Disusun Oleh :
2A -D3 Teknik Kimia
Sandrina Theresya Purba 201411026
Sarah 201411027
Taufik Fatur Rahman 201411028
Wahyudin R R 201411029
Yohana Tiosari BR Simanjuntak 201411030
Zidni Zakiyyah Ahmad 201411031
Sejak dahulu manusia telah mengetahui cara untuk menghilangkan minyak dan lemak
dari sumber alaminya dan membuatnya. Lemak hewani yang pertama dikonsumsi sebagai
makanan, sebelum dibakar dan dipanaskan. Penduduk asli daerah tropis di dunia sudah
sejak lama memperoleh minyak nabati dari sumber nabati dengan menghilangkan
minyaknya dari berbagai kacang kacangan setelah dilakukan pengeringan dibawah sinar
matahari, penggunaan minyak ikan diawali dengan penangkapan ikan paus yang dimulai
oleh Basques di bay Biscay pada abad ke 15.
Reaksi kimia pertama di aplikasi untuk lemak dan minyak (tidak termasuk oksidasi dalam
pemanasan.) Industrialisasi minyak dan lemak berawal dengan pendirian minyak
penggilingan biji kapas di carolina selatan sekitar tahun 1826. Industri sederhana ini tidak
berkembang dengan cepat sampai tahun 1865. Pada tahun 1850 penggunaan soda kaustik
untuk menghilangkan asam bebas dari minyak yang yang dikenalkan oleh negara prancis.
Berawal dari industri margarin di chicago yang memberikan dorongan pada industri
minyak biji kapas karena ditemukannya bahwa minyak tersebut dapat digunakan sebagai
penipis dalam oleomargarine. 1887 beberapa ilmuwan memperkenalkan metode
pemurnian. Pada tahun 1893 ditemukan proses deodorisasi dengan meniup uap panas
pada temperatur tinggi deodorisasi ini dapat memperbaiki rasa dan bau. Pada tahun 1900
ditemukan proses hidrogenasi (industri berkembang dengan cepat).
B. Definisi
Sifat fisika
1. Tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan karena adanya asam lemak berantai
karbon panjang dan tidak adanya gugus polar
2. Meliputi warna, bau, flavor, kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih
(boiling point), titik nyala dan titik api, bilangan iod, dan bilangan
penyabunan. Sifat ini dapat berubah tergantung dari kemurnian dan mutu minyak
kelapa sawit.
Sifat Kimia
1. Pada reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam lemak dan gliserol.
Hidrolisa ini terjadi karena adanya air atau kelembaban tinggi.
2. Penambahan sejumlah basa akan terjadi reaksi penyabunan. Jumlah asam lemak
bebas dalam minyak tidak diinginkan karena akan mempengaruhi kualitas
minyak.
3. Bila terjadi kontak dengan sejumlah oksigen, akan terjadi reaksi oksidasi yang
akan menyebabkan minyak berbau tengik (Yoeswono, 1996).
Bahan baku minyak nabati
Minyak nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan, contohnya seperti minyak kelapa, bunga
matahari, buah zaitun, buah alpukat, kemiri, canola, kacang, dan sebagainya.
C. Pengaplikasian
Dari jenis-jenis minyak nabati yang ada di dunia, minyak kelapa sawit menjadi produk
yang paling diminati oleh masyarakat. Minyak sawit memiliki produk turunan yang
beragam dan langsung diserap menjadi kebutuhan pokok masyarakat.
Di Indonesia, luas perkebunan kelapa sawit mencapai 11 juta hektar (Data Kementerian
Pertanian 2015). Dengan lahan seluas itu, tentu saja Indonesia termasuk dalam daftar
negara pemasok minyak sawit di dunia. Tak heran jika kelapa sawit menjadi komoditas
nasional yang telah menyumbang devisa mencapai Rp. 300 triliun kepada negara.
D. Proses Pembuatan
1. Mechanical expression
Pengepresan merupakan suatu cara memperoleh minyak terutama untuk bahan yang
berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan memisahkan minyak dari bahan yang
berkadar minyak tinggi (30-70 persen). Pada pengepresan ini diperlukan perlakuan
pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya.Perlakuan
pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih,perajangan dan penggilingan serta
tempering atau pemasakan (Ketaren, 1986).
