan tersendiri diberbagai sarana publik. Jika
diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun
secara efektif dapat mengikat partikel
dalam suspensi yang mudah dibawa oleh air bersih.
Di era milenial ini, deterjen sintetik telah
menggantikan sabun sebagai alat bantu untuk
mencuci atau membersihkan.
Sabun merupakan campuran minyak atau lemak
(nabati, seperti minyak zaitun atau hewani, seperti
lemak kambing) dengan alkali atau basa
(seperti natriumatau kalium hidroksida) pada suhu
80–100 °C melalui suatu proses yang disebut
dengan saponifikasi. Lemak
akan terhidrolisis oleh basa,
menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara
tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang
dihasilkan dari pembakaran tumbuhan
seperti arang kayu.
(1) Sabun Cair
Sabun cair adalah jenis sabun yang dihasilkan reaksi
saponifikasi antara minyak dan KOH. Sabun cair lebih
banyak dijumpai di area publik seperti rumah sakit,
rumah makan atau restoran, kafe, dan perkantoran.
Beberapa perusahaan sabun memproduksi sabun
cair dengan varian khusus, misalnya sabun untuk cuci
piring, cuci tangan dan sabun khusus untuk anak-
anak.

(2) Sejarah sabun

a. Awal
Asal dari kebersihan pribadi kembali ke zaman
prasejarah. Sejak air menjadi bagian yang penting
untuk kehidupan, orang pertama hidup dekat air dan
tahu sesuatu apa itu properti kebersihan - sedikitnya
bagaimana membilas lumpur ke tangan mereka.
Benda mirip sabun ditemukan dalam bentuk tabung
saat penggalian di Babilonia Kuno adalah fakta
tentang pembuatan sabun diketahui pada tahun 2800
SM. Persembahan di tabung mengatakan
bahwa lemak direbus dengan abu, di mana adalah
metode membuat sabun, tetapi tidak mengenai
kegunaan sabun itu. Beberapa bahan terakhir
digunakan untuk penggaya rambut.
Catatan memperlihatkan bahwa orang Mesir Kuno
mandi biasa. Papirus Eber, dokumen kesehatan dar
sekitar tahun 1500 SM, mendeskripsikan kombinasi
minyak hewani dan nabati dengan garam alkali untuk
membuat bahan sejenis sabun untuk menyembuhkan
penyakit kulit, juga untuk membersihkan.
Di waktu yang sama, Musa memberi
orang Israel peraturan pemerintah kebersihan
pribadi. Dia juga menghubungkan kebersihan untuk
kesehatan dan penyucian agama.
Laporan Injil mengusulkan bahwa orang Israel tahu
bahwa campuran abu dan produk minyak adalah jenis
dari gel rambut.
Orang Yunani Kuno mandi untuk alasan estetik dan
rupanya tidak menggunakan sabun. Malahan,
mereka membersihkan tubuh mereka dengan balok
lilin, pasir, batu apung dan abu, juga meminyaki
tubuh dengan minyak, menggesek minyak dan
kotoran dengan peralatan metal yang disebut strigil.
Mereka juga menggunakan minyak dengan abu. Baju
dicuci tanpa sabun di sungai.
Sabun mendapatkan nama, di antara
legenda Romawi Kuno, dari Gunung Sapo, di mana
binatang dikorbankan. Hujan membersihkan
campuran dari lemak hewani mencair, atau lemak dan
abu kayu dibawah menjadi lilin di sepanjang
Sungai Tiber. Para wanita menemukan bahwa
campuran lilin membuat pembersih mereka dengan
lebih kurang usaha.
Orang Jerman Kuno dan Gaul juga memasukkan
