Anda di halaman 1dari 28

PROSES INDUSTRI GULA, INDUSTRI MINYAK NABATI

Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Proses Industri Kimia
Dosen Pembimbing: Lina Troskialina, B. Sc. M.Sc., Ph. D

Disusun Oleh :
2A -D3 Teknik Kimia
Sandrina Theresya Purba 201411026
Sarah 201411027
Taufik Fatur Rahman 201411028
Wahyudin R R 201411029
Yohana Tiosari BR Simanjuntak 201411030
Zidni Zakiyyah Ahmad 201411031

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2021
INDUSTRI MINYAK NABATI
INDUSTRI MINYAK NABAIT
A. Sejarah Minyak Nabati

Sejak dahulu manusia telah mengetahui cara untuk menghilangkan minyak dan lemak
dari sumber alaminya dan membuatnya. Lemak hewani yang pertama dikonsumsi sebagai
makanan, sebelum dibakar dan dipanaskan. Penduduk asli daerah tropis di dunia sudah
sejak lama memperoleh minyak nabati dari sumber nabati dengan menghilangkan
minyaknya dari berbagai kacang kacangan setelah dilakukan pengeringan dibawah sinar
matahari, penggunaan minyak ikan diawali dengan penangkapan ikan paus yang dimulai
oleh Basques di bay Biscay pada abad ke 15.
Reaksi kimia pertama di aplikasi untuk lemak dan minyak (tidak termasuk oksidasi dalam
pemanasan.) Industrialisasi minyak dan lemak berawal dengan pendirian minyak
penggilingan biji kapas di carolina selatan sekitar tahun 1826. Industri sederhana ini tidak
berkembang dengan cepat sampai tahun 1865. Pada tahun 1850 penggunaan soda kaustik
untuk menghilangkan asam bebas dari minyak yang yang dikenalkan oleh negara prancis.
Berawal dari industri margarin di chicago yang memberikan dorongan pada industri
minyak biji kapas karena ditemukannya bahwa minyak tersebut dapat digunakan sebagai
penipis dalam oleomargarine. 1887 beberapa ilmuwan memperkenalkan metode
pemurnian. Pada tahun 1893 ditemukan proses deodorisasi dengan meniup uap panas
pada temperatur tinggi deodorisasi ini dapat memperbaiki rasa dan bau. Pada tahun 1900
ditemukan proses hidrogenasi (industri berkembang dengan cepat). 

B. Definisi

Minyak nabati adalah minyak yang disari/diekstrak dari berbagai bagian tumbuhan.


Minyak ini digunakan sebagai makanan, bahan penggorengan, pelumas, bahan
bakar, bahan pewangi (parfum), pengobatan, dan berbagai penggunaan industri .
Beberapa jenis minyak nabati yang umum digunakan ialah minyak kelapa sawit, minyak
jagung, minyak zaitun, minyak lobak, minyak kedelai, dan minyak bunga
matahari. Margarin adalah mentega buatan yang terbuat dari minyak nabati.

Kandungan Gizi Minyak Nabati

Jumlah Per 100g


Kalori (kcal) 884
Jumlah Lemak 100 g
Lemak jenuh 14 g
Kolesterol 0 mg
Natrium 0 mg
Jumlah Karbohidrat 0 g
Serat pangan 0 g
Gula 0 g
Protein 0 g
Vitamin C 0 mg Kalsium 0 mg
Zat besi 0,1 mg Vitamin D 0 IU
Vitamin B6 0 mg Vitamin B12 0 µg
Magnesium 0 mg

Sifat fisika
1. Tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan karena adanya asam lemak berantai
karbon panjang dan tidak adanya gugus polar
2. Meliputi warna, bau, flavor, kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih
(boiling point), titik nyala dan titik api, bilangan iod, dan bilangan
penyabunan. Sifat ini dapat berubah tergantung dari kemurnian dan mutu minyak
kelapa sawit.
Sifat Kimia
1. Pada reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam lemak dan gliserol.
Hidrolisa ini terjadi karena adanya air atau kelembaban tinggi.
2. Penambahan sejumlah basa akan terjadi reaksi penyabunan. Jumlah asam lemak
bebas dalam minyak tidak diinginkan karena akan mempengaruhi kualitas
minyak.
3. Bila terjadi kontak dengan sejumlah oksigen, akan terjadi reaksi oksidasi yang
akan menyebabkan minyak berbau tengik (Yoeswono, 1996).
Bahan baku minyak nabati
Minyak nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan, contohnya seperti minyak kelapa, bunga
matahari, buah zaitun, buah alpukat, kemiri, canola, kacang, dan sebagainya.

C. Pengaplikasian

Berdasarkan jenisnya, kegunaan minyak nabati dikelompokkan menjadi 3 yaitu


1. Keperluan Konsumsi
Minyak kelapa, kelapa sawit, kedelai, kacang tanah, biji kapas, biji bunga
matahari
2. Keperluan Industri dan Konsumsi
Minyak kelapa dan kelapa sawit
3. Keperluan Industri
Minyak Jarak. Biji jarak menghasilkan suatu minyak yang disebut dengan minyak
jarak atau minyak ricin. Minyak jarak pada umumnya, sering dipergunakan untuk
keperluan industri, pengobatan dan militer. Di Indonesia, minyak jarak (castor oil)
dipergunakan untuk industri cat, tekstil, serat sintetis, obat-obatan, hingga bahan
kosmetik serta bahan bakar roket.Tanaman ini merupakan sumber minyak jarak,
dan mengandung zat ricin, sejenis racun yang mematikan. Pohon jarak merupakan
satu-satunya tumbuhan yang bijinya kaya akan suatu asam lemak hidroksi,
yaitu asam ricinoleat.Kehadiran asam lemak ini membuat minyak biji
jarak memiliki kekentalan yang stabil pada suhu tinggi sehingga minyak jarak
dipakai sebagai campuran pelumas. Minyak jarak yang memiliki sifat tahan panas
ini, selama ini banyak disukai dan dipesan oleh industri pengolahan kosmetik,
farmasi, pabrik cat, industri kayu lapis, tekstil, dan lain-lain, baik dari dalam
maupun luar negeri.
Di negara yang telah maju, minyak jarak digunakan oleh militer sebagai pelumas
pesawat terbang dan bahan peledak. Selain itu, minyak jarak digunakan juga
sebagai bahan untuk memproduksi sabun sintetis, nilon, tinta, pernis dan cat.
Hingga saat ini, biji jarak tetap diperlukan di Indonesia oleh perusahaan farmasi,
produsen minyak cat, dan lem dempul perahu, meski produksi dalam negeri yang
berkisar 12.000 ton setahun belum mampu memenuhi kebutuhan biji jarak.

Dari jenis-jenis minyak nabati yang ada di dunia, minyak kelapa sawit menjadi produk
yang paling diminati oleh masyarakat. Minyak sawit memiliki produk turunan yang
beragam dan langsung diserap menjadi kebutuhan pokok masyarakat.
Di Indonesia, luas perkebunan kelapa sawit mencapai 11 juta hektar (Data Kementerian
Pertanian 2015). Dengan lahan seluas itu, tentu saja Indonesia termasuk dalam daftar
negara pemasok minyak sawit di dunia. Tak heran jika kelapa sawit menjadi komoditas
nasional yang telah menyumbang devisa mencapai Rp. 300 triliun kepada negara.