Tahap-tahap yang dilakukan pada proses pemisahan minyak dengan cara ini
adalah sebagai berikut.
b. Exp
elle
r
Pressing (Pengepresan Berulir)
Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan untuk
penghilangan kotoran yang terdiri dari proses pemasakan atau tempering.
Proses pemasakan berlangsung pada temperature 240oF (115,5oC) dengan
tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air minyak yang dihasilkan berkisar
sekitar 2,5-3,5 %. Sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung
minyak sekitar 4-5.
2. Ekstraksi dengan Pelarut (Solvent Extraction)
Cara ekstraksi ini dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut dan digunakan untuk
bahan yang kandungan minyaknya rendah. Lemak dalam bahan dilarutkan dengan
pelarut. Tetapi cara ini kurang efektif, karena pelarut mahal dan lemak yang diperoleh
harus dipisahkan dari pelarutnya dengan cara diuapkan. Selain itu, ampasnya harus
dipisahkan dari pelarut yang tertahan, sebelum dapat digunakan sebagai bahan
makanan ternak (Winarno,1991).
Prinsip dari proses ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan
lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang rendah yaitu
sekitar 1 persen atau lebih rendah, dan mutu minyak kasar yang dihasilkan cenderung
menyerupai hasil dengan cara expeller pressing, karena sebagaian fraksi bukan
minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak yang biasa dipergunakan dalam proses
ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline karbon disulfide,
karbon tetraklorida, benzene dan n-heksan. Perlu diperhatikan bahwa jumlah pelarut
menguap atau hilang tidak boleh lebih dari 5 persen. Bila lebih, seluruh sistem
solvent extraction perlu diteliti lagi.
Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude oil
Proses pengolahan industry kelapa sawit sampai menjadi minyak kelapa sawit (cpo)
terdiri dari beberapa tahapan yang dimulai dari
1. Jembatan timbang
Di pabrik pengolahan kelapa sawit, jembatan timbang yang dipakai menggunakan
sistem komputer untuk mengukur berat (tonase) semua truk pengangkut tandan buah
sawit (tbs) baik dari perkebunan sawit swasta, perkebunan rakyat (plasma) dan
perkebunan pemerintah (ptpn). Jembatan timbang adalah salahsatu tahapan awal
dalam proses pembuatan kelapa sawit menjadi cpo.
Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu kendaraan pengangkut buah sawit melewati
jembatan timbang lalu berhenti ± 5 menit, kemudian berat kendaraan pengangkut
buah sawit dicatat awal sebelum tandan buah sawit dibongkar dan di sortir, kemudian
setelah dibongkar dari kenderaan pengangkut kembali ditimbang, lalu selisih berat
awal dan akhir adalah berat tbs yang diterima pabrik kelapa sawit.
2. Penyortiran buah sawit
Buah kelapa sawit yang masuk ke pabrik kelapa sawit, kualitas & kematangannya
harus diperiksa dengan baik. Proses pemeriksaan buah sawit ini sering disebut sortir
buah. Jenis buah yang masuk ke pabrik sawit pada umumnya jenis tenera atau jenis
dura. Kriteria matang panen merupakan faktor yang sangat penting dalam
pemeriksaan kualitas buah sawit di stasiun penerimaan buah.
Tingkat pematangan buah sawit mempengaruhi terhadap rendemen minuak dan alb
(asam lemak buah/ffa = free fatty acid) yang didapat dilihat pada table berikut :
S e t e l a h Kematangan buah Rendemen minyak (%) Kadar alb (%)
penyorti Buah mentah 13-17 1,6-2,8
ran, Setengah matang 18-24 1,7-3,3
buah Buah matang 25-31 1,8-4,4
sawit Buah lewat matang 27-31 3,8-6,1
tersebut
dimasukkan ke tempat penimbunan sementara ( loading ramp ) lalu diteruskan ke stasiun
perebusan sawit ( palm oil sterilizer ).