dengan memjelajahi sesuatu bernama sabun, terbuat
dari lemak dan abu, digunakan untuk mewarnai
rambut mereka menjadi merah.
Ketika peradaban Romawi maju, jadi selalu mandi.
Tempat mandi Romawi terkenal pertama, terdapat
dengan air dari saluran air, dibangun sekitar
tahun 312 SM. Mandi sangatlah mewah, dan mandi
menjadi populer. Pada abad-ke 2 Masehi,
dokter Yunani, Galen menganjurkan sabun untuk
pengobatan dan pembersih.
Setelah musim gugur di Roma di 467 Masehi dan
hasilnya kebiasaan mandi menurun, lebih banyak di
lakan Eropa pengaruh yang kuat di kesehatan publik
berganti-berganti. Menurunnya kebersihan pribadi
dan berhubungan kondisi kehidupan tanpa sanitasi
menambah beratnya wabah besar pada Abad
Pertengahan, dan khususnya Kematian
Hitam pada abad ke-14. Itu tidak sampai abad ke-
17 bahwa kebersihan dan mandi memulai untuk
kembali ke kebiasaan di banyak tempat di Eropa.
Masih sudah di mana tempat di pertengahan dunia di
mana kebersihan pribadi tersisa penting di
pertengahan dunia. Mandi harian adalah adat yang
biasa di Jepang saat Abad Pertengahan. Dan,
di Islandia, kolam hangat dengan air dari mata
air panas adalah perkumpulan populer di Sabtu sore.
2. Zaman Pertengahan
Pembuatan sabun adalah keahlian yang umum
di Eropa pada abad ke-17. Pembuat sabun serikat
pekerja terlindungi perdagangan rahasia mereka
ditutup. Minyak nabati dan hewani digunakan
dengan arang tanaman, terus dengan pewangi.
Secara berangsur-angsur jenis sabun yang lebih
banyak lagi menjadi tersedia untuk mencukur dan
mencuci rambut, juga mandi dan mencuci.
Italia, Spanyol dan Prancis adalah pusat manufaktur
pertama sabun, seharusnya mereka siap
menyediakan bahan mentah seperti minyak pohon
zaitun. Orang Inggris mulai membuat sabun
saat abad ke 12. Bisnis sabun sangat baik pada
tahun 1622, Raja James I mengabulkan monopoli
kepada pembuat sabun untuk $100.000 setahun.
Baik ke abad ke-19, sabun adalah pajak tertinggi
sehingga menjadi barang mewah di beberapa
negara. Ketika pajak dihapuskan, sabun menjadi
tersedia untuk orang biasa, dan standar kebersihan
meningkat.
Pembuatan sabun komersial di Amerika kolonial
dimulai pada tahun 1608 dengan datangnya
beberapa pembuat sabun di kapal kedua dari Inggris
untuk mencapai Jamestown, Virginia.
Bagaimanapun, untuk beberapa tahun, pembuatan
sabun pada dasarnya tinggal pekerjaan rumah
tangga. Akhirnya, pembuat sabun profesional mulai
biasa mengumpulkan pemborosan lemak dari rumah
tangga, di perubahan untuk beberapa sabun.
Langkah utama terhadap pembuatan
sabun komersial skala besar terjadi pada
tahun 1791 ketika kimiawan Prancis, Nicholas
Leblanc, mematenkan proses untuk membuat abu
soda, atau sodium karbonat, dari garam biasa. Abu
soda adalah alkali terdapat dari abu bahwa kombinasi
dari lemak ke bentuk sabun. Leblanc memproses
hasil kuantitas dari kualitas baik, abu soda murah.
Sains dari pembuatan sabun modern lahir 20 tahun
kemudian dengan pemjelajahan oleh Michel Eugene
Chevreul, kimiawan Prancis lainnya, dari kimia alam
and lemak yang terkait, gliserin dan asam lemak.
Penelitiannya menjadi dasar untuk lemak dan bahan
kimia sabun.