Produk Turunan Kelapa Sawit


Berikut merupakan produk turunan yang dihasilkan dari pengolahan minyak kelapa
sawit:
 Minyak Goreng
Minyak goreng menjadi produk utama dari pengolahan minyak sawit. 90% minyak
goreng yang beredar di pasaran merupakan hasil olahan kelapa sawit. Minyak goreng
sawit terbukti memiliki karakter tahan panas yang tinggi dibandingkan minyak
goreng berbasis minyak non tropis seperti minyak kedelai, minyak canola, dan
minyak jagung.  Minyak goreng sawit sangat sesuai dipakai di industri pangan yang
membutuhkan minyak goreng dengan durability tinggi (memiliki karakter tahan
panas yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi), seperti industri mi instan, snack, dan
makanan beku (frozen foods).
Minyak goreng sawit atau RBD palm olein ialah minyak fraksi cair berwarna kuning
kemerahan yang diperoleh dengan cara fraksinasi RBD palm oil atau crude palm oil
dan telah mengalami proses pemurnian. Kelebihan minyak sawit sebagai bahan baku
minyak goreng adalah kandungan asam oleat yang relatif tinggi yaitu sekitar 40%.
Asam oleat adalah asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap sehingga
selama proses penggorengan relatif lebih stabil dibandingkan dengan minyak nabati
lain, yang mengandung asam lemak dengan ikatan rangkap. Margarin diperoleh dari
fraksi padat yang merupakan emulsi tipe water in oil (w/o), yaitu fase air yang berada
dalam fase minyak.
 Biodiesel
Minyak kelapa sawit juga dikembangkan untuk menghasilkan bahan bakar biodiesel.
Biodiesel sawit telah diuji dan terbukti maksimal digunakan sebagai bahan bakar
pengganti solar. Selain itu, biodiesel sawit tentunya lebih ramah lingkungan
dibangingkan solar berbahan fosil.
 Mentega
Selain minyak goreng, minyak kelapa sawit juga digunakan sebagai bahan baku
pembuatan mentega.
 Sabun
Kandungan vitamin dan mineral dari kelapa sawit berguna untuk menjaga kesehatan
kulit. Itu lah mengapa minyak kelapa sawit juga digunakan sebagai bahan baku
pembuat sabun.
 Mie Instan
Penggunaan minyak kelapa sawit dalam mie instan berguna untuk membuat mie
mentah menjadi kering dan tahan lama sebelum dimasak.
 Detergen
Sodium lauryl sulfate adalah zat pembentuk busa pada detergen. Zat ini dihasilkan
dari minyak kelapa sawit
Manfaat Minyak Kelapa Sawit Untuk Kesehatan
Selain digunakan sebagai bahan pengolahan makanan, minyak kelapa sawit rupanya
memiliki segudang manfaat. Minyak kelapa sawit juga bisa dimanfaatkan sebagai nutrisi
yang menyehatkan tubuh. Ini lah beberapa manfaat minyak kelapa sehat:

 Menjaga Kestabilan Gula Darah


Bagi Anda yang memiliki riwayat diabetes, minyak kelapa merupakan produk
yang tepat untuk Anda. Kandungan Medium Chain Triglycerides (MCT) pada
minyak kelapa dapat meningkatkan sensitivitas insulin dalam tubuh.
Nutrisi tersebut juga bisa digunakan untuk meningkatkan toleransi glukosa dalam
tubuh, sehingga membantu menjaga gula darah tetap stabil. Sehingga,
mengkonsumsi minyak kelapa sehat secara teratur sangat baik bagi penderita
diabetes.
 Mencegah Osteoporosis
Selain menjaga kestabilan gula darah, minyak kelapa sawit yang berkualitas juga
dapat membantu penyerapan magnesium dan kalsium dalam tubuh. Fungsi ini
sangat berguna bagi Anda yang ingin menjaga kesehaan tulang dan persendian.
 Menghilangkan Bakteri dan Parasit Dalam Tubuh
Minyak kelapa sehat juga mengandung antioksidan yang tinggi. Antioksidan
merupakan zat yang berguna untuk menangkal radikal bebas dalam tubuh.
Kandungan antioksidan dalam minyak kelapa dapat mengobati peradangan pada
organ tubuh seperti arthritis, batu empedu dan pankreatitis.
 Menjaga Kesehatan Jantung
Minyak kelapa yang mengandung lemak jenuh dapat meningkatkan HDL
(kolesterol baik). Asam lemak jenuh pada minyak kelapa juga dapat mengubah
LDL atau kolesterol jahat menjadi tidak berbahaya. Kadar kolesterol jahat yang
tinggi dapat meningkatkan resiko serangan jantung. Maka dari itu, minyak kelapa
dapat membantu untuk menurunkan resiko penyakit jantung.
 Menurunkan Berat Badan
Jika Anda menganggap minyak kelapa dapat membuat gemuk, hal itu sama sekali
tidak benar. Minyak kelapa mengandung asam lemak jenuh yang justru
membantu membakar lemak pada perut.

D. Proses Pembuatan

Tahapan Memperoleh Minyak Mentah/Kasar (Crude Oil)


Ada 2 metode untuk mendapatkan minyak mentah/kasar (crude oil) dari sumber minyak nabati
yaitu dengan press dan ekstraksi.

1. Mechanical expression
Pengepresan merupakan suatu cara memperoleh minyak terutama untuk bahan yang
berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan memisahkan minyak dari bahan yang
berkadar minyak tinggi (30-70 persen). Pada pengepresan ini diperlukan perlakuan
pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya.Perlakuan
pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih,perajangan dan penggilingan serta
tempering atau pemasakan (Ketaren, 1986).

2 cara umum dalam pengepresan mekanis,


a. Pengepresan hidraulik (hydraulic pressing)
Pada cara hydraulic pessing, bahan di press dengan tekanan sekitar 200
pound/inch2 (140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang
dapat diekstraksi tergantung pada lamanya pengepresan, tekanan yang
dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal. . Sedangkan
banyaknya minyak yang tersisa dalam bungkil bervariasi sekitar 5-7 persen
tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidraulik.
Komponen utama pada mesin press hidrolik ini adalah dongkrak hidrolik, dan
didukung oleh komponen-komponen lain yaitu tabung pengepressan, plat
penekan (piston pengepress), handle, frame dan tempat penampung minyak.