3. Sterilizer (proses perebusan buah sawit)
Sterilisasi bertujuan untuk menghentikan aktivitas enzimatis dan mengumpalkan
protein dalam buah sawit serta membunuh mikroba. Terhentinya proses enzimatis
akan mengurangi kerusakan bahan, antara lain akibat penguraian minyak menjadi
asam lemak bebas. Penggumpalan protein bertujuan agar tidak ikut terekstrak pada
waktu pengepresan minyak (ekstraksi). Sterilisasi juga bermanfaat untuk pengawetan
dan memudahkan perontokkan buah. Tandan buah yang telah disortir direbus dengan
uap panas selama 2-2,5 jam dengan suhu 140oc. Akhir perebusan ditandai dari
beberapa gejala, antara lain bau buah yang gurih, empuk, dan buah mudah rontok.
Setelah direbus selanjutnya dimasukkan ke dalam alat perontok.
Tujuan perebusan
Mengurangi peningkatan asam lemak bebas (alb/ffa)
Mempermudah proses pelepasam buah sawit pada threser
Menurunkan kadar air buah sawit
Melunakkan daging buah sawit, sehingga daging buah sawit mudah lepas dari biji
(nut)
5. Screw Press
Buah dalam bak penumpukan dimasukkan dalam tangki penghancur sebagai
pembantu dalam proses ini dipakai uap air panas dan hasil hancurannya disebut
jladren. Jladren dimasukkan ke dalam alat pengepres yang berbentuk silinder tegak.
Pengepresan dilakukan pada tekanan sebesar 200-300 kg/cm2 dengan kecepatan
penekanan 5 sampai 6 kali dalam satu menit. Prinsip ekstraksi minyak dengan cara ini
adalah menekan bahan lumatan dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yeng
berputar sehingga minyak akan keluar lewat lubang-lubang tabung. Besarnya tekanan
alat ini dapat diatur secara elektris dan tergantung dari volume bahan yang di press.
Alat ini terdiri dari sebuah selinder yang berlubang lubang didalam terdapat sebuah
ulir yang berputar. Tekanan kempa diatur oleh dua buah kerucut (conus) berada pada
kedua ujung pengempa, yang dapat digerakkan maju mundur secara hidrolik.
Proses Pemurnian Minyak (Clarification Station)
6. Vibrating Screen/ Vibro Separator
Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring Crude Oil dari serabut – serabut
(fiber) yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. Sistem kerja mesin
penyaringan itu sendiri dengan sistem getaran – getaran (simetris) , dan pada Vibro
kontrol perlu penyetelan pada bantul yang di ikat pada elektromotor supaya Getaran
berkurang dan pemisahan lebih efektif.
7. Crude Oil Tank
Oil dari vibrating screen akan dialirkan ke crude oil tank
8. Continuous Settling Tank
Fungsi dari Continuous Settling Tank (CST atau sering disebut juga Clarification
Settling Tank) adalah untuk memisahkan minyak, air dan kotoran (Non Oily Solid
/ NOS) secara gravitasi. Dimana minyak dengan berat jenis yang lebih kecil dari 1
akan berada pada lapisan atas dan air dengan berat jenis = 1 akan berada pada lapisan
tengah sedangkan Non Oily Solid (NOS ) dengan berat jenis lebih besar dari 1 akan
berada pada lapisan bawah. Fungsi Skimmer dalam CST adalah untuk membantu
mempercepat pemisahan minyak dengan cara mengaduk (stirring) dan memecahkan
padatan serta mendorong lapisan minyak yang mengandung lumpur (Sludge).
Temperatur yang cukup (95 °C) akan memudahkan proses pemisahan ini. Prinsip
kerja didalam CST dalam proses pengolahan pada pabrik kelapa sawit adalah dengan
menggunakan prinsip keseimbangan antara larutan yang berbeda berat jenis. Prinsip
bejana bertekanan diterapkan dalam mekanisme kerja di CST (continuous settling
tank) sesuai alur proses produksi pabrik kelapa sawit.
9. Pure oil tank
Fungsi dari Oil Tank adalah sebagai tempat sementara Oil sebelum diolah oleh
Purifier. Proses Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam Coil (koil
pemanas) untuk mendapatkan temperatur yang diinginkan yakni 95° C. Kapasitas Oil
Tank bermacam macam tergantung kapasitas PKS.
10. Oil Purifier (Pemurni Minyak)
Fungsi dari Oil Purifier (pemurni minyak) adalah untuk mengurangi kadar air
dalam minyak sawit dengan prinsip kerja sentrifugal. Pada saat alat ini dilakukan
proses diperlukan temperatur suhu sekitar 95o C.