Juga penting kepada kemajuan dari teknologi sabun
di pertengahan 1800-an penemuan oleh
kimiawan Belgia, Ernest Solvay, dari proses amonia,
di mana juga menggunakan garam meja biasa,
atau sodium klorida, untuk membuat abu soda.
Proses Solvay lebih lanjut dikurangi harga dari
mendapat alkali, dan menambah kualitas dan
kuantitas dari abu soda tersedia untuk manufaktur
sabun.
Penjelajahan sains ini, bersama dengan
pembangunan dari kekuatan untuk mengoperasikan
pabrik, membuat satu pembuatan sabun di
pertunbuhan cepat industri Amerika pada
tahun 1850. Di waktu yang sama, ketersediaan luas
mengubah sabun dari barang mewah ke kebutuhan
sehari-hari. Dengan penggunaan tersebar luas ini
menjadi perkembangan dari sabun yang lebih lembut
untuki mandi dan sabun untuk digunakan di
dalam mesin cuci itu sudah tersedia untuk konsumen
dengan pergantian abad.
3. Zaman modern
Bahan kimia dari manufaktur sabun dasarnya tinggal
sama sampai tahun 1916, ketika deterjen sintetik
pertama berkembang di Jerman di jawaban
ke Perang Dunia I- berkaitan
kekurangan lemakuntuk membuat sabun. Diketahui
sekarang dengan sederhana deterjen, deterjen
sintetis adalah pembersih non-sabun dan produk
pembersih itu adalah menjadi satu atau mengambil
bersama dari jenis bahan mentah. Penjelajahan dari
deterjen juga diterbangkan oleh kebutuhan untuk alat
kebersihan itu, tidak seperti sabun, tidak akan
dikombinasi dengan garam mineral di air untuk
membentuk sesuatu yang tidak dapat dipecahkan
diketahui itu adalah dadih sabun.
Produksi deterjen rumah tangga di Amerika
Serikat dimulai pada awal tahun 1930-an, tetapi tidak
benar-benar membuka sampai akhir Perang Dunia II.
Waktu perang berhentinya
persediaan lemakdan minyak juga militer
membutuhkan untuk alat kebersihan itu akan bekerja
di air laut kaya mineral dan di air dingin mempunyai
lebih lanjut merangsang meneliti di deterjen.
Deterjen pertama digunakan terutama untuk mencuci
piring dan mencuci baju bahan lembut. Penerobosan
di perkembangan dari detergen untuk mencuci baju
serba guna digunakan muncul pada tahun 1946,
ketika deterjen pembangun (berisi
surfaktan/kombinasi pembangun)dikenalkan
di Amerika Serikat. Surfaktan adalah produk deterjen
bahan pembersih dasar, saat pembangun membantu
surfaktan untuk bekerja lebih efisien. Senyawa fosfat
digunakan sebagai pembangun di detergen ini sangat
meningkat perfomanya, membuat mereka cocok
untuk mencuci baju dengan tingkat kekotoran berat.
Pada tahun 1953, penjualan deterjen di negara ini
memiliki itu melebihi sabun. Kini, detergen memiliki
semua tetapi menggantikan produk dengan dasar
sabun untuk mencuci baju, mencuci piring dan
pembersih rumah tangga. Deterjen (sendiri atau
berkombinasi dengan sabun) adalah juga penemuan
di banyak dari penggunaan batangan dan cair untuk
pembersih pribadi.
Sejak prestasi di deterjen dan bahan kimia
pembangun itu, aktivitas produk baru memiliki
lanjutan utntuk fokus ke membangun produk
pembersih praktis dan mudah untuk digunakan, juga
menyelamatkan konsumen dan untuk lingkungan.
Berikut ini ringkasan beberapa penemuan:
1950-an

