Disusun Oleh :
KELOMPOK III
NAMA NIM
1. Adistya Meirani P17331120401
2. Dita Permata Sari P17331120424
3. Nujma Syaheen Afifa P17331120443
4. Weny Anggraini P17331120463
5. Zihan Annnisa P17331120468
I. Latar Belakang
Susu adalah emulsi lemak dalam air berwarna putih kekuningan atau putih
kebiruan yang mengandung garam mineral, gula, dan protein dan merupakan
hasil sekresi dari kelenjar susu hewan mamalia pada masa laktasi (menyusui).
Susu biasanya bersumber dari sapi, domba, kambing, kerbau dan kuda. hasil
sekresi mamalia tersusun oleh zat-zat makanan dengan proporsi yang
seimbang. Penyusun utama susu adalah air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin
dan mineral. Komposisi air susu dipengaruhi oleh pakan, iklim, suhu, waktu
laktasi, prosedur pemerahan, umur sapi dan waktu pemerahan.
Uji mutu susu penting dan harus dikerjakan untuk menghindari pemalsuan
atau sebab-sebab lain yang mengakibatkan susu tidak murni. Pengujian mutu
susu dikerjakan dengan menetukan sifat fisik, kimia, dan organoleptik susu.
Pada praktikum ini, mahasiswa diperkenalkan pada berbagai jenis susu.
Setelah itu, mereka akan membuat produk setengah jadi dari susu dan
mengamati sifat organoleptiknya.
BAB II
LANDASAN TEORI
i.
ii.
iii. Susu UHT
Teknologimodern yang saat ini dikembangkan adalah susu sterilisasi atau
susu Ultra HighTemperature (UHT) yang dapatmeningkatkan umur simpan
susu dalamjangka waktu 6-10 bulan pada suhu ruangansebelum dibuka
(Sartika, 2013). Susu yangdiproses dengan teknologi UHT dapatmembunuh
bakteri-bakteri patogen besertasporanya. Penggunaan susu UHT
sangatdisarankan untuk mengurangi kerusakansusu. Proses sterilisasi atau
pemanasan tinggimenjadikan susu UHT dapat disimpan padasuhu ruang
tanpa mengurangi kandungangizi di dalamnya dan tidak lagi
menggunakanlemari es. Akan tetapi, menurut Rily G.(2004) dalam
penelitiannya menyatakanbahwa terdapat peningkatan jumlah bakteripada
susu Pasteurisasi dan susu UHT yangtelah dibuka kemasannya dan
disimpan padasuhu ruang. Susu mengandung banyaknutrisi sehingga
kemasan susu yang terbukameningkatkan jumlah bakteri pada susu.
v. Susu Pasteurisasi
Susu pasteurisasi merupakan salah satu produk olahan susu cair
yang banyak dikonsumsi masyarakat. Susu pasteurisasi bersifat mudah
rusak sehingga umur simpannya pendek. Teknologi pengemasan memegang
peranan penting dalam memperpanjang masa simpan produk. Berbagai jenis
kemasan digunakan untuk mengemas susu, seperti botol gelas, kotak karton,
dan kemasan dari plastik. Setiap bahan kemasan memiliki keunggulan dan
kelemahan. Kemasan yang baik dapat menghambat perubahan kualitas susu
pasteurisasi selama penyimpanan, baik dari segi mikrobiologi, kimia, maupun
sensoris. Paparan cahaya pada kemasan akan memicu terjadinya oksidasi
lipida, kehilangan riboflavin, dan kerusakan flavor pada susu pasteurisasi.
Oleh karena itu, penggunaan kemasan yang dapat menangkal cahaya dapat
menghambat kerusakan susu pasteurisasi selama penyimpanan. Namun,
kemasan bukan satu-satunya faktor yang menentukan kualitas susu
pasteurisasi. Kualitas dan komposisi bahan baku serta migrasi senyawa yang
terdapat pada kemasan ke dalam susu yang dikemas juga menentukan
kualitas susu pasteurisasi.
BAB III
PROSEDUR PRAKTIKUM
III. Alat dan Bahan
A. Pengenalan Susu
Alat :panci, kompor, gelas takar, pengaduk, timbangan
Bahan :Susu, asam cuka 25%
2. Uji Organoleptik
Warna
Amati warna susu, susu yang baik berwarna putih kekuning-kuningan.
Uji bau
Masukkan susu sebanyak 20 ml ke dalam gelas tahan panas. Panaskan
dalam panci berisi air yang dipanaskan sampai terjadi penguapan, cium
baunya.