11. Vacum Dryer
Fungsi dari Vacuum Dryer dalam proses produksi kelapa sawit menjadi cpo adalah
untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi. Cara kerjanya sendiri adalah
minyak disimpan dalam bejana melalui nozzle/ Nozel. Suatu jalur re-sirkulasi
dihubungkan dengan suatu pengapung didalam bejana supaya jikalau ketinggian
permukaan minyak menurun pengapung akan membuka dan men-sirkulasi minyak
kedalam bejana.
12. CPO Storage Tank
Fungsi dari Storage Tank adalah untuk penyimpanan sementara minyak produksi
yang dihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank harus dibersihkan secara terjadwal
dan pemeriksaan kondisi Steam Oil harus dilakukan secara rutin, karena apabila
terjadi kebocoran pada pipa Steam Oil dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada
CPO dan terganggunya proses pengolahan pabrik minyak kelapa sawit / proses
produksi industri kelapa sawit.
Proses Pengolahan Biji (Kernel Station)
7. Kernel Dryer
Berfungsi dari Kernel Dryer adalah untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam
inti produksi. Jika kandungan air tinggi pada inti akan mempengaruhi nilai penjualan,
karena jika kadar air tinggi maka ALB juga tinggi. Pada Kernel Silo ada 3 tingkatan yaitu
atas 70 derajat celcius, tengah 60 derajat, bawah 50 derajat celcius. Pada sebagian PKS
ada yang menggunakan sebaliknya yaitu atas 50 derajat, tengah 60 derajat, dan bawah 70
derajat celcius.
8. Kernel Storage
Fungsi dari Kernel ini adalah untuk tempat penyimpanan inti produksi sebelum dikirim
keluar untuk dijual. Kernel Storage pada umumnya berupa bulk silo yang seharusnya
dilengkapi dengan fan agar uap yang masih terkandung dalam inti dapat keluar dan tidak
menyebabkan kondisi dalam Storage lembab yang pada akhirnya menimbulkan jamur
kelapa sawit (Sembiring, 2010).
23
STHE Pemanasan
Aldehid,
Deodorizer keton, FFA
RBDP
PHE Pemanasan
RBDP
Crystallizer Pendinginan
Minyak
Goreng
a) Proses Degumming
Proses ini merupakan tahap awal dalam proses pemurnian. Proses degumming ini
bertujuan untuk menghilangkan gum yang berupa getah atau lendir-lendir yang terdiri dari
fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air, dan resin pada CPO dan mereaksikan CPO
dengan asam fosfat sehingga gum akan terikat menjadi gumpalan- gumpalan. Pada proses
ini bahan baku utama CPO akan dianalisa warnanya dengan menggunakan lovibond
tintometer untuk menentukan warna red dan yellow. Selain itu juga dilakukan analisa
%FFA, Iodine value, perokside value, dan kadar air. Analisa ini bertujuan untuk menentukan
jumlah asam fosfat dan bleaching earth (BE) yang dibutuhkan. Penambahan asam fosfat dan
BE ini dilakukan sesuai dengan spesifikasi produk minyak yang akan diproduksi
Pertamanya, CPO dari tangki penyimpanan CPO (T-670) dipompa dengan
menggunakan pompa sentrifugal (P-670) menuju PHE (Plate Heat Exchanger) pertama (E-
600A) lalu ke PHE kedua (E-600B), dimana CPO dipanaskan hingga sebagian RBDPO yang
keluar dari THE (E-703) memiliki suhu ±180oC. CPO masuk pada suhu ±30oC keluar dari
PHE (E-600B) pada suhu ±80oC, kemudian CPO yang keluar digunakan lagi dengan
menggunakan steam bersuhu 135oC pada PHE (E-600A). PHE ini juga digunakan jika
RBDPO belum terbentuk pada startup awal, CPO langsung dipanaskan dengan
menggunakan steam. Suhu CPO ketika memasuki proses degumming dan bleaching harus
mencapai 120oC karena pada suhu tersebut air dapat menguap dengan sempurna sehingga
kadar air pada minyak dapat berkurang. Selain itu, jika menggunakan suhu minyak yang
tinggi, maka proses pencampuran minyak dengan asam fosfat dan bleaching earth akan
semakin baik.