 Pencuci piring otomatis bubuk

 Sabun pencuci baju cair, pencuci piring


tangan dan produk pembersih serba guna

 Deterjen dengan pemutih oksigen


1960an

 Pracuci kotoran dan penghilang noda

 Bubuk pencuci baju dengan enzim


 Prarendam dengan enzim
1970an

 Sabun cuci tangan cair

 Pelembut kain (ditambah lembaran dan


putaran cuci)

 Produk multifungsi (contoh, deterjen dengan


tambahan pelembut kain)
1980an

 Deterjen untuk pencucian dengan air dingin

 Pencuci piring otomatis cair

 Pencuci baju konsentrat bubuk


1990an

 Deterjen bubuk dan cair ultra


(superkonsentrat)

 Pelembut kain ultra

 Pencuci piring otomatis gel

 Produk pencuci baju dan pembersih refil


Seiring berkembangnya zaman, sabun sebagai
produk perawatan diri memiliki berbagai variasi dan
warna. Salah satunya adalah sabun transparan.
Sabun ini memiliki sifat layaknya sabun mandi lainnya
namun berwarna transparan. Prinsip dari pembuatan
sabun transparan adalah pencampuran massa sabun
dalam bahan etanol kemudian dipanaskan dengan
pemanasan lembut dan ditambahkan bahan lain yang
memiliki fungsi tertentu. Yang menentukan
transparansi produk salah satunya adalah humektan
yang bersifat higroskopis sehingga mempengaruhi
transparansi produk. Agen pembentuk transparan
lainnya adalah gliserin, sukrosa, dan beberapa bahan
lain[1] Kelebihan dari sabun transparan adalah
mampu membunuh kuman yang ada di tubuh. Sabun
ini memang mengandung bahan yang mampu
membunuh kuman penyakit pada kulit dan tetap
aman untuk kesehatan. Dengan menggunakan sabun
tersebut, memungkinkan kulit wajah Anda tidak
mudah terkena bakteri jahat yang akan merusak
sistem kekebalan kulit dan menjaga wajah Anda tetap
menarik.
(3) Fungsi sabun
Fungsi sabun mandi adalah membersihkan kotoran
dan kuman yang menempel di kulit. Kemampuan
sabun itu disebabkan oleh struktur molekulnya yang
unik. Molekul sabun tersusun atas komponen polar
dan non polar. Polar bersifat hidrofilik dan komponen
non polar nersifat hidrofibik.
(4) Komposisi Sabun
Sabun terbuat dari senyawa alkali (natrium hidroksida
atau kalium hidroksida) yang dicampur dengan lemak
nabati atau hewani serta pewangi. Formulasi ini
bersifat basa dan berfungsi membersihkan minyak
dan kotoran di permukaan kulit yang cenderung
bersifat sedikit asam.