Uji rasa
Ambilah sedikit susu dan cicipi
Uji didih
Masukkan susu sebanyak 20 ml ke dalam gelas tahan panas. Panaskan
sampai mendidih dalam panci berisi air yang dipanaskan. Susu yang baik tidak
boleh ada endapan / pecah.
Uji konsistensi
Masukkan susu ke dalam gelas kaca transparan dan goyang-goyangkan.
Amati bekas susu di dinding gelas. Susu dengan konsistensi lebih tinggi akan
memiliki bekas yang lebih tebal di dinding gelas
A. Hasil Praktikum
Tabel 1. Sifat Organoleptik
No Jenis Susu Gambar Sifat Organoleptik
1. Full Cream Warna : Putih
Pasteurisasi Kekuningan
(Adistya) Aroma : Khas Susu,
agak amis
Tekstur : Cair
Rasa : Gurih
2. Susu Bear Warna :Putih
Brand Kekuningan
(Dita) Aroma :Khas Susu
agak amis
Tekstur :Cair
Rasa :
3. Susu UHT Warna :putih
Full cream kekuningan
(Nujma) Aroma :Khas susu,
sedikit amis
Tekstur : cair
Rasa :Gurih
4. Susu UHT
Low Fat
Warna : Putih
(Weny)
kekuningan
Aroma :Khas susu,
sedikit amis
Tekstur : Cair
Rasa : Gurih
3. Susu UHT
Full Cream
(Nujma)
4. Susu UHT
Low fat
(Weny)
5. Susu
Pasteurisas
i (Zihan)
B. Pembahasan
1. Sifat Fisik dan Organoleptik
Menurut Waysima dan Adawiyah (2010), uji organoleptik atau evaluasi
sensoris merupakan suatu pengukuran ilmiah dalam mengukur dan
menganalisa karakteristik suatu bahan pangan yang diterima oleh indera
penglihatan, pencicipan, penciuman, perabaan, dan menginterpretasikan reaksi
dari akibat proses penginderaan yang dilakukan oleh manusia yang juga bisa
disebut panelis sebagai alat ukur.
Secara umum, warna susu berkisar dari putih kebiruan sampai kuning
keemasan. Hal ini pengaruhi oleh jenis hewan, pakan, dan jumlah lemak atau
padatan dalam susu. Susu dengan kadar lemak yang rendah atau susu yang
sudah dipisahkan lemaknya akan berwarna kebiru-biruan. Warna putih pada
susu merupakan refleksi cahaya oleh globula (butiran-butiran lemak susu yang
sangat kecil) lemak, kalsium kaseinat, dan koloid fosfat. Karoten adalah pigmen
yang memberikan warna kuning pada susu, warna kuning ini dipengaruhi oleh
pakan. Pakan yang mempunyai kadar karoten tinggi misalnya wortel. Pigmen
lain yang terdapat dalam susu adalah laktorom atau riboflavin. Pigmen ini
terlarut dalam susu tetapi hanya tampak pada bagian whey dan menyebabkan
warna kehijauan. Dalam susu yang normal, warna riboflavin tertutup oleh
komponen yang lain (Muchtadi, dkk : 2010).
Pada dasarnya, susu segar yang memiliki kualitas baik akan mempunyai
rasa yang agak manis dan aroma yang khas. Aroma yang ada pada susu
dipengaruhi oleh lemak susu. Tetapi, aroma susu akan menghilang jika
didiamkan beberapa jam atau didinginkan. Citarasa susu berhubungan dengan
kandungan laktosa tinggi dan kadar klorida relatif rendah. Susu dengan
kandungan laktosa rendah tetapi kadar klorida tinggi akan menyebabkan
citarasa susu menjadi asin. Susu sapi yang dihasilkan pada akhir masa laktasi
biasanya mempunyai rasa asin. Hal ini terjadi karena laktosa merupakan
disakarida yang satu molekulnya setara dengan satu per-enam (1/6) kemanisan
sukrosa. (Muchtadi, dkk : 2010). Sementara itu, tekstur susu juga menentukan
kualitas susu tersebut. Susu yang baik akan memiliki tekstur cair sewajarnya.
Susu yang sudah basi atau tidak layak dikonsumsi akan mempunyai rasa asam
dan menggumpal karena pH-nya turun serta adanya aktifitas pemecahan
laktosa menjadi asam laktat. Selain itu, susu akan mempunyai tekstur bertali.
Warna, aroma, rasa, dan tekstur dapat dilakukan secara organoleptik,
yaitu dengan cara pengamatan langsung. *PENJELASAN KELOMPOK*