Disusun Oleh :
KELOMPOK III
NAMA NIM
1. Adistya Meirani P17331120401
2. Dita Permata Sari P17331120424
3. Nujma Syaheen Afifa P17331120443
4. Weny Anggraini P17331120463
5. Zihan Annnisa P17331120468
I. Latar Belakang
Lemak dan minyak merupakan bahan makanan yang berasal dari alam
maupun buatan. Lemak yang berasal dari alam dibagi atas lemak hewani dan
lemak nabati. Sumbersumber lemak dapat diambil dari hewan (gajih) atau susu.
Lemak nabati diantaranya adalah dari kacang-kacangan, biji-bijian, kelapa dan
kelapa sawit. Lemak dan minyak dapat mempengaruhi tekstur dan rasa dari
makanan yang ditambahkan lemak pada pengolahannnya.
Lemak dan minyak berbeda dalam bentuk, yang membedakannya adalah
lemak berbentuk padat pada suhu kamar sedangkan minyak berbentuk cair pada
suhu kamar. Sifat fisik yang membedakan masing-masing lemak dan minyak
adalah kekentalannya, kejernihan, titik asap dan titik bakar. Pada percobaan ini
akan diamati beberapa jenis lemak dan minyak serta ditentukan sifat fisiknya.
Selain itu dilakukan pula pembuatan minyak kelapa dan VCO..
BAB II
LANDASAN TEORI
i. Kelapa
Kelapa adalah tanaman yang serba guna, karena memiliki keragaman
kultivar yang tinggi. Seluruh bagian tanaman kelapa (Cocos nucifera L.)
sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia (Setyamidjaja, 1984). Tanaman
ini mulai berbuah pada umur 6 sampai 7 tahun. Daging buah kelapa yang
sudah masak dapat dijadikan kopra dan bahan makanan, daging buah
kelapa merupakan sumber protein yang penting dan sudah dicerna
(Muchtadi, dkk : 2019).
ii. Roombutter
Roombutter adalah mentega yang wanginya tajam. Roombutter
sering digunakan dalam resep kue kering seperti nastar, kastengel, lidah
kucing, semprit dan lain sebagainya. Fungsinya adalah memberikan aroma
yang wangi dan sedap pada kue kering setelah dipanggang. Roombutter
juga berfungsi memberikan warna kuning yang lebih cantik dan menggugah
selera. Selain itu, penambahan roombutter pada kue kering juga membuat
teksturnya lebih lembut dan empuk di mulut, tidak keras atau bantat.
v. VCO
VCO atau Virgin Coconut Oil merupakan minyak kelapa murni yang terbuat
dari daging kelapa segar yang diolah dalam suhu rendah atau tanpa
pemanasan, sehingga kandungan yang penting dalam minyak tetap dapat
dipertahankan. Komponen utama dari VCO sekitar 92 persen adalah asam
lemak jenuh, diantaranya adalah asam laurat (48,74%), asam miristat
(16,31%), asam kaprilat (10,91%), asam kaprat (8,10%), dan asam kaproat
(1,25%). (heltyCO.com, 2005). Kandungan paling besar dalam minyak ini
adalah asam laurat. Asam ini termasuk dalam golongan asam lemak jenuh,
dimana selama ini asam lemak jenuh dianggap sebagai sumber berbagai
masalah kesehatan. Meskipun minyak nabati tidak mengandung kolesterol,
namun konsumsi lemak jenuh yang berlebihan dapat merangsang hati untuk
memproduksi kolesterol lebih banyak. (Rindengan, 2004).
Beberapa metode yang umum digunakan pada proses pembuatan
VCO adalah: metode pemancingan minyak, metode pemanasan bertahap
dan metode enzimatis (misalnya menggunakan enzim papain kasar). Enzim
papain kasar merupakan jenis enzim endopeptidase yang mampu memecah
protein dengan memutus ikatan peptida menjadi senyawa peptida yang lebih
sederhana (Moeksin, Rahmawati, & Rini, 2008).
BAB III
PROSEDUR PRAKTIKUM
III. Alat dan Bahan
A. Pengenalan Lemak dan Minyak
Alat :wajan, sendok, kompor, gelas, plastik, pisau, gelas takar, timbangan
Bahan :Minyak dari berbagai merk dan bahan asal, mentega, margarin
C. Pembuatan VCO
Pemisahan Santan
1. Tambahkan air pada kelapa parut sedikit demi sedikit dengan perbandingan
air dan kelapa 1:1.
2. Kocok atau peras kelapa bersama air hingga santan bercampur dengan air,
tandanya air sudah berwarna putih kental
3. Pisahkan kelapa dari santan dengan menggunakan kain saring. Caranya
kelapa parut diletakkan pada kain, lalu diperas hingga kandungan air atau
santannya keluar.
4. Saring santan yang diperoleh dengan menggunakan saringan kelapa.
Pemisahan Krim
Setelah diperoleh santan kelapa, tahapan selanjutnya adalah memisahkan krim
dari air. Tahapan pemisahan krim adalah sebagai berikut:
1. Tampung santan dalam wadah transparan. Penggunaan wadah transparan
bertujuan agar saat didiamkan batas air dengan krim akan terlihat jelas.
2. Diamkan santan ini selama 1 jam.
3. Pisahkan krim di bagian atas dengan menggunakan selang kecil.
Perhatikan jangan sampai lapisan air ikut terhisap
A. Hasil Praktikum
Tabel 1. Sifat Organoleptik
Nama Sifat Organoleptik
Minyak/Lemak Warna Rasa Aroma Tekstur
Margarin Filma Kuning Lembut dan
Sedikit Gurih Khas margarin
(Adistya) terang padat
Minyak Jagung Khas minyak Cair dan
Kuning Tidak ada
(Dita) jagung licin
Khas
Roombutter(Nujma) Kuning Gurih Lembut
roombutter
Cair, licin
Minyak Kelapa Bening/
Khas kelapa Khas kelapa dan
(Weny) Jernih
berminyak
Minyak Goreng Curah Kuning Khas minyak Agak kental
Tengik
(Zihan) Muda goring dan licin
B. Pembahasan
1. Sifat Fisik dan Organoleptik
Menurut Waysima dan Adawiyah (2010), uji organoleptik atau
evaluasi sensoris merupakan suatu pengukuran ilmiah dalam mengukur dan
menganalisa karakteristik suatu bahan pangan yang diterima oleh indera
penglihatan, pencicipan, penciuman, perabaan, dan menginterpretasikan
reaksi dari akibat proses penginderaan yang dilakukan oleh manusia yang
juga bisa disebut panelis sebagai alat ukur.
Berdasarkan hasil praktikum kali ini, lemak yang digunakan untuk
diamati yang roombutter dan margarin (filma). Roombutter dan margarin
keduanya mempunyai aroma yang khas. Akan tetapi, warna margarin lebih
terang, tekstur margarin lebih padat daripada roombutter. Sedangkan, dari
segi rasa, roombutter lebih gurih daripada margarin.
Margarin mempunyai rasa gurih yang lebih rendah daripada
roombutter. Sebab, jenis lemak margarin tidak memiliki rasa dan aroma yang
khas seperti mentega karena margarin terbuat dari lemak nabati.
Produk minyak yang digunakan pada praktikum kali ini ialah minyak
kelapa, minyak jagung, dan minyak goreng curah. Secara organoleptik,
minyak kelapa mempunyai warna kekuningan yang jernih, sedangkan minyak
goreng curah mempunyai warna kekuningan yang lebih keruh. Warna kuning
pada minyak diakibatkan oleh pigmen zat karoten yang merupakan
hidrokarbon tidak jenuh dan tidak stabil pada suhu tinggi. Pada minyak
kelapa, pengolahan minyak yang menggunakan uap panas akan
mendegradasikan warna kuning akibat zat karoten tersebut (Muchtadi, dkk.,
2019).
Tekstur minyak goreng curah lebih kental dibandingkan minyak
kelapa. Sedangkan minyak jagung mempunyai tekstur yang hampir sama
dengan minyak kelapa. Hal ini bisa disebabkan oleh proses pengolahan dari
minyak tersebut. Minyak dengan kualitas yang baik tidak akan menimbulkan
bau tengik. Ketengikan merupakan hal yang umum terjadi pada minyak.
Ketengikan pada minyak disebabkan oleh proses oksidasi antara oksigen
dengan minyak, proses enzimatis, dan proses hidrolisa.
2. Uji Kejernihan
Ditinjau dari segi kejernihan, didapatkan hasil bahwa minyak kelapa
merupakan minyak yang paling jernih. Sedangkan minyak goreng curah
merupakan minyak yang paling buram.Tingkat kejernihan pada suatu minyak
berkaitan dengan bagaimana proses pembuatan minyak tersebut dibuat.
Pada pembuatan minyak kelapa, melibatkan proses pengendapan dan
penyaringan (filtrasi) yang bertujuan untuk menghilangkan zat- zat pengotor
pada minyak yang berupa gum sehingga minyak yang dihasilkan menjadi
jernih.
3. Uji Kekentalan
Kekentalan pada minyak bergantung pada proses fraksinasi,
pengendapan dan penyaringan (filtrasi). Menurut literature, minyak yang
mengalami proses singkat (satu kali proses) adalah minyak yang memiliki
kekentalan paling tinggi. Minyak goreng curah merupakan minyak yang
hanya mengalami satu kali proses fraksinasi, sehingga fraksi stearin padatan
yang tersisa masih banyak dan menyebabkan minyak mengental.
4. Uji Daya Oles
Daya oles adalah kemampuan lemak untuk dioleskan secara merata
pada roti. Lemak dengan daya oles yang baik dapat dioleskan di permukaan
roti dengan mudahmenghasilkan olesan yang merata. Daya oles bertujuan
untuk mengukur konsistensi dan tekstur lemak. Serta daya oles merupakan
salah satu uji fisik yang dilakukan pada lemak dengan mengoleskan pada
roti.
5. Elastisitas
Pengertian dari Elastisitas adalah kemampuan suatu benda
untuk kembali ke bentuk semula. Kita beri contoh saja karet, jika karet
ditekan dengan jari kemudian di lepas, maka karet akan kembali ke
bentuk semula bukan. Hal ini berbeda jika margarin yang di tekan
dengan jari kemudian ditarik, margarin memiliki tingkat elastisitas yang
cukup kecil jadi jika ditekan melewati batas elastisitas maka margarin
akan tidak kembali ke bentuk semula . Semua benda yang berwujud
cair, padat dan gas pasti mengalami perubahan bentuk dan ukuran
apabila dikenai suatu gaya. Dan mempunyai hubungan erat dengan
daya oles karena sama menyentuh objek dimana uji elastisitas
dengan mengunakan jari dan daya oles dengan sepotong roti dimana
kedua uji tersebut menyentuh langsung dengan objek yang diamati
6. Uji Ketengikan
Penyebab Ketengikan dalam minyak dan lemak dibagi atas 3
golongan yaitu : ketengikan oksidasi ( oxidative rancidity), ketengikan oleh
enzim ( enzymatic rancidity), dan ketengikan oleh proses oleh preoses
hidrolisa ( hidrolotic rancidity).
9. Organoleptik Produk
Organoleptik merupakan pengujian terhadap bahan makanan
berdasarkan kesukaan dan kemauan untuk mempergunakan suatu produk.
Dalam penilaian bahan pangan sifat yang menentukan diterima atau tidak
suatu produk adalah sifat indrawinya. Sifat organoleptik dapat berubah
apabila telah dilakukan suatu proses pengolahan.
Dalam praktikum kali ini, sifat organoleptik yang diamati diantaranya adalah
warna, aroma, rasa, dan tekstur. Sebelum diolah menjadi produk setengah
jadi, kelapa memiliki bentuk bulat dan keras kemudian diparut dan diambil
santannya. Setelah diolah menjadi produk setengah jadi yaitu minyak
kelapamemiliki warna kuning jernih, beraroma khas kelapa yang teksturnya
cair, licin, dan juga sedikit lengket serta memiliki rasa hambar dan agak
gurih.
Selanjutnya VCO. Setelah diolah, memiliki warna kekuningan dan jernih
beraroma khas kelapa, tekstur yang cair, licin, dan berminyak, dan rasa yang
hambar juga sedikit gurih
10. Rendemen
Rendemen merupakan suatu nilai penting dalam pembuatan produk.
Rendemen adalah perbandingan berat kering produk yang dihasilkan dengan
berat bahan baku (Yuniarifin, Bintoro, dan Suwarastuti, 2006). Rendemen
ekstrak dihitung berdasarkan perbandingan berat akhir (berat ekstrak yang
dihasilkan) dengan berat awal (berat biomassa sel yang digunakan) dikalikan
100% (Sani et al, 2014). Faktor yang mempengaruhi rendemen minyak
kelapa dan juga VCO diantaranya adalah berat kelapa awal atau santan
yang digunakan, jumlah air yang berbeda serta proses pengolahan yang
berbeda.
Rendemen dari minyak kelapa (Adistya), minyak kelapa (Dita), dan
minyak kelapa (Zihan) secara berturut-turut adalah 7,15%, 8,82%, 3,72% .
sedangkan rendemen VCO (Nujma) dan VCO (Weny) berturut-turut adalah
12,9% dan 10%. Data rendemen yang berbeda-beda ini disebabkan adanya
perbedaan jumlah kelapa, jumlah air yang digunakan, dan berat santan yang
dihasilkan. Perbedaan pengolahan juga merupakan salah satu faktor
pembeda data rendemen.
BAB V
KESIMPULAN
Jenis lemak dan minyak yang ada di masrakat sangat beragam mulai dari
minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak kelapa, margarin dan mentega. Ciri dari
lemak yaitu mempunyai aroma yang segar, warnah yang jernih, rasa khas minyak/
dan tekstur. Pada lemak (margarin/mentega) warna yang cerah bila disimpan pada
tempat tertutup warna nya akan memudar bila di tempat terbuka, tidak ada jamur,
dan rasa yang khas pada lemak. Kerusakan pada lemak dan minyak dapat
dilakukan dengan uji sifat fisik. Minyak dengan menggunakan uji kejernihan, uji
kekentalan, uji ketengikan, uji emulsi dan efek shortening. Lemak dengan daya oles,
elastisitas dan uji ketengikan. Bila telah dilakukan semuanya maka akan terlihat
kerusakan pada lemak dan minyak. Contoh nya minyak mengalami kerusakan pada
uji ketengikan dan lemak mengalami kerusakan pada uji daya oles. Rendeman yang
kami dapat yaitu, minyak kelapa 1 (7,15%), minyak kelapa 2 (3,72%), minyak kelapa
3 (8,82%), VCO 1 (12,9 %), dan VCO 2 (9,8%)
DAFTAR PUSTAKA
Ariviani, S., Raharjo S., Anggrahini S., & Naruki, S. 2015. Formulasi Dan Stabilitas
Mikroemulsi O/W Dengan Metode Emulsifikasi Spontan Menggunakan
Vco Dan Minyak Sawit Sebagai Fase Minyak: Pengaruh Rasio
Surfaktan-Minyak, Jurnal Agroteknologi. Volume 35 (1) : 27-34, Februari
2015.
Hasibuan, H. A. & Magindrin. (2015) Pengembangan Proses Pengolahan
Shortening Berbahan Minyak Sawit pada Skala Industri Kecil Kapasitas
50 kg/Batch.Warta IHP, 32(1),24-32.
Ketaren, S. (1986). Pengantar Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.
Kusumastuti. (1990). Stabilitas Krim Santan Optimisasi Proses Pengasaman Dan
Kelarutan Protein Kelapa Dalam Air [Skripsi]. Yogyakarta: FMIPA UGM.
Mandei, Judith. 2019. Formulasi Minuman Emulsi Vco Menggunakan Variasi
Emulsifier (Gum Arab, Tween 80) Dan Air, Jurnal Industri Hasil
Perkebunan. Volume 14 (1) : 11-20, Juni 2019.
MAPI. (2006). Teknologi Proses Pengolahan Minyak Kelapa.
http://www.dekindo.comdiakses pada 30/11/2020.
Mucthadi, TR., Sugiyono., & Ayustaningwarno, F. 2019. Ilmu Pengetahuan Bahan
Pangan. Bogor: Alfabeta.
Palungkun, R. (2001). Aneka Produk Olahan Kelapa. Jakarta: Swadaya.
Perdani, C, G. Maimunah, H, P. Siti, K. (2019). Pembuatan Virgin Coconut Oil
(VCO) Kajian Suhu Inkubasi dan Konsentrasi Enzim Papain Kasar.
Industia : Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri volume 8 Nomor
3 : 238-246 (2019).
Yuwanti, S., Raharjo S., Hastuti, P., & Supriyadi. 2011. Formulasi Mikroemulsi
Minyak dalam Air (O/W) Yang Stabil Menggunakan Kombinasi Tiga
Surfaktan Non Ionik Dengan Nilai HLB Rendah, Tinggi, Dan Sedang,
Jurnal Agroteknologi. Volume 31 (1) :21-29, Februari 2011.
LAMPIRAN
1. Minyak Kelapa
Minyak yang
Galendo sudah kecoklatan
dihasilkan
Galendo yang dihasilkan