Sayangnya ketika kita membersihkan


kulit menggunakan sabun, sebagian minyak alami
yang diproduksi kulit juga ikut terangkat. Itulah
mengapa timbul sensasi kering dan kesat. Oleh
karena itu, sebaiknya pilih sabun yang menggunakan
detergen sintetis dengan pH seimbang, serta
mengandung moisturizer.
(5) Reaksi Saponifikasi/ Reaksi Penyabunan
Reaksi penyabunan merupakan reaksi hidrolisis
lemak/minyak dengan menggunakan basa kuat
seperti NaOH atau KOH sehingga
menghasilkan gliserol dan garam asam lemak
atau sabun. Untuk menghasilkan sabun yang keras
digunakan NaOH, sedangkan untuk menghasilkan
sabun yang lunak atau sabun cair digunakan KOH.
Perbedaan antara sabun keras dan lunak jika dilihat
dari kelarutannya dalam air yaitu sabun keras bersifat
kurang larut dalam air jika dibandingkan dengan
sabun lunak. Reaksi penyabunan disebut juga reaksi
saponifikasi. Saponifikasi antara trigliserida dan basa
kuat menghasilkan gliserol. SAP merupakan suatu
nilai yang menunjukkan berapa banyak basa yang
dibutuhkan untuk mereaksikan lemak atau minyak
dengan sempurna.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan di SMP Negri 92
JAKARTA yang bertempat di Jalan Perhubungan XII
3.1.2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 Juni 2019.
3.2. Pengumpulan Data
3.1.2. Persiapan percobaan
Percobaan dimulai dengan mengumpulkan minyak
goreng bekas sesuai dengan takaran dan
menyiapkan bahan bahan yang diperlukan. Untuk
memperoleh hasil yang baik minyak goreng bekas
harus dijernihkan terlebih dahulu dengan arang kayu.
Cara ini menjadi alternatif terakhir bila memang ingin
menghemat biaya. Setelah itu kita bisa
melakukaneksperimen untuk mengubah minyak
goreng bekas tersebut menjadi sabun.NaOH / KOH
adalah salah satu kunci dalam produksi sabun.KOH
dibeli di toko kimia. KOH harus ditangani dengan hati-
hati. Kalau tidak akan menyebabkan bahaya baik bagi
anda maupun orang lain. KOH digunakan sebagai
bahan pembuat sabun cair.
Penanganan dan penyimpanan KOH
Penanganan: Hindari debu KOH ketika bernapas.
Jangan sampai terkena mata, kulit, atau pakaian.
Cuci bersih setelah penanganan. Pencampuran
dengan air, asam atau bahan yang tidak kompatibel
dapat menyebabkan tumpah dan pelepasan panas
Penyimpanan: Simpan sesuai dengan semua
peraturan dan standar yang berlaku. Jaga agar
wadah rapat, tertutup dan diberi label dengan benar.
Jangan simpan dalam wadah aluminium atau alat
yang menggunakan perlengkapn alumunium. Karena
gas hidrigen mudah terbakar maka, jauhkan dari zat-
zat yang tidak kompatibel.
3.2.2. Alat dan Bahan
a. Alat pengaman:
+ Masker
+ Kacamata pelindung
+ Sarung tangan
Peringatan :
Pastikan tidak menggunakan alat-alat (sendok,
wadah) dari alumunium krn reaksinya dgn NaOH
akan menghasilkan gas Hidrogen, yg bisa 'meledak'
atau membuat luapan gas yang sangat banyak.
Selama proses pembuatan sabun gunakan alat
pengaman, ya. Jangan sampai air soda api terkena
mata atau kulit. Kalau terkena kulit, akan terasa
sedikit gatal dan panas seperti terbakar. Jika kena
nyiprat ke tangan segera olesi dengan cuka apel.
b. Alat yang dibutuhkan:
* Pengaduk plastik/kayu tahan panas
* Panci
* Gelas takar (pilih plastik tahan panas atau kaca)
* Timbangan (lebih baik memakai timbangan digital
supaya mendapatkan angka yang presisi)
* Wadah stainless steel atau wadah plastik yang
tahan panas (jangan memakai wadah dari
aluminium). Wadah ini dipakai untuk mengaduk
adonan
*blender
*botol (kaca/plastik)
c. bahan bahan yang dibutuhkan:
* Minyak jelantah
* KOH (Kalium Hidroksida)
* Jahe
* minyak aroma essential
* Ekstrak Daun Binahong
* Air
* Pewarna
* Arang secukupnya
* Gliserin
d. Langkah langkah kerja:
1.Goreng jahe secukupnya dengan minyak jelantah
untuk mengurangi bau tidak sedap.
2..Ambil arang kayu lalu tumbuk sampai
halus.Masukkan gerusan arang kayu itu pada minyak
jelantah. Ukuran pemakaian,satu kepal arang kayu
untuk setengah liter minyak jelantah. Aduk sampai
rata ,tunggu sampai 5 menit lalu saring dengan kain
bersih dan dinginkan
3. siapkah panci dan air,lalu panaskan diatas kompor
dengan api kecil
4. masukan air ke dalam wadah stainless stell
4. Timbang air dan KOH. Masukan KOH kedalam
wadah stainless stell yang berisi air, Jangan
menuangkan air ke KOH tetapi Tuangkan KOH ke
dalam air sedikit demi sedikit.jangan sampai terbalik
lalu masukan wadah stainless stell yang berisi KOH
dan air kedalam panci diatas kompor kecil (Jangan
menggunakan wadah aluminium. Gunakan stainless
steel, gelas pyrex atau plastik-poliproplen). Aduk
higga larut. waktu pelarutan ini membutuhkan waktu