CPO dengan suhu 120oC yang keluar dari PHE (E-601) akan di degumming dengan
menambahkan asam fosfat yang dipompa dari tangki penyimpanan asam fosfat (T-623).
Pemilihan suhu ini bertujuan untuk menguapkan air agar tidak terjadi penyumbatan saat
minyak melewati Niagara Filter (F-691) dan juga untuk meringankan beban media pemanas
di tangki deodorizer (DEO-710). Asam fosfat yang ditambahkan sebanyak 0,06%-0,08%
dari CPO yang masuk. Campuran ini dilewatkan pada Mixer (M-680) agar pencampuran
antara asam fosfat dan CPO lebih homogen. Setelah itu, CPO dimasukkan ke dalam tangki
degumming (M- 686) yang dilengkapi dengan sparging steam yang bertujuan untuk
membantu penyempurnaan proses pencampuran CPO dengan asam fosfat dan pompa
vakum, dimana pompa vakum berfungsi untuk menarik uap air yang terkandung dalam CPO
dengan menggunakan udara vakum sehingga kandungan air pada minyak harus dihilangkan
semaksimal mungkin agar tidak memperbesar kemungkinan terjadinya reaksi hidrolisis yang
menyebabkan terbentuknya asam lemak bebas pada minyak. Kandungan FFA ini dapat
mengakibatkan minyak mudah mengalami ketengikan dan serik.
b) Proses Bleaching
Proses bleaching bertujuan untuk memisahkan substansi penghasil warna sehingga
warna CPO hasil bleaching menjadi lebih pucat. Proses bleaching dilakukan dengan
menambahkan bleaching earth pada minyak. Minyak yang keluar dari tangki degumming
(M-686) dialirkan ke tangki bleacher (B-610). Dalam tangki bleacher ini CPO hasil
degumming ditambahkan dengan bleaching earth.
Tangki bleacher dilengkapi dengan sparging steam berfungsi sebagai pemanas dan
meningkatkan turbulensi agar CPO dengan bleaching earth dapat bercampur sempurna
sehingga reaksi dapat berjalan dengan baik serta sisa-sisa air yang masih terkandung dalam
CPO dapat teruapkan dan menghasilkan CPO dengan kadar air kurang dari 0,1%. Setelah
keluar dari tangki bleacher, maka campuran minyak ini disebut sebagai RBPO (Refined
Bleached Palm Oil). RBPO yang terbentuk kemudian dialirkan ke tangki penampungan
sementara (B-611). Tangki penampungan ini digunakan untuk menyempurnakan reaksi
antara minyak dan bleaching earth, dan dilengkapi dengan pompa vakum yang berfungsi
umtuk menguapkan sisa-sisa air yang terkandung dalam RBPO, serta sebagai tempat
penampungan sementara sebelum dialirkan menuju Niagara Filter (F-691).
c) Proses Deodorizing
Proses Deodorizing bertujuan untuk menghilangkan bau yang disebabkan karena
adanya kandungan aldehid, keton, dan asam lemak bebas yang ada dalam minyak melalui
kondensasi pada suhu tinggi. Sebelum masuk ke dalam tangki deodorizer (DEO-710),
RBPO disaring dalam Polishing Filter (F-693) dan dipanaskan dalam Plate Heat Exchanger
(E-701) hingga mencapai suhu 130oC. Setelah itu, RBPO mengalami pemanasan lagi di
dalam Shell and Tube Heat Exchanger/THE (E-703) dengan media pemanas RBDPO
bersuhu ±250oC yang keluar dari tangki deodorizer (DEO-710). Suhu RBPO akan
meningkat menjadi ±215oC. Karena suhu RBDPO masih belum sesuai dengan yang
diinginkan, RBPO dipanasi lagi di dalam Shell and Tube Heat Exchanger (E-704) dengan
bantuan steam yang berasal dari High Preasure Boiler (E-760). Suhu pemanasan RBPO yang
diinginkan pada saat berada pada tangki deodorizer adalah mencapai suhu 255oC.