Tahap-tahap yang dilakukan pada proses pemisahan minyak dengan cara ini
adalah sebagai berikut.

b. Exp
elle
r
Pressing (Pengepresan Berulir)
Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan untuk
penghilangan kotoran  yang terdiri dari proses pemasakan atau tempering.
Proses pemasakan berlangsung pada temperature 240oF (115,5oC) dengan
tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air minyak yang dihasilkan berkisar
sekitar 2,5-3,5 %. Sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung
minyak sekitar 4-5.
2. Ekstraksi dengan Pelarut (Solvent Extraction)
Cara ekstraksi ini dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut dan digunakan untuk
bahan yang kandungan minyaknya rendah. Lemak dalam bahan dilarutkan dengan
pelarut. Tetapi cara ini kurang efektif, karena pelarut mahal dan lemak yang diperoleh
harus dipisahkan dari pelarutnya dengan cara diuapkan. Selain itu, ampasnya harus
dipisahkan dari pelarut yang tertahan, sebelum dapat digunakan sebagai bahan
makanan ternak (Winarno,1991).
Prinsip dari proses ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan
lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang rendah yaitu
sekitar 1 persen atau lebih rendah, dan mutu minyak kasar yang dihasilkan cenderung
menyerupai hasil dengan cara expeller pressing, karena sebagaian fraksi bukan
minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak yang biasa dipergunakan dalam proses
ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline karbon disulfide,
karbon tetraklorida, benzene dan n-heksan. Perlu diperhatikan bahwa jumlah pelarut
menguap atau hilang tidak boleh lebih dari 5 persen. Bila lebih, seluruh sistem
solvent extraction perlu diteliti lagi. 
Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude oil

Proses pengolahan industry kelapa sawit sampai menjadi minyak kelapa sawit (cpo)
terdiri dari beberapa tahapan yang dimulai dari
1. Jembatan timbang
Di pabrik pengolahan kelapa sawit,  jembatan timbang yang dipakai menggunakan
sistem komputer untuk mengukur berat (tonase) semua truk pengangkut tandan buah
sawit (tbs) baik dari perkebunan sawit swasta, perkebunan rakyat (plasma) dan
perkebunan pemerintah (ptpn). Jembatan timbang adalah salahsatu tahapan awal
dalam proses pembuatan kelapa sawit menjadi cpo.
Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu kendaraan pengangkut buah sawit melewati
jembatan timbang lalu berhenti  ± 5 menit, kemudian berat kendaraan pengangkut
buah sawit dicatat awal sebelum tandan buah sawit dibongkar dan di sortir, kemudian
setelah dibongkar dari kenderaan pengangkut kembali ditimbang, lalu selisih berat
awal dan akhir adalah berat tbs yang diterima pabrik kelapa sawit.
2. Penyortiran buah sawit
Buah kelapa sawit yang masuk ke pabrik kelapa sawit, kualitas & kematangannya
harus  diperiksa  dengan baik. Proses pemeriksaan buah sawit ini sering disebut sortir
buah. Jenis buah yang masuk ke pabrik sawit pada umumnya jenis tenera atau  jenis
dura. Kriteria matang panen merupakan faktor yang sangat penting dalam
pemeriksaan kualitas buah sawit di stasiun penerimaan buah.
Tingkat pematangan buah sawit mempengaruhi terhadap rendemen minuak dan alb
(asam lemak buah/ffa = free fatty acid) yang didapat dilihat pada table berikut :
S e t e l a h    Kematangan buah Rendemen minyak (%) Kadar alb (%)
penyorti Buah mentah 13-17 1,6-2,8
ran, Setengah matang 18-24 1,7-3,3
buah Buah matang 25-31 1,8-4,4
sawit    Buah lewat matang 27-31 3,8-6,1
tersebut   
dimasukkan   ke tempat   penimbunan sementara  (  loading  ramp  )  lalu  diteruskan  ke  stasiun
perebusan sawit ( palm oil sterilizer ).
3. Sterilizer (proses perebusan buah sawit)
Sterilisasi bertujuan untuk menghentikan aktivitas enzimatis dan mengumpalkan
protein dalam buah sawit serta membunuh mikroba. Terhentinya proses enzimatis
akan mengurangi kerusakan bahan, antara lain akibat penguraian minyak menjadi
asam lemak bebas. Penggumpalan protein bertujuan agar tidak ikut terekstrak pada
waktu pengepresan minyak (ekstraksi). Sterilisasi juga bermanfaat untuk pengawetan
dan memudahkan perontokkan buah. Tandan buah yang telah disortir direbus dengan
uap panas selama 2-2,5 jam dengan suhu 140oc. Akhir perebusan ditandai dari
beberapa gejala, antara lain bau buah yang gurih, empuk, dan buah mudah rontok.
Setelah direbus selanjutnya dimasukkan ke dalam alat perontok.
Tujuan perebusan
 Mengurangi peningkatan asam lemak bebas (alb/ffa)
 Mempermudah proses pelepasam buah sawit pada threser
 Menurunkan kadar air buah sawit
 Melunakkan daging buah sawit, sehingga daging buah sawit mudah lepas dari biji
(nut)

4. Proses penebah (thereser process)


Ada beberapa alat/mesin
Thereser, fungsi dari theresing adalah untuk memisahkan buah dari
janjangannya dengan cara mengangkat dan membantingnya serta mendorong janjang
kosong ke empty bunch conveyor.
Digester : setelah buah pisah dari janjangan (tandan sawit), lalu buah dikirim ke
digester dengan cara buah masuk ke conveyor under threser yang berfungsi untuk
membawa buah sawit ke fruit elevator yang fungsinya untuk  mengangkat buah sawit
keatas, lalu masuk ke distribusi conveyor (distributing conveyor) yang kemudian
menyalurkan buah sawit masuk ke digester. Di dalam digester tersebut buah atau
berondolan yang sudah terisi penuh, akan diputar atau diaduk dengan menggunakan
pisau pengaduk (stirring arm) yang terpasang pada bagian   poros   ii,   sedangkan  
pisau   bagian   dasar   sebagai   pelempar   atau mengeluarkan buah sawit dari
digester ke screw press.
Fungsi digester :
 Melumatkan daging buah sawit
 Memisahkan daging buah sawit dengan biji (nut)
 Mempersiapkan feeding ke dalam mesin screw press
 Mempermudah proses pengepresan minyak di mesin screw press pks
 Menaikkan temperature

5. Screw Press
Buah dalam bak penumpukan dimasukkan dalam tangki penghancur sebagai
pembantu dalam proses ini dipakai uap air panas dan hasil hancurannya disebut
jladren. Jladren dimasukkan ke dalam alat pengepres yang berbentuk silinder tegak.
Pengepresan dilakukan pada tekanan sebesar 200-300 kg/cm2 dengan kecepatan
penekanan 5 sampai 6 kali dalam satu menit. Prinsip ekstraksi minyak dengan cara ini
adalah menekan bahan lumatan dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yeng
berputar sehingga minyak akan keluar lewat lubang-lubang tabung. Besarnya tekanan
alat ini dapat diatur secara elektris dan tergantung dari volume bahan yang di press.
Alat ini terdiri dari sebuah selinder yang berlubang lubang didalam terdapat sebuah
ulir yang berputar. Tekanan kempa diatur oleh dua buah kerucut (conus) berada pada
kedua ujung pengempa, yang dapat digerakkan maju mundur secara hidrolik.
Proses Pemurnian Minyak (Clarification Station)
6. Vibrating Screen/ Vibro Separator
Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring Crude Oil dari serabut – serabut
(fiber) yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. Sistem kerja mesin
penyaringan itu sendiri dengan sistem getaran – getaran (simetris) , dan pada Vibro
kontrol perlu penyetelan pada bantul yang di ikat pada elektromotor supaya Getaran
berkurang dan  pemisahan lebih efektif.
7. Crude Oil Tank
Oil dari vibrating screen akan dialirkan ke crude oil tank
8. Continuous Settling Tank
Fungsi  dari  Continuous Settling Tank (CST atau sering disebut juga Clarification
Settling Tank)  adalah  untuk  memisahkan  minyak,  air  dan kotoran (Non Oily Solid
/ NOS) secara gravitasi. Dimana minyak dengan berat jenis yang lebih kecil dari 1
akan berada pada lapisan atas dan air dengan berat jenis = 1 akan berada pada lapisan
tengah sedangkan Non Oily Solid (NOS ) dengan berat jenis lebih besar dari 1 akan
berada pada lapisan bawah. Fungsi Skimmer dalam CST adalah untuk membantu
mempercepat pemisahan minyak dengan cara mengaduk (stirring) dan memecahkan
padatan serta mendorong lapisan minyak yang mengandung lumpur (Sludge).
Temperatur yang cukup (95 °C) akan memudahkan proses pemisahan ini. Prinsip
kerja didalam CST  dalam proses pengolahan pada pabrik kelapa sawit adalah dengan
menggunakan prinsip keseimbangan antara larutan yang berbeda berat jenis. Prinsip
bejana bertekanan diterapkan dalam mekanisme kerja di CST (continuous settling
tank) sesuai alur proses produksi pabrik kelapa sawit.
9. Pure oil tank
Fungsi dari Oil Tank adalah sebagai tempat sementara Oil sebelum diolah  oleh
Purifier.  Proses Pemanasan  dilakukan  dengan  menggunakan  Steam  Coil (koil
pemanas) untuk mendapatkan temperatur yang diinginkan yakni 95° C. Kapasitas Oil
Tank bermacam macam tergantung kapasitas PKS.
10. Oil Purifier (Pemurni Minyak)
Fungsi  dari  Oil  Purifier (pemurni minyak)  adalah  untuk  mengurangi  kadar  air 
dalam minyak sawit dengan prinsip kerja sentrifugal. Pada saat alat ini dilakukan
proses diperlukan temperatur suhu sekitar  95o C.
11. Vacum Dryer
Fungsi dari Vacuum Dryer dalam proses produksi kelapa sawit menjadi cpo adalah
untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi. Cara kerjanya sendiri adalah
minyak disimpan dalam bejana   melalui   nozzle/ Nozel.   Suatu   jalur   re-sirkulasi  
dihubungkan   dengan   suatu pengapung didalam bejana supaya jikalau ketinggian
permukaan minyak menurun pengapung akan membuka dan men-sirkulasi minyak
kedalam bejana.
12. CPO Storage Tank
Fungsi dari Storage Tank adalah untuk penyimpanan sementara minyak produksi
yang dihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank harus dibersihkan secara terjadwal
dan pemeriksaan kondisi Steam Oil harus dilakukan secara rutin, karena apabila
terjadi kebocoran pada pipa Steam Oil dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada
CPO dan terganggunya proses pengolahan pabrik minyak kelapa sawit / proses
produksi industri kelapa sawit.
Proses Pengolahan Biji (Kernel Station)

Telah dijabarkan bahwasanya setelah pengepresan akan menghasilkan Crude Oil dan


Fiber. Fiber tersebut akan masuk kestasiun Kernel dan akan dijabarkan proses
pengolahannya.
1. Cake Breaker Conveyor (CBC)
Fungsi dari Cake Breaker Conveyor adalah untuk membawa dan memecahkan
gumpalan Cake dari stasiun Press ke depericarper.  
2. Depericarper
Fungsi dari Depericarper adalah untuk memisahkan fiber dengan nut dan membawa
fiber untuk menjadi bahan bakar boiler. Fungsi kerjanya adalah tergantung pada berat
massa, yang massanya lebih ringan (fiber) akan terhisap oleh fan tan. Yang massanya
lebih berat (nut) akan masuk ke Nut Polishing Drum. Fungsi dari Nut Polishing
Drum adalah : 
 Membersihkan biji dari serabut – serabut yang masih melekat. 
 Membawa nut dari Depericarper ke Nut transport. 
 Memisahkan nut dari sampah. 
 Memisahkan gradasi nut.
3. Nut Silo
Fungsi dari Nut Silo adalah tempat penyimpanan sementara nut sebelum diolah pada
proses berikutnya. Bila proses pemecahan nut dengan menggunakan nut Craker maka nut
silo harus dilengkapi dengan sistem pemanasan (Heater).
4. Riplle Mill (Nut Cracker)
Fungsi dari riplle Mill adalah untuk memecahkan nut. Pada Riplle Mill terdapat rotor
bagian yang berputar pada Riplle Plate bagian yang diam. Nut masuk diantara rotor dan
Riplle Plate sehingga saling berbenturan dan memecahkan cangkang dari nut. 
5. Claybath
Fungsi dari Claybath adalah untuk memisahkan cangkang dan inti sawit pecah yang besar
dan beratnya hampir sama. Proses pemisahan dilakukan berdasarkan kepada perbedaan
berat jenis. Bila campuran cangkang dan inti dimasukan kedalam suatu cairan yang berat
jenisnya diantara berat jenis cangkang dan inti maka untuk berat jenisnya yang lebih kecil
dari pada berat jenis larutan akan terapung diatas dan yang berat jenisnya lebih besar
akan tenggelam. Kernel memiliki berat jenis lebih ringan dari  pada larutan calcium
carbonat sedangkan cangkang berar jenisnya lebih besar. 
6. Hydro Cyclone 
Fungsi dari Hydro Cyclone adalah :  
1) Mengutip kembali inti yang terikut kecangkang. 
2) Mengurangi losis (inti cangkang) dan kadar kotoran. 

7. Kernel Dryer
Berfungsi dari Kernel Dryer adalah untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam
inti produksi. Jika  kandungan air tinggi  pada inti akan mempengaruhi nilai penjualan,
karena jika kadar air tinggi maka ALB juga tinggi. Pada Kernel Silo ada 3 tingkatan yaitu
atas 70 derajat celcius, tengah 60 derajat, bawah 50 derajat celcius. Pada sebagian PKS
ada yang menggunakan sebaliknya yaitu atas 50 derajat, tengah 60 derajat, dan bawah 70
derajat celcius.
8. Kernel Storage
Fungsi dari Kernel ini adalah untuk tempat penyimpanan inti produksi sebelum dikirim
keluar untuk dijual. Kernel Storage pada umumnya berupa bulk silo yang seharusnya
dilengkapi dengan fan agar uap yang masih terkandung dalam inti dapat keluar dan tidak
menyebabkan kondisi dalam Storage lembab yang pada akhirnya menimbulkan jamur
kelapa sawit (Sembiring, 2010).

Proses Pengolahan Biodiesel


Pemurnian Crude Palm Oil (CPO)
Minyak sawit mentah (CPO) merupakan hasil olahan daging buah kelapa sawit melalui
proses perebusan Tandan Buah Segar (TBS), perontokan, dan pengepresan. CPO ini akan
diolah kembali dan dilakukan proses pemurnian. Tujuan utama proses pemurnian adalah
penghilangan rasa, bau, dan warna yang tidak dikehendaki yang terdapat dalam minyak
sawit mentah (CPO). Proses pemurnian ini juga diharapkan dapat memperpanjang masa
simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam industri
(Ketaren,2005).
Dalam proses pemurnianya ada beberapa bahan pembantu agar proses ini dapat
terlaksana dengan baik sehingga akan dihasilkan produk dengan mutu yang lebih baik,
bahan tersebut yaitu bleaching earth, carbon active, dan H3PO4.
Bleaching Earth (tanah pemucat) merupakan sejenis tanah liat dengan komposisi utama
terdiri dari SiO2, Al2O3, air yang terikat serta ion kalsium, Magnesium Oksida dan Besi
Oksida. Jumlah absorben yang dibutuhkan untuk menghilangkan warna minyak
tergantung dari macam dan tipe warna dalam minyak dan seberapa jauh warna tersebut
akan dihilangkan. Carbon active atau arang aktif berguna untuk penyerapan zat warna
pada minyak. Carbon active dicampur dengan bleaching earth dalam proses bleaching
(pemucatan). Keduanya di-mixer menjadi seperti serbuk kemudian direaksikan dengan
minyak yang telah mengalami degumming. H3PO4 berfungsi untuk menghilangkan gum-
gum dari minyak yang berupa lendir atau gumpalan yang terdiri dari fosfatida, protein
dan resin.
Proses pemurnian ini berlangsung secara kontinyu dan terbagi menjadi dua tahapan
proses, yaitu:
1. Proses Pemurnian (Refining)
2. Proses Fraksinasi (Pemisahan)
Adapun rangkaian proses dapat dilihat pada gambar berikut

23

Analisa Warna Tangki Asam


CPO
Degumming Fosfat
Bleaching
Earth
Tangki PHE Tangki
CPO Dipompa Bleacher
RBPO
Tangki
Penampung
Blotong
(BE, asam
fosfat,
Niagara Filter kotoran, gum)
RBPO
Bag Polishing Sisa blotong
Filter yang lolos

STHE Pemanasan

Aldehid,
Deodorizer keton, FFA
RBDP
PHE Pemanasan
RBDP
Crystallizer Pendinginan

Plate and Frame Stearin


Filter Press

Minyak
Goreng

Gambar 5.1. Skema Proses Pengolahan Minyak Goreng Kelapa Sawit


Sumber: PT. Damai Sentosa Cooking Oil, 2011
Tahapan Proses Pengolahan pemurnian
1. Proses Pemurnian (refining)
Tujuan dari pemurnian ini adalah memisahkan kotoran (impurities) yang tidak
diinginakan dalam minyak dengan mengharapkan kerusakah trigliserida seminimum
mungkin dan kehilangan minyak yang sekecil mungkin. Proses ini akan mengolah CPO
menjadi RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil).
Pada proses ini juga terbagi menjadi tiga tahapan proses yaitu
a) Proses Degumming (penggumpalan)
b) Proses Bleaching (pemucatan warna)
c) Proses Deodorizing (penghilangan bau)
Gambaran proses refining secara umum dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 5.2. Proses Refining Minyak Goreng Kelapa Sawit


Sumber: PT. Damai Sentosa Cooking Oil, 2011

a) Proses Degumming
Proses ini merupakan tahap awal dalam proses pemurnian. Proses degumming ini
bertujuan untuk menghilangkan gum yang berupa getah atau lendir-lendir yang terdiri dari
fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air, dan resin pada CPO dan mereaksikan CPO
dengan asam fosfat sehingga gum akan terikat menjadi gumpalan- gumpalan. Pada proses
ini bahan baku utama CPO akan dianalisa warnanya dengan menggunakan lovibond
tintometer untuk menentukan warna red dan yellow. Selain itu juga dilakukan analisa
%FFA, Iodine value, perokside value, dan kadar air. Analisa ini bertujuan untuk menentukan
jumlah asam fosfat dan bleaching earth (BE) yang dibutuhkan. Penambahan asam fosfat dan
BE ini dilakukan sesuai dengan spesifikasi produk minyak yang akan diproduksi
Pertamanya, CPO dari tangki penyimpanan CPO (T-670) dipompa dengan
menggunakan pompa sentrifugal (P-670) menuju PHE (Plate Heat Exchanger) pertama (E-
600A) lalu ke PHE kedua (E-600B), dimana CPO dipanaskan hingga sebagian RBDPO yang
keluar dari THE (E-703) memiliki suhu ±180oC. CPO masuk pada suhu ±30oC keluar dari
PHE (E-600B) pada suhu ±80oC, kemudian CPO yang keluar digunakan lagi dengan
menggunakan steam bersuhu 135oC pada PHE (E-600A). PHE ini juga digunakan jika
RBDPO belum terbentuk pada startup awal, CPO langsung dipanaskan dengan
menggunakan steam. Suhu CPO ketika memasuki proses degumming dan bleaching harus
mencapai 120oC karena pada suhu tersebut air dapat menguap dengan sempurna sehingga
kadar air pada minyak dapat berkurang. Selain itu, jika menggunakan suhu minyak yang
tinggi, maka proses pencampuran minyak dengan asam fosfat dan bleaching earth akan
semakin baik.
CPO dengan suhu 120oC yang keluar dari PHE (E-601) akan di degumming dengan
menambahkan asam fosfat yang dipompa dari tangki penyimpanan asam fosfat (T-623).
Pemilihan suhu ini bertujuan untuk menguapkan air agar tidak terjadi penyumbatan saat
minyak melewati Niagara Filter (F-691) dan juga untuk meringankan beban media pemanas
di tangki deodorizer (DEO-710). Asam fosfat yang ditambahkan sebanyak 0,06%-0,08%
dari CPO yang masuk. Campuran ini dilewatkan pada Mixer (M-680) agar pencampuran
antara asam fosfat dan CPO lebih homogen. Setelah itu, CPO dimasukkan ke dalam tangki
degumming (M- 686) yang dilengkapi dengan sparging steam yang bertujuan untuk
membantu penyempurnaan proses pencampuran CPO dengan asam fosfat dan pompa
vakum, dimana pompa vakum berfungsi untuk menarik uap air yang terkandung dalam CPO
dengan menggunakan udara vakum sehingga kandungan air pada minyak harus dihilangkan
semaksimal mungkin agar tidak memperbesar kemungkinan terjadinya reaksi hidrolisis yang
menyebabkan terbentuknya asam lemak bebas pada minyak. Kandungan FFA ini dapat
mengakibatkan minyak mudah mengalami ketengikan dan serik.

b) Proses Bleaching
Proses bleaching bertujuan untuk memisahkan substansi penghasil warna sehingga
warna CPO hasil bleaching menjadi lebih pucat. Proses bleaching dilakukan dengan
menambahkan bleaching earth pada minyak. Minyak yang keluar dari tangki degumming
(M-686) dialirkan ke tangki bleacher (B-610). Dalam tangki bleacher ini CPO hasil
degumming ditambahkan dengan bleaching earth.
Tangki bleacher dilengkapi dengan sparging steam berfungsi sebagai pemanas dan
meningkatkan turbulensi agar CPO dengan bleaching earth dapat bercampur sempurna
sehingga reaksi dapat berjalan dengan baik serta sisa-sisa air yang masih terkandung dalam
CPO dapat teruapkan dan menghasilkan CPO dengan kadar air kurang dari 0,1%. Setelah
keluar dari tangki bleacher, maka campuran minyak ini disebut sebagai RBPO (Refined
Bleached Palm Oil). RBPO yang terbentuk kemudian dialirkan ke tangki penampungan
sementara (B-611). Tangki penampungan ini digunakan untuk menyempurnakan reaksi
antara minyak dan bleaching earth, dan dilengkapi dengan pompa vakum yang berfungsi
umtuk menguapkan sisa-sisa air yang terkandung dalam RBPO, serta sebagai tempat
penampungan sementara sebelum dialirkan menuju Niagara Filter (F-691).

c) Proses Deodorizing
Proses Deodorizing bertujuan untuk menghilangkan bau yang disebabkan karena
adanya kandungan aldehid, keton, dan asam lemak bebas yang ada dalam minyak melalui
kondensasi pada suhu tinggi. Sebelum masuk ke dalam tangki deodorizer (DEO-710),
RBPO disaring dalam Polishing Filter (F-693) dan dipanaskan dalam Plate Heat Exchanger
(E-701) hingga mencapai suhu 130oC. Setelah itu, RBPO mengalami pemanasan lagi di
dalam Shell and Tube Heat Exchanger/THE (E-703) dengan media pemanas RBDPO
bersuhu ±250oC yang keluar dari tangki deodorizer (DEO-710). Suhu RBPO akan
meningkat menjadi ±215oC. Karena suhu RBDPO masih belum sesuai dengan yang
diinginkan, RBPO dipanasi lagi di dalam Shell and Tube Heat Exchanger (E-704) dengan
bantuan steam yang berasal dari High Preasure Boiler (E-760). Suhu pemanasan RBPO yang
diinginkan pada saat berada pada tangki deodorizer adalah mencapai suhu 255oC.
Tangki deodorizer ini terdiri dari 2 buah tray dan minyak masuk pada tray
pertama. Tangki deodorizer ini di dalamnya digunakan sparging steam dan pompa vakum
untuk menguapkan Free Fatty Acid (FFA) pada masing-masing tray, di dalamnya juga
terjadi proses distilasi cair-cair, FFA yang bertitik didih lebih rendah dari minyak akan
menguap dan keluar melalui bagian atas kemudian di spray dengan FFA cair pada tangki
penampungan FFAD. Produk samping FFA ini biasanya disebut dengan Palm Fatty Acid
Destillate (PFAD). PFAD dalam tangki dialirkan ke tangki penyimpanan PFAD dan
sebagian lagi disirkulasikan. Sebelum digunakan sebagai spray, PFAD didinginkan lebih
dahulu dengan menggunakan air pendingin di dalam Cooler (E-705), untuk startup
digunakan CPO bersuhu ±70oC. suhu ini ditentukan karena jika suhu terlalu dingin, maka
CPO akan menyumbat pompa sehingga akan dapat merusak pompa. Jika suhu terlalu tinggi,
maka tidak dapat dipakai untuk mengondensasikan FFA karena akan banyak uap FFA yang
lolos ke udara.
Minyak yang keluar dari tangki deodorizer disebut RBDPO (Refined Bleached
Deodorized Palm Oil) akan keluar dari bagian bawah tangki deodorizer dan dipompa ke
dalam THE (E-703) untuk memanaskan RBPO yang akan masuk ke tangki deodorizer
(DEO-710), kemudian dialirkan menuju PHE (E-600A) dan PHE (E-600B) dengan
menggunakan pompa RBDPO (P-703) untuk memanasi CPO. RBDPO yang keluar dari
deodorizer tidak dapat langsung masuk ke dalam proses fraksinasi sebelum didinginkan. Hal
ini disebabkan karena pada daerah fraksinasi yang tidak dalam kondisi vakum, jika minyak
berada pada suhu terlalu tinggi maka akan menyebabkan minyak menjadi gosong. Jika suhu
minyak masih panas, maka didinginkan pada Cooler (E-706) hingga
±50oC kemudian RBDPO difiltrasi lagi dalam Polishing Filter (F-783). Penyaringan dalam
bag filter perlu dilakukan berulang kali agar minyak yang dihasilkan benar-benar bersih dari
kotoran. Minyak disimpan dalam tangki penampungan RBDPO (T-1901) dan siap
dilanjutkan ke dalam proses fraksinasi.
2. Proses Fraksinasi
Proses fraksinasi adalah kelanjutan dari proses pemurnian. Tujuannya untuk
memisahkan olein dan stearin dari RBDPO. Olein ini yang kemudian digunakan sebagai
minyak goreng, sedangkan stearin yang merupakan produk samping dapat digunakan
sebagai bahan baku pembuatan margarin. Pada proses fraksinasi ini ada dua proses
pengolahan yaitu:
a) Proses kristalisasi yang bertujuan untuk mengkristalkan olein. Mula-mula RBDPO yang
keluar dari tangki penampungan RBDPO (T-1901) bersuhu ±50oC dipanaskan dalam
PHE digunakan steam. Setelah mencapai suhu 65oC, RBDPO mulai didinginkan dalam
crystallizer (T-1911) sampai suhu ±17oC dengan media pendingin cooling tower yang
memiliki suhu ±30oC, dan dilanjutkan dengan pendinginan menggunakan chilled water
yang memiliki suhu ±10oC. Jika proses kristalisasi selama 8 jam/cycle, maka RBDPO
dialirkan dalam empat crystallizer.
b) Proses pemisahan antara olein dan stearin dengan menggunakan plate and frame filter
press. Setelah keluar dari tangki crystallizer, RBDPO dipompa menuju tangki
penampung sementara (T-451) kemudian dilanjutkan ke plate and frame filter press
untuk memisahkan olein dan stearin. RBDPO yang masuk plate and frame filter press
akan diproses ±30 menit. RBDPO yang tersisa setelah proses akan ditekan (squeeze)
dengan tekanan 20 bar untuk mendorong olein keluar melalui proses filtrasi di plate and
frame filter press akan dipompa menuju tangki penyimpanan olein kemudian siap
dipasarkan sebagai minyak goreng kelapa sawit.

Produk yang dihasilkan


Hasil produksi dibedakan menjadi dua, yaitu produk utama dan produk samping. Produk
utama berupa minyak goreng kelapa sawit atau olein, sedangkan produk samping berupa:
a) Blotong yang merupakan hasil buangan dari proses penyaringan minyak pada Niagara Filter.
Blotong tersebut berbentuk seperti tanah. Blotong terdiri atas gum, bleaching earth, asam
fosfat, air, kotoran, dan minyak. Blotong termasuk limbah dengan golongan B3 yang tidak
boleh dijual dan harus ditangani oleh pihak yang memiliki ijin khusus. Bleaching earth yang
terdapat pada blotong dapat diaktifkan kembali dengan cara pemanasan sparging steam
sehingga bleaching earth dapat kembali digunakan pada proses pengolahan CPO berikutnya.
b) Palm fatty Acid Destillate (PFAD) merupakan hasil dari proses pemurnian minyak goreng.
PFAD ini dipakai sebagai bahan dasar pembuatan sabun sehingga pabrik menjualnya ke
pabrik sabun;
c) Stearin merupakan hasil samping dari proses fraksinasi. Stearin ini akan dijual ke pabrik
margarin untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan margarin.
E. Reaksi

Proses pembentukan minyak atau lemak dapat dibagi menjadi 3 tahap


1) Sintesis gliserol
Dalam tanaman terjadi serangkaian reaksi biokimia, pada reaksi ini fruktosa
difosfat diuraikan oleh enzim aldosa menjadi dihidroksi aseton fosfat, kemudian
direduksi menjadi α-gliserofosfat. Gugus fosfat dihilangkan melalui proses
fosforilasi sehingga akan terbentuk molekul gliserol

2) Sintesis asam lemak


Asam lemak dapat dibentuk dari senyawa senyawa yang mengandung karbon
seperti asam asetat, asetaldehid, dan etanol yang merupakan hasil respirasi
tanaman. Sintesis asam lemak dilakukan dalam kondisi anaerob dengan bantuan
bakteri. Dalam contoh reaksi di bawah ini, terdapat pembentukan asam lemak
etanolamida dari reaksi antara trigliserida ketapang dengan etanolamina dan
dikatalisis dengan Lypozime.

3) Kondensasi asam lemak dengan gliserol


Pada tahap pembentukan molekul lemak ini terjadi proses esterifikasi gliserol
dengan asam lemak yang dikatalisis oleh enzim lipase

Penyebab Ketengikkan minyak


1. Oksidasi (Oxidative Rancidity)
Ketengikan karena oksidasi ini terjadi karena oksidasi oksigen terhadap asam
lemak tidak jenuh di dalam lemak. Oksidasi lemak dalam bahan makanan
menyebabkan penurunan kualitas dan nilai gizi serta asam lemak esensial.
Oksidasi terjadi pada ikatan tidak jenuh dalam asam lemak. Pada suhu kamar
sampai dengan 100°C, setiap 1 ikatan tidak jenuh dapat mengabsorbsi 2 atom
oksigen sehingga terbentuk persenyawaan peroksida yang bersifat labil. Peroksida
ini dapat menguraikan radikal tidak jenuh yang masih utuh sehingga terbentuk 2
molekul persenyawaan oksida dengan reaksi sebagai berikut: (Karyadi, 1999)

(karyadi, 1999)
Peroksida labil membentuk senyawa isomer yang merupakan senyawa dihidroksi
atau turunan dari α-hidroksi keton dengan reaksi:

Isomer yang terbentuk kemudian terurai menjadi senyawa aldehida. Proses


pembentukan peroksida ini dapat dipicu atau dipercepat dengan adanya cahaya,
tingkat keasaman, katalis, serta kelembaban udara.

2. Enzim (Enzymatic Rancidity)


Enzim dapat dikeluarkan dari jamur. Jamur ini biasanya tumbuh pada bahan
makanan yang berlemak dengan kadar air dan kelembaban udara tertentu. Contoh
enzim yang bisa dihasilkan adalah enzim lipoclastic. Enzim ini dapat menguraikan
trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
Enzim yang dapat menyebabkan ketengikan adalah enzim peroksida. Di mana
enzim peroksida dapat mengoksidasi asam lemak jenuh pada ikatan karbon atom β
, sehingga membentuk asam keton dan menjadi metil keton. Reaksinya adalah
sebagai berikut:

3. Hidrolisa (Hydrolitic Rancidity)


Ketengikan lemak dapat disebabkan oleh hidrolisa lemak yang mengandung asam
lemak jenuh berantai pendek. Asam lemak tersebut mudah menguap dan berbau
tidak enak misalnya asam butirat, asam valerat, asam kaproat, dan ester alifatis
yaitu metil nonil keton.

F. Pengolahan Limbah

Menurut Nainggolan dan Susilawati, pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dapat
dilakukan dengan tiga metode yaitu sistem aplikasi lahan (Land Application), sistem
kolam (Ponding system), dan sistem kolam dengan elektrokoagulasi.

1. Sistem Aplikasi Lahan (Land Application)


Sistem ini hanya menggunakan beberapa kolam limbah untuk pengolahan,
selanjutnya hasil akhir dimanfaatkan ke areal tanaman yang dapat sebagai substitusi
pemupukan di lahan-lahan tanaman yang telah dibuat sistem pendistribusiannya.
Aplikasi limbah cair PKS dapat dilakukan dengan metode flatbed (perparitam)
dimana limbah cair dialirkan/dipompakan dari IPAL fakultatif dan selanjutnya
mengalir secara gravitasi melalui saluran parit penghubung hingga ke ujung saluran.
2. Sistem Kolam (Ponding system)
Pabrik Kelapa Sawit yang menggunakan sistem ini pada umumnya membutuhkan
lahan yang luas dan mempunyai beberapa tahapan untuk mendapatkan hasil akhir
yang sesuai dengan baku mutu limbah yang ditetapkan. Sistem ini banyak digunakan
pada PKS untuk mendapatkan hasil pengolahan limbah yang sesuai dengan baku
mutu yang diizinkan, tahapan yang dilakukan dalam dalam sistem kolam ini adalah:
a. Fat pit (Kolam Pengumpulan Losis Minyak): Proses pengambilan kembali
minyak yang masih dibutuhkan dari limbah.
b. Fat pit (Kolam Pengumpulan Losis Minyak): Proses pengambilan kembali
minyak yang masih dibutuhkan dari limbah.
c. Cooling Tower (Menara Pendingin): Berfungsi untuk mendinginkan limbah yang
masih panas dan mengambil sisa minyak yang masih ada pada limbah.
d. Cooling Pond (Kolam Pendingin): Berfungsi sebagai tempat penampungan
limbah hingga mencapai suhu yang sesuai untuk proses selanjutnya.
e. Mixing Pond (Kolam Pencampur): Terjadi proses asidifikasi agar limbah mudah
diuraikan oleh bakteri anaerob. Pada kolam ini, pH limbah cair sudah menjadi netral
yaitu antara 7,0-7,5.
f. Primary Anaerobic Pond (Kolam Anaerob Pertama) : Bakteri anaerob akan
merombak lemak, karbohidrat, dan protein menjadi asam amino menjadi gas metana,
karbondioksida (CO2), dan air
g. Secondary Anaerobic Pond (Kolam Anaerob Kedua) : Merupakan proses lanjutan
dari dari Kolam Anaerob Pertama
h. Facultative Pond (Kolam Peralihan) : Kolam peralihan dari kolam anaerob ke
aerob. Pada kolam ini masih terjadi perombakan.
i. Aerobic Pond (Kolam Aerobik) : Pada kolam ini terjadi proses menambahkan
oksigen dengan aerator agar dapat terjadi perombakan oleh bakteri aerobic
j. Stabilisation Pond : Pada tahap ini, limbah sudah dapat dibuang kebadan air,
tetapi harus dilakukan distabilisasi sebelumnya

3. Sistem Kolam dengan Elektrokoagulasi


Sistem ini juga menggunakan kolam seperti pada sistem kolam (pounding system) tetapi
diadakan pengembangan, untuk mengantisipasi jumlah padatan terlarut (total suspended
solid) yang menyebabkan limbah cair berwarna coklat kehitam-hitaman, yang banyak
mengandung bahan organik terlarut.