yang cukup lama. Pertama-tama larutan akan panas
dan berwarna keputihan.
5. Timbang minyak sesuai dengan takaran
6. Tuangkan minyak yang sudah ditimbang ke dalam
blender
7. Masukkan larutan KOH tersebut kedalam minyak
jelantah.
8. Pasang cover blender, taruh kain di atas cover tadi
untuk menghindari cipratan dan prosespada putaran
terendah. Hindari jangan sampai menciprat ke muka
atau badan anda.
9. Hentikan blender dan periksa sabun untuk melihat
tahap “trace”. “Trace” adalah kondisidimana sabun
sudah terbentuk dan merupakan akhir dari proses
pengadukan. Tandanya adalahketika campuran
sabun mulai mengental
9. tambahkan gliserin,aduk hingga merata
10. tambahkan minyak essential untuk
menambahkan aroma
11. tambahkan ekstrak daun binahong sebagai bahan
anti bakteri
12. tambahkan pewarna makanan untuk
mempercantik tampilan sabun aduk lagi agar merata.
13. Hasil akhir reaksi saponifikasi adalah terbentuk
pasta sabun yang kental
14. selanjutnya dilakukan pengenceran,pada tahap
pengenceran ini, lakukan penambahan air sedikit
demi sedikit. Tambahkan air sedikit kemudian tunggu
hasilnya. Jika anda menambahkan air terlalu banyak,
maka kemungkinan gagal membuat sabun cair akan
semakin besar.
15. tuang sabun yang sudah dibuat ke dalam botol.
16.sabun siap digunakan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil penelitian
Sabun yang dihasilkan dari minyak jelantah ini dapat
digunakan untuk menuci piring dan mencuci tangan.
Sabun tersebun cukup kesat dan bersi. Jika
digunakan untuk mencuci alat masak yang sangat
berminyak , memang tidak sekasat menggunakan
sabun cair yang ada di pasaran namun, sabun ini
cukup bersih untuk membersikan pring bekas
makanan
4.2. Pembahasan
A. Definisi sabun
Sabun adalah produk yang digunakan sebagai
pembersih dengan media air. Secara umum
berbentuk padatan (batang) dan ada juga yang cair.
Masing-masing bentuk tentunya mempunyai
keuntungan tersendiri diberbagai sarana publik. Jika
diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun
secara efektif dapat mengikat partikel dalam suspensi
yang mudah dibawa oleh air bersih. Di era milenial ini,
deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai
alat bantu untuk mencuci atau membersihkan.
Sabun merupakan campuran minyak atau lemak
(nabati, seperti minyak zaitun atau hewani, seperti
lemak kambing) dengan alkali atau basa (seperti
natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C
melalui suatu proses yang disebut dengan
saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa,
menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara
tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang
dihasilkan dari pembakaran tumbuhan seperti arang
kayu.
B. Sejarah sabun
Sejarah sabun dimulai sejak 2800 sebelum masehi
(SM). Pembuatan sabun bermula dari Bangsa
Babilonia yang mulai membuat sabun sejak 2800 SM.
Mereka memanaskan campuran lemak hewan
dengan soda api. Pada awal masehi hingga abad 15
Masehi yang merupakan puncak keemasan Islam,
teknologi sabun berkembang lebih modern.
Monopoli perdagangan sabun di Eropa pada abad 16
dan 17 di Eropa membuat pemakaian sabun menjadi
terbatas. Sabun banyak digunakan dalam bidang
pengobatan. Kemudian pada abad 18 terjadi
penemuan proses pembuatan sabun yang murah
oleh LeBlanc. Menjelang abad 19 penggunaan sabun
meluas karena penggunaan mesin sabun yang
mampu memproduksi sabun secara masal.
Di jaman penjajahan Belanda, orang tua telah
menggunakan lerak untuk membuat sabun. Sabun
tersebut digunakan untuk mencuci dan mandi.Dalam
perkembangannya, sabun bertambah fungsinya.
Fungsi dasar sabun yang awalnya hanya untuk
membersihkan badan, kini bergeser menjadi produk
yg nilainya lebih dari sekedar pembersih kotoran
badan. Salah satunya adalah jenis sabun kecantikan.
C. Bagaimana Sabun Dibuat
Sabun dibuat dengan cara mencampurkan larutan
NaOH / KOH dengan minyak atau lemak. Melalui
reaksi kimia, NaOH / KOH mengubah Minyak /Lemak
menjadi Sabun. Proses ini disebut
Saponifikasi.Sabun hasil reaksi antara asam lemak
dengan NaOH dan KOH berbeda. Jika menggunakan
NaOH akan dihasilkan sabun yang teksturnya keras,
lazim dikenal dengan sebutan sabun padat atau
sabun batang. Jika menggunakan KOH akan
dihasilkan sabun cair/krim, tergantung tingkat
pengenceran yang digunakan
D. Dasar Teori Pembuatan Sabun Reaksi saponifikasi
Sejatinya sabun adalah garam yang merupakan hasil
reaksi saponifikasi antara asam lemak dengan
alkali/basa. Reaksi asam dan basa disebut juga
dengan penetralan, sedangkan nilai pH nya
bergantung pada jenis asam atau basa yang
digunakan dalam reaksi