Tangki deodorizer ini terdiri dari 2 buah tray dan minyak masuk pada tray
pertama. Tangki deodorizer ini di dalamnya digunakan sparging steam dan pompa vakum
untuk menguapkan Free Fatty Acid (FFA) pada masing-masing tray, di dalamnya juga
terjadi proses distilasi cair-cair, FFA yang bertitik didih lebih rendah dari minyak akan
menguap dan keluar melalui bagian atas kemudian di spray dengan FFA cair pada tangki
penampungan FFAD. Produk samping FFA ini biasanya disebut dengan Palm Fatty Acid
Destillate (PFAD). PFAD dalam tangki dialirkan ke tangki penyimpanan PFAD dan
sebagian lagi disirkulasikan. Sebelum digunakan sebagai spray, PFAD didinginkan lebih
dahulu dengan menggunakan air pendingin di dalam Cooler (E-705), untuk startup
digunakan CPO bersuhu ±70oC. suhu ini ditentukan karena jika suhu terlalu dingin, maka
CPO akan menyumbat pompa sehingga akan dapat merusak pompa. Jika suhu terlalu tinggi,
maka tidak dapat dipakai untuk mengondensasikan FFA karena akan banyak uap FFA yang
lolos ke udara.
Minyak yang keluar dari tangki deodorizer disebut RBDPO (Refined Bleached
Deodorized Palm Oil) akan keluar dari bagian bawah tangki deodorizer dan dipompa ke
dalam THE (E-703) untuk memanaskan RBPO yang akan masuk ke tangki deodorizer
(DEO-710), kemudian dialirkan menuju PHE (E-600A) dan PHE (E-600B) dengan
menggunakan pompa RBDPO (P-703) untuk memanasi CPO. RBDPO yang keluar dari
deodorizer tidak dapat langsung masuk ke dalam proses fraksinasi sebelum didinginkan. Hal
ini disebabkan karena pada daerah fraksinasi yang tidak dalam kondisi vakum, jika minyak
berada pada suhu terlalu tinggi maka akan menyebabkan minyak menjadi gosong. Jika suhu
minyak masih panas, maka didinginkan pada Cooler (E-706) hingga
±50oC kemudian RBDPO difiltrasi lagi dalam Polishing Filter (F-783). Penyaringan dalam
bag filter perlu dilakukan berulang kali agar minyak yang dihasilkan benar-benar bersih dari
kotoran. Minyak disimpan dalam tangki penampungan RBDPO (T-1901) dan siap
dilanjutkan ke dalam proses fraksinasi.
2. Proses Fraksinasi
Proses fraksinasi adalah kelanjutan dari proses pemurnian. Tujuannya untuk
memisahkan olein dan stearin dari RBDPO. Olein ini yang kemudian digunakan sebagai
minyak goreng, sedangkan stearin yang merupakan produk samping dapat digunakan
sebagai bahan baku pembuatan margarin. Pada proses fraksinasi ini ada dua proses
pengolahan yaitu:
a) Proses kristalisasi yang bertujuan untuk mengkristalkan olein. Mula-mula RBDPO yang
keluar dari tangki penampungan RBDPO (T-1901) bersuhu ±50oC dipanaskan dalam
PHE digunakan steam. Setelah mencapai suhu 65oC, RBDPO mulai didinginkan dalam
crystallizer (T-1911) sampai suhu ±17oC dengan media pendingin cooling tower yang
memiliki suhu ±30oC, dan dilanjutkan dengan pendinginan menggunakan chilled water
yang memiliki suhu ±10oC. Jika proses kristalisasi selama 8 jam/cycle, maka RBDPO
dialirkan dalam empat crystallizer.
b) Proses pemisahan antara olein dan stearin dengan menggunakan plate and frame filter
press. Setelah keluar dari tangki crystallizer, RBDPO dipompa menuju tangki
penampung sementara (T-451) kemudian dilanjutkan ke plate and frame filter press
untuk memisahkan olein dan stearin. RBDPO yang masuk plate and frame filter press
akan diproses ±30 menit. RBDPO yang tersisa setelah proses akan ditekan (squeeze)
dengan tekanan 20 bar untuk mendorong olein keluar melalui proses filtrasi di plate and
frame filter press akan dipompa menuju tangki penyimpanan olein kemudian siap
dipasarkan sebagai minyak goreng kelapa sawit.
(karyadi, 1999)
Peroksida labil membentuk senyawa isomer yang merupakan senyawa dihidroksi
atau turunan dari α-hidroksi keton dengan reaksi:
F. Pengolahan Limbah
Menurut Nainggolan dan Susilawati, pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dapat
dilakukan dengan tiga metode yaitu sistem aplikasi lahan (Land Application), sistem
kolam (Ponding system), dan sistem kolam dengan elektrokoagulasi.
Minyak nabati dan lemak hewan jika terpapar terhadap lingkungan menyebabkan efek
fisik (EPA, 2017):
1. melapisi hewan dan tumbuhan dengan minyak dan mencekiknya dengan kehabisan
oksigen;
2. Menjadi racun di Lingkungan;
3. Menghasilkan bau tengik;
4. Garis pantai yang busuk, menyumbat tanaman pengolahan air, dan terbakar saat ada
sumber pengapian
Kehidupan akuatik bisa mati lemas karena penipisan oksigen yang disebabkan oleh lemak
hewan dan minyak nabati yang tumpah di air. Tumpahan lemak hewani dan minyak
nabati memiliki dampak merusak yang sama atau serupa pada lingkungan perairan seperti
minyak petroleum.
Lingkungan organisme air akan terganggu oleh lapisan minyak di permuakaan air, hal ini
karena (Wardhana, 1990).
1. Tidak masuknya sinar matahari akibat adanya lapisan minyak pada permukaan air
menyebabkan fotosintesis tanaman air tidak dapat berlangsung secara maksimal hal ini
menyebabkan kandungan oksigen menurun dikarenakan fotosintesis terganggu
2. Terhalangnya difusi oksigen akibat lapisan minyak pada permukaan air menyebabkan
jumlah oksigen terlarut berkurang dan oksigen yang berkurang akan menyebabkan
gangguan pada hewan air.
H. Isu Aktual
“Hal ini membuktikan bahwa secara kompetensi dan kapabilitas Pertamina pada
khususnya dan anak negeri pada umumnya memliki kemampuan dan daya saing dalam
menciptakan inovasi, terbukti bahwa kita mampu memproduksi bahan bakar reneawable
yang pertama di Indonesia dan hasilnya tidak kalah dengan perusahaan kelas dunia,”
katanya melalui keterangan tertulis, Rabu (15/7/2020). RBDPO adalah minyak kelapa sawit
atau CPO yang telah diproses lebih lanjut sehingga hilang getah, impurities dan baunya. Uji
coba pengolahan produksi yang dilakukan pada 2-9 Juli 2020 tersebut merupakan uji coba
ketiga setelah sebelumnya melakukan uji coba mengolah RBDPO melalui co-processing
hingga 7,5 persen dan 12,5 persen. Pengolahan RBDPO menjadi D-100 di kilang Dumai,
lanjutnya, dapat direaksikan dengan bantuan katalis dan gas hidrogen untuk menghasilkan
product green diesel.
“Katalis yang digunakan adalah Katalis Merah Putih yang produksi putra putri terbaik
bangsa di Pertamina Research and Technology Centre bekerja sama dengan Institut
Teknologi Bandung,” ujarnya. Pada saat yang bersamaan, di Kilang Plaju, Pertamina juga
akan membangun unit green diesel dengan kapasitas produksi sebesar 20.000 barrel per
hari. Dalam kesempatan tersebut, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita
mengunjungi Unit DHDT Refinery Unit (RU) II Dumai, sekaligus menerima contoh produk
D-100 dari Nicke. “Keberanian yang diambil Pertamina ini luar biasa, prosesnya sejak tahun
2019 sampai hari ini juga sangat cepat. Kita sama-sama bekerja keras untuk meningkatkan
kemampuan anak negeri dan Pemerintah akan selalu mengawal Pertamina,”ucapnya.
I. Daftar Pustaka
SMART. (2019, Maret 21). Smart Agribusiness and food. Retrieved from
https://www.smart-tbk.com/cara-kerja-produksi-biodiesel/
https://pontianak.tribunnews.com/2021/08/27/inilah-manfaat-tumbuhan-jarak-upaya-apa-
saja-yang-dilakukan-agar-tanaman-jarak-terjaga?page=all
https://sarimas.com/post/detail/menakar-perkembangan-industri-minyak-nabati-nasional