G. Dampak Pencemaran Limbah

Minyak nabati dan lemak hewan jika terpapar terhadap lingkungan menyebabkan efek
fisik (EPA, 2017):
1. melapisi hewan dan tumbuhan dengan minyak dan mencekiknya dengan kehabisan
oksigen;
2. Menjadi racun di Lingkungan;
3. Menghasilkan bau tengik;
4. Garis pantai yang busuk, menyumbat tanaman pengolahan air, dan terbakar saat ada
sumber pengapian

Penelitian ilmiah dan pengalaman dengan tumpahan sebenarnya telah menunjukkan


bahwa tumpahan lemak hewani dan minyak nabati membunuh atau melukai satwa liar
dan menghasilkan efek yang tidak diinginkan lainnya. Satwa liar yang dilapisi dengan
lemak hewani atau minyak sayur bisa mati karena hipotermia, dehidrasi dan diare, atau
kelaparan (EPA, 2017)

Kehidupan akuatik bisa mati lemas karena penipisan oksigen yang disebabkan oleh lemak
hewan dan minyak nabati yang tumpah di air. Tumpahan lemak hewani dan minyak
nabati memiliki dampak merusak yang sama atau serupa pada lingkungan perairan seperti
minyak petroleum.

Lingkungan organisme air akan terganggu oleh lapisan minyak di permuakaan air, hal ini
karena (Wardhana, 1990).

1. Tidak masuknya sinar matahari akibat adanya lapisan minyak pada permukaan air
menyebabkan fotosintesis tanaman air tidak dapat berlangsung secara maksimal hal ini
menyebabkan kandungan oksigen menurun dikarenakan fotosintesis terganggu
2. Terhalangnya difusi oksigen akibat lapisan minyak pada permukaan air menyebabkan
jumlah oksigen terlarut berkurang dan oksigen yang berkurang akan menyebabkan
gangguan pada hewan air.

H. Isu Aktual

Pertamina olah Minyak Nabati Jadi Green Diesel D-100

PT Pertamina (Persero) mengolah Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil


(RBDPO) 100 persen yang menghasilkan produk Green Diesel (D-100) mencapai 1.000
barrel per hari di fasilitas eksisting Kilang Dumai. Direktur Utama Pertamina Nicke
Widyawati mengatakan, hadirnya inovasi yang menghasilkan produk green energy alias
energi hijau tersebut telah menjawab tantangan energi yang lebih ramah lingkungan. Ini
sekaligus menjawab tantangan penyerapan minyak sawit yang saat ini produksinya
mencapai angka 42 hingga 46 juta metrik ton dengan serapannya sebagai FAME (Fatty Acid
Methyl Ester) sekitar 11,5 persen.

“Hal ini membuktikan bahwa secara kompetensi dan kapabilitas Pertamina pada
khususnya dan anak negeri pada umumnya memliki kemampuan dan daya saing dalam
menciptakan inovasi, terbukti bahwa kita mampu memproduksi bahan bakar reneawable
yang pertama di Indonesia dan hasilnya tidak kalah dengan perusahaan kelas dunia,”
katanya melalui keterangan tertulis, Rabu (15/7/2020). RBDPO adalah minyak kelapa sawit
atau CPO yang telah diproses lebih lanjut sehingga hilang getah, impurities dan baunya. Uji
coba pengolahan produksi yang dilakukan pada 2-9 Juli 2020 tersebut merupakan uji coba
ketiga setelah sebelumnya melakukan uji coba mengolah RBDPO melalui co-processing
hingga 7,5 persen dan 12,5 persen. Pengolahan RBDPO menjadi D-100 di kilang Dumai,
lanjutnya, dapat direaksikan dengan bantuan katalis dan gas hidrogen untuk menghasilkan
product green diesel.

“Katalis yang digunakan adalah Katalis Merah Putih yang produksi putra putri terbaik
bangsa di Pertamina Research and Technology Centre bekerja sama dengan Institut
Teknologi Bandung,” ujarnya. Pada saat yang bersamaan, di Kilang Plaju, Pertamina juga
akan membangun unit green diesel dengan kapasitas produksi sebesar 20.000 barrel per
hari.  Dalam kesempatan tersebut, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita
mengunjungi Unit DHDT Refinery Unit (RU) II Dumai, sekaligus menerima contoh produk
D-100 dari Nicke. “Keberanian yang diambil Pertamina ini luar biasa, prosesnya sejak tahun
2019 sampai hari ini juga sangat cepat. Kita sama-sama bekerja keras untuk meningkatkan
kemampuan anak negeri dan Pemerintah akan selalu mengawal Pertamina,”ucapnya.

I. Daftar Pustaka

Maulana, A. (2018, Oktober 15). Scrib. Retrieved from


https://www.scribd.com/document/390874409/Minyak-Nabati
Mrc, M. (2016, April 04). Scrib. Retrieved from
https://www.scribd.com/doc/306981415/Minyak-Sawit-Adalah-Minyak-Nabati-
Yang-Dapat-Dikonsumsi-Dihasilkan-Dari-Bagian-Mesocarp

Niagakita. (2019, Juni 22). Retrieved from https://niagakita.id/2019/06/22/proses-


pengolahan-kelapa-sawit-menjadi-cpo/#:~:text=Proses%20pengolahan%20industri
%20kelapa%20sawit%20sampai%20menjadi%20minyak,buah%20Sawit
%20%28Sterilizer%29%204%20Proses%20Penebah%20%28Threser%20Process
%29

SMART. (2019, Maret 21). Smart Agribusiness and food. Retrieved from
https://www.smart-tbk.com/cara-kerja-produksi-biodiesel/

Yuli, N. (2018, November 02). Scrib. Retrieved from


https://www.scribd.com/document/392202827/Industri-Minyak-Nabati

https://pontianak.tribunnews.com/2021/08/27/inilah-manfaat-tumbuhan-jarak-upaya-apa-
saja-yang-dilakukan-agar-tanaman-jarak-terjaga?page=all
https://sarimas.com/post/detail/menakar-perkembangan-industri-minyak-nabati-nasional

Anda mungkin juga menyukai