- Jika asam atau basa bersifat sama lemah atau sama


kuat maka garam yang dihasilkan akan ber pH netral
(sekitar 7).
- Jika asam kuat dan basa lemah yang digunakan
maka garam yang dihasilkan akan memiliki pH di
bawah tujuh (cenderung asam)
- Jika asam lemah dan basa kuat yang digunakan,
maka akan dihasilkan garam yang memiliki nilai pH di
atas 7 (cenderung basa)
E. Teknik/Metode Pembuatan Sabun
Ada 3 teknik/metode pembuatan sabun yang
umumnya dikenal, yaitu:
1. Proses dingin (Cold Process)
Metode pembuatan sabun ini tidak memerlukan
tambahan panas dari luar reaktor seperti dari kompor.
Bahkan terkadang suhu tinggi dihindari dalam reaksi
saponifikasi. Caranya dengan dengan menggunakan
reaktor dngin (dibalut dengan es). Proses dingin
digunakan dalam proses pembuatan sabun susu.
2. Proses panas (Hot Process)
Penambahan panas dari luar reaktor dilakukan dalam
proses ini. Terutama, jika menggunakan bahan yang
memerlukan suhu dalam pelelehan dan
penyempurnaan reaksi seperti asam stearat.
3. Lelehkan dan tuang (Melt and Pour)
Metode termurah dalam pembuatan sabun. Sabun
setengah jadi dilelehkan, tambahkan pewarna atau
pewangi, dan cetak. Jadilah sabun.
F. Mekanisme sabun membersihkan kotoran
Sabun merupakan bahan pembersih yang tersusun
atas komponen utama (bahan dasar) berupa minyak
dan larutan alkali (air plus alkali). Bisa dikatakan
bahwa sabun adalah campuran antara minyak-air
(hidrofobik-hidrofilik) yang stabil. Lalu bagaimana
mekanisme sabun dalam membersihkan kotoran?
Cara kerja sabun dalam membersihkan kotoran
tergolong unik. Kotoran yang umumnya berupa
partikel lemak, keringat, dan debu yang menempel di
permukaan kulit akan terikat pada bagian hidrofobik
dan akan terbilas pada saat disiram dengan air.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari penelitian di atas kami menarik kesimpulan
sebagai berikut:

 Ternyata limbah minyak jelanah bsa


dijadikan sebagai bahan baku
pembuatan sabun.
 Minyak jelantah dapat dimanfaatkan
sebagai sabun yang memiliki kualitas
yang tidak kalah dari sabun bermerk.
 Untuk menghilangkan zat-zat berbahaya
dari minyak jelantah kita perlu melakukan
penyaringan dan penjernihan pada
minyak jelantah tersebut sebelum didaur
ulang menjadi sabun.
 Memanfaatkan limbah dapat
memberikan keuntungan lebih. Hasil
keuntungan bisa dimanfaatkan untuk
membangun sistem pengolahan limbah
yanglebih baik. Meningkatkan kesehatan
di masyarakat dengan membuat sabun
yang berkualitas

Kita dapat mengambil keuntungan dari proses


pendaur ulangan limbah untuk dimanfaatkan dalam
pembuatan sistem pengolahan limbah yang lebih baik
lagi.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keseluruhan penelitian
ini kami memberikan saran sebagai berikut:
Masyarakat harus ikut berkontribusi dalam
pemanfaatan limbah yang mereka hasilkan yaitu
minyak jelantah. Selain membuat lingkungan menjadi
lebih sehat, terjadi juga peningkatan sistem
pengolahan limbah dan ekonomi mereka.
DAFTAR PUSTAKA

https://blognyakrismariana.wordpress.com
https://lingkunganhidup.jakarta.go.id/dampak-negatif-
minyak-jelantah-bagi-lingkungan-dan-kesehatan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Sabun
https://adevnatural.com/pembuatan-sabun-bahan-
cara-dan-proses-saponifikasi/
https://razzakchem015.wordpress.com/reaksi-
penyabunan-saponifikasi/